Anda di halaman 1dari 19

A.

Pengertian Pendidikan

Pendidikan terdiri atas kata didik yang mendapat awalan pen- dan akhiran -an, yang
berarti hal atau cara mendidik. (WJS. Poerwadarminta, 1991:250). Dalam bahasa inggris
pendidikan mempunyai istilah education yang berasal dari kata dasar educate, yang berarti
mengasuh atau mendidik. Dalam Dictionary of Education, makna Education adalah kumpulan
semua proses yang memungkinkan seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan tingkah
laku yang bernilai positif di dalam masyarakat.

Istilah education juga bermakna proses sosial tatkala seseorang dihadapkan pada
pengaruh lingkungan yang terpilih dan terknotrol (khususnya lingkungan sosial), sehingga
mereka dapat memiliki kemampuan sosial dan perkembangan individual secara optimal (Zahara
Idris, 1992:2)

Dengan demikian, pendidikan dapat diartikan sbagai proses pembinaan dan bimbingan
yang dilakukan seseorang secara terus menerus kepada anak didik untuk mencapai tujuan
pendidikan. Pendidikan adalah proses yang sangat panjang selama perjalanan hidup manusia dan
juga merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia.

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang dapat digunakan merealisasi bakat-
bakat yang dibawa manusia sejak lahir (talenta, teori kovergensi), sehingga manusia mempunyai
keterampilan yang dapat digunakan untuk menghidupi dirinya (profesi).

 Pendidikan menurut ahli

Dalam konteksnya pendidikan mempunyai definis yang berbeda-beda. Hal ini


dipengaruhi olh pandangan dunia masing-masing. Sekalipun demikian, pada dasarnya semua
pandangan yang berbeda itu bertemu dalam suatu kesimpulan awal bahwa pendidikan
merupakan proses penyiapan generasi muda untuk menjalankan kehidupan dab memenuhi tujuan
hidupnya secara lebih efektif dan efisien. (Azyumardi Azra:2005: 3)

Dalam pandangan yang berbeda-beda, para ahli pendidikan mendefinisikan arti


pendidikan sebagai berikut1.

Landasan Pendidikan 1
1. W.J.S Poerwadarminta (1985:720) menjelaskan bahwa menurut bahasa, pendidikan
adalah kata benda yang berarti proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakab manusia melalui pembelajaran dan latihan.

2. Rachey berkata di dalam bukunya Planing for Teaching, an Introduction menjelaskan,


"The term education refers to the broad function of preserving and improving the life of
the group through bringing new members into its shared concern. Education is thus a far
broader process than that which occurs in schools. It’s an essencial social activity by
which communities continue to exist. In complex communities, this function is specialized
and institutionalized in formal education, but there is always the education outside the
school with which the formal process in related.” Yang artinya istilah pendidikan
berkenaan dengan fungsi yang luas dan dari pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu
masyarakat terutama untuk memperkenalkan warga masyarakat baru (generasi muda)
pada pengenalan terhadap kewajiban dan tanggung jawabnya di tengah masyarakat. Jadi,
proses pendidikan jauh lebih luas daripada proses yang berlangsung di sekolah.
Pendidikan adalah aktivitas sosial penting yang berfungsi untuk mentransfromasikan
keadaan masyarakat menuju keadaan yang lebih baik. Keterkaitan pendidikan dengan
keadaan sosial sangat erat sehingga pendidikan mengalami proses spesialisasi dan
institusionalisasi sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang komplek dan modern.
Meskipun demikian, proses pendidikan secara menyeluruh tidak bisa dilepaskan dari
proses pendidikan informal yang berlangsung di luar sekolah. (M. Noor Syam, 1981:4)

3. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk
memotivasi, membina, membantu, dan membimbing seseorang untuk mengembangkan
segala potensinya sehingga ia mencapai kualitas diri yang lebih baik. Inti dari pendidikan
adalah usaha pendewasaan manusia seutuhnya (lahir dan batin), baik oleh orang lain
maupun dirinya sendiri, dalam arti tuntutan agar anak dapat didik memiliki kemerdekaan
berpikiri, merasa, berbicara, dan bertindak serta percaya diri dengan penuh rasa tanggung
jawab dalam setiap tindakan dan perilaku kehidupannya sehari-hari. (Basri, 2007:34)

Landasan Pendidikan 2
4. Ahmad D. Marimba mendefinisikan pendidikan adalah bimbingan jasmani dan rohani
untuk membentuk kepribadian utama, membimbing keterampilan jasmaniah dan rohaniah
sebagai perilaku konkret yang memberi manfaat kepada kehidupan siswa di masyarakat.
(Ahmad D. Marimba, 1980:45)

5. Omar Muhammad Toumy As-Syaibany mengartikan pendidikan sebagai perubahan yang


diinginkan dan diusahakan oleh proses pendidikan, baik pada tataran tingkah laku
individu maupun pada tataran kehidupan sosial serta pada tataran relasi dengan alam
sekitar; atau pengajaran sebagai aktivitas asasi dam proporsi di antara profesi dalam
masyarakat. Pendidikan memfokuskan perubahan tingkah laku manusia yang konotasinya
pada pendidikan etika. Di samping itu, pendidikan menekankan aspek produktivitas dan
kreativitas manusia sehingga mereka bisa berperan serta berprofesi dalam kehidupan
bermasyarakat. (Omar Muhammad, 2004:30)

6. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya masyarakat,
bangsa, dan negara. (UURI, No. 20/2003, Pasal 1 ayat 1, hal, 2)

Juga dikatakan pada Undang-Undang Republik Indonesia No. 20/2003, Pasal 1 ayat 2
tentang pendidikan nasional bahwa “Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada
nilai-nilai agama, kebudayaan nasional dan tanggap terhadap tuntunan zaman. Secara sederhana
pendidikan adalah sebuah proses manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-
potensi yang ada pada didirnya baik jasmani atau rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di
masyarakat dan kebudayaan.

Landasan Pendidikan 3
 Pendidikan dapat dilihat sebagai sistem

Sistem adalah gabungan komponen-komponen yang saling berinteraksi dan berfungsi


untuk mencapai tujuan.

Dapat pula dikatakan bahwa berpikir sistem artinya, memandang obyek secara
keseluruhan dan bagian-bagian sistimatis dalam mencapai tujuan. Komponen ialah bagian dari
sistem yang dapat dibagi menjadi : (1) komponen integral, yaitu komponen yang sangat
mempengaruhi fungsi sistem dan (2) komponen non integral, yaitu komponen yang berfungsi
sebagai pelengkap.

B. Kegunaan Pendidikan

Pendidikan itu penting untuk dimiliki oleh setiap manusia. Pendidikan dapat menentukan
masa depan seeorang dan menentukan pola berfikir seseorang. Selain itu, pendidikan juga dapat
digunakan sebagai modal untuk bekerja, baik itu pendidikan yang bersifat materi (ilmu) maupun
pendidikan yang bersifat moral (karakter).

Pendidikan dapat diperoleh dari lingkungan formal ataupun nonformal. Sehingga untuk
mendapatkan pendidikan atau ilmu, seseorang tidak harus belajar di dalam lingkungan sekolah,
dapat juga di luar sekolah seperti melalui media masa, melalui percakapan antar individu,
melakukan pengamatan, dan lain sebagainya.

Salah satu contoh banyak anak Indonesia yang telah meraih prestasi hingga
mengharumkan nama bangsa. Karena dorongan mereka untuk selalu belajar dan memperoleh
pendidikan. Dengan prestasi yang kita raih, kita akan merasa bahwa seseorang mempunyai rasa
bangga terhadap kita, dapat dihargai dan di hormati oleh orang lain, membanggakan nama
keluarga, dan dapat dikenal orang dengan pendidikan yang kita punya. Kita juga bisa mendapat
beasiswa dari hasil prestasi tersebut yang berguna untuk biaya pendidikan sehingga kita dapat
menambah wawasan.

Sedangkan pendidikan untuk modal kerja maksudnya adalah ketika kita kesulitan dalam
menemukan sebuah pekerjaan kita dapat menggunakan ilmu pendidikan yang kita pelajari untuk

Landasan Pendidikan 4
menciptakan suatu lapangan kerja. Sehingga kita dapat membuat lapangan kerja sendiri dan
merekrut banyak pegawai untuk menjadi seseorang yang sukses.

Kegunaan pendidikan dapat kita artikan sebagai manfaat positif yang diberikan untuk
manusia dan lingkungan pendidikannya. Kegunaan ini berkaitan dengan nilai-nilai aksiologis
dalam pendidikan.

Menurut Rachmat Syafe’i (1999:117), semua yang mengandung manfaat dikategorikan


sebagai kemaslahatan, baik manfaat menurut asalnya maupun melalui proses seperti
menghasilkan kenikmatan, keuntungan dan faedah, atau mencegah segala bentuk kemudaratan.

Kemaslahatan dalam pendidikan merupakan dampak positif bagi anak didik dan seluruh
manusia. Kegunaan pendidikan merupakan ketentuan agama yang berdasarkan pada
pemeliharaan masa depan pendidikan dan ruang lingkupnya.

Berikut adalah kegunaan pendidikan, meliputi :

1. Menambah wawasan keilmuan yang berkaitan dengan ekstensi Allah dan seluruh ciptaan-
Nya kepada anak didik.

2. Menguatkan iman dan memperkaya pandangan anak didik tentang kebenaran menjalani
kehidupan dengan acuan ilmu pengetahuan dan ilmu keagamaan.

3. Menjadi jihad di jalan Allah karena mengembangkan ilmu pendidikan agama Islam
merupakan ibadah.

4. Memberikan keterampilan hidup.

5. Mencerdaskan anak didik.

6. Membentuk akhlak yang mulia.

7. Membentuk manusia yang memiliki kepedulian sosial dan menegakkan kebenaran.

8. Mengembangkan lembaga pendidikan berkarakter.

9. Mengkaji berbagai teori pendidikan keindonesiaan dan budaya lokal.

10. Menyiapkan generasi muda yang mumpuni dalam ilmu pendidikan dan berdedikasi kepada
agama, bangsa, dan negara.

Landasan Pendidikan 5
11. Menjadikan anak didik hidup mandiri dan mampu menjalani kehidupan dengan masa depan
yang cerah, serta memiliki kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual.

 Pendidikan sebagai proses pembentukan pribadi

Sebagai proses pembentukan pribadi pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang
sistematik terarah pada terbentuknya kepribadian anak didik.

Dikatakan sistematis karena proses pendidikan berlangsung melalui tahap-tahap


berkesinambungan. Sedangkan yang dimaksud dengan sstematik karena pendidikan itu
berlangsung dalam semua situasi lingkungan yang saling mengisi (keluarga, sekolah, dan
masyarakat).

 Pendidikan sebagai penyiapan tanaga kerja

Pendidikan diartikan sebagai bimbingan kepada anak didik untuk mengembangkan bakat
yang dapat digunakan untuk bekerja, karena bekerjamerupakan kebutuhan dalam kehidupan
manusia. Melalui bekerja seseorang dapat mendapatkan kepuasan bukan hanya karena
mendapatkan imbalan tetapi juga karena ia dapat memberikan sesuatu pada orang lain.

Secara aksiologis, pelaksanaan pendidikan perlu ditinjau dari tiga segi, yaitu sebagai
berikut :

1. Melihat kemaslahatan yang terdapat dalam kasus yang dipersoalkannya, terutama dari objek
yang menjadi bagian yang paling substansial dipermasalahkan.

2. Melihat sifat yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang mengharuskan adanya ketentuan
agama agar tercipta suatu kemaslahatan.

3. Melihat proses pendidikan terhadap suatu kemaslahatan yang ditunjukkan oleh realitas yang
ada.

Landasan Pendidikan 6
Dengan ketiga pandangan diatas, dapat ditegaskan kembali bahwa kegunaan pendidikan
terdiri atas tiga aspek penting, yaitu:

1. Kegunaan teoritis

2. Mengompromisasikan pendekatan pendidikan antara karakter keindonesiaan dan barat serta


pendidikan nasional di Indonesia dengan budaya lokal

3. Mewujudkan anak didik yang berakhlakul karimah, beriman, dan berbudi luhur atau
bertaqwa kepada Tuhan Yang Mahaesa.

C. Tujuan Pendidikan

Pendidikan bertujuan meningkatkan penguasaan pengtahuan, kemampuan, keterampilan,


pengmbangan sikap dan nilai-nilai dalam rangka pembentukan dan pengembangan diri peserta
didik. Tujuan pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan
pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.

Tujuan pendidikan bersifat abstrak karena memuat nilai-nilai yang bersifat abstrak.
Tujuan demikian bersifat umum , ideal, dan kandungannya sangat luas sehingga sangat sulit
untuk dilaksanakan di dalam praktek. Sedangkan pendidikan harusberupa tindakan yang
ditujukan kepada peserta didik dalam kondisi tertentu, tempat tertentu, dan watu tertentu dengan
menggunakan alat tertentu.

Garapan pendidikan nasional harus mampu membawa segenap bangsa Indonesia untuk
menjadi manusia Pancasila, seperti telah dirumuskan dalam GBHN (1993), yaitu: “Pendidikan
nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian,
mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, professional,
bertanggung jawab dan produktif serta sehat jasmani dan rohani, menimbulkan jiwa patriotic
dan mempertebal ras cinta tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan dan
kesetiakawanan.”

Landasan Pendidikan 7
 Tujuan pendidikan nasional dalam UUD 1945 (versi amandemen)

1. Pasal 31, ayat 3 menyebutkan “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu


sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak
mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-
undang.”
2. Pasal 31, ayat 5 menyebutkan, “pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi
dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan
peradaban serta kesejahteraan umat manusia.”

 Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20, tahun 2003 Pasal 3

Menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

 Tujuan pendidikan menurut UNESCO

PPB (Perserikatan bangsa-bangsa) melalui lembaga UNESCO (United Nations,


Educational, Scientific and Culturan Organization) mencanangkan empat pilar pendidikan baik
untuk masa sekarang maupun masa depan, yakni:

1. Learning to know
Pilar ini dimaksudkan untuk meningkatkan kognitif peserta didik akan penguasaan
yang dalam dan luas akan bidang ilmu tertentu. Menurut para ahli tujuan aspek kognitif
berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih
sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut
peserta didik untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode
atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah. Dari sinilah muncul konsepsi
belajar sepanjang hayat (long life education), yaitu belajar yang tidak kenal waktu akhir
sampai berakhirnya hidup ini didunia. Dalam konsep Islam, konsep ini mengajarkan peserta
didik untuk membedakan mana yang baik dan mana yang salah.
.

Landasan Pendidikan 8
2. Learning to do
Pilar kedua ini menuntut peserta didik untuk mempunyai keterampilan tertentu
(psikomotorik) atau dengan bahasa lain belajar untuk mengaplikasi ilmu, bekerja sama dalam
team, belajar memecahkan masalah dalam berbagai situasi, belajar untuk berkarya atau
mengaplikasikan ilmu yang didapat oleh peserta didik. Kemampuan ini dalam konteks
kekinian disebut dengan hard skills dan soft skills. Sekolah mempunyai kewajiban untuk
mengaktualisasikan ini.

3. Learning to be
Pilar ini merupakan konsep belajar untuk dapat mandiri, menjadi orang yang
bertanggung jawab untuk mewujudkan tujuan bersama. Learning to be ini tidak bisa lepas
dari dua pilar sebelumnya karena penguasaan pengetahuan dan keterampilan merupakan
bagian dari proses menjadi diri sendiri (learning to be). Menjadi diri sendiri diartikan sebagai
proses pemahaman terhadap kebutuhan dan jati diri. Belajar berperilaku sesuai dengan norma
dan kaidah yang berlaku di masyarakat, belajar menjadi orang yang berhasil, sesungguhnya
merupakan proses pencapaian aktualisasi diri.

4. learning to live together


Pilar keempat ini adalah tujuan hidup manusia sebagai makhluk sosial. Manusia tidak
bisa hidup tanpa kehadiran orang lain. Oleh karenanya belajar memahami dan menghargai
orang lain, sejarah mereka dan nilai-nilai agamanya adalah tugas pendidikan mengantarkan
peserta didik kegerbang pilar ini. Tentu pilar keempat ini harus ditopang dengan pilar-pilar
sebelumnya dengan sebaik-baiknya. Dengan kemampuan yang dimiliki, sebagai hasil dari
proses pendidikan, dapat dijadikan sebagai bekal untuk mampu berperan dalam lingkungan
di mana individu tersebut berada, dan sekaligus mampu menempatkan diri sesuai dengan
perannya. Pemahaman tentang peran diri dan orang lain dalam kelompok belajar merupakan
bekal dalam bersosialisasi di masyarakat (learning to live together).

Didalam praktek pendidikan khususnya pada sistem persekolahan, didalam rentangan


antara tujuan umum dengan tujuan yang sangat khusus terdapat sejumlah tujuan antara. Tujuan
antara berfungsi untuk menjembatani pencapaian tujuan umum dari sejumlah tujuan rincian
khusus.

Landasan Pendidikan 9
Ada 4 jenjang tujuan di dalamnya terdapat tujuan antara, yaitu: tujuan umum, tujuan
institusional, tujuan kurikuler dan tujuan instruksional

 tujuan umum pendidikan nasional Indonesia ialah manusia Pancasila


 tujuan institusional yaitu tujuan yang menjadi tugas dari lembaga pendidikan tertentu
untuk mencapainya. Jika semua lembaga (institusi) dapat mencapai tujuannya
berartitujuan nasional tercapai, yaitu terwujudnya manusia Pancasilais yang memiliki
bekal khusus sesuai dengan misi lembaga pendidikan.
 Tujuan kurikuler, yaitu tujuan bidang studi atau tujuan mata pelajaran
 Tujuan instruksional, yaitu penguasaan materi pokok bahasan/subpokok bahasan. Tujuan
pokok bahasan disebut tujuan instruksional umum (TIU) dan tujuan subpokok
bahasandisebut tujuan instruksional khusus (TIK).

D. Ruang Lingkup Pendidikan

Proses pendidikan selalu berlangsung dalam suatu lingkungan,yaitu lingkungan


pendidikan. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik,sosial,intelektual,dan nilai-nilai.
Lingkungan fisik terdiri atas lingkungan alam dan lingkungan buatan manusia, yang merupakan
tempat dan sekaligus memberikan dukungan dan kadang-kadang juga hambatan bagi
berlangsungnya proses pendidikan. Proses pendidikan mendapatkan dukungan dari lingkungan
fisik berupa sarana,prasarana serta fasilitas yang di gunakan. Tersedianya sarana, prasarana dan
fasilitas fisik dalam jenis jumlah dan kualitas yang memadai,akan sangat mendukung
berlangsungnya proses pendidikan yang efektif. Kekurangan sarana, prasarana dan fasilitas fisik,
akan menghambat proses pendidikan, dan menghambat pencapaian hasil yang maksimal.

Lingkungan sosial merupakan lingkungan pergaulan antar manusia,pergaulan antara


pendidik dengan peserta didik serta orang-orang lainnya yang terlibat dalam interaksi
pendidikan. Interaksi pendidikan di pengaruhi oleh karakteristik pribadi dan corak pergaulan
antar orang-orang yang terlibat dalam interaksi tersebut,baik pohak peserta didik (siswa)
maupun para pendidik(guru) dan pihak lainnya. Tiap individu memiliki karakteristik yang
berbeda-beda. Karakteristik ini meliputi karakteristik fisik seperti tinggi dan besar badan, nada
suara, roman muka, gerak- gerik,dll, dan karakterisik psikis seperti sifat sabar,

Landasan Pendidikan 10
pemarah(temperamen), jujur, setia, kemampuan intelektual seperti jenius ,cerdas, bodoh, serta
kemampuan psikomotor, seperti cekatan dan terampil.

Lingkungan pendidikan dapat berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah,


masyarakat serta lingkungan-lingkungan kerja. Keluarga sering kali disebut sebagai lingkungan
pertama, karena dalam lingkungan inilah pertama- tama anak mendapatkan pendidikan,
bimbingan, asuhan, pembiasaan, dan latihan. Keluarga bukan hanya menjadi tempat anak
dipelihara dan dibesarkan tetapi juga tempat anak hidup dan di didik pertama kali. Apa yang
diperolehnya dalam kehidupan keluarga, akan menjadi dasar dan dikembangkan pada kehidupan-
kehidupan selanjutnya. Keluarga merupakan masyarakat kecil sebagai prototipe masyarakat luas.
Semua sspek kehidupan masyarakat ada di dalam kehidupan keluarga, seperti aspek ekonomi,
sosial, politik, keamanan, kesehatan, agama, termasuk juga aspek pendidikan.

Di antara aspek-aspek kehidupan tersebut, pendidikan menempati kedudukan yang paling


sentral dalam kehidupan keluarga, sebab ada suat kecenderungan yang sangat kuat pada manusia,
bahwa mereka ingin melestarikan keturunannya, dan ini dapat dicapai melalui pendidikan. Cita-
cita orang tua tentang anak dan cucunya direalisasikan melalui pendidikan. Pendidikan segi
moral, agama, ekonomi, intelektual, estetika, bahkan politis. Ibu dan bapak berperan sebagai
pendidik dalam keluarga. Walaupun tidak ada kurikulum khusus tertulis yang mereka buat atau
ikuti,dengan berpegang pada cita-cita dan keyakinan yang di anutnya sebagai rencana
pendidikan, dan kasih sayang sebagai dasar perbuatan mendidik, para orang tua melakukan
upaya-upaya dan tindakan pendidikan.

Sebagai pelanjut dari pendidikan dalam keluarga adalah pendidikan dalam lingkungan
sekolah. Pendidikan sekolah lebih bersifat formal, (dalam keluarga bersifat informal), karena
tidak seperti dalam lingkungan keluarga, di sekolah ada kurikulum sebagai rencana pendidikan
dan pengajaran, ada guru-guru yang lebih profesional, ada sarana prasarana dan fasilitas
pendidikan khusus sebagai pendukung proses pendidikan, serta ada pengelolaan pendidikan yang
khusus pula.

Selain dalam kedua lingkungan di atas,yaitu lingkungan keluarga dan sekolah, peserta
didik juga mendapat pengaruh dan pendidikan dalam lingkungan masyarakat. Pendidikan dalam
lingkungan masyarakat lebih betsifat terbuka. Bahan yang di pelajari dapat mencakup seluruh
aspek kehidupan,dengan semua sumber belajar yang ada dalam lingkungannya. Dalam

Landasan Pendidikan 11
lingkungan masyarakat, metode pembelajarannya mencakup semua bentuk interaksi dan
komunikasi antar orang, baik secara langsung ataupun tidak langsung,menggunakan media cetak,
ataupun elektronika. Para pendidik dalam lingkungan masyarakat adalah orang- orang dewasa,
orang- orang yang mempunyai kelebihan tertentu, tokoh masyarakat dan para pimpinan formal
maupun informal.

E. Standar Pendidikan Nasional

Berdasarkan pada PP Bab II, Pasal 2, ayat 1 lingkup Standar NasionalPendidikan


meliputi Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, Standar Pendidikan dan
Tenaga Pendidik, Standar Saran dan Prasarana, Standar Biaya Pendidikan, dan Standar Penilaian
Pendidikan.

a) STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL)

Untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, SKL digunakan sebagai pedoman
penilaian dalam menentukan kelulusan kepada peserta didik. Standar tersebut meliputi
Kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan juga menengah, SKL minimal
kelompok mata pelajaran dan juga SKL minimal mata pelajaran.

b) STANDAR ISI

Hal ini juga mencakup materi minimal serta tingkat kompetensi minimal untuk mencapai
kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan juga jenis pendidikan tertentu. Standar ini tersebut
memuat kerangka dasar dan juga struktur kurikulum, beban belajar serta kurikulum satuan
pendidikan dan kalender pendidikan.

c) STANDAR PROSES

Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara Interaktif, Inspiratif,


Menyenangkan, Menantang dan juga membuat termotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan juga kemandirian sesuai
dengan bakat minat dan perkembangan psikologis dan fisik peserta didik. Namun didalam proses
pembelajaran tersebut juga harus memasukkan unsur keteladanan.

Landasan Pendidikan 12
d) STANDAR PENDIDIKAN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen


pembelajaran, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
dari pendidikan nasional tersebut.

Kualifikasi akademik yang dimaksudkan di atas adalah tingkat pendidikan minimal yang
harus dipenuhi oleh sang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan sertifikat keahlian yang
relevan sesuai ketentuan dari undang – undang yang berlaku.

e) STANDAR SARANA DAN PRASARANA

Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perlengkapan sarana
pendidikan, buku dan sumber belajar yang lainnya. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki
sarana dan prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan kelas, ruang
pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, laboratorium dan ruangan penunjang lainnya.

f) STANDAR PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

Pembiayaan pendidikan terdiri dari biaya Operasi, investasi serta biaya personal. Biaya
investasi satuan pendidikan dimaksud meliputi biaya sarana prasarana, pengembangan SDM dan
modal kerja tetap. Sementara biaya personal yang dimaksud adalah biaya pendidikan yang harus
dikeluarkan pesesrta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara Kondusif, teratur
dan juga berkelanjutan.

Sementara biaya operasi yang dimaksud meliputi gaji tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan dan juga tunjangan yang melekat pada gaji. Bahan dan peralatan habis pakai dan
juga biaya tak langsung pendidikan seperti biaya telekomunikasi, konsumsi dan transportasi.

g) STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN

Penilaian pada jenjang pendidikan dasar sampai jenjang menengah terdiri dari penilaian
hasil belajar oleh pendidik. Satuan pendidikan dan oleh pemerintah. Sementara untuk pendidikan
tinggi terdiri dari penilaian pendidik dan juga satuan pendidikan tinggi.

Landasan Pendidikan 13
F. Jenjang Pendidikan

enjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat


perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.
(UU No. 20 Tahun 2003 Bab I, Pasal 1 Ayat 8). Jenjang pendidikan formal terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

a. Pendidkan Dasar

Pendidikan Dasar adalah pendidikan umum yang lamanya sembilan tahun,


diselenggarakan selama enam tahun di Sekolah Dasar (SD) atau sederajat dan tiga tahun di
Sekolah Menegah Pertama atau sederajat.

b. Pendidikan Menengah

Pendidikan Menengah adalah sebuah lanjutan dari pendidikan dasar dimana mereka yang
telah berhasil lulus dari pendidikan dasar dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
Dimana pada tahap ini siswa disiapkan untuk menjadi masyarakat yang dapat memberikan
sebuah kontribusi yang bermanfaat terhadap lingkungan sosial seta budaya sekitar tempat dia
tinggal. Pendidikan menengah memiliki lama selama tiga tahun. Bentuk satuan pendidikan
menengah terdiri atas :

 Sekolah Menengah Umum

 Sekolah Menengah Kejuruan

 Sekolah Menengah Keagamaan

 Sekolah Menengah Kedinasan

 Sekolah Menengah Luar Biasa

Landasan Pendidikan 14
c. Pendidikan Tinggi

Pendidikan Tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah yang diselenggarakan


untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan
akademik dan profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu
pengetahuan, teknologi dan atau kesenian. Peserta didik perguruan tinggi disebut mahasiswa,
sedangkan tenaga pendidik perguruan tinggi disebut dosen.

Di Indonesia ada beberapa jenis perguruan tinggi, antara lain :

 Akademi adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam satu
cabang atau sebagian cabang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni tertentu.

 Politeknik atau sering disamakan dengan institut teknologi adalah penamaan yang digunakan
dalam berbagai institusi pendidikan yang memberikan berbagai jenis gelar dan sering
beroperasi pada tingkat yang berbeda-beda dalam sistem pendidikan. Politeknik dapat
merupakan institusi pendidikan tinggi dan teknik lanjutan serta penelitian ilmiah ternama
dunia atau pendidikan vokasi profesional, yang memiliki spesialiasi dalam bidang ilmu
pengetahuan, teknik, dan teknologi atau jurusan-jurusan teknis yang berbeda jenis.

 Institut adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau


vokasi dalam sekelompok disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan jika
memenuhi syarat dapat menyelenggarakan pendidikan profesi.

 Universitas adalah suatu institusi pendidikan tinggi dan penelitian, yang memberikan gelar
akademik dalam berbagai bidang. Sebuah universitas menyediakan pendidikan sarjana dan
pascasarjana.

 Sekolah tinggi dalam pendidikan di Indonesia adalah perguruan tinggi yang


menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau vokasi dalam lingkup satu disiplin ilmu
pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan jika memenuhi syarat dapat menyelenggarakan
pendidikan profesi.

Landasan Pendidikan 15
G. Situasi Pendidikan

Dua orang atau lebih bersama-sama mengadakan hubungan antara sesamanya akan
membentuk situasi yang disebut pergaulan. Kalau yang berhubungan tersebut antara orang
dewasa dengan anak yang belum dewasa, bisa terjadi dua situasi. Pertama bisa terjadi pergaulan
biasa, selanjutnya disebut situasi pergaulan. Kedua, situasi lain yang timbul bisa terjadi
situasi pendidikan. Bagi orang awam kedua situasi tersebut sebagai situasi yang sama dan
menyebutkannya pun dengan sebutan yang sama, yaitu: bergaul, atau sebaliknya mereka sedang
mendidik. Dalam pedagogik, kedua situasi tersebut dibedakan dengan tegas.

1. Situasi Pergaulan

Jika dalam suatu pergaulan antara orang dewasa dengan anak didasarkan atas niat
untuk memuaskan keinginan orang dewasa, untuk keuntungan orang dewasa, tidak
didasarkan untuk mencapai tujuan pendidikan (baik tujuan umum, tujuan tak lengkap,
tujuan sementara, tujuan insidental, dan tujuan intermedier), maka situasi yang tercipta
bukan situasi pendidikan melainkan situasi pergaulan.

Misalnya, seorang guru menawarkan buku pelajaran kepada murid-muridnya dengan


tujuan mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan buku berupa komisi dari penerbit,
maka tindakan tersebut tidak bisa digolongkan kepada situasi pendidikanwalaupun terjadi
di lingkungan sekolah (kelas). Hal tersebut hanyalah merupakan situasi pergaulan biasa.
Situasi yang tercipta dari tindakan guru tersebut bukanlahsituasi pendidikan melainkan
hanyalah situasi pergaulan. Situasi yang berisi tindakan bukan pendidikan tidak akan
menciptakan situasi pendidikan melainkan tetap situasi pergaulan.

2. Situasi Pendidikan

Situasi pendidikan berlangsung dalam situasi pergaulan. Situasi pergaulan


merupakan ladang yang subur bagi terjadinya situasi pendidikan. Apabila dalam suatu
pergaulan antara orang dewasa dan anak, didasarkan atas suatu tujuan pendidikan, untuk
mencapai tujuan pendidikan (baik umum, tak lengkap, perantara, dan sebagainya), maka
situasi pergaulan yang tercipta adalah situasi pendidikan, bukan situasi pergaulan biasa.
Situasi yang timbul mulai diisi dengan tindakan pendidikan dan dengan demikian
menjadikan situasi tersebut menjadi situasi pendidikan.

Landasan Pendidikan 16
Situasi pendidikan merupakan situasi yang istimewa atau khusus. Karena situasinya
merupakan suatu perubahan dari situasi pergaulan, dimana komponen-komponennya
berubah dari orang dewasa atau orangtua menjadi pendidik, dan anak menjadi anak didik,
kemudian syarat teknisnya dari kepercayaan menjadi kewibawaan namun mutlak harus ada.
Situasi pendidikan merupakan situasi pergaulan yang diciptakan dengan sengaja karena ada
suatu tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Ada suatu nilai yang hendak disampaikan
kepada anak sebagai anak didik dari orang dewasa (orangtua, guru) sebagai pendidik.

Misalnya seorang ibu menyuruh anak perempuannya mencuci piring didasari oleh
suatu tujuan agar anaknya berdisiplin dan mandiri, hal itu merupakan situasi pendidikan.
Dalam hati ibu terbersit suatu tujuan: aku harus mendidik anak saya agar ia memiliki
disiplin dalam kehidupan yang dihadapinya agar terbiasa hidup mandiri dan tidak
tergantung kepada orang lain. Akan tetapi seandainya ibu menyuruh anaknya mencuci
piring sekadar untuk membantu pekerjaan ibunya sehingga ibunya bisa santai dan tidak
capek, situasi tersebut hanyalah merupakan situasi pergaulan biasa.

Seluruh kegiatan dalam situasi pendidikan menunjukkan bahwa segala sesuatu yang
dilakukan pendidik, dilaksanakan dengan penuh kesadaran dan kewaspadaan. Di dalam
situasi pendidikan tidak ada satu tindakan pun yang dilakukan dengan coba-coba (trial and
error- mencoba-coba dan salah). Semua tindakan yang dilakukan direcanakan dan
dipikirkan matang-matang sebelumnya. Apa pengaruh atau akibat suatu tindakan pendidikan
tertentu, apa pengaruh sampingannya, apa kelanjutannya, semuanya telah dipertimbangkan
dengan cermat sebelum dilaksanakan.

Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar anak didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, merupakan
suatu keadaan dimana terjadi komunikasi interaktif antara orang dewasa dan anak.
Sedangkan agar anak memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat bangsa dan negara, merupakan tujuan pendidikan yaitu manusia dewasa. Jadi
manusia dewasa menurut Undang-undang Nomor 20/2003 adalah manusia Indonesia yang
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, mampu mengendalikan diri, berkepribadian,

Landasan Pendidikan 17
manusia yang cerdas, memiliki akhlak mulia serta memiliki keterampilan yang diperlukan
bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Jadi situasi pendidikan adalah suatu keadaan dimana terjadi komunikasi interaktif
antara orang dewasa dan anak, antara orangtua (ayah/ibu) dengan anaknya, antara guru
dengan muridnya secara sengaja dan terencana untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu
manusia dewasa.

Landasan Pendidikan 18
Dafar Pustaka

Landasan Pendidikan 19

Anda mungkin juga menyukai