PERADABAN BARAT
Posted: March 9, 2011 in Uncategorized
0
BAB I
PENDAHULUAN
Di dunia ini terdapat beberapa kelompok peradaban besar, dua di antaranya adalah peradaban
islam dan peradaban barat dimana masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
Peradaban barat berpusat di kawasan Eropa barat, Eropa Tengah, serta Negara-negara yang
sejarahnya dipengaruhi oleh imigrasi bangsa eropa seperti Negara-negara di benua Amerika dan
Australia. Sedangkan peradaban islam berpusat di Negara-negara kawasan Timur Tengah.
Baik peradaban barat maupun peradaban islam masing-masing telah menyumbangkan tokoh-
tokoh besar yang memiliki pengaruh besar kepada masyarakat. Dalam studi sosiologi, peradaban
(civilization) adalah masyarakat yang mapan (a well-established) dan kompleks (complex
society) yang mencakup segi-segi kehidupan politik, administrasi, pendidikan, ilmu
pengetahuan, budaya, agama, hukum, dan sebagainya.
Dalam makalah ini kami akan membahas tentang peradaban barat dan peradaban islam, sejarah
perkembangannya, komparasi antar keduanya serta kelebihan dan kekurangannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PERADABAN BARAT
Konsep peradaban barat umumnya terkait dengan definisi klasik dari Dunia Barat. Dalam
definisi ini, peradaban barat adalah himpunan sastra, sains, politik, serta prinsip-prinsip artistik
dan filosofi yang membedakannya dari peradaban lain. Sebagian besar rangkaian tradisi dan
pengetahuan tersebut umumnya telah dikumpulkan dalam kanon Barat. Istilah peradaban barat
secara global digunakan untuk merujuk pada warisan norma-norma sosial, nilai-nilai etika, adat
istiadat, keyakinan agama, sistem politik, artefak budaya khusus, serta teknologi. Secara spesifik,
istilah peradaban barat dapat ditujukan terhadap:
• Pengaruh budaya Klasik dan Renaisans Yunani-Romawi dalam hal seni, filsafat, sastra, dan
tema hukum dan tradisi, dampak sosial budaya dari periode migrasi dan warisan budaya Keltik,
Jermanik, Romanik, Slavik, dan kelompok etnis lainnya, serta dalam hal tradisi rasionalisme
dalam berbagai bidang kehidupan yang dikembangkan oleh filosofi Helenistik, skolastisisme,
humanisme, revolusi ilmiah dan pencerahan, dan termasuk pula pemikiran politik, argumen
rasional umum yang mendukung kebebasan berpikir, hak asasi manusia, kesetaraan dan nilai-
nilai demokrasi yang menentang irasionalitas dan teokrasi.
• Pengaruh budaya Alkitab-Kristiani dalam hal pemikiran rohani, adat dan dalam tradisi etika
atau moral, selama masa Pasca Klasik.
• Pengaruh budaya Eropa Barat dalam hal seni, musik, cerita rakyat, etika dan tradisi lisan,
dengan tema-tema yang dikembangkan lebih lanjut selama masa Romantisisme.
Sejarah Perkembangan Peradaban Barat
Konsep tentang “barat” muncul dari warisan Kekaisaran Romawi. Pada hakikatnya kebudayaan
romawi adalah lanjutan kebudayaan Yunani.
1. Era Klasik
Era Klasik dadalah pada masa Greeco-Romawi yaitu masa kekusaan Yunani yang selanjutnya
dilanjutkan oleh kekaisaran Romawi yang mengalami puncak kejayaan pada masa raja Justianus,
karena pada hakikatnya kebudayaan romawi adalah lanjutan kebudayaan Yunani. Jurji Zaijan
membagi kebudayaan Yunanii menjadi tujuh zaman, yaitu:
a. Masa mitologi, yaitu zaman Yunani Purba dimana seluruh kebudayaannya penuh dengan
dongeng dan khurafat.
b. Masa Heroik (900-700 SM), yaitu zaman dimana hasil-hasil kebudayaan menggambarkan
semangat kepahlawanan. Karya yang terkenal adalah kumpulan syair bernama Ilias dan Odyssa
ciptaan Homerus yang melukiskan kisah perang.
c. Masa Lyric (Perasaan) (700-500 SM), yaitu masa kolonisasi Yunani di daerah Timur Tengah
dan Afrika Utara dan masa berkuasanya para tiran sehingga banyak tercipta sajak-sajak lyric.
d. Masa Keemasan (500-323 SM). Pada masa ini muncul sajak-sajak dramatik, filsafat, khitabah
dan sejarah.
e. Masa Iskandary (323-146). Pada masa ini pusat kebudayaan pindah dari Athena ke
Iskandariyah (Alexandria), sehingga Iskandariyah menjadi pusat segala kegiatan ilmu, filsafat
dan sebagainya.
f. Masa Yunani Romawi (142 SM-550 M), pada masa ini daerah kekuasaan Yunani telah jatuh
dalam kekuasaan kerajaan Romawi. Maka mundurlah kebudayaan Yunani, akan tetapi orang-
orang kristen telah memperbarui, mengubah dan sebagainya.
g. Masa Bizantium, yaitu zaman kegemilangan pusat romawi Timur (Konstatinopel), dimana
menjadi pusat kebudayaan dan peradaban Yunani.
2. Abad Pertengahan
Setelah jatuhnya Romawi, pada abad ke 10 M telah ditemukan kembali kode justian, sehingga
dapat menyalakan kembali semangat untuk disiplin hukum bahwa hukum romawi menjadi dasar
dari semua konsep hukum. Hukum-hukum itu antara lain tentang hak-hak sipil , kesetaraan di
hadapan hukum , kesetaraan perempuan , keadilan prosedural , demokrasi sebagai bentuk ideal
masyarakat , dan prinsip-prinsip yang membentuk dasar budaya Barat modern serta penyatuan
hukum Romawi dengan sistem hukum gereja Katolik.
Peradaban Barat di abad pertengahan dalam berbagai bidang:
Bidang Agama, Seni dan Sastra
Mungkin supranasional pemerintah paling efektif selama lima abad setelah jatuhnya kekaisaran
barat adalah Gereja Katolik. Paus berusaha untuk menunjuk para uskup, mengatur doktrin,
mengirim misionaris, dan berusaha memaksakan sebuah pemerintahan terpusat berdasarkan
Kekaisaran Romawi kuno raja-raja. Jermanik, seperti Clovis kaum Frank, agama Kristen sebagai
alat buttressing monastisisme otoritas mereka sendiri.
Hingga 1000 M, kristen tetap mendominasi Eropa, namun sebagian besar penyelidikan teologis
hanya dibatasi untuk naskah-naskah kuno yang berkaitan dengan pertanyaan teologis yang
penting. Berbagai upaya dilakukan untuk menggabungkan pemikiran logis dalam penyelidikan
teologis. Rasionalisme dalam teologi menyebabkan tumbuhnya universitas barat dalam rangka
peningkatan kualitas di bidang ilmu pengetahuan, bahkan barat juga mengimpor ilmu dari dunia
Islam dengan menterjemahkan teks bahasa Arab ke dalam bahasa Latin.
Pada abad ke 14 muncul gerakan renaissance yang berarti gerakan terlahir kembali atu terlepas
dari cengkeraman gereja. Karena ketika itu gereja mengklaim sebagai institusi resmi wakil tuhan
di muka bumi melakukan hegemoni di masyarakat.
Dalam bidang seni, sebelumnya telah banyak seniman Barat yang terkonsentrasi pada bidang
keagamaan hampir secara eksklusif , dimana seni dan arsitekturnya banyak dikhususkan untuk
Gereja. Dalam bidang satra, awalnya menulis dalam bahasa Latin hanya ditujukan untuk teologi,
dan pemerintah, namun pada abad pertengahan penulisan sastra lebih menjurus pada hal-hal
duniawi.
Bidang Pertanian
Perbaikan sistem pertanian setelah 800 M menjadikan pemilik tanah menjadi bebas secara
virtual. Ketegangan antara petani dan bangsawan muncul, namun secara keseluruhan,
bagaimanapun, kondisi petani meningkatkan produktivitas pertanian telah melampaui dunia
kuno.
3. Era Modern
Dalam Peradaban Barat era modern, agama menjadi kurang penting. Agama sementara itu telah
menyusut jauh di Eropa Barat, dimana banyak agnostik atau ateis . Hampir setengah dari
populasi dari Britania Raya (44-54%), Jerman (41-49%), Perancis (43-54%) dan Belanda (39-
44%) adalah non-teis. sebagaimana juga terjadi di sebagian besar Amerika Latin. Pada zaman ini
juga mulai berkembang konsep pemisahan Gereja dengan negara , sehingga muncul doktrin
pemisahan kekuasaan, yang membuat demokrasi Barat modern yang berbeda dari demokrasi
secara umum. Biasanya masyarakat barat menggunakan sistem pemerintahan demokrasi dengan
multipartai atau presidensil.
• Sastra
o Opera “Peringatan akan akibat” karangan Shakespeare, diilhami dari kisah Alfu lailah wa
lailah dari masa keemasan Islam.
o Cerpen karangan sastrawan Perancis Lasange banyak mengambil inspirasi dari kitah Natan al-
Hakim.
o Sajak Divina Commedia karangan Dante Alghieri mengambil dari kitab Risalatul- Ghufran
(karangan al-Ma’ariy) & Washful Jannah (karangan Ibnu Arabi).
o Cerita Gulliver (karangan Schwift) diilhami oleh Alfu lailah wa lailah.
o Cerita Robinson Crusoe (karangan Defoe) diilhami dari kitab ar-Risalah (karangan Hayy bin
Yaqzhan yang dikenal dengan gelar Ibnu Thufail)
• Bahasa
o Dalam aspek bahasa, banyak kata-kata dalam bahasa Barat yang mengambil dari bahasa Arab,
seperti; Cotton (dari Quthn), Syrup (dari Syarab), Lemon (dari Laymun), bahkan nama-nama
ilmuwan Islam seperti : Avecina (dari Ibnu Sina), Averoes (dari Ibnu Rusyd), Albategnius (dari
Al-Baththani), Ibn Yunis (dari Ibnu Yunus), dan lain-lain.
• Sejarah
Ibnu khaldun dikenal sebagai bapak Sejarah. Sumbangan Ibnu khaldun tentang ilmu sejarah
adalah teori perkembangan peradaban.
• Botani dan Zoologi
Raja Friederich-II dari Perancis meminta putra-putra Ibnu Rusyd (menurut ejaan Barat dibaca :
Averoes) untuk tinggal di istananya mengajarinya ilmu Botani & Zoologi.
Paus Gerbert (bergelar Sylvestre-II) mengajar ilmu-ilmu alam pada tahun 1552-1562 yang
kesemuanya dipelajarinya di Universitas Islam Andalusia di Spanyol.
• Hukum
Menurut sejarawan & orientalis Perancis Sedillot, bahwa UU Sipil Perancis pada masa Napoleon
Bonaparte diilhami dari kitab al-Khalil (salah satu kitab Fiqh Maliki).
BAB III
PENUTUP
Peradaban islam dan peradaban barat masing-masing telah menyumbangkan perannya dalam
kemajuan peradaban dunia. Kemajuan perdaban barat saat ini pun tidak lepas dari peranan
peradaban islam karena sesungguhnya kemajuan barat adalah karena pada abad pertengahan
barat banyak belajar dari orang-orang islam. Orang-orang barat banyak menterjemahkan buku-
buku dari islam untuk dipelajari dan dikembangkan.
Meskipun banyak perbedaan yang bahkan bertolak belakang, peradaban barat dan peradaban
islam masing-masing telah menyumbangkan tokoh-tokoh jeniusnya. Jika orang barat memilki
Issac newton, James watt, Aristoteles, dan lain-lain maka peradaban islam juga memiliki Abu
Hanifah, Malik, Asy Syafi’I, Ahmad, Al Khalil, Al Kindi, Al Ghazali, Al farabi, ibn Rusyd, ibn
Sina, dan lain-lain.
Baik peradaban islam maupun peradaban barat masing-masing memiliki kelebihan dan
kekurangan. Langkah terbaik yang sebaiknya dilakukan adalah memperbaiki kelemahan dan
mempertahankan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh masing-masing peradaban.
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Alī bin Abī Thālib (Arab: علي بن أبي طالب, Persia: ( )علی پسر ابو طالب599 – 661) adalah salah
seorang pemeluk Islam pertama dan juga keluarga dari Nabi Muhammad. Menurut Islam Sunni,
ia adalah Khalifah terakhir dari Khulafaur Rasyidin. Sedangkan Syi’ah berpendapat bahwa ia
adalah Imam sekaligus Khalifah pertama yang dipilih oleh Rasulullah Muhammad SAW.
Sudah dimaklumi bahwa satu peristiwa pasti berkaitan dengan peristiwa yang lain, hal itu biasa
disebut dengan kausalitas. Begitu juga dengan peristiwa yang menyangkut dengan pemerintahan
Ali bin Abi Thalib, besar hubungannya dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada
pemerintahan Utsman bin Affan. Peristiwa terbunuhnya Utsman di tangan rombongan penentang
menyisakan banyak teka-teki sejarah yang tak kunjung memuaskan. Hal inilah yang
menyebabkan terjadinya berbagai konflik pada masa kekhalifahan selanjutnya yaitu kekhalifahan
Ali ibn Abi Thalib.
Di dalam makalah ini kami akan membahas tentang siapa Ali ibn Abi Thalib, bagaimana proses
pembai’atan Ali ibn Abi Thalib sebagai khalifah, bagaimana politik Ali dalam pemerintahannya,
konflik yang terjadi pada masa kekhalifahan Ali (tentang peperangan Jamal dan peperangan
shiffin) dan bagaimana akhir hayat khalifah Ali Ibn Abi Thalib.
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
KESIMPULAN
Jika dilihat dari pembahasan di atas, maka pada masa kekhalifahan Ali ibn Abi Thalib yang
terlihat hanyalah kekacauan dan peperangan. Penentangan-penentangan telah dihadapi Ali sejak
awal-awal pemerintahannya. Bahkan di masa kekhalifahan Ali inilah mulai terjadi peperangan
sesama kaum muslimin, seperti Perang Jamal dan Perang Shiffin. Berbagai langkah dan
kebijakan yang telah dilakukan Ali dalam rangka menjalankan roda pemerintahannya,
merupakan ijtihad politik yang sangat cemerlang. Meskipun pada akhirnya, kebijakan tersebut
banyak memakan korban.
Konflik yang terjadi diantara sahabat nabi merupakan sunnatullah yang bisa terjadi kepada siapa
pun, dimana pun dan kapan pun. Semua itu, merupakan pelajaran berharga bagi umat Islam di
kemudian hari. Jika sahabat saja, yang oleh al-Quran disebut khair al-Ummah, bisa mengalami
konflik, apalagi kita. Namun bagaimana pun sebisa mungkin seharusnya kita dapat belajar dari
sejarah dan menyikapinya secara positif agar tidak menimpa kita.
BIBLIOGRAFI
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam islam kedudukan hadis sebagai sumber ajaran islam menempati posisi kedua setelah al-
Qur’an. Bukan saja menjadi penguat dan penjelas al- Qur’an, tetapi juga dijadikan hukum baru
yang tidak atau belum dijelaskan oleh al-Qur’an, bahkan ia juga berfungsi untuk menasakh al-
Qur’an.
Hadis tidak seperti alqur’an yang yang sifatnya qath’iyyah al wurud (pasti kedatangannya), maka
tidak diherankan keberadaannya menjadi sasaran oleh mereka yang tidak senang terhadap islam
(misalnya Goldziher, 1850-1921) yang meragukan orisinalitas hadis. Alasannya adalah jarak
semenjak wafatnya Nabi Saw dengan dengan masa upaya pentadwinan hadis sangat jauh,
menurutnya sangat sulit untuk menjaga tingkat orisinalitas hadis tersebut. Selanjutnya dalam
kalangan islam sendiri ditemukan kelompok di Mesia dan Iraq yang dikenal dengan nama
inkarus sunnah yang tidak menjadikan hadis sebagai sumber ajaran islam. Hal ini membuat ilmu-
ilmu hadis menampak titik urgensi dirinya dalam mempertahankan dan
mempertanggungjawabkan otentitas hadis secara ilmiah. Sedangkan untuk dapat mengetahui
secara kronologis perkembangan hadis mulai masa Nabi Saw sampai pertengahan abad VII H
hingga sekarang, para ahli membaginya dalam beberapa periode perkembangan hadis.
BAB II
PEMBAHASAN
“SEJARAH KODIFIKASI HADIS”
“Janganlah kau tulis apa saja dariku selain al Qur’an. barang sispa menulis dariku selain al
Qur’an hendaknya dihapus.” (HR Muslim).
Menurut para ulama’, pelarangan penulisan hadis disebabkan oleh beberapa faktor:
a. Men-tadwin-kan segala ucapan, amalan, serta muamalah Nabi adalah suatu hal yang sukar,
karena memerlukan adanya segolongan sahab at yang terus menerus harus menyertai Nabi untuk
menulis segala sesuatu dari Nabi, dan orang yang bisa menulis pada masa itu masih sangat
sedikit.
b. Dikhawatirkan akan bercampur dalam sebagian sabda Nabi dengan al Qur’an secara tidak
sengaja.
Pembatalan Larangan menulis hadis
Di balik larangan Rasulullah tentang menulis hadis, ternyata ditemukan sejumlah sahabat yang
menuliskan hadis secara diam-diam, diantaranya adalah Abdullah ibn Amr Al-Ash, Jabir bin
Abdillah ibn Amr Al-Anshari, Abu Huraiorah Ad Dausi dan Abu Syah.
Abdullah ibn Amr Al-Ash memiliki catatan hadis yang menurut pengakuannya dibenarkan oleh
rasulullah Saw. Menurut suatu riwayat diceritakan bahwa orang-orang Quraisy mengkritik sikap
Abdullah yang selalu mnulis apa saja yang datang dari Rasul. Mereka berkata: “ Engkau tuliskan
apa saja yan g datang dari Rasul, padahal Rasul itu manusia yang bisa saja bicara dalam
keadaaan marah.” Kritikan ini disampaikan kepada Rasulullah Saw dan beliau menjawabnya
dengan mengatakan:
“ Tulislah! Demi Dzat Yang menguasai jiwaku, tidak ada yang keluar dari padaku melainkan
yang haq (benar)”. (HR. Bukhari)
B. Hadits Dalam Periode Kedua (Masa Khulafa’ Rasyidin)
Periode ini disebut zaman at Tatsabut wa al Iqlal min al Riwayat ( masa pengokohan dan
penyederhanaan riwayat). Pada masa ini para sahabat sangat berhati-hati dalam meriwayatkan
dan menerima hadis karena menurut mereka hadis merupakan sumber ajaran islam yang harus
terjaga dari kekeliruan sebagaimana al-Qur’an. Diharuskan menghadirkan saksi untuk
meriwayatkan suatu hadis.
Cara para sahabat meriwayatkan hadis:
• Periwayatan lafdzi, yaitu periwayatan hadis yang lafadznya persis seperti yang disabdakan
nabi.
• Periawayatan maknawi, yaitupara sahabat meriwayatkan makananya saja karena tidak hafal
lafaz asli dari Nabi.
C. Hadits Dalam Periode Ketiga (Masa Sahabat Kecil dan Tabi’in Besar)
Periode ini disebut “Ashr al Intisyar al Riwayah ila al Amshar” (masa berkembang dan
meluasnya periwayatan hadis). Sesudah masa Usman dan Ali, timbullah usaha yang lebih serius
untuk mencari dan menghafal hadis serta menyebarluaskannya kepada masyarakat luas. Pada
masa ini wilayah islam sudaj semakin meluas ke negeri Syam, Iraq, Mesir, Samarkant, hingga
Spanyol. Hal ini bersamaan dengan berangkatnya para sahabat ke daerah-daerah tersebut dalam
rangka memangku jabatan pemerintahan dan penyebaran ilmu hadis.
Karena meningkatnya periwayatan hadis, muncullah bendaharawan dan lembaga-lembaga hadis
di berbagai daerah. Di antara bendaharawan hadis yang banyak menerima, menghafal dan
meriwayatkan hadis adalah:
a. Abu Hurairah, meriwayatkan 5374 hadis.
b. Abdullah ibnu Umar, meriwayatkan 2630 hadis.
c. Anas Ibnu Malik, meriwayatkan 2276 hadis.
d. Aisyah, meriwayatkan 2210 hadis.
e. Abdullah bin Abbas, meriwayatkan 1660 hadis.
f. Jabir ibnu Abdullah40, meriwayatkan 1 hadis.
g. Abu Sa’id al khudry, meriwayatkan 1170 hadis.
Pusat-pusat hadis:
a. Madinah
Tokoh-tokohnya adalah Abu Bakar, Umar, Ali, Abu Hurairah, Aisyah, Ibnu Umar, Abu Sa’id al
Khudry dan Zaid bin Tsabit, serta para sahabat Tabi’in yang belajar kepada para sahabat di atas.
b. Makkah
Tokoh-tokoh hadisnya adalah Mu’adz dan Ibnu Abbas, dan para tabi’in yang belajar kepada
mereka yaitu Mujahid, Ikrimah, Atha’ ibnuAbi Rabah, Abu Az Zubair Muhamad ibnu Muslim.
c. Kufah
Tokoh-tokohnya adalah Ali Abdullah bin Mas’ud, Sa’ad bin al Waqqash, Sa’id bin Zaid
Khabbab ibnu al Arat, Salman al-Farisi, Hudzaifah ibnu Yaman, Ammar ibnu Yasir, Abu Musa,
Al BAraq, Al Mughirah, Al nu’man, dan lain-lain dengan pemimpin besar hadis di kufah yaitu
Abdullah ibnu Mas’ud. Banyak ulama hadis yang belajar kepadanya.
d. Basrah
Tokoh-tokoh hadisnya adalah Anas Ibnu Malik, Utbah, Imran ibn Husain, Abu Barzah dan lain-
lain serta para tabi’in yang belajar kepada mereka seperti Abul aliyah, Rafi’ ibn Mihram al
Riyahy, Al Hasan Al Bishry, Muhammad ibn Sirrin, Abu Sya’tsa’, Jabir ibn Zaid, Qatadah,
Mutarraf ibn Abdillah ibn Syikhir dan Abu Bardah ibn Abu Musa.
e. Syam
Tokoh hadis dari sahabat di Syam ini adalah Mu’adz ibn Jabal, Ubadah ibn Shamit dan Abu
Darda, dan pada beliau-beliau itu banyak tabi’in belajar di antaranya Abu idris al Khaulany,
Qabishah ibn Dzuaib, Makhul, Raja’ ibn Haiwah.
f. Mesir
Di antara sahabat yang mengembangkan hadis di Mesir adalah Abdullah ibn Amr, Uqbah ibn
Amr, Kharijah ibn Hudzaifah, Abdullah ibn Sa’ad, Mahwiyah ibn Juz, Abdullah ibn Harits, Abu
Bashrah, Abu Sa’ad al Khair, Mu’adz ibn Anas al Juhary. Tabi’in yang belajar kepada mereka
adalah Abu al Khair Martsad al Yaziny dan Yazid ibn abi Habib.
Mulai timbul pemalsuan Hadis
Pada periode ini mulai terdapat pemalsuan hadis. Hal ini dikarenakan fitnah di akhir Khalifah
Usman dimana umat islam pecah menjadi 3 bagian yaitu golongan syiah, khawarij, dan golongan
jumhur. Masing-masing golongan berusaha membuat hadis palsu untuk mendukung paham yang
dianutnya.
D. Hadis pada Periode Keempat (Masa pengumpulan dan Pembukuan Hadis abad II Hijriah)
Pada abad pertama hijriah yaitu pada zaman Rasulullah Saw, Khulafa’ur Rasyidin, sebagian
besar dinasti Amawiyah hingga akhir abad pertama Hijriah hadis hadis berpindah dari mulut ke
mulut dan para perawi meriwayatkan berdasarkan kekuatan hafalannya. Ketika kekhalifahan
dipegang oleh Umar ibn Abdul Aziz (99H), mulailah dilakukan usaha tadwin hadis. Alasan
mengapa Umar ibn Abdul Aziz memutuskan hal itu adalah beliau khawatir terhadap hilangnya
hadis-hadis dengan gugurnya para ulama hadis di medan perang dan khawatir akan tercampurnya
hadis-hadis shahih dengan hadis palsu. Di pihak lain bahwa dengan semakin meluasnya daerah
kekuasaan islam dan berbedanya kemampuan para tabi’in satu sama lain, maka sangat jelas
diperlukan adanya usaha kodifikasi ini.
Untuk mewujudkan maksud mulia itu, pada tahun 100 H khalifah meminta gubernur madinah
Abu Bakar ibn Muhammad ibn Amr Ibn Hazmin supaya membukukan hadis rasul kepada
penghafal wanita terkenal Amrah binti Abd ar Rahman ibn Sa’ad ibn Zuharah ibn Ades dan
hadis-hadis yang ada pada al Qosim ibn Muhammad ibn Abu Bakr ash Shiddiq, seoarang fuqaha
tujuh madinah. Di samping itu, Umar mengirimkan surat-surat kepada gubernur-gubernur yang
ada di bawah kekuasaannya untuk membukukan hadis yang ada pada ulama yang tinggal di
wilayah mereka masing-masing.
Adapun para pengumpul pertama hadis yang tercatat dalam sejarah adalah:
a. Di kota Makkah, Ibnu Juraij (80H/669M-150H/767M)
b. Di kota Madinah, Ibnu Ishaq (…H/151M-…H/768M), Ibnu Abi Dzi’bin dan Malik ibn Anas
(93H/703M-179H/798M)
c. Di kota Bashrah, Ar-Rabi’ ibn Shabih (…H/…M-160 H/777M),Hammad ibn Salamah (176H)
dan Said ibn Abi Arubah (156H/773M)
d. Di Kufah, Sufyan ats-Tsaury(161H)
e. Di Syam, Al-Auza’y(156H)
f. Di Washith, Husyaim al-Wasyithy (104H/772M-188H/804M)
g. Di Yaman, Ma’mar al-Azdy (95H/753M-153H/770M)
h. Di Rey, Jarir adh-Dhabby (110H/728M-188H/804M)
i. Di Khurasan, Ibnu al-Mubarak (118H/735M-181H/797M)
j. Di Mesir, Al-Laits ibn Sa’ad(175H).
Kitab-kitab hadits yang terkenal dalam abad ke dua Hijrah dalam kalangan ahli hadist ialah:
a. Al Muwatha’, susunan imam Malik (95H-179H)
b. Al MAghazi wa al Siyar, susunan Muhammad ibn Ishaq (150H)
c. Al-Jami’, susunan Abd ar Razzaq ash Shan’any (211H)
d. Al Mushannaf, susunan Syu’bah ibn Hallaj (160H)
e. Al Mushannaf, susunan Sufyan ibn Uyainah (198H)
f. Al Mushannaf, susunan al laits ibn sa’ad (175H)
g. Al Mushannaf, susunan al Auza’y (150H)
h. Al Mushannaf, susunan Al Humaidi(219H)
i. Al Maghazi an Nabawiyah, susunan Muhammad ibn WAqid al Aslami (130H-207H)
j. Al Musnad, susunan Abu Hanifah (150H)
k. Al Musnad, susunan Zaid ibn Ali
l. Al Musnad, susunan susunan Imam Asy Syafi’i (204H)
m. Mukhtalif al Hadis, susunan imam Syafi’i.
E. Hadis Pada Periode Kelima (Masa Pentashhihan dan Penyusunan Kaidah-kaidahnya)
Para ahli hadis padaa abad II H tidak memisahkan hadis dari fatwa-fatwa sahabat dan tabi’in,
namun pada abad ketiga para ahli hadis memisahkan hadis dari fatwa-fatwa itu. Mereka hanya
membukukan hadis-hadis saja. Pada mulanya ulama hanya mengumpulkan hadis yang terdapat
di kota mereka masing-masing, hanya sebagaian kecil saja yang pergi ke kota lain untuk
kepentingan hadis. Keadaan ini dirubah oleh Bukhari dimana beliau selama 16 tahun menjelajah
untuk menyiapkan kitab shahihnya. Pada mulanya para ulama menerima menuliskan hadis dari
para perawi dengan tidak menetapkan syarat dan tidak memperhatikan shahih tidaknya. Namub
setelah terjadinya pemalsuan hadis dan adanya upay dari orang-orang zindiq untuk mengacaukan
hadis, para ulama pun melakukan hal-hal berikut:
1. Membahas keadaaan rawi-rawi dari berbagai segi, baik dari segi keadilan, tempat kediaman,
masa, dan lain-lain.
2. Memisahkan hadis-hadis yang shahih dari hadis yang dhaif, yakni dengan mentashhihkan
hadis. Dasar-dasar pentashhihannya adalah:
Pengetahuan yang luas tentang tarikh rijal al hadis (sejarah perawi hadis).
Perbandingan antara hadis di suatu kota dan di kota lainnya dan juga pengetahuan yang luas
tentang mazhab yang dianut oleh perawi-perawi itu, apakah dia seorang khawarij, Mu’tazilah,
syi’ah atau yang lainnya.
Langkah-langkah yang diambil untuk memelihara hadis:
Mengisnadkan hadis
Memeriksa benar dan tidaknya hadis yang diterima
Mengkritik perawi dan menerangkan keadaan-keadaan mereka, tentang kebenaran dan
kedustaannya. Membuat kaidah umum untuk membedakan derajat-derajat hadis.
Menetapkan kriteria-kriteria hadis maudhu’.
Tokoh-tokoh Hadis yang lahir dalam masa ini adalah Ali ibn al-Madiny, Abu Hatim ar-Razy,
Muhammad ibn Jarir ath-Thabary, Muhammad ibn Sa’ad, Ishaq ibn Rahawaih, Ahmad, Al-
Bukhary, Muslim, An-nasa’y, Abu Daud, At-Tirmidzy, Ibnu Majah, Ibnu Qutaibah, Ad-Dainury.
Kitab-kitab sunnah yang tersusun dalam abad yang ketiga antara lain:
1. Al-Musnad, susunan Musa Ibn’Abdillah Al-‘Abasy
2. Al-Musnad, susunan Musaddad ibn Musarhad
3. Al-Musnad, susunan Asad Ibn Musa
4. Al-Musnad, susunan Abu Daud Ath Thayalisy
5. Al-Musnad, susunan Nu’aim ibn Hammad
6. Al-Musnad, susunan Abu Ya’la Al-Maushuly
7. Al-Musnad, susunan Al-Humaidy
8. Al-Musnad, susunan ‘Ali Al-Madaidi
9. Al-Musnad, susunan ‘Abid Ibn Humaid (249H)
10. Al- Musnadu Al-Mu’allal, susunan Al-Bazzar
11. Al-Musnad, susunan Baqiy Ibn Makhlad (201-296H
12. Al-Musnad, susunan Ibnu Rahawaih (237H)
13. Al-Musnad, susunan Ahmad Ibn Ahmad
14. Al-Musnad, susunan Muhammad Ibn Nashr Al-Marwazy
15. Al-Musnad, susunan Abu Bakr ibn Abi Syaibah (235H)
16. Al-Musnad, susunan Abu Al-Qasim Al-Baghdawy (214H)
17. Al-Musnad, susunan ‘Utsman ibn Muhammad Al-Masarkhasy
18. Al-Musnad, susunan Ad-Darimi
19. Al-Musnad, susunan Sa’id Ibn Mansur
20. Al-Musnad, susunan Sa’id Ibn Mansur (227H)
21. Tahdzibu Al-Atsarm, susunan Al-Imam ibn Jarir
22. Al-Jami’u Ash-Shahih, susunan Bukhari
23. Al-Jami’u Ash-Shahih, susunan Muslim
24. As-Sunan, susunan An-Nasa’i
25. As-Sunan, susunan Abu Dawud
26. As-Sunan, susunan At-Tirmidzi
27. As-Sunan, Susunan Ibnu Majah
28. As-Sunan, susunan Ibnu Al-Jarud
29. Ath-Thabaqat, susunan Ibnu Sa’ad
F. Hadis Pada Periode keenam (dari awal abad IV H – 656 H)
Ulama-ulama hadis yang muncul pada abad II dan III H digelari mutaqaddimin. Mereka
mengumpulkan hadis dengan usaha dan pemeriksaan sendiri dengan menemui para penghafl
hadis yang tersebar di seluruh pelosok negara Arab, Persia dan lain-lain. Sedangkan ulama-
ulama hadis yang muncul pada abad IV H dan seterusnya diberi gelar Muta’akhkhirin.
Kebanyakan hadis yang mereka kumpulkan adalah petikan atau nukilan dari kitab-kitab
Mutaqddimin. Pada periode ini muncul kitab shahih yang tidak terdapat dalam kitab shahih abad
III H diantaranya adalah ash Shahih susunan ibn Huzaimah, At taqsim wa al Anwa’ susunan ibn
Hibban, Al Mustadrak susunan Al hakim, Ash Shahih susunan Abu Awanah, Al Muntaqa
susunan ibn Jarud dan Al mukhtarah susunan Muhammad ibn Abd al wahid al Maqdisy.
Di antara usaha-usaha yang dilakukan oleh ulama hadis pada abad ini adalah:
1. Mengumpulkan hadis Bukhari/ Muslim dalam sebuah kitab.
2. Mengumpulkan hadis-hadis dalam kitab enam dengan urutan sebagai berikut:
a. Al Jami’ Al Shahih susunan Imam Bukhari
b. Al Jami’ Al Shahih susunan Imam Muslim
c. Al Sunan susunan Abu daud
d. Al Sunan susunan al Tirmidzi
e. Al Sunan susunan al Nasa’i
f. Al Sunan susunan ibn Majah.
3. Mengumpulkan hadis-hadis yang terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah Mashabih
As Sunnah oleh Imam husain ibn Mas’ud al Baghawi (516H), Jami’ul Masanid wal Alqab oleh
Abdurrahman ibn Ali al jauzy (597 H), Bahrul Asanid al Hafidh Al Hasan ibn Ahmad al
Samarqandi (491H).
4. Mengumpulkan hadis-hadis hukum dan menyusun kitab-kitab Athraf.
Pada periode ini muncul usaha-usaha istikhraj dan istidrak. Istikhraj adalah mengambil suatu
hadis dari Bukhari dan muslim misalnya, lalu meriwayatkan dengan sanad sendiri. Contoh
kitabnya adalah Mustakhraj shahih Al Bukhari oleh hafidh al Jurjany, Mustakhraj shahih Muslim
oleh Al hafidh Abu Awanah. Sedangkan istidrak yaitu mengumpulkan hadis-hadis yang
memiliki syarat-syarat Bukhari dan Muslim atau salah satunya yang kebetulan tidak
diriwayatkan atau dishahihkan oleh Bukhari dan Muslim. Contohnya kitab Al mustadrak oleh
Abu Dzar al Harawy.
BAB III
KESIMPULAN
Dalam proses kodifikasinya, sejak zaman Nabi saw sampai sekarang, para ulama hadis membagi
sejarah hadis dalam tujuh periode, yaitu:
1. Periode pertama (masa Rasulullah).
2. Periode kedua (masa Khulafa’ Rasyidin- masa membatasi riwayat)
3. Periode ketiga (masa sahabat kecil dan tabi’in besar)
4. Periode keempat (masa pengumpulan dan pembukuan hadis)
5. Periode kelima (masa pentashhihan dan penyusunan kaidah-kaidahnya)
6. Periode keenam (dari awal abad IV- 656H)
7. Peride ketujuh ( 656H- sekarang)
BIBLIOGRAFI
https://historyisthebest.wordpress.com/2011/03/09/komparasi-peradaban-islam-dan-peradaban-
barat/