PENDAHULUAN
Bogor merupakan Kota terletak di Provinsi Jawa Barat yang memiliki luas
wilayah sebesar 118 km2. Berdirinya Kota Bogor sebagai “Kota Hujan”, menjadikannya
sebagai wilayah yang dimanfaatkan pada pengembangan pertanian, walaupun tidak lepas
dari wilayah pelayanan umum, perdagangan dan jasa. Sehingga dengan begitu,
masyarakat dari wilayah lain akan cenderung mencari tempat tinggal yang didalamnya
terdapat fasilitas-fasilitas yang dapat membantu mereka untuk memenuhi kebutuhan
hidup baik dalam segi kebutuhan primer maupun sekunder. Maka, hal inilah yang
menjadi salah satu penyebab atau faktor yang mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk
di Kota Bogor. Semakin meningkatnya jumlah penduduk disuatu wilayah, maka semakin
meningkat pula kebutuhan akan tempat tinggal. Penduduk yang tinggal di pusat kota atau
metropolitan cenderung akan mencari tempat tinggal yang layak yakni yang dapat
memberikan rasanya mandanaman, sehingga hal tersebut yang mendorong peningkatan
kualitas hunian yang dapat memenuh kebutuhan akan tempat tinggal masyarakat
perkotaan.
Perencanaan Tapak (site plan) adalah seni menata lingkungan buatan manusia
dan lingkungan alamiah, guna menunjang kegiatan manusia. Pengkajian perencanaan
tapak (site planning) sering tersusun dalam dua komponen yang berhubungan, yaitu
faktor lingkungan alam dan faktor lingkungan buatan manusia (Felicity Brogden, 1985).
Maka, perancangan tapak inilah yang dipilih sebagai metode untuk membangun suatu
perumahan eksklusif yang dapat menjawab persoalan akan kebutuhan masyarakat dalam
halt empat tinggal. Dalam Undang-Undang Nomor 4 tahun 1992 tentang perumahan dan
permukiman, perumahan diartikan sebagai kelompok rumah yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan
prasarana. Pengertian perumahan ekskulsif dalam sosiologi adalah masyarakat yang
cenderung akan membatasi pergaulannya dengan masyarakat lainnya teruatama dalam hal
keyakinan, perkawinan, dan agama. Sehingga dapat dikatakan bahwa dalam
1
merencanakan perumahan eksklusif, harus mengetahui terlebih dahulu sasaran
masyarakat yang akan meninggali perumahan tersebut agar pembangunan sarana dan
prasarana dapat bersifat sustainable (berkelanjutan).
2
BAB II
Perumahan merupakan salah satu bentuk sarana hunian yang memiliki kaitan
yang sangat erat dengan masyarakatnya. Hal ini berarti perumahan di suatu lokasi sedikit
banyak mencerminkan karakteristik masyarakat yang tinggal di perumahan tersebut.
(Abrams, 1664 dalam Santoso, 2015).
Rumah adalah tempat untuk melepaskan lelah, tempat bergaul, dan membina rasa
kekeluargaan diantara anggota keluarga, tempat berlindung keluarga dan menyimpan
barang berharga, dan rumah juga sebagai status lambing sosial (Azwar, 1996;
Mukono,2000).
Perumahan dapat diartikan sebagai suatu cerminan dari diri pribadi manusia, baik
secara perorangan maupun dalam suatu kesatuan dan kebersamaan dengan lingkungan
alamnya dan dapat juga mencerminkan taraf hidup, kesejahteraan, kepribadian, dan
peradaban manusia penghuninya, masyarakat ataupun suatu bangsa.
(Yudhohusodo, 1991 dalam Santoso, 2015).
3
2.2 Jenis Perumahan
Menurut SKB Menteri Dalam Negeri, Menteri PU, Menteri Perumahan Rakyat Tahun
1992 Properti perumahan dapat dikategorikan menjadi beberapa jenis, yaitu :
a. Rumah sederhana adalah rumah yang dibangun di atas tanah dengan luas
kaveling antara 54 m2 sampai 200 m2 dan biaya pembangunan per m2 tidak
melebihi dari harga satuan per m2 tertinggi untuk pembangunan perumahan dinas
pemerintan kelas C yang berlaku.
b. Rumah menengah adalah rumah yang dibangun di atas tanah dengan luas
kaveling antara 200 m2 sampai 600 m2 dan/atau biaya pembangunan per m2
antara harga satuan per m2 tertinggi untuk pembangunan perumahan dinas
pemerinah kelas C sampai A yang berlaku.
c. Rumah mewah adalah rumah yang dibangun di atas tanah dengan luas kaveling
antara 600 m2 sampai dengan 2000 m2 dan/ atau biaya pembangunan per m2 di
atas harga satuan per m2 tertinggi untuk pembangunan perumahan dinas kelas A
yang berlaku Menurut Siddik dalam Rahma (2010), karakteristik perumahan
yang bersifat unik terutama menyangkut hal- hal sebagai berikut :
1. Lokasinya yang tetap dan hampir tidak mungkin dipindah.
2. Pemanfaatannya dalam jangka panjang.
3. Bersifat heterogen secara multidimensional, terutama dalam lokasi,
sumber daya alam dan preferensinya.
4. Secara fisik dapat dimodifikasi.
4
konsumen. Pada umumnya, rumah sederhana mempunyai luas rumah 22 m² s/d
36 m², dengan luas tanah 60 m² s/d 75 m².
5
3. Perumahan Mewah merupakan jenis perumahan yang dikhususkan bagi
masyarakat yang berpenghasilan tinggi. Jenis perumahan ini dilengkapi dengan
sarana dan prasarana penunjang operasional yang sudah sangat lengkap, seperti
pusat olah raga, taman dan fasilitas bermain, gedung pertemuan, pusat
perbelanjaan, bahkan fasilitas rekreasi. Hal tersebut dikarenakan penghuni rumah
tersebut menginginkan kemudahan akses dan pelayanan sekitar perumahan yang
cepat dan lengkap. Pada umumnya, rumah mewah ini biasanya mempunyai luas
rumah lebih dari 120 m² dengan luasan tanah lebih dari 200 m².
6
2.3 Kriteria Perumahan
Lokasi dari lingkungan perumahan juga harus memenuhi beberapa ketentuan berikut,
yaitu:
Lokasi perumahan harus sesuai dengan rencana peruntukan lahan yang diatur
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) setempat atau dokumen
perencanaan lainnya, seperti:
Lokasi perumahan harus berada pada lahan yang jelas status kepemilikannya,
serta memenuhi syarat administratif, teknis dan ekologis
7
2.4 TINJAUAN KEBIJAKAN PERUMAHAN SNI 03-1733-2004
8
Tabel 2.1 Faktor reduksi kebutuhan lahan untuk sarana lingkungan berdasarkan
kepadatan penduduk
Ketentuan dasar fisik lingkungan perumahan harus memenuhi faktor-faktor berikut ini:
a. Ketinggian lahan tidak berada di bawah permukaan air setempat, kecuali dengan
rekayasa/ penyelesaian teknis.
b. Kemiringan lahan tidak melebihi 15% (lihat Tabel 2) dengan ketentuan:
tanpa rekayasa untuk kawasan yang terletak pada lahan bermorfologi
datarlandai dengan kemiringan 0-8%; dan
diperlukan rekayasa teknis untuk lahan dengan kemiringan 8-15%
9
Tabel 2.2 Kesesuaian penggunaan lahan berdasarkan kemiringan lereng
a. Topografi
Menurut M. Suparno dan Marlina Endy (2005:139), keadaan topografi adalah
keadaan yang menggambarkan kemiringan lahan, atau kontur lahan, semakin besar
kontur lahan berarti lahan tersebut memiliki kemiringan lereng yang semakin besar.
Lahan yang baik untuk dikembangkan sebagai area perumahan adalah lahan yang
relatif landai, memiliki kemiringan lereng yang kecil, sehingga mempunyai potensi
pengembangan yang besar.
10
Menurut Zuidam dalam I Gede Sugiyanta (2006:24), kriteria kemiringan lereng
dapat dinyatakan dalam satuan persen dan dikelompokkan ke dalam tujuh kelas,
yaitu:
1. Datar atau hampir datar (0 – 2%)
2. Agak miring (3 – 7%)
3. Miring (8 – 13%)
4. Agak curam (14 – 20%)
5. Curam (21 – 55%)
6. Sangat curam (56 – 140%)
7. Paling curam ( > 140%)
Untuk melihat suatu kawasan pemukiman maka harus dilihat kemiringannya. Karena
kawasan yang baik untuk dijadikan sebuah perumahan atau pemukiman haruslah
daerah yang relatif landai dan memiliki kemiringan relatif kecil.
11
b. Geologi
12
c. Hidrologi
Hidrologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari seputar pergerakkan,
distribusi, dan kualitas air yang berada dibumi. Menurut Singth (1992), Hidrologi
merupakan ilmu yang membahas karakteristik menurut waktu dan ruang tentang
kuantitas dan kualitas air dibumi. Proses terjadinya siklus hidrologi dibagi menjadi 3
jenis yaitu diantaanya sebagai berikut :
1.) Siklus Pendek
Pada siklus ini air laut akan mengalami penguapan menjadi gasa karena panas
dari matahari lalu terjadi kondensasi membentuk awan yang pada akhir nya
jatuh ke permukaan laut.
2.) Siklus Sedang
Pada siklus ini, menguap nya air laut menjadi uap gas karna panas dari
matahari lalu terjadilah evaporasi dan membentuk awan yang pada akhir nya
jatuh ke permukaan daratan dan kembali ke lautan.
13
- Pipa yang di tanam didalam tanah menggunakan pipa PVC, GIP atau fiber
glass.
- Pipa yang dipasang diatas tanah tanpa perlindungan menggunakan GIP.
c.) Penyediaan Kran Umum
- Satu kran umum disediakan untuk jumlah pemakai 250 jiwa.
- radius pelayanan maksimum 100 meter.
- kapasitas minimum untuk kran umum adalah 30 liter/orang/hari.
- ukuran dan konstruksi kran umum sesuai dengan SNI 03-2399-1991.
d.) Penyediaan hidran kebakaran
- untuk daerah komersial jarak antaa kran kebakaran 100 meter
- untuk daerah perumahan jarak antara kran maksimum 200 meter.
- jarak dengan tepi jalan minimum 3.00 meter.
- Apabila tidak dimungkinkan membuat kran diharuskan membuat sumur-
sumur kebakaran.
- Perencanaan hidran kebakaran mengacu pada sni 03-1745-1989.
Berdasarkan SNI 06-2412-1991, titik pengambilan contoh air tanah dapat berasal
dari air tanah bebas dan air tanah tertekan (artesis) dengan penjelasan sebagai
berikut :
1) Air tanah bebas :
(a) pada sumur gali contoh diambil pada kedalaman 20 cm di bawah permukaan
air dan sebaiknya diambil pada pagi hari ;
(b) pada sumur bor dengan pompa tangan /mesin, contoh diambil dari kran/mulut
pompa tempat keluarnya air setelah air dibuang selama lebih kurang lima menit.
2) Air tanah tertekan (artesis) :
(a) pada sumur bor eksplorasi contoh diambil pada titik yang telah ditentukan
sesuai keperluan eksplorasi ;
(b) pada sumur observasi contoh diambil pada dasar sumur setelah air dalam
sumur bor/pipa dibuang sampai habis (dikuras) sebanyak tiga kali ;
(c) pada sumur produksi contoh diambil pada kran/mulut pompa keluarnya air.
d. Klimatologi
Klimatologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari proses dan gejala cuaca
yang terjadi di dalam atmosfer terutama pada lapisan bawah yaitu troposfer. Menurut
14
Tjaysono (2004), Klimatologi merupakan ilmu yang mencari gambaran dan penjelasan
sifat iklim mengapa iklim di berbagai tempat dibumi berbeda, dan bagaimana kaitan
antara iklim dan aktivitas manusia. Adapun unsur-unsur yang terdapat pada cuaca dan
iklim yaitu kelembapan udara, tekanan udara, suhu udara, angin, curah hujan.
15
e. Bencana Alam
Mendeteksi dan menganalisa suatu bencana alam yang pernah terjadi dari tahun-
tahun sebelumnya di kawasan site maupun sekitar site yang kira – kira dapat memberi
pengaruh negatif maupun positif.
2.4.4 Sarana
16
Pengelompokan dan Kriteria Ruang Terbuka Hijau dan Taman
Penyediaan ruang terbuka hijau di kelompokan menjadi 3 yaitu menurut luas wilayah,
jumlah penduduk, dan Kebutuhan fungsi tertentu.
17
i. Menurut Luas Wilayah
• Ruang terbuka hijau di perkotaan terdiri dari RTH Publik dan RTH privat
• Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang
terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang
terbuka hijau privat
• Apabila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang bersangkutan
telah memiliki total luas lebih besar dari peraturan atau perundangan
yang berlaku, maka proporsi tersebut harus tetap dipertahankan
keberadaannya.
• Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan
ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan keseimbangan
mikroklimat, maupun sistem ekologis lain yang dapat meningkatkan
ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus
dapat meningkatkan nilai estetika kota.
18
iii. Menurut Kebutuhan Fungsi Tertentu
Fungsi RTH pada kategori ini adalah untuk perlindungan atau pengamanan,
sarana dan prasarana misalnya melindungi kelestarian sumber daya alam,
pengaman pejalan kaki atau membatasi perkembangan penggunaan lahan agar
fungsi utamanya tidak teganggu. RTH kategori ini meliputi: jalur hijau sempadan
rel kereta api, jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi, RTH kawasan
perlindungan setempat berupa RTH sempadan sungai, RTH sempadan pantai, dan
RTH pengamanan sumber air baku/mata air.
3. Taman dan lapangan olah raga untuk unit Kelurahan ≈ 30.000 penduduk,
diperlukan lahan seluas 9.000 m2 atau dengan standar 0,3 m2/penduduk.
4. Taman dan lapangan olah raga untuk unit Kecamatan ≈ 120.000 penduduk,
diperlukan lahan seluas 24.000 m2 (2,4 hektar) atau dengan standar 0,2
m2/penduduk.
19
b. Penerangan Jalan
Lampu penerangan jalan adalah bagian dari bangunan pelengkap jalan yang dapat
diletakkan atau dipasang di kiri/kanan jalan dan atau di tengah (di bagian median
jalan) yang digunakan untuk menerangi jalan maupun lingkungan di sekitar jalan
yang diperlukan termasuk persimpangan jalan, jalan layang, jembatan dan jalan di
bawah tanah yang mempunya sebuah penompang.
20
21
Lampu penerangan jalan raya dan lampu penerangan pejalan kaki
Pada daerah-daerah atau kondisi dimana median sangat lebar (> 10 meter) atau pada
jalan dimana jumlah lajur sangat banyak (> 4 lajur setiap arah) perlu
dipertimbangkan dengan pemilihan penempatan lampu penerangan jalan kombinasi
dari cara-cara tersebut di atas dan pada kondisi seperti ini, pemilihan penempatan
lampu penerangan jalan direncanakan sendiri-sendiri untuk setiap arah lalu-lintas.
22
d. Sarana Pendidikan dan Pembelajaran
e. Sarana Kesehatan
1) Posyandu
2) Balai pengobatan
3) Balai kesejahteraan ibu dan anak (BKIA) / Klinik Bersalin
4) Puskesmas dan balai pengobatan
5) Tempat praktek dokter
6) Apotik
f. Sarana Peribadatan
Adapun jenis sarana ibadah untuk agama Islam, direncanakan sebagai berikut:
23
3) Budha dan kristen protestan mengikuti sistem kekerabatan atau hirarki
lembaga.
Menurut skala pelayanan, penggolongan jenis sarana perdagangan dan niaga adalah:
24
BAB III
3.1 Definisi
25
3.2 Analisa Aspek Fisik
3.2.1 Analisa Geografis
Lokasi perumahan terletak di Desa Pasir Jambu, Jl. Raya Pemda, Kec.
Sukaraja, Kab. Bogor, Jawa Barat, Indonesia.
Batasan Wilayah
26
3.2.2 Analisa Regulasi
27
Regulasi Site
28
3.2.3 Analisa Topografi
LEGEND
SITE
29
Tampak perspektif kontur site dari sisi barat
Kemiringan lahan sebesar 9 %, dapat dkategorikan kriteria kondisi lahan yang sedang.
Upaya
Zona agak sesuai permukiman merupakan kategori kawasan permukiman yang terletak pada lokasi yang sesuai untuk tapak permukiman,
yang terletak agak belakang bagian kiri pojok site (ditandai dengan lingkaran putus warna merah). Pada zona ini masih memungkinkan
pembangunan permukiman tetapi dengan beberapa hambatan yang harus ditangani terlebih dahulu. Daerah rendahan ini, akan disiasati dengan
penimbunan dan sedikit perataan tanah walaupun membutuhkan biaya yang besar dan seringkali tidak tepat karena menutupi daerah tangkapan
air dan aliran air alami. Selain itu antisipasi banjir dapat disiasati dengan pembuatan saluran drainase atau kolam /tendon penampungan air,
namun hal ini jarang sekali dilakukan terutama untuk permukiman masyarakat.
30
3.2.4 Analisa Geologi
31
Tanah didominasi oleh batuan sedimen vulkanik. Mengingat kedekatan gunung berapi aktif yang besar, daerah ini dianggap sangat seismik.
Tanah Vulkanik
Yang dimaksud dengan tanah Vulkanik adalah jenis tanah yang berasal dari pelapukan material padat maupun material cair yang dikeluarkan
oleh gunung berapi saat terjadi erupsi. Tanah ini merupakan jenis tanah yang subur karena banyaknya unsur hara yang terkandung didalamnya,
persebarannya banyak di temui di daerah Jawa, Sumatra, Bali, Lombok, Halmahera, dan di Sulawesi.
Terjainya erupsi gunung berapi akan mengeluarkan berbagai macam material seperti abu vulkanik, lava, dsb. yang akan tersebar di sekitar daerah
gunung berapi serta ditambah adanya faktor lain seperti hujan dan terjadinya berbagai proses kimiawi seperti reaksi Basa sehingga menghasilkan
unsur hara dengan pH yang baik sesuai dengan unsur hara tanah yang subur.
32
3.2.5 Analisa Hidrologi
33
Peta Jaringan PDAM
Jaringan PDAM dengan jenis pipa Keunggulan Pipa HDPE : Penyambungan kuat dan
HDPE (High Density Polythylene) tahan bocor, fleksibel dan tahan terhadap tekanan tinggi,
ukuran 18” tahan korosi dan bahan kimia, mudah dalam perawatan.
34
3.2.6 Analisa Klimatologi
a. Orientasi Matahari
BARAT
TIMUR
35
b. Analisa Suhu, Kelembaban, Curah Hujan, dan Arah Angin
Dikawasan site, memiliki rata-rata suhu udara, kelembaban relative, tekanan udara dan curah hujan yaitu seperti yang tertera pada tabel berikut :
Upaya
36
Kecepatan Rata-Rata Arah Angin Sebesar 5 mph ke arah utara
37
3.3 Identifikasi Potensi Dan Masalah
Kawasan site di Secara umum kawasan sekitar wilayah perencanaan tapak merupakan kawasan pemukiman. Sehingga, dengan
keberadaan permukiman tersebut maka terbentuklah fasilitas-fasilitas pendukung guna menopang kebutuhan masyarakat sekitar, disamping itu
dapat dijadikan sebagai komponen pendukung pembangunan perumahan. Fasilitas-fasilitas pendukung tersebut terdiri atas fasilitas kesehatan,
pendidikan, peribadatan, perdagangan dan jasa, rekreasi. Semakin lengkap fasilitas yang telah terbangun disekitar wilayah perencanaan, maka
38
dapat dijadikan sebagai nilai tambah untuk menarik masyarakat membeli atau meninggali perumahan eksklusif yang akan dibangun di wilayah
perencanaan tapak.
Dengan luas tapak yang sebesar 9000 m2 maka jenis perumahan yang akan dibangun adalah jenis perumahan cluster untuk masyarakat menengah
keatas. Dimana fasilitas penunjang besar pada perumahan tidak berada didalam cluster itu sendiri, namun berada di wilayah luar sekitar cluster.
Identifikasi kebutuhan fasilitas didasarkan pada peraturan SNI 03-1733 tahun 2004 tentang tata cara perencanaan lingkungan perumahan
di perkotaan namun menyesuaikan kebutuhan fasilitas sarana prasarananya pada jenis kebutuhan perumahan cluster menengah ke atas.
3.4.6 Prasarana
a) Jaringan Drainase
b) Jaringan Persampahan
c) Jaringan Air Bersih
d) Jaringan Listrik
e) Jaringan Telekomunikasi
f) Jaringan Transportasi
g) Jaringan Jalan
h) Penerangan Jalan Umum
39
3.4.7 Sarana
a) Ruang Terbuka Hijau (Vegetasi)
b) Sarana Parkir
Parkir adalah keadaan tidak bergerak dari suatu kendaraan yang bersifat sementara (Direktorat Perhubungan Darat, 1998). Lalu lintas
berjalan menuju suatu tempat tujuan dan setelah mencapai tempat tersebut kendaraan membutuhkan suatu tempat pemberhentian.
c) Taman Rekreasi
40
3.5 Site Plan Dan Analisis Tapak
3.5.1 Site
41
3.5.2 Site Plan
42
3.5.3 Kondisi Bangunan Sekitar
43
44
3.5.4 Aksesibilitas
45
3.5.5 Sumber Bising
Sumber bising terdekat berasal dari dua sumber, yaitu dari jalan raya pemda dan jalan parakan kembang. Upaya yang akan dilakukan
adalah untuk dibagian timur site sebagian bising sudah terhalang dengan adanya bangunan ruko (ditandai dengan blok warna orange) dan
46
akan ditambahi beberapa pohon dibagian pintu masuk perumahan. Di bagian barat site pun juga akan ditanami pepohonan dan juga
pembuatan batasan tembok beton.
47
3.5.6 Analisa Vegetasi
48
Kondisi vegetasi site tampak atas
Tree Transplanting machine
Kondisi wilayah site merupakan lahan kosong yang terdapat rumput-rumput liar dan beberapa jenis pohon berakar tunggang. Upaya terbaik
dalam penanganan pembersihan lahan yaitu dengan memangkas vegetasi rumput dan semaksimal mungkin untuk tidak membabat pohon yang
sudah besar dengan cara memindahkannya menggunakan alat atau yang disebut “Tree Transplanting Machine”.
49
3.5.7 Peta Jaringan Jalan
50
3.5.8 Peta Jaringan Listrik
Jaringan Listrik
51