Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

SISTEM TRANSPORTASI PADA BANGUNAN


Disusun untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Sistem Bangunan &
Utilitas
Dosen: Akhmad Akromusyuhada, ST.MPd

NAMA KELOMPOK:
Asmia Putri Supomo (321720115)
Hendah Habibah (321710003)
Risca Oktafiana (321710036)
Syifa Aulia (321710049)
Yani Suryani (321710113)
KELAS: ARS 17 D1

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI PELITA BANGSA
BEKASI 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas kehendak-Nya lah kami selaku penulis bisa menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya. Adapun maksud dan tujuan penulis membuat makalah ini adalah
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem Bangunan & Utilitas, dan
juga untuk menambah wawasan mengenai Sistem Transportasi pada Bangunan.
Dalam pembuatan dan penyusunan makalah ini tentu saja kami mengakui bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Baik segi isi, teori, dan sistematika
kepenulisan. Maka dari itu karena belum luasnya wawasan kami, kami sangat
terbantu bila pembaca memberi kritik dan saran yang bersifat membangun dan
dapat menyempurnakan makalah ini dari segi manapun. Akhir kata penulis
berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua baik untuk hari
ini dan untuk masa yang akan datang.

Cikarang, 14 Oktober 2018

i
DAFTAR ISI

Sampul
Kata Pengantar .................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 2
C. Tujuan .............................................................................................. 2
D. Manfaat ............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Jenis-jenis Sistem Transportasi pada Bangunan .............................. 3
B. Sistem Transportasi Vertikal ............................................................ 3
C. Sistem Transportasi Horizontal ...................................................... 12
D. Sistem Transportasi Miring ............................................................ 13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 25
B. Saran ............................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Utilitas bangunan adalah suatu kelengkapan fasilitas bangunan yang
digunakan untuk menunjang tercapainya unsur-unsur kenyamanan, kesehatan,
keselamatan, kemudahan kemunikasi, dan mobilitas dalam sebuah bangunan.
Seorang Arsitek dalam merancang sebuah bangunan tidak hanya
memerhatikan bentuk dari desain bangunan yang dirancang, melainkan juga
harus bisa mengerti dan memahami utilitas-utilitas yang dibutuhkan dalam
bangunan tersebut agar si penghuni mendapatkan kenyamanan yang diinginkan.
Perancangan utilitas-utilitas tersebut bisa berupa perancangan plambing
dan sanitasi, perancangan pencegahan kebakaran, perancangan penghawaan,
perancangan pencahayaan, perancangan telepon dan CCTV, dan lain-lain.
Sejalan dengan perkembangan zaman, kini banyak bangunan-bangunan
besar dan tinggi yang didirikan untuk memenuhi setiap kebutuhan manusia.
Salah satu masalah yang menjadi pemikiran pada perencanaan bangunan baik
bangunan tingkat satu maupun bertingkat banyak adalah masalah transportasi,
baik yang bersifat manual maupun yang bersifat mekanis.
Suatu bangunan besar dan tinggi memerlukan suatu alat/transportasi untuk
memberikan suatu kenyamanan dalam berlalu-lalang didalam bangunan
tersebut. Alat tersebut sifatnya berfungsi sebagai alat pengangkut mobilitas
dalam bangunan
Dari pernyataan di atas, untuk itu kami membuat sebuah makalah yang
berjudul Sistem Transportasi pada Bangunan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Ada berapa jenis sistem transportasi yang dapat digunakan pada bangunan?
2. Apa yang termasuk dalam sistem transportasi vertikal?
3. Apa saja yang termasuk dalam sistem transportasi horizontal?
4. Apa saja yag termasuk dalam sistem transportasi miring?

C. Tujuan
1. Untuk megetahui jenis alat transportasi yang dapat digunakan pada
bangunan.
2. Untuk mengetahui alat yang termasuk dalam sistem transportasi vertikal.
3. Untuk mengetahui alat yang termasuk dalam sistem transportasi miring.
4. Untuk menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Sistem Bangunan dan
Utilitas.

D. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan wawasan bagi pembaca
mengenai sistem transportasi pada bangunan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Jenis-jenis Sistem Transportasi pada Bangunan


Sistem transportasi pada bangunan berdasarkan sifatnya dibedakan
menjadi dua, yaitu:
1. Sistem Transportasi Manual, berupa tangga
2. Sistem Transportasi Mekanis,berupa Elevator, Konveyor, dan
Eskalator, dan lain-lain.

Sistem transportasi berdasarkan fungsinya pada bangunan dapat


dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Sistem Transportasi Vertikal, berupa Elevator
2. Sistem Transportasi Horizontal, berupa Konveyor
3. Sistem Transportasi Miring, berupa Eskalator, Tangga

B. Transportasi Vertikal
Transportasi vertikal, adalah moda transportasi digunakan untuk
mengangkut sesuatu benda dari bawah ke atas ataupun sebaliknya. Salah satu
alat yang termasuk dalam sistem transportasi vertikal ini adalah Elevator, atau
biasa disebut dengan lift. Lift sering dijumpai di gedung perkantoran, rumah
sakit dan hotel.

1. Lift/ Elevator
Lift adalah angkutan transportasi vertikal yang digunakan untuk
mengangkut orang atau barang. Lift umumnya digunakan di gedung-gedung
bertingkat tinggi, biasanya lebih dari tiga atau empat lantai. Gedung-gedung
yang lebih rendah biasanya hanya mempunyai tangga atau eskalator. Lift-lift
pada zaman modern mempunyai tombol-tombol yang dapat dipilih
penumpangnya sesuai lantai tujuan mereka, Terdapat tiga jenis mesin, yaitu

3
Hidraulik, Traxon atau katrol tetap, dan Hoist atau katrol ganda, Jenis hoist
dapat dibagi lagi menjadi dua bagian, yaitu hoist dorong dan hoist tarik.
Lift ini, sering disebut elevator, yang merupakan alat angkut untuk
mengangkut orang atau barang dalam suatu bangunan yang tinggi. Lift dapat
dipasang untuk bangunan yang tingginya lebih dari 4 lantai, karena
kemampuan orang untuk naik turun dalam menjalankan tuganya hanya
mampu dilakukan sampai 4 lantai.

Bagian-bagian Lift/Elevator:

Keterangan :

1. Rangka
7. Pulley
2. Ruangpenumpang(Car-Llift)
8. CounterWeight
3. BoxController
9. Rail
4. MotorUtama
10. Penggulung
5. CarCall
11. Gear Penggulung
6. HallCall

4
Riwayat Elevator/Lift

Lift awalnya adalah derek yang terbuat dari tali. Pada tahun 1853,
Elisha Graves Otis, salah seorang pionir dalam bidang lift, memperkenalkan
lift yang menghindarkan jatuhnya ruang lift jika kabelnya putus.
Rancangannya mirip dengan suatu jenis mekanisme keamanan yang masih
digunakan hingga kini.

- 23 Maret 1857 : Lift Otis pertama dipasang di New York City.

- 1880 : Lift listrik pertama, dibuat oleh Werner von Siemens.

- 2004 : Pemasangan lift penumpang tercepat di dunia, di gedung Taipei


101 di Taipei, Taiwan. Kecepatannya adalah 1.010 meter per menit atau
60,6 km per jam.

- Elevator penumpang pertama dipasang oleh Otis di New York pada tahun
1857. Setelah meninggalnya Otis pada tahun 1861, anaknya, Charles dan
Norton mengembangkan warisan yang ditinggalkan oleh Otis dengan
membentuk Otis Brothers & Co., pada tahun 1867.

- 1873 : lebih dari 2000 elevator Otis telah dipergunakan di gedung-gedung


perkantoran, hotel, dan department store di seluruh Amerika, dan lima
tahun kemudian dipasanglah elevator penumpang hidrolik Otis yang
pertama.Berikutnya adalah era Pencakar Langit.

- 1889 : Otis mengeluarkan mesin elevator listrik direct-connected geared


pertama yang sangat sukses.

- 1903 : Otis memperkenalkan desain yang akan menjadi “tulang


punggung” industri elevator,yaitu : elevator listrik gearless traction yang
dirancang dan terbukti mengalahkan usia bangunan itu sendiri. Hal ini
membawa pada berkembangnya jaman struktur-struktur tinggi, termasuk
yang paling menonjol adalah Empire State building dan World Trade
Center di New York, John Hancock Center di Chicago dan CN Tower di
Toronto.

5
Selama bertahun-tahun ini, beberapa dari inovasi yang dibuat oleh Otis
dalam bidang pengendalian otomatis adalah Sistem Pengendalian Sinyal,
Peak Period Control, Sistem Autotronik Otis dan Multiple Zoning. Otis
adalah yang terdepan di dunia dalam pengembangan teknologi komputer dan
perusahaan tersebut telah membuat revolusi dalam pengendalian elevator
sehingga tercipta peningkatan yang dramatis dalam hal waktu reaksi elevator
dan mutu berkendara dalam elevator.

Jenis-jenis Lift berdasarkan fungsinya:

1. Lift Penumpang ( Passenger Elevator ) digunakan untuk mengangkut


manusia.

2. Lift Barang ( Fright Elevator ) digunakan untuk mengangkut barang.

3. Lift uang/makanan ( Dumb Waiters )

4. Lift Pemadam kebakaran, biasanya lift ini juga berfungsi sebagai lift
barang.

Lift penumpang

1. Lift Penumpang yang Tertutup

Suatu lift penumpang dengan ukuran, berat, dan kecepatan tertentu


sesuai dengan fungsi dan kegunaannya. Interior disesuaikan dengan
kebutuhan standar atau sesuai dengan keinginan pemilik bangunan (dapat
dirubah interiornya).

Kecepatan rendah untuk low zone biasanya melayani bangunan


bertingkat tidak lebih dari 10 lantai. Kecepatan sedang atau tinggi untuk
high zone biasanya melayani bangunan bertingkat lebih dari 10 lantai.

2. Lift Penumpang ( yang transparan)

Suatu lift penumpang yang interiornya satu bidang atau lebih berupa
kaca tembus supaya dapat menikmati pemandangan luar. Bentuk lift ini
bermacam-macam, ada yang segi lima, segi empat, bulat, dan sebagainya,

6
sesuai dengan perkembangan teknologi dan pertimbangan keindahan.
Demikian juga interior dapat diatur atau diubah sesuai dengan keinginan.

Lift Rumah Sakit

Karena fungsinya untuk mengangkut orang sakit, ukuran lift ini


biasanya memanjang dan pintu dapat dibuat dua arah atau 2 pintu. Interior
disesuaikan dengan fungsinya.

Lift untuk Kebakaran/Barang

Ruangannya tertutup dan interiornya sederhana. Khusus untuk


kebakaran, semua peralatan/perlengkapan, rangka, dan interiornya harus
tahan terhadap kebakaran, minimal 2 jam. Bukan hanya rangka dari
sangkarnya tetapi dindingnya luar yang menutupi lubang lift harus njuga
terbuat dari dinding yang tahan api. Pintu lift terakhir harus menghadap
atau dapat langsung dijangkau dari luar.

Lift-lift yang dipasang dalam bangunan, karena sifatnya umum harus


mengacu pada peratiran-peraturan daerah. Dinas Keselamatan Kerja dan
Dinas Pemadam Kebakaran.
Untuk menentukan kriteria perancangan lift penumpang, perlu
duperhatikan: tipe dan fungsi dari bangunan, banyaknya lantai, luas tiap
lantai, dan intervalnya. Selain itu perlu dibedakan dari kapasitas ( Car/kg ),
jumlah muatan, dan kecepatan,seperti contoh berikut:
Kapasitas ( Car/kg) Jumlah Muatan Kecepatan
900 13 Orang 40 m/menit
1000 15 Orang 60m/menit
1150 17 Orang 90 m/menit
1350 20 Orang 105 m/menit

7
Makin tinggi bangunan maka makin tinggi pula kecepatannya.
Namun, kapasitas, jumlah muatan, dan kecepatan untuk masing-masing lift
tidaklah sama, tergantung dari pabrik pembuatnya.

Sistem Penggerak dalam Lift/Elevator


Dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1. Sistem Gearless, yaitu mesin diatas, untuk lift kantor, pertokoan, hotel,
apartemen, rumah sakit, dan sebagainya.
2. Sistem Hydrolic, yaitu mesin dibawah terbatas 3-4 lantai yang digunakan
untuk lift uang-makanan.

Namun, karena pemasangan lift baru dianggap efisien setelah tinggi


bangunan 4 lantai ke atas, maka sistem yang digunakan adalah gearless
(mesin di atas)

Sistem pergerakan Elevator/Lift dengan Mesin Gearless

Mesin untuk menggerakkan elevator terletak di ruang mesin yang


biasanya tepat di atas ruang luncur kereta. Untuk memasok listrik ke kereta
dan menerima sinyal listrik dari kereta ini, dipergunakan sebuah kabel listrik
multi-wire untuk menghubungkan ruang mesin dengan kereta. Ujung kabel
yang terikat pada kereta turut bergerak dengan kereta sehingga disebut
sebagai “kabel bergerak (traveling cable)”.

Pada sistem hidrolik (terutama digunakan pada instalasi di gedung


rendah, dengan kecepatan kereta menengah), kereta dihubungkan ke bagian
atas dari piston panjang yang bergerak naik dan turun di dalam sebuah
silinder. Kereta bergerak naik saat oli dipompa ke dalam silinder dari tangki
oli, sehingga mendorong piston naik. Kereta turun saat oli kembali ke tangki
oli.

Aksi pengangkatan dapat bersifat langsung (piston terhubungkan ke


kereta) atau roped (piston terikat ke kereta melalui rope). Pada kedua cara

8
tersebut, pekerjaan pengangkatan yang dilakukan oleh pompa motor (energi
kinetik) untuk mengangkat kereta ke elevasi yang lebih tinggi sehingga
membuat kereta mampu melakukan pekerjaan (energi potensial). Transfer
energi ini terjadi setiap kali kereta diangkat. Ketika kereta diturunkan, energi
potensial digunakan habis dan siklus energi menjadi lengkap sudah. Gerakan
naik dan turun kereta elevator dikendalikan oleh katup hidrolik.

Kecepatan dan Berat Lift


Dalam peraturan bangunan khususnya lift, ketepatan berangkat dan
berhentinya lift harus tanpa sentakan yang mengganggu penumpang,
sehingga kecepatan dan berat akan menentukan kenikmatan dalam
menggunakan lift.

a. Untuk 4 s/d 10 lantai, kecepatan 60-150 m/menit.

b. Untuk 10 s/d 15 lantai, kecepatan 180-210 m/menit.

c. Untuk 15 s/d 20 lantai, kecepatan 210-240 m/menit

d. Untuk 20 s/d 50 lantai, kecepatan 270-360 m/menit

e. Untuk rumah sakit, kecepatan 150-210 m/menit

Untuk ukuran berat tergantung dari besar dan jumlah penumpang yang
dapat ditampung:

a. 4 orang,berat 320 kg.

b. 8 orang, berat 630 kg.

c. 13 orang, berat 1000 kg, dst.

Jumlah Lift
Dalam perencanaan lift, seorang insinyur mekanika/lift harus dapat
menghitung jumlah dalam bangunan tersebut dan dapat membuat desain
kriteria untuk lift tersebut. Untuk menghitung jumlah lift, bangunan harus

9
dapat dibedakan fungsi dan kegunaannya, jumlah luas per lantai, jumlah
tinggi bangunan, jumlah penghuni, besar kecilnya lift dan kecepatan lift.
Beberapa istilah yang dipakai dalam perhitungan jumlah lift:

5 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 ×60 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘⁄𝑚×𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔/𝑐𝑎𝑟


HC = 𝐼=𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙
300 . 𝑃
= 𝐼
𝐻𝐶
PHC = 𝐵𝑃 × 100%

Keterangan:

I = Waktu menunggu

HC = Kapasitas pengangkutan yang dipengaruhi oleh ukuran dan frekuensi.

PHC = Presentase dari jumlah orang yang menggunakan lift terhadap jumlah
penghuni

BP = Jumlah penghuni dalam satu bangunan

PHC = Presentase empiris terhadap penghuni bangunan yang harus terangkat


dalam 5 menit pertama pada jam sibuk

Tata Letak Lift dalam Bangunan

Secara umum (tidak mengikat) syarat dalam mendesain sistem


transportasi lift adalah sebagai berikut:

1. Minimal tersedia 1 buah lift untuk bangunan melebihi 3 tingkat.

2. Minimal tersedia 1 buah lift untuk bangunan melebihi 1 tingkat jika ada
pengguna manula dan atau difabel.

3. Jarak jalan ke area lift maksimal 45 meter.

4. Lobby lift cukup luas dan berdekatan dengan tangga.

5. Sebuah lift hanya melayani maksimal 15 lantai agar waktu tunggu tidak
terlalu lama. Tersedia express lift untuk bangunan melebihi 15 lantai

10
(sistem zona lift). Express lift mem-bypass lantai-lantai bawah dan
langsung berhenti di lantai 16, 17, 18, dst.

6. Tersedia skylobby untuk setiap kelipatan 20-25 lantai. Skylobby adalah


lantai lobby di mana orang turun dari lift express dan berpindah ke lift-
lift lokal yang berhenti pada tiap lantai di atasnya. Dengan demikian
kebutuhan ruang core/shaft lift bisa tetap.

Jika ada dua deret lift berhadap-hadapan maka lebar lobby dibuat
sekitar 3,5 – 4,5 meter atau dua kali panjang lift. Satu deret lobby sebaiknya
tidak lebih dari 3 buah lift agar calon penumpangnya bisa dengan mudah
melihat lift yang terbuka atau tersedia.

Kebutuhan ruang mesin lift


Kebutuhan ruang mesin lift disatukan pula dengan kebutuhan ruang
mesin AC, ruang mesin-mesin pompa air, reservoir antara untuk persediaan
air bersih dan lain-lain. Ruang mesin tersebut berupa beton tulang yang padat
dan kokoh yang berfungsi pula sebagai penghadang menjalarnya kebakaran
ke atas. Sedangkan skylobby-skylobby tersebut terletak di atas ruang-ruang
mesin yang kokoh tersebut. Adanya ruang-ruang mesin antara tersebut juga
sangat menghemat energi listrik untuk pemompaan air bersih, penghawaan
mekanis dan AC dan penghematan rongga-rongga untuk tabung-tabung
instalasi listrik, AC maupun pemipaan. Secara struktural, ruang mesin yang
kokoh tersebut, pasti dapat menambah ketahanan gedung terhadap gaya-gaya
horizontal akibat gempa ataupun angin.

Cara Kerja Elevator


- Apabila tombol naik (Up Button) ditekan maka arus akan mengalir
kekumparan naik (up Coil). Setelah kumparan berisi arus listrik, kumparan
akan mengisi arus kepengatur waktu otomatis naik (Up Times) dan semua
semua swich naik (Up Relay) akan menutup sehingga mengalirkan arus ke
motor penggerak. Motor penggerak memutar kekanan mengangkat

11
sangkar lift pada selang waktu oleh pengatur waktu otomatis naik (Up
Times). Apabila pengatur waktu otomatis menyatakan selesai atau waktu
untuk langkah tersebut selesai maka arus akan terhenti dan sangkar lift
berhenti pada lantai yang diinginkan oleh pengatur waktu tersebut.
- Apabila tombol turun (down Button) ditekan maka arus akan mengalir
pada kumparan turun (down Coil). Setelah kumparan berisi arus,
kumparan akan mengisi arus ke pengatur waktu otomatis turun (down
times) dan semua swich turun (down relay) akan menutup sehingga akan
mengalirkan arus kemotor penggerak. Motor penggerak memutar ke kiri
dan menurunkan sangkar lift pada selang waktu yang ditentukan oleh
pengatur waktu otomatis turun (down times) sampai pengatur waktu
otomatis menyatakan selesai dan sangkar lift terhenti pada lantai yang
diinginkan oleh pengatur waktu otomatis tersebut.

C. Transportasi Horizontal
Sirkulasi horizontal merupakan jalan lalu-lalang antar ruang dalam satu
lantai. Persentasi kemiringan pada jenis sirkulasi ini tidak lebih dari 10 %.
1. Konveyor
Konveyor adalah suatu alat angkut untuk orang atau barang dalam arah
mendatar/horizontal. Dipasang dalam keadaan datar atau miring pada derajat
tertentu <10°.
Alat ini berupa suatu plat tempat injakan yang terpotong-potong yang
dihubungkan satu sama lain dengan rantai dan dinding sebagai alat pegangan.
Jarak jangkauan tergantung dari kebutuhan dengan lebar untuk maksimal 2
orang.
Oleh karena itu, dapat digunakan untuk mengangkut orang dalam jarak
tertentu (sifatnya untuk menghemat tenaga). Alat ini dapat dipasang pada
tempat-tempat umum, seperti Stasiun Kereta Api, Bus, Bandara, dan Pabrik.

12
D. Transportasi Miring
Sistem transportasi miring merupakan sistem transportasi yang memiliki
sudut kemiringan diatas 10°, tapi tidak lebih dari 90°.
1. Tangga

Tangga merupakan jalur yang mempunyai undak - undak (trap) yang


menghubungakan satu lantai dengan lantai diatasnya dan mempunyai fungsi
sebagai jalan untuk naik dan turun antara lantai tingkat. Penempatan atau
letak ruang tangga tersendiri mudah dilihat dan dicari orang, tidak berdekatan
dengan ruang lain agar tidak menggangu aktifitas penghuni lain. Tangga juga

13
mempunyai fungsi sebagai jalan darurat, direncanakan dekat dengan pintu
keluar, sebagai antisipasi terhadap bencana kebakaran, gempa keruntuhan
dan lain - lain.

Tangga dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:


1. Tangga Umum
Tangga umum berfungsi untuk sirkulasi orang berjalan kaki serta
ke lintasan utama pada bangunan gedung antar lantai tingkat dalam
kondisi keseharian karena menjadi sirkulasi utama maka pada tangga
umum harus memenuhi persyaratan kenyamanan pemakaian untuk naik
maupun turun yang tidak melelahkan dan membahayakan pemakainya.
Syarat tangga utama :
- Letak tangga berada pada sirkulasi utama bangunan, mudah dilihat
dan dijangkau dari pintu masuk bangunan dan mempunyai
penerangan yang cukup baik dari alam maupun buatan.
- Mempunyai penerangan yang cukup khususnya buatan.
- Memenuhi persyaratan kenyamanan pemakaian, misalnya:
 Sudut kemiringan tangga 28°-35°
 Jumlah anak tangga sampai bordes maksimal 12 trap
 Tinggi trap anak tangga maksimal 19 cm
 Lebar bordses = ½ lebar ruang tangga
 Perbandingan antrede : optrede memenuhi rumus (a + 2.O =
62 cm s/d 65 cm)
 Perhitungan jumlah anak tangga : [2(n + 1) = t/O]
 Perhitungan lebar bordes ; [P = (a x n) + b]
 Harus dicek ; (b = ½ l)

14
2. Tangga Darurat
Tangga darurat adalah tangga yang digunakan untuk mengevakuasi
atau menyelamatkan penghuni gedung dari pengaruh bahaya. Seperti
kebakaran dan gempa bumi.
Syarat tangga darurat :
- Letaknya berhubungan dengan dinding luar bangunan dan
mempunyai pintu akses keluar gedung.
- Dilengkapi dengan pintu dari bahan tahan api sekurang-kurangnya
selama 3 jam.
- Pada bagian bordes dilengkapi jendela kaca yang bisa dibuka dari luar
untuk penyelamatan penghuni.
- Dilengkapi cerobong pengisap asap di samping pintu masuk.
- Pada tangga darurat harus dilengkapi dengan lampu peneragnan
dengan supply baterai darurat.
-
Bagian-Bagian dari Stuktur Tangga
1. Pondasi Tangga
Sebagai dasar tumpuan
(landasan) agar tangga tidak
mengalami penurunan,
pergeseran. Pondasi tangga
bisa dari pasangan batu kali,
beton bertulang atau kombinasi
dari kedua bahan dan pada
dibawah pangkal tangga harus
diberi balok anak sebagai
pengaku pelat lantai, agar lantai tidak menahan beban terpusat yang
besar.
Ibu tangga merupakan bagian dari tangga sebagai konstruksi
pokok yang berfungsi untuk mendukung anak tangga. Material yang
digunakan untuk membuat ibu tangga misalnya antara lain, beton

15
bertulang, kayu, baja, pelat baja, baja profil canal, juga besi.
Kombinasi antara ibu tangga dan anak tangga biasanya untuk ibu
tangga misalnya, beton bertulang di padukan dengan anak tangga dari
bahan papan kayu, bisa juga keduanya dari bahan baja, untuk ibu
tangga menggunakan profil kanal untuk menopang anak tangga yang
menggunakan pelat baja.

2. Anak Tangga
Anak tangga berfungsi sebagai
bertumpunya telapak kaki, dibuat
dengan jarak yang sama dan selisih
tinggi (trap) dibuat, supaya kaki
yang melangkah menjadi nyaman,
enak untuk melangkah, bentuk anak
tangga dapat divariasikan sesuai
selera pemilik atau arsiteknya.
Anak tangga terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian horizontal (pijakan
datar) dan vertical (pijakan untuk langkah naik). Ukuran lebar anak
tangga untuk hunian berkisar antara 20-33 cm. dan untuk bagian
vertical langkah atasnya berkisar antara 15-18 cm. untuk ukuran
tangga darurat biasanya bagian vertical mencapai 20 cm. Ukuran lebar
tangga juga penting diperhatikan, untuk panjang atau lebar tangga
pada hunian tempat tinggal adalah minimal 90 cm. sedangkan untuk
tangga servis biasanya lebih kecil, yaitu 75 cm.

16
3. Pagar dan Pegangan Tangga
Pagar tangga atau reilling
tangga adalah bagian dari
struktur tangga sebagai
pelindung yang diletakkan
disamping sisi tangga dan di
pasang pada/ diatas ibu tangga
untuk melindugi agar orang
tidak terpelosok jatuh. Pagar tangga dapat dibuat dengan macam -
macam variasi agar lebih artistik dan pada lantai tingkat disekitar
lubang tangga harus dipasang juga pagar pengaman agar penghuni
tidak terjerumus jatuh. Sedangkan pegangan tangga merupakan
batang yang di pasang sepanjang anak tangga untuk bertumpunya
tangan agar orang turun naik tangga merasa lebih aman, pegangan
tangga bertumpu pada tiang - tiang tangga yang tertanam kuat pada
ibu tangga.

4. Bordes
Bordes dalah pelat datar diantara anak -
anak tangga sebagai tempat beristirahat
sejenak, bordes di pasang pada bagian
sudut tempat peralihan arah tangga yang
berbelok. Untuk rumah tinggal, lebar
bordes antara 80 - 100 cm dan untuk
bangunan umum, lebar bordesnya dibuat
antara 120 - 200 cm. Dapat dibuat dengan
3 model, yaitu Bordes tangga lurus,
bordes tangga L dan bordes tangga U.

17
Macam- Macam Bentuk Tangga
Bentuk tangga dapat disesuaikan
dengan beda tinggi lantai dan
ruangan yang tersedia. Untuk
menambah suasana yang
harmonis dalam ruangan, bentuk
tangga juga sebaiknya dibuat
indah dan serasi dengan interior
ruangan.
Dengan makin majunya tingkat
kebudayaan manusia, perkembangan teknologi yang memproduksi
bahan dan alat bangunan, ide para seniman, maka bentuk tangga makin
lama makin berkembang bervariasi, bahkan dewasa ini bentuk
sudah merupakan seni tersendiri.

Perhitungan dan standarisasi bentuk tangga serta ukurannya


Membuat tangga disamping keindahan perlu diperhatikan segi - segi
teknisnya, harus diperhatikan juga kemudahan, rasa aman, bagi orang yang
melaluinya.
1. Lebar anak tangga
a. Untuk rumah tinggal, lebar anak tangga 80 cm.
b. Untuk bangunan umum, lebar anak tangga 120 cm s/d 200 cm.
c. Untuk tangga darurat, lebar anak tangga bisa 70 cm.

Tetapi dapat juga diperhatikan jika yang melewati berpapasan di satu


anak tangga:
a. Untuk satu orang, lebarnya 60 - 80 cm
b. Untuk dua orang, lebarnya 120 cm
c. Untuk tiga orang, lebarnya 180 cm

18
2.Lebar dan tinggi anak tangga (trap)
Semua anak tangga harus dibuat bentuk dan ukuran yang seragam,
dan untuk memberi kenyamanan bagi yang turun dan naik tangga perlu
diperhatikan lebar dan tinggi anak tangga.

Rumus untuk anak tangga (undak - undak)


2t + l = 60 - 65 cm

t = tinggi anak tangga (tinggi tanjakan = optrede


l = lebar anak tangga (lebar injakan = aantrede)

Rumus diatas didasarkan pada;


- Satu langkah arah datar antara 60 - 65 cm.
-Untuk melangkah naik perlu tenaga 2 kali lebih besar dari pada
melangkah datar.

Lebar dan tinggi anak tangga sangat menentukan kenyamanan, yang


naik tidak cepat lelah dan yang turun tidak mudah tergelincir.
Umumnya ukuran:
t = tinggi tanjakan; 16 - 20 cm atau 14 - 20 cm. (Masih mudah didaki).
l = lebar tanjakan; 26 - 30 cm atau 22,5 - 30 cm. (Seluruh telapak kaki
(sepatu) dapat berpijak penuh).

19
3.Ukuran ruang tangga:
Ruang tangga harus dibuat leluasa, terang dan segar, harus diberi
lubang ventilasi untuk dapat udara segar dan penerangan alam, agar
menghemat pemakaian listrik pada siang hari.
Ukuran ruang tangga ditentukan oleh jumlah anak tangga dan bentuk
tangganya. Tangga untuk bangunan rumah tinggal, dengan lebar 100 cm,
jumlah anak tangga 17 buah dengan bordes.
a).Tangga lurus: Luas ruang tangga = 100 x 548 = 1 x 5,48 = 5,48 m2
b). Tangga siku: Luas ruang tangga = (1 x 2,24) + (1 x 1) + (1 x 2,24) =
5,48 m2
c). Tangga balik:

Luas ruang tangga = 2 x 3,24 = 6,48 m2


Kemiringan tangga dibuat tidak curam, agar orang mudah untuk naik dan
turun tangga, jadi tidak banyak energi yang keluar, tetapi jika kemiringan
dibuat terlalu landai dan dapat menjemukan bagi orang yang melaluinya,
disamping itu banyak memakan tempat (space) yang ada, jadi kurang
efisien.
Kemiringan tangga yang wajar berkisar antara 250 s/d 420 dan untuk
bangunan rumah tinggal biasa digunakan kemiringan 380.

Konstruksi dan bahan tangga


1. Kontruksi Tangga
Konstruksi tangga harus kuat dan stabil, karena sebagai jalan
penghubung ke lantai tingkat. Menurut peraturan pembebanan Indonesia
untuk gedung, 1983, bahwa beban ditangga lebih besar dari beban pada
pelat lantai.
 Untuk bangunan rumah tinggal = 250 kg/ m2
 Dan bangunan umum diambil = 300 kg/ m2
Konstruksi tangga dapat menjadi satu dengan rangka bangunannya,
jika terjadi ada penurunan bisa menyebabkan sudut kemiringan tangga

20
berubah, Jika konstruksi tangga tersendiri yang terpisah dengan struktural
rangka bangunan, dibuatkan pondasi tersendiri rangka tangga tidak
menempel pada dinding diberi sela ± 5 cm.

2. Bahan tangga;
Dapat dari bahan; kayu, beton bertulang,baja, batu alam.
- Tangga kayu
Mudah dikerjakan, harga cukup murah, bentuk bahan alami menambah
kesejukan suasana ruang.
- Tangga beton bertulang
Konstruksinya kuat dan awet, tidak cepat rusak, dapat berumur
panjang, bahan tahan api. Dapat dipasang di bangunan umum atau
bangunan tingkat rendah atau sampai dengan 4 (empat) lantai.
- Tangga baja
Kurang serasi ditempatkan pada ruang dalam karena bentuknya kasar,
biasanya dipasang sebagai tangga pribadi atau tangga darurat dengan
bentuk lingkar.
- Tangga dari batu alam
Merupakan pasangan bata pada halaman rumah, tidak terlindung, tidak
memerlukan perhitungan konstruksi.
c

2. Eskalator

21
Definisi Eskalator
Eskalator adalah tangga berjalan yang terdiri dari pijakan-pijakanyang
pasang pada sabuk yang beputar secara terus menerus. Eskalator atau tangga
jalan adalah salah satu transportasi vertikal berupa konveyor untuk
mengangkut orang, yang terdiri dari tangga terpisah yang dapat bergerak ke
atas dan ke bawah mengikuti jalur yang berupa rail atau rantai yang
digerakkan oleh motor.
Karena digerakkan oleh motor listrik , tangga berjalan ini dirancang
untuk mengangkut orang dari bawah ke atas atau sebaliknya. Untuk jarak
yang pendek eskalator digunakan di seluruh dunia untuk mengangkut pejalan
kaki yang mana menggunakan elevator tidak praktis. Pemakaiannya terutama
di daerah pusat perbelanjaan, bandara, sistem transit, pusat konvensi, hotel
dan fasilitas umum lainnya.
Keuntungan dari eskalator cukup banyak seperti mempunyai kapasitas
memindahkan sejumlah orang dalam jumlah besar dan tidak ada interval
waktu tunggu terutama di jam-jam sibuk dan mengarahkan orang ke tempat
tertentu seperti ke pintu keluar, pertemuan khusus, dll.

Riwayat Eskalator
Pada tahun 1899, Charles D. Seeberger bergabung dengan Perusahaan
Otis Elevator Co,yang mana dari dia timbullah nama eskalator (yang
diciptakan dengan menggabungkan kata scala, yang dalam bahasa Latin
berarti langkah-langkah (step), dengan elevator).
Bergabungnya Seeberger dan Otis telah menghasilkan eskalator
pertama step type escalator ,untuk umum, dan eskalator itu dipasang di Paris
Exibition 1900 dan memenangkan hadiah pertama. Mr. Seeberger pada
akhirnya menjual hak patennya ke Otis pada tahun 1910. Eskalator lurus dan
melengkung dalam perkembangannya, perusahaan Mitsubishi Electric
Corporation telah berhasil mengembangkan eskalator spiral (kenyataannya
lebih cenderung melengkung/curve daripada melingkar/spiral) dan secara

22
eksklusif dijual sejak pertengahan tahun 1980. Eskalator ini dipasang di
Osaka, Jepang pada tahun 1985.

Bagian-bagian Eskalator
1. Tangga (step) terbuat dari alumanium pra cetak dan biasanya di lapisi
dengan karet agar tidak licin saat di injak orang. Tangga di lengkapi
dengan dua buah roda (wheel) yang melekat sepanjang rel. Satu roda
bagian atas tangga melekat pada rel luar (outer rail) yang berfungsi untuk
memandu tangga pada posisinya. Roda yang kedua (return wheel)
melekat diatas rel dalam (inner rail) yang berfungsi sebagai tempat
berjalannya tangga.
2. Pegangan (handrail) merupakan pegangan sekaligus pengaman. Pegangan
ini bergerak sesuai dengan gerakan tangga. Untuk menggerakannya di
gunakan handrail drive.
3. Rantai pemandu (Chain guide) melekat pada roda pengerak (drive gear)
di gerakan oleh motor elektrik yang berfungsi untuk menggerakan tangga
escalator.
4. Motor Elektrik

Cara Kerja Eskalator


1. Pendaratan/Landing
Floor plate rata dengan lantai akhir dan diberi engsel atau dapat
dilepaskan untuk jalan ke ruang mesin yang berada di bawah floor plates.
Comb plate adalah bagian antara floor plate yang statis dan anak tangga
bergerak. Comb plate ini sedikit miring ke bawah agar geriginya tepat
berada di antara celah-celah anak tangga-anak tangga. Tepi muka gerigi
comb plate berada dibawah permukaan cleat.
2. Landasan penopang/Truss
Landasan penopang adalah struktur mekanis yang menjembatani
ruang antara pendaratan bawah dan atas. Landasan penopang pada
dasarnya adalah kotak berongga yang terbuat dari bagian-bagian bersisi

23
dua yang digabungkan bersama dengan menggunakan sambungan
bersilang sepanjang bagian dasar dan tepat dibawah bagian ujungnya.
Ujung-ujung truss tersandar pada penopang beton atau baja.
3. Lintasan
Sistem lintasan dibangun di dalam landasan penopang untuk
mengantarkan rantai anak tangga, yang menarik anak tangga melalui loop
tidak berujung. Terdapat dua lintasan: satu untuk bagian muka anak
tangga (yang disebut lintasan roda anak tangga) dan satu untuk roda trailer
anak tangga (disebut sebagai lintasan roda trailer). Perbedaan posisi dari
lintasan-lintasan ini menyebabkan anak tangga-anak tangga muncul dari
bawah comb plate untuk membentuk tangga dan menghilang kembali ke
dalam landasan penopang.
Lintasan pembalikan di pendaratan atas menggulung anak tangga-
anak tangga mengelilingi bagian ujung dan kemudian menggerakkannya
kembali ke arah yang berbeda. Lintasan overhead berfungsi untuk
memastikan bahwa roda trailer tetap berada di tempatnya saat rantai anak
tangga diputar kembali.

24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pernyataan di atas, kesimpulan dari makalah ini adalah:
1. Sistem transportasi pada bangunan ada tiga macam, yaitu sistem
transportasi Vertikal, Horizontal, dan Miring.
2. Contoh alat yang menggunakan sistem transportasi vertikal adalah
Elevator atau lift.
3. Contoh alat yang menggunakan sistem transportasi horizontal adalah
konveyor.
4. Contoh alat yang menggunakan sistem transportasi miring adalah tangga
dan eskalator.

B. Saran
Demikian makalah ini kami buat, tentunya makalah ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun bagi para pembacanya sebagai kesempurnaan
makalah ini. Dan semoga makalah ini bisa menjadi acuan untuk
meningkatkan makalah-makalah selanjutnya serta bermanfaat bagi para
pembaca dan khususnya untuk kami.

25
DAFTAR PUSTAKA

Tangoro, Dwi. 2004. Utilitas Bangunan. Penerbit Universitas Indonesia: Jakarta.

Wicaksono, Arief. 2015. Jenis-jenis Transportasi Vertikal pada Bangunan.


http://pintarsipil.blogspot.com/2015/04/jenis-jenis-transportasi-vertikal-pada-
bangunan.html?=1 . Diakses 06 Oktober 2018

Anonim. 2008. Cara Kerja Eskalator. http://berita-iptek.blogspot.com/2008/08/cara-


kerja-escalator.html?m=1 . Diakses tanggal 10 Oktober 2018

Anda mungkin juga menyukai