Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam dunia arsitektur bangunan, utilitas berarti hal-hal yang menyebabkan
bangunan dapat digunakan atau berfungsi sebagaimana mestinya. Utilitas pada mata
kuliah semester ini adalah utilitas pada bangunan berlantai banyak atau (multi stories
building). Salah satu contohnya yaitu Mall Tatura Palu.
Bangunan berlantai banyak adalah bangunan yang mempunyai jumlah lantai lebih
dari tiga dan menghendaki fasilitas dan utilitas diatas standar bangunan sederhana.
Perbedaan antara bangunan sederhana dan bangunan berlantai banyak adalah:
Bangunan sederhana masih menggunakan kaidah-kaidah struktur dan konstruksi
konvensional, misalnya bentang gording kayu maksimal 3,5 meter, serta sistem utilitas
masih sederhana.
Bangunan berlantai banyak sudah memakai komponen struktur dan utilitas non
konvensional, misal bentang gording Baja 7 meter, memakai elevator, lift dan lain
sebagainya.
Ciri khas bangunan berlantai banyak adalah :
1. Sistem struktur advanced, yaitu komponen dan dimensinya non-konvensional.
2. Sistem utilitas advanced, yaitu dalam hal ini banyak bersifat mekanis dan artificial
(buatan), misalnya AC.
3. Utilitas yang menghubungkan antar lantai pada pada umumnya diletakkan pada core
bangunan gedung.
4. Memerlukan ruang kontrol pada tiap lantai pada setiap jenis utilitas yang ada dan
memerlukan pengaturan secara khusus.
Jenis utilitas pada bangunan berlantai banyak:
Jaringan Air Bersih dan Air Kotor
Transportasi dalam Bangunan (tangga, elevator, escalator, conveyor, dll)
Jaringan AC (HVAC)
Jaringan Listrik dan Penangkal Petir (Lightning Protection)
Fire protection dan Telekomunikasi
Sistem Plambing merupakan suatu sistem penyediaan atau pengeluaran air (baik
air bersih maupun air kotor) yang dikehendaki tanpa ada gangguan atau pencemaran
terhadap daerah-daerah yang dilaluinya. Jenis peralatan plambing meliputi peralatan untuk
penyediaan air bersih, air panas, air kotor, pemadam kebakaran, gas, oksigen, udara, dll.
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan
menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air bersih adalah
air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum. Untuk memenuhi
kebutuhan air pada suatu bangunan, sumber air bisa didapatkan dari PDAM , sumber
sendiri berupa sumur artesistant, deep well, dll ataupun gabungan PDAM dan sumber
sendiri. Sistem Distribusi Air Bersih pada bangunan tinggi ada dua cara yaitu, yang
pertama dengan cara pipa distribusi dari tangki bawah tanah di pompa dan langsung
didistribusikan pada seluruh bangunan. Dan yang kedua yaitu dengan cara air ditampung
Sistem Utilitas pada Bangunan Tinggi

terlebih dahulu di tangki bawah kemudian dipompakan ke tangki atas pada lantai tertinggi
bangunan kemudian didistribusukan ke seluruh bangunan.
Air buangan/air kotor adalah air bekas pakai yang dibuang. Air kotor dapat dibagi
menjadi beberapa bagian sesuai dengan hasil penggunaannya yaitu air buangan bekas
mencuci, mandi dan lai-lainnya, air yang jatuh ke atas permukaan tanah atau bangunan,
air bekas cucian dari kotoran-kotoran dan alat-alat tertentu seperti air bekas dari rumah
sakit laboratorium, restoran dan pabrik.
Sampah adalah bahan buangan padat yang sudah tidak terpakai lagi pada saat
itu.sampah juga dapat diartikan bahan buangan sisa kegiatan manusia yang keberadaannya
bila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan berbagai macam dampak negative.
Jenis sampah sendiri terbagi dua yaitu sampah organic dan anorganik.
Transportasi vertical, adalah moda transportasi digunakan untuk mengangkut
sesuatu benda dari bawah ke atas ataupun sebaliknya. Ada berbagai macam tipe
transportasi vertikal di antaranya lift, travalator, eskalator dan dumbwaiter. Dari tipe
pengangkut vertikal ini masing-masing mempunyai fungsi angkut yang berbeda. Lift
sering dijumpai di gedung perkantoran, travalator lebih banyak di bandar udara,
sedangkan eskalator lebih banyak di pusat pertokoan besar atau mall sedangkan
dumbwaiter lebih banyak digunakan di rumah sakit dan hotel.
Lift adalah angkutan transportasi vertikal yang digunakan untuk mengangkut
orang atau barang. Lift umumnya digunakan di gedung-gedung bertingkat tinggi; biasanya
lebih dari tiga atau empat lantai.
Escalator dan Travelator adalah sistem transportasi vertikal didalam bangunan
gedung untuk memindahkan orang / barang dari satu lantai ke satu lantai yang berikutnya.
Escalator diprioritaskan untuk transportasi orang dengan barang bawaan yang dijinjing
sedangkan Travelator untuk transportasi orang dengan barang yang didalam trolley.
Tangga merupakan salah satu alat transportasi dalam bangunan yang
menghubungkan antar lantai satu dengan lantai lain dengan system transportasi manual.
Penggunaan tangga pada bangunan bertingkat lebih dari tiga lantai, biasanya digunakan
sebagai tangga darurat. Tangga adalah alat transportasi vertikal pada bangunan yang
mempunyai pijakan dan kemiringan yang digunakan untuk mencapai ketinggian tertentu.
Tangga Darurat, untuk menyelamatkan diri dari terjadinya kebakaran atau keadaan darurat
lainnya sehingga tangga ini harus dilindungi dari api dan asap.
Sistem tata udara pada bangunan bertugas mengolah udara dan menghasilkan
kualitas udara yang baik (nyaman dan sehat) bagi penghuninya. Keberadaan sistem tata
udara sangat menunjang aktifitas dan produktifitas manusia. Sistem AC (air Conditioning)
atau sering disebut juga Sistem Tata Udara merupakan salah satu hal yang penting
sekarang ini, baik rumah, gedung perkantoran, mall, bandara dan lain
sebagainya. Diantara fungsi dari sistem tata udara adalah mengatur suhu udara, mengatur
sirkulasi udara, mengatur kelembaban (humidity) udara, mengatur kebersihan udara.
Dalam proses pendinginan udara, system pendingin udara dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
mengunakan system direct cooling (system langsung), dan system tidak langsung (indirect
cooling).
Dasar Instalasi Listrik Listrik dihantarkan oleh kabel yang berfungsi sebagai
konduktor. Kabel yang digunakan beragam jenis dan dengan ukuran yang biasanya
disesuaikan dengan penggunaan tingkat tegangan yang perlu dihantarkan. Sistem bisa
Sistem Utilitas pada Bangunan Tinggi

menyeluruh mencakup semua perangkat elektronik, bahkan sampai mengatur terang gelap
dan sorot lampu, atau parsial (hanya piranti elektronik tertentu seperti sistem lighting dan
keamanan). Generator set adalah sebuah alat yang memproduksi energi listrik dari sumber
energi mekanikal, biasanya dengan menggunakan induksi elektromagnetik. Proses ini
dikenal sebagai pembangkit listrik.
Jaringan tata suara pada bangunan biasanya digabungkan dengan sistem
keamanan, sistem tanda bahaya, dan sistem pengaturan waktu terpusat. Sistem tata suara
biasanya diintegrasikan sistem tanda bahaya, sehingga bila terjadi kondisi darurat
(kebakaran), sistem tanda bahaya mendapatkan prioritas sinyal (signal) dari sistem tata
suara untuk membunyikan tanda bahaya (sirine) atau program panduan evakuasi ke
seluruh bangunan.
Penggunaan jumlah telepon pada suatu bangunan pada umunya tidak diketahui
secara tepat dan oleh karenanya perlu dirancang secara Terpadu dengan perancangan
jaringan utilitas lainnya. Meskipun pada saat tahap rancangan jumlah telepon sudah
diketahui, pada kenyataanya masih sering terjadi penambahan jumlah dan perubahan
jaringan layanan telepon.untuk dapat berfungsinya sistem telekomunikasi di dalam
bangunan, diperlukan saluran telepon dari telkom, yang mempunyai fasilitas hubungan
local (dalam kota), hubungan keluar interlokal (DDD- Domestic Direct Dialling) atau
hubungan keluar internasional (IDD-International Direct Dialling).
Sistem pencegah kebakaran atau perlindungan kebakaran adalah salah satu
sistemyang harus dipasang atau diaplikasikan pada sebuah bangunan. Dengan adanya
sistem ini pada bangunan, bangunan daapt terlindungi serta nyawa penghuni bangunan
tersebut dapat terselamatkan. Setiap pemasangan sistem pencegah kebakaran atau
perlindungan kebakaran patut mengikut akta dan standard yang bersesuaian dengan
bangunan tersebut. Sistem pendeteksi kebakaran adalah sistem yang menyangkut
mengenai cara kerjaalat-alat yang digunakan untuk menganalisa atau mengenali tejadinya
kebakaran sejakawal proses timbulnya api atau asap. Sistem pendeteksi kebakaran terdiri
dari beberapa komponen diantaranya yaitu dalam bentuk alarm peringatan kebakaran.
Macam-macam Sistem Pemadam Kebakaran yaitu Sistem sprinkler, sistem hydrant,
sistem pompa hydrant, sistem Fire Alarm.
Instalasi penangakal petir adalah suatu sistem dengan komponen-komponen dan
peralatan-peralatan secara keselurujan berfungsi untuk menangkal petir dan
menyalurkannya ke tanah. Sistem tersebut harus dipasang sedemikian rupa sehingga
semua bagian dari bangunan beserta isinya atau benda-benda yang dilindunginya terhindar
dari bahaya sambaran petir baik secara langsung atau tidak langsung.
Sistem keamanan pada gedung merupakan standarisasi yang harus diterapkan
sebagai fasilitas keamanan dan kenyamanan pemakai gedung. Kebutuhan keamanan bisa
dipenuhi dengan ystem Access Control yaitu sebuah sistem keamanan yang
memungkinkan pemilik bangunan dan property untuk melakukan lebih dari sekedar
mengontrol masuk ke daerah yang diproteksi dan Alarm System , alarm secara umum
dapat didefinisikan sebagai bunyi peringatan atau pemberitahuan. Pesan ini digunakan
untuk memperingatkan operator atau administrator mengenai adanya masalah (bahaya)
pada jaringan.
1.2 Tujuan
Sistem Utilitas pada Bangunan Tinggi

Adapun Tujuan dari Mata Kuliah Utilitas yaitu memberikan pemahaman kepada
mahasiswa tentang kinerja bangunan tinggi khususnya sistem utilitas bangunan yang
mendukung aktifitas manusia di dalam dan di luar bangunan.
Adapun Tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi Sistem Plumbing pada Mall Tatura Palu
2. Mengidentifikasi Jaringan Air bersih pada Mall Tatura Palu
3. Mengetahui Jaringan Air kotor, dan Sampah pada Mall Tatura Palu
4. Mengetahui Perancangan Lift dan Escalator pada Mall Tatura Palu
5. Mengetahui Perancangan Tangga darurat/kebakaran pada Mall Tatura Palu
6. Mengidentifikasi Sistem AC sentral pada Mall Tatura Palu
7. Mengetahui sistem Penanggulangan bahaya kebakaran pada Mall Tatura Palu
8. Mengetahui sistem Penangkal petir pada Mall Tatura Palu
1.3 Metode Penelitian
Untuk penulisan laporan ini menggunakan metode deskriptif yang berdasarkan
informasi yang dikumpulkan dengan cara :
1. Pengamatan langsung di bangunan Mall tatura
2. Wawancara dengan pihak Mall tatura
3. Pengamatan pada tiap-tiap sistem utilitas pada bangunan Mall tatura

Sistem Utilitas pada Bangunan Tinggi

BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Sistem Plumbing
2.1.1 Definisi sistem Plumbing
Plumbing adalah seni dan teknologi pemipaan serta peralatannya untuk
menyediakan air bersih, dan pembuang air bekas atau air kotor. Sedangkan Sistem
Plumbing adalah sistem penyediaan air bersih dan sistem pembuangan air kotor
yang saling berkaitan serta merupakan paduan yang memenuhi syarat; yang berupa
peraturan dan perundangan, pedoman pelaksanaan, standar peralatan dan standar
instalasinya.
Menurut Alfred Steele (1984), Plumbing adalah sistem perpipaan yang
mencakup sistem distribusi penyedian air bersih dan peralatannya, perangkap,
limbah, dan pipa ven, saluran pembuangan rumah, sistem air hujan
beserta peralatannya serta hubungan antara struktur dan bangunannya.
Sistem peralatan plumbing merupakan suatu system penyediaan atau
pengeluaran air ke tempat-tempat yang dikehendaki tanpa ada gangguan atau
pencemaran terhadap daerah-daerah yang dilaluinya dan dapat memenuhi kebutuhan
penghuninya dalam masalah air.
2.1.2

Jenis sistem Plumbing


Jenis-jenis peralatan plambing dapat dibedakan berdasarkan fungsinya, antara lain
(Sumber : e-book rekayasa lingkungan, sistem plambing) :
a. Peralatan untuk penyediaan air bersih/ air minum
b. peralatan untuk penyediaan air panas
c. peralatan untuk pembuangan dan Ven
d. Peralatan saniter ( Plumbing fixtures )

2.1.3

Persyaratan sistem Plumbing


Dalam perencanaan pelaksanaan plambing harus diperhatikan syarat-syarat dari
bahan plambing yaitu (Sumber : e-book rekayasa lingkungan, sistem plambing) :
a. Tidak menimbulkan bahaya kesehatan
b. Tidak menimbulkan gannguan suara
c. Tidak menimbulkan radiasi
d. Tidak merusak perlengkapan bangunan
e. instalasi harus kuat dan bersih
Kemudian mutu bahannya harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Daya tahan harus lama minimal 30 tahun
b. Permukaan harus halus dan tahan air
c. Tidak ada bagian-bagian yang tersembunyi menyimpan kotoran pada bahan-bahan
yang dimaksud
d. Bebas dari kerusakan baik mekanis maupun yang lain
e. Mudah memeliharanya
f. Memenuhi peraturan-peraturan yang berlaku dalam perencanaan plambing perlu
diperhatikan bahan atau alat plambing Pipa PVC dan pipa tembaga 2 (untuk air
panasa) Ukuran yang sering digunakan mulai dari diameter 1/2 sampai dengan 2
sampai dengan 6 untuk bangunan tinggi.

Sistem Utilitas pada Bangunan Tinggi

Alat-alat plambing yang merupakan permulaan dari system pembuangan dari


instalasi dapat berupa: Kran, kloset, wastafel (lavatory), urinoir, bidet, beth tub, dan
shower.
2.1.4

Sistem pemipaan pada bangunan


1. Sistem sambungan langsung
Sistem sambungan langsung adalah sistem dimana, pipa distribusi kebangunan
langsung dengan, pipa cabang dari sistem penyediaan air minum secara kolektif
(dalam hal ini pipa cabang distribusi PDAM). Karena terbatasnya tekanan air di
pipa distribusi PDAM, maka sistem ini hanya bisa untuk bangunan kecil atau
bangunan rumah sampai dengan 2 (dua) lantai. Pada umumnya sumber air yang
digunakan pada sistem, ini adalah, air yang berasal dan pipa cabang sistem
penyediaan air minum secara kolektif (dalam hal ini pipa cabang distribusi PDAM).

Gambar
Sistem Sambungan Langsung (Noerbambang M, soufyan dkk, 2005)

2.1

2. Sistem tangki tekan


Biasanya sistem ini digunakan bila air yang akan masuk kedalam bangunan,
pengalirannya menggunakan pompa. Prinsip kerja sistem ini dapat dijelaskan
sebagai berikut : Air dari sumur atau yang telah ditampuag dalam tangki bawah
dipompakan ke dalam suatu bejana (tangki) tertutup, sehingga air yang ada didalam
tangki tertutup tersebut dalam keadaan terkompresi. Air dan tangki tertutup tersebut
dialirkan ke dalam sistem distribusi bangunan. Pompa bekerja secara otomatis yang
diatur oleh suatu detektor tekanan, yang menutup/membuka saklar motor listlik
penggerak pompa. Pompa berhenti bekeria kalau tekanan dalam tangki telah
mencapai suatu batas maksimum yang ditetapkan, dan bekerja kembali setelah
tekanan dalam tangki mencapai suatu batas minimum yang ditetapkan. Daerah
fluktuasi tekanan biasanya ditetapkan antard 1,00 kg/cm2 sampai 1,50 kg/cm2 Pada
umumnya sumber air yang digunakan pada sistem ini adalah, air yang berasal dari
reservoir bawah (yang sumbernya bisa dari PDAM atau dari sumur atau dan PDAM
dan sumur) atau langsung dari sumur (air tanah).

Sistem Utilitas pada Bangunan Tinggi

Gambar 2.2 Sistem Tangki Tekan (Noerbambang M, soufyan dkk, 2005)


3. Sistem tangki atap
Apabila sistem sambungan langsung oleh berbagai hal tidak dapat
diterapkan, maka dapat diterapkan sistem tangki atap dipompakan ke tangki atas.
Tangki atas dapat berupa tangki yang di simpan di atas atap atau dibangunan yang
tertinggi, dan biasa juga berupa menara air. Pada umumnya sumber air yang
digunakan pada sistem ini adalah air yang berasal dari reservoir bawah (yang
sumbernya bisa dari PDANI atau dari sumur atau dari PDAM dan sumur) atau
langsung dari sumur (air tanah).Agar supaya system penyediaan air minum di
dalam bangunan gedung (plumbing air minum) dapat berfungsi secara optimal,
maka perlu memenuhi beberapa persyaratan diantaranya adalah :
Syarat kualiitas
Syarat kuantitas
Syarat tekanan
a. Syarat kualitas
Air minum yang masuk kedalam bangunan atau masuk kedalam sistem
plumbing air minum, harus memenuhi syarat kualitan air minum, yaitu syarat fisik,
Syarat kimiawi, dan syarat baktereiologi, yang sesuai dengan peraturan pemerintah,
dalam hal ini Departmen Kesehatan.
b. Syarat kuantitas
Air minum yang masuk kedalam bangunan atau masuk kedalam sistem
plumbing air minum:, harus memenuhi syarat kuantitas air minum, yaitu kapasitas
air minum harus mencukupi berbagai kebutuhan air minum bangunan gedung
tersebut.Untuk menghitung besarnya kebutuhan air minum dalam bangunan gedung
didasarkan pada pendekatan sebagai berikut :
Jumlah penghuni gedung, baik yang permanen maupun vang tidak permanen.
Unit beban alat plumbing .
Luas lantai bangunan

Sistem Utilitas pada Bangunan Tinggi

Gambar 2.3 Sistem Tangki Atap (Noerbambang M, soufyan dkk,


2005)

2.2 Jaringan Air Bersih


Perancangan kebutuhan Air Bersih
a. Kebutuhan keseharian
Penggunaan air bersih pada tiap-tiap gedung berbeda tergantung jumlah penghuninya
dan luas dari bangunan tersebut.berikut table kebutuhan keseharian air bersih.

Sistem Utilitas pada Bangunan Tinggi

b. Sistem jaringan air bersih

Gambar 2.4 Skema Umum Jaringan Air Bersih


(Sumber:http://www.academia.edu/6779570/UTILITAS_HOTEL_AMARIS_YOGYAKARTA)

c. Sistem distribusi air bersih


1. Up Feed System

Gambar 2.5 Up Feed System


(Sumber:http://www.academia.edu/6779570/UTILITAS_HOTEL_AMARIS_YOGYAKARTA)

Dalam sistem ini pipa distribusi langsung dari tangki bawah tanah (ground
tank) dengan pompa langsung disambungkan dengan pipa utama penyediaan air
bersih pada bangunan, dalam hal ini menggunakan sepenuhnya kemampuan
pompa. Karena terbatasnya tekanan dalam pipa dan dibatasinya ukuran pipa

Sistem Utilitas pada Bangunan Tinggi

cabang dari pipa utama tersbut, sistem ini terutama dapat diterapkan untuk
perumahan dan gedunggedung kecil yang rendah.
2. Down Feed System

Gambar 2.6 Down Feed

System

(Sumber:http://www.academia.edu/6779570/UTILITAS_HOTEL_AMARIS_YOGYAKARTA)

Dalam sistem ini, air ditampung terlebih dahulu di tangki bawah (ground
tank), kemudian dipompakan ke tangki atas (upper tank) yang biasanya dipasang
di atas atap atau di lantai tertinggi bangunan. Dari sini air didistribusikan ke
seluruh bangunan.
d. Pipa Distribusi
Pipa distribusi harus terbuat dari bahan-bahan tahan karat dengan jenis sebagai
perbikut:
a. Logam (baja, besi atau tembaga yang digalvanis)
b. Plastik (PE, PVC)
Pipa-pipa yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Pipa yang dipakai tidak korosif pada permukaan aliran
b. Pipa mempunyai ketahanan terhadap tekanan air sesuai dnegan desain jaringan
dengan angka kenyamanan yang cukup
c. Kecepatan aliran dalam pipa tidak melebihi kecepatan standar (berkaitan dnegan
noise yang ditimbulkan) batas-batas kecepatan tertinggi (biasanya 2m/detik atau
kurang).
Sambungan memenuhi syarat dalam hal:
Kekuatan sambungan
Bahan
Sistem sambungan
Menahan tekanan
d. Pipa memenuhi syarat-syarat yang berkaitan dengan bahan dan aspek encemaran,
misalnya pipa tidak boleh bereaksi terhadap cairan yang mengalir di dalamnya
e. Sistem yang dipilih pipa harus dirancang dan dipasang sedemikian rupa sehingga
udara maupun air kalau perlu dapat dibuang/dikeluarkan dengan mudah (mudah
diperbaiki dan diganti)
f. Pipa mendatar pada sistem pengaliran ke atas sebaiknya dibuat agak miring ke atas
(searah aliran) sedangkan pada sistem pengaliran ke bawah dibuat agak miring ke
bawah. Kemiringan sekitar 1/300
g. Pemipaan yang tidak merata, agak melengkung ke atas atau melengkung ke bawah
harus dihindarkan (misalnya ada erombakan gedung) hendaknya dipasang katup
pelepas udara.
Sistem Utilitas pada Bangunan Tinggi

10

h. Sambungan harus benar-benar tapat supaya air tidak dapat merembes keluar/bocor
i. Pipa dan sambungannya harus mampu menahan kekuatan tekanan air sebesar 10
kg/cm2
j. Bagian pipa melewati siar dilatasi bangunan harus diberi sambungan fleksibel
untuk menetralisir perubahan kedudukan pipa apabila terjadi gempa.

2.3 Jaringan Air Kotor dan Sampah


2.3.1 Sistem Pemipaan

Gambar 2.7 Sistem


(Sumber :

Pemipaan
Panduan Sistem Bangunan
Tinggi Untuk Arsitek Dan Praktisi Bangunan, 2004)

Perpipaan (Sistem pemipaan)


Sistem pembuangan air kotor dalam bangunan gedung dapat dijelaskan sebagai
berikut :
Air kotor yang dibuang melalui alat-alat saniter, dialirkan melalui pipa
pembuangan air kotor ke tempat pengolahan air kotor (septic tank atau unit
pengolahan air kotor melalui riol kota). Pada umumnya air kotor mengalirsecara
gravitasi, penggunaan pompa hanya untuk memompa air kotor dari bak
periampung air kotor yang berlokasi di bagian bawah bangunan (basement) ke unit
pengolahan air kotor.
Sarana pengaliran air kotor pada umumnya ber-upa pemipaan. Bahan pipa yang
digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut
- Tidak, mudah bocor
- Tahan terhadap asam
- Tahan terhadap cuaca, untuk pipa yang.diletakan di luar bangunan gedung.
Nama-nama pemipaan yang ada dalam sistem plumbing air kotor diantaranya adalah :
- Pipa cabang mendatar
Sistem Utilitas pada Bangunan Tinggi

11

Pipategak
Saluran pembuangan gedung
Pipa ven
Fungsi dari pipa-pipa tersebui adalah :
Pipa cabang mendatar adalah pipa pembuangan mendatar yang
menghuhungkan pembuangan alat plumbing dengan pipa tegak air buangan.
Berfungsi untuk mengalirkan air kotor dari alat plumbing ke pipa tegak air
kotor.Dalam sistem plumbing air kotor, sistem pembuangan harus mampu
mengalirkan air buangan dengan cepat, dan biasanya air buangan mengandung
bagian-bagian padat.
Oleh karena itu pipa pembuangan cabang mendatar harus mempunyai
ukuran dan kemiringan yang cukup, sesuai dengan banyaknya dan jenis air
buangan yang dialirkan. Pada umumnya kemiringan pipa pembuangan cabang
mendatar sebesar 2%.
Pipa tegak adalah pipa pembuangan air kotor yang rnenghubungkan pipa
cabang datar dengan pipa Saluran pembuangan gedung.

2.3.2

Jenis Limbah dan Sampah


Limbah adalah bahan buangan sisa kegiatan manusia yang keberadaannya bila tidak
dikelola dengan baik akan menimbulkan berbagai macam dampak negative.
Klasifikasi Limbah :
Limbah menurut jenis zatnya :
1. Limbah organic
adalah limbah yang berasal dari sisa-sisa makhluk hidup.Limbah organic
mengandung unsur karbon, sehingga apabila dibakar akan menghasilkan jelaga
atau jejak hitam sebagai ciri khas dari pembakaran karbon. Limbah organic
mudah diuraikanoleh mikroorganisme sehingga mudah membusuk.
Contoh limbah organic : sisa bahan pangan, sisa olahan makanan,sisa sayuran,
sisa buah-buahan, sisa-sisa tanaman, sisa kotoran manusia atau hewan, bangkai
dan lain-lain.
2. Limbah anorganik
adalah limbah yang bukan berasal dari sisa makhluk hidup.Limbah
anorganik mengandung unsur-unsur kimia anorganik yang sifatnya sulit sekali
diuraikan oleh mikroorganisme sehingga apabila dibiarkan begitu saja akan
menumpuk dan memenuhi area. Oleh itu limbah anorganik harus dikelola baik
tanpa maupun melalui proses daur ulang.
Contoh limbah anorganik : sisa-sisa logam, kaleng bekas, kaca, karet, plastic
deterjen dan lain-lain.
Limbah menurut wujudnya :
1. Limbah padat
Adalah semua limbah yang berwujud padat.Limbah padat sering disebut
sampah.Bentuk, jenis, komposisi sampah dipengaruhi oleh taraf hidup
masyarakat dan jumlah sampah dipengaruhi oleh kepadatan / populasi
penduduk. Semakin padat populasi penduduk maka jumlah sampah juga akan
semakin banyak. Limbah padat ada yang jenis organik maupun jenis
anorganik. Limbah padat atau sampah telah mengakibatkan tingkat
Sistem Utilitas pada Bangunan Tinggi

12

pencemaran air, tanah dan udara melampaui baku mutu lingkungan. Hal ini
disebabkan rendahnya pelayanan umum untuk mengatasi limbah tersebut. Pada
saat ini, hanya sekitar 40% dari sampah penduduk perkotaan yang tertangani,
sedangkan sisanya dibakar, dibuang ke badan air atau dibuang ke lahan
terbuka.Limbah padat bisa merupakan limbah organic yang dapat diuraikan
oleh mikroorganisme maupun anorganik yang tak dapat diuraikan oleh
mikroorganisme. Sampah anorganik biasanya terakumulasi dan menimbulkan
berbagai permasalahan di lingkungan.
Contoh limbah padat : logam berat (berasal dari industri-industri logam,
pemakaian bahan logam, pencucian bahan logam dari sampah), kaca
(digunakan dalam bentuk botol, arsitektur, komponen kendaraan, elektronik,
sanitasi dll), plastic (digunakan dalam bentuk pembungkus, kemasan, botol,
pipa, peralatan rumah tangga, komponen kendaraan, elektronik, arsitektur dll),
kertas ( digunakan dalam bentuk lembaran kertas, karton, kardus, pembungkus,
kemasan, sanitasi dll) serta kain/tekstil (digunakan dalam bentuk pakaian,
selimut, kanvas lukis, sanitasi, mebel, tenda dll). Selain itu ada sludge yaitu
lumpur padat yang dihasilkan dari pengolahan limbah cair industry, biasanya
mengandung serat dan komponen lain yang bisa dimanfaatkan untuk kompos,
media tanam.
2. Limbah cair
Adalah semua limbah yang berwujud cair dengan komposisi 99,9 % air
dan 0,1 % bahan buangan yang terlarut maupun tersuspensi didalamnya.
Limbah cair diklasifikasikan menjadi 4 kelompok yaitu :
a. Limbah cair domestic ( domestic wastewater)
Yaitu limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga, restoran,
penginapan, mall dan lain-lain.Contoh : air bekas cucian pakaian atau
peralatan makan, air bekas mandi, tinja, sisa makanan berwujud cair dll.
b. Limbah cair industry (industrial wastewater)
Yaitu limbah cair hasil buangan industri.
Contoh ; air sisa cucian daging, buah atau sayur dari industry pengolahan
makanan, air sisa pewarnaan pada industry tekstil dll.
c. Rembesan dan Luapan ( infiltration and inflow )
Rembesan yaitu : limbah cair yang berasal dari berbagai sumber saluran
pembuangan yang rusak, pecah atau bocor sehingga merembes ke dalam
tanah.
Luapan yaitu : limbah cair yang meluap dari saluran pembuangan yang
terbuka karena debitnya melebihi daya tampungnya.
Contoh : air buangan dari talang atap, AC, tempat parker, halaman,
bangunan industry/perdagangan, pertanian dan perkebunan dll.
d. Air hujan
Air hujan dikategorikan sebagai limbah apabila hujan terjadi pada daerah
yang tercemar udaranya oleh gas-gas sulfur maupunnitrogen sehingga
ketika hujuan turun, terjadilah hujan asam sebagai akibat terjadinya reaksi
antara gas-gas belerang dan nitrogen di udara dengan air hujan.Hujan asam
pHnya rendah, berasa masam, bersifat korosif dan kadang-kadang terasa
gatal di kulit.
Sistem Utilitas pada Bangunan Tinggi

13

Limbah cair selalu mengandung padatan yang terlarut maupun


tersuspensi dalam air. Berdasarkan ukuran partikel dan sifat kelarutannya,
padatan dalam limbah cair dikelompokkan menjadi 4, yaitu :
1) Padatan terendap (sedimen)
Adalah padatan yang dapt langsung mengendap jika didiamkan beberapa
saat. Misalnya pasir dan lumpur
2) Padatan tersuspensi dan koloid
Adalah padatan yang mempunyai ukuran partikel lebih kecil daripada
sedimen, misalnya tanah liat.Padatan ini menjadikan air keruh, dan sukar
mengendap.
3) Padatan terlarut
Adalah pdatan yang mempunyai ukuran partikel lebih kecil daripada
padatan tersuspensi/koloid.Padatan ini terdiri dari senyawa-senyawa
organic dananorganik yang terlarut dalam air misalnya air buangan pabrik
gula, industry kimia dan lain-lain.
4) Minyak dan lemak
Adalah padatan yang mengapung di atas permukaan air. Adanya minyak
dan lemak di atas permukaan air menimbulkan kerugian antara lain :
a.
Penetrasi cahaya ke dalam air menjadi berkurang
b.
Menghambat pengambilan oksigen dalam air sehingga konsentrasi
oksigen terlarut dalam air menjadi berkurang / sedikit
c.
Mengganggu kehidupan hewan-hewan dalam air, tanaman dalam air,
maupun burung atau ungags yang berenang di permukaan air.
2.4 Perancangan Lift, Escalator, dan Tangga darurat/kebakaran

Gambar 2.8 Transportasi Vertikal (Sumber :


http://www.academia.edu/6779570/UTILITAS_HOTEL_AMARIS_YOGYAKARTA)

Alat transportasi bangunanmerupakan alat yang menunjang dan memfasilitasi


sirkulasi didalam suatu bangunan gedung, terutama gedung berlantai banyak. Selain
itu alat transportasi merupakan sarana prasarana yang memperlancar pergerakan
manusia didalam bangunan tersebut. Transportasi pada bangunan dapat dibagi secara
vertical dan horizontal serta manual dan mekanis.

Sistem Utilitas pada Bangunan Tinggi

14

a. Transportasi Secara Vertikal dan Horizontal

Diagram

2.1 Transportasi
dalam bangunan secara vertical dan horizontal (Sumber :
http://www.academia.edu/6779570/UTILITAS_HOTEL_AMARIS_YOGYAKARTA)
Transportasi Vertikal
Transportasi vertical, adalah metoda transportasi digunakan untuk mengangkut
suatu benda atau manusia dari bawah ke atas ataupun sebaliknya. Ada berbagai
macam tipe transportasi vertical, di antaranya tangga, lift, travator, escalator,
dan dumbwaiter.
Transportasi Horizontal
Sistem transportasi horizontal merupakan jalur angkut / lalu-lalang antar ruang
dalam satu lantai. Prosentase kemiringan pada jenis sirkulasi ini tidak lebih
dari 10 %. Alat transportasi yang bersifat horizontal ini adalah konveyor dan
koridor.
b. Transportasi Manual dan Mekanis

Diagram 2.2
Transportasi dalam bangunan secara manual dan mekanis Sumber :
http://www.academia.edu/6779570/UTILITAS_HOTEL_AMARIS_YOGYAKARTA)
Transportasi Manual
Sistem transportasi ini disebut juga dengan sistem transportasi tanpa mesin.
Sehingga sistem transportasi yang dipakai berupa tangga dan ramps. Sistem ini
pun tidak perlu mengeluarkan banyak biaya seperti pada sistem mekanis
Transportasi Mekanis
Berbeda dengan sistem manual , sistem transportasi ini disebut juga dengan
sistem transportasi alat / mesin. Sistem ini tentunya akan mengeluarkan banyak
biaya , diantaranya saat pemesanan, operasionalnya sehari- hari dan biaya
Sistem Utilitas pada Bangunan Tinggi

15

untuk perawatannya. Sistem transportasi mekanis ini berupa eskalator,


konveyor, lift dan eskalator
Bagian Bagian :
a. Tangga
Tangga merupakan salah satu alat transportasi dalam bangunan yang
menghubungkan antar lantai satu dengan lantai lain dengan system transportasi
manual. Penggunaan tangga pada bangunan bertingkat lebih dari tiga lantai,
biasanya digunakan sebagai tangga darurat.
Tangga pada umumnya memiliki syarat:
1. Kemiringan sudutnya tidak diperbolehkan lebih dari 38
2. Jika jumlah anak tangga lebih dari dua belas anak tangga, maka harus
memakai bordes.
3. Lebar anak tangga untuk satu orang cukup 90 cm, sedangkan untuk dua
orang 110-120cm.
4. Tinggi balustrade sekitar 80-90 cm. Perhitungan optrede dan antrede
mempengaruhi kenyamanan bagi pengguna tangga agar tidak cepat lelah
bagi yang naik dan tidak mudah tergelincir bagi yang turun. Hal ini juga
berkaitan dengan estetika dari bangunan itu sendiri.

Gambar 2.9 Perhitungan Kemirigan Tangga (Sumber :


http://www.academia.edu/6779570/UTILITAS_HOTEL_AMARIS_YOGYAKARTA)
b. Tangga darurat
Keriteria dan persyaratan sebuah tangga darurat diantaranya:
1. Kemiringan maximum 40;
2. Letak antar tangga darurat dalam bangunan 30-40 m (+100 feet) ;
3. Dilengkapi penerangan yang cukup dengan listrik cadangan menggunakan
baterai selama listrik bangunan dimatikan karena keadaan darurat;
4. Harus terlindung dengan material tahan api termasuk dinding (beton) dan
pintu tahan api(metal);
5. Suplai udara segar diatur / dialirkan (menggunakanExhaust fan atau Smoke
Vestibule pada puncak / ujung tangga) sehingga pernafasan tidak terganggu;
6. Dilengkapi peralatan darurat;
7. Pintu pada lantai terbawah terbuka langsung ke arah luar gedung;
8. Pada tangga darurat, tiap lantai harus dihubungkan dengan pintu masuk ke
dalam ruang tangga tersebut.
c. Lift
Sistem Utilitas pada Bangunan Tinggi

16

Lift adalah alat transportasi vertikal yang digunakan untuk mengangkut


orang atau barang. Lift terhubung antar lantai dalam bangunan bertingkat secara
menerus dengan menggunakan tenaga mesin (mekanik). Umumnya digunakan
di gedung-gedung bertingkat tinggi; biasanya lebih dari tiga atau empat
lantai.Gedung-gedung yang lebih rendah biasanya hanya mempunyai tangga
atau eskalator.
Persyaratan Umum Lift / elavator:
1. Bangunan lebih dari 3 lantai harus dilengkapi dengan elevator / lift
2. Jika menggunakan traction system, dimensi kabel yang dapat digunkan
minimum 12 mm
3. Jumlah kabel minimal 3 buah
4. Balok pemikul dari baja / beton bertulang
5. Rel Lift dari bahan baja
6. Saat operasi ruang Lift harus tertutup rapat
7. Lubang masuk lift hanya satu tidak boleh lebih
8. Jarak tepi cabin lift dengan tepi lantai maksimal 4 cm
9. Tiap lift harus memiliki motor penggerak dan panel kontrol sendiri
10. Dasar lubang lift harus memiliki pondasi kedap air
11. Pintu otomatis
12. Panel Control yang jelas pada cabin
13. Elevator barang tidak diperkenankan menjadi satu dengan tangga darurat
14. Elevator berdiri sendiri / satu kesatuan
15. Tabung lift menerus kepuncak bangunan
16. Ruang mesin lift memiliki ketinggian minimal 2,1 m, terhindar dari petir, air,
api
d. Eskalator
Escalator atau tangga berjalan adalah alat transportasi antar lantai,
sebagaimana tangga (manual) yang menghubungkan satu lantai dengan satu
lantai yang di atasnya maupun di bawahnya dengan menggunakan system
tangga yang berjalan dengan bertenaga/bergerak atas bantuan tenagamesin.
Secara horizontal dibutuhkan ruang cukup luas untuk fasilitas ini, karenanya,
eskalator biasa digunakan pada bangunan yang bersifat public seperti mall,
bandar udara, dll.
Syarat eskalator:
1. Dilengkapi dengan railing
2. Tidak ada celah antara lantai dengan anak tangga pada escalator, dan
3. Sebaiknya didesain secara otomatis.

Perletakan Eskalator:
a. Paralel
Diletakkan secara paralel. Perencanaannya lebih menekankan segi arsitektural
dan memungkinkan sudut pandang yang luas.
b. Cross Over
Perletakan bersilangan secara menerus (naik saja atau turun saja). Kurang
efisien dalam sistim sirkulasi tetapi bernilai estetis tinggi.
c. Double Cross Over
Sistem Utilitas pada Bangunan Tinggi

17

Perletakan bersilangan antara naik dan turun, sehingga dapat mengangkut


penumpang dengan dalam jumlah lebih banyak.

Gambar 2.10 Perletakan Eskalator ( Sumber:


http://www.academia.edu/6779570/UTILITAS_HOTEL_AMARIS_YOGYAKARTA)
2.5 Sistem AC sentral
AC Central adalah satu sistem AC yang digunakan untuk seluruh bangunan.
Untuk multi storiesbuilding dilengkapi dengan AHU (Air Handling Unit) di tiap lantai.
Fungsi AHUadalah untuk mengatur distribusi udara yang dikondisikan pada setiap
lantai.Evaporator terdapat pada setiap AHU atau pada tiap ruang, bila dikehendaki
untukdiatur suhunya.

Gambar 2.11 Skema kerja Ac Sentral( Sumber:


http://www.academia.edu/6779570/UTILITAS_HOTEL_AMARIS_YOGYAKARTA)
Cara kerja AC Sentral:
1. Air dari cooling tower masuk refrigerator melalui condensor, refrigerator ini
difungsikan untuk mendinginkan air panas dari AHU
2. Dalam refrigerator ini terjadi proses pendinginan air, air panas dari AHU masuk
chiller dalam refrigerator diubah menjadi air dingin, yang kemudian air dingin
tersebut disirkulasikan kembali ke dalam AHU yang mana AHU digunakan untuk
mengkondisikan/ mengubah udara panas dalam ruang menjadi dingin
3. Udara panas dalam ruang akan dihisap kedalam AHU melalui lubang register yang
kemudian diubah menjadi udara dingin dengan penambahan O2
4. Udara segar dari AHU ini akan didistribusikan kembali pada setiap ruangan
dengan tekanan velocity yang cukup

Sistem Utilitas pada Bangunan Tinggi

18

Gambar 2.12 Ac Sentral ( Sumber:


http://www.academia.edu/6779570/UTILITAS_HOTEL_AMARIS_YOGYAKARTA)
Pada AC jenis ini, udara dari ruangan/bangunan didinginkan pada cooling
plant diluar ruangan/bangunan tersebut kemudian udara yang telah dingin dialirkan
kembali kedalam ruangan/bangunan tersebut. AC jenis ini biasanya dipergunakan di
hotel atau mall.
2.6 Sistem Instalasi Listrik, Telepon, dan Tata Suara
Pada setiap bangunan, baik itu bangunan sederhana maupun bangunan yang
menjulang tinggi selalu membutuhkan adanya listrik, untuk keperluan: penerangan,
penggerak motor listrik, alat-alat rumah tangga dan keperluan lainnya.
Ada 3 jenis sumber listrik yautu:
1. PLN Aliran berasal dari jaringan kota yang dikelola oleh pemerintah sehingga watt
yang dapat digunakan dibatasi oleh PLN. Keuntungan dari pemakaian sumber
tenaga PLN antra lain :
a. Pengadaan awal lebih murah dibandingkan dengan sumber tenaga lainnya
b. Dalam operasional tidak membutuhkan perawatan yang berarti
c. Tidak menimbulkan dampak yang merugikan seperti pencemaran, getaran,
kebisingan
d. Tidak membutuhkan ruangan khusus untuk pengontrolan.
Terdapat 2 (dua) sistem penyaluran aliran listrik dari PLN ke konsumen, yaitu :
- Diatas Permukaan Tanah Kabel-kabel penyalur aliran listrik dipasang diatas,
pada tiang-tiang listrik.
- Dibawah Permukaan Tanah Kabel-kabel penyalur aliran listrik ditempatkan
dalam pipapipa yang ditanam dibawah permukaan tanah pada kedalaman
sekitar 0,75 meter.Sistem ini biasanya digunakan untuk kotakota dengan
bangunan-bangunannya menjulang tinggi.
2. Generator set ( Gen Set )
Generator merupkan alat yang merubah gerakan mekanis menjadi elektris melalui
proses kemagnetan.
Keuntungan pemakaian genset :
a. Kapasitas KVA yang tidak terbatas
b. Lamanya tenaga bekerja hanya dibatasi oleh ukuran tangki bahan bakar
c. Biaya relatif murah bila diperhitungkan dalam jangka waktu yang lama.
Sistem Utilitas pada Bangunan Tinggi

19

Kekurangan atau kelemahan Gen Set:


a. Memerlukan pemeliharan yang konstan dan testing yang teratur
b. Kesulitan penyimpanan bahan bakar
c. Dampak sampingan berupa kebisingan getaran dan suara dari saluran
pembuangan gas
3. Baterai
Sering digunakan untuk mensuplay kebutuhan tenaga listrik dalam keadaan
emergency yang terbatas, terutama untuk penerangan. Beberapa unit ditempatkan
pada individual cabinet atau pada rak untuk instalasi yang lebih besar dan selalu
dilengkapi dengan peralatan otomatic charging.
Keuntungan pemakaian sumber tenaga baterai :
a. Tidak membutuhkan ruangan sendiri dan terpisah
b. Dapat dipasang pada sisitem sentral dengan didistribusikan melalui saluran dari
baterai langsung melalui fasilitas yang ada.
Kerugian :
a. Lamanya terbatas
b. Manual
Penggunaan Tenaga Listrik Pada Bangunan
a. Perlindungan bangunan, seperti perlindungan teradap bahaya, petir, dan
pencemaran
b. Pengadaan fasilitas, seperti pengadaan air bersih dan air panas, pengadaan
transportasi dalam bangunan, pengkondisian udara, penerangan, sound system,
dan telepon.
c. Pelayanan kegiatan konsumen
Instalasi Listrik
- Dasar Instalasi Listrik
Listrik dihantarkan oleh kabel yang berfungsi sebagai konduktor. Kabel yang
digunakan beragam jenis dan ukurannya, biasanya disesuaikan dengan
penggunaan dan tingkat tegangan yang
perlu dihantarkan.

Sistem Utilitas pada Bangunan Tinggi

20

Gambar 2.13 Jenis-jenis kabel (Sumber : UTILITAS BANGUNAN BUKU PINTAR UNTUK
MAHASISWA ARSITEKTUR-SIPIL, 2002)

Gambar 2.14 Tipe-tipe kabel (Sumber : UTILITAS BANGUNAN BUKU PINTAR UNTUK
MAHASISWA ARSITEKTUR-SIPIL, 2002)
Selanjutnya, kabel di beri warna untuk membedakan bagi penggunanya dalam
instalasi listrik.
Daya listrik umum nya dipasok dari Pembangkit Tenaga Listrik melalui
jaringan kabel tegangan tinggi (TT, di atas 20.000 volt), yang kemudian
diturunkan menjadi tegangan menengah (TM, antara 1000-20.000 volt) dan
tegangan rendah (TR, di bawah 1000 volt) oleh transformator yang ditempatkan
pada gardu-gardu listrik.

Sistem Utilitas pada Bangunan Tinggi

21

Gambar 2.15 Pasokan listrik ke bangunan (Sumber : UTILITAS BANGUNAN BUKU


PINTAR UNTUK MAHASISWA ARSITEKTUR-SIPIL, 2002)
Daya listrik dipasok ke dalam bangunan yang disalurkn melalui kabel bawah
tanah untuk bangunan tinggi atau kabel udara dari tiang listrik untuk bangunan
rendah/menengah.

Gambar 2.16 Pasokan listrik dengan kabel bawah tanah (Sumber : Buku Sistem bangunan
tinggi)

Gambar 2.17 Pasokan listrik dengan kabel udara


(Sumber : UTILITAS BANGUNAN BUKU PINTAR UNTUK MAHASISWA ARSITEKTURSIPIL, 2002)

Sistem Utilitas pada Bangunan Tinggi

22

Gambar 2.18 Instalasi kabel di atas plafon


(Sumber : UTILITAS BANGUNAN BUKU PINTAR UNTUK MAHASISWA ARSITEKTURSIPIL, 2002)

Gambar 2.19 Instalasi kabel pada pelat lantai


(Sumber : UTILITAS BANGUNAN BUKU PINTAR UNTUK MAHASISWA ARSITEKTURSIPIL, 2002)

Gambar 2.20 Pemasangan pipa kabel


(Sumber : UTILITAS BANGUNAN BUKU PINTAR UNTUK MAHASISWA ARSITEKTURSIPIL, 2002)

Sistem Utilitas pada Bangunan Tinggi

23

Gambar 2.21 Jenis saluran kabel


(Sumber : UTILITAS BANGUNAN BUKU PINTAR UNTUK MAHASISWA ARSITEKTURSIPIL, 2002)

Pipa logam digunakan, karena :


1) Dapat melindungi konduktor (kabel) dari bahaya korosi dan benturan.
2) Menyediakan perlindungan terhadap bahaya api, pada saat kebakaran atau suhu
yang terlalu tinggi.
3) Dapat merupakan penyokong kabel.
4) Dapat menjadi saluran pengebumian untuk sistem kabel.
Pipa alumunium digunakan, karena :
1) Beratnya lebih ringan dibandingkan dengan pipa logam lainnya.
2) Lebih murah untuk pipa dan pemasangannya.
3) Lebih tahan terhadap korosi
4) Tidak perlu dicat
5) Tidak terpengaruh magnit
6) Penurunan tegangan listriknya kecil
Pipa plastic lebih murah di bandingkan pipa logam dan pipa aluminium, namun
perlu memenuhi kriteria:
1) Untuk penggunaan dalam ruangan, pipa perlu kuat dan tahan api
2) Untuk penggunaan dalam tanah, pipa perlu kuat dan tahan api
3) Untuk penggunaan diluar ruangan, disamping pipa perlu kuat dan tahan api, pipa
juga harus taha terhadap cuaca (tahan terhadap panas matahari, hujan, dan lainlain).
Tegangan yang digunakan untuk keperluan bangunan tinggi biasanya 220/230
volt (3 fase)

Sistem Utilitas pada Bangunan Tinggi

24

220/230
-empat
(Sumber :
BANGUNAN
UNTUK

Gambar 2.22
Tegangan
volt. Tiga fase
kabel
UTILITAS
BUKU PINTAR
MAHASISWA
ARSITEKTUR-

SIPIL, 2002)

Di samping itu penggunaan tegangan 220 volt (1 fase) juga sering dijumpai pada
bangunan tinggi.

Gambar 2.23 Tegangan 220/380 volt. Satu fase tiga kabel


(Sumber : UTILITAS BANGUNAN BUKU PINTAR UNTUK MAHASISWA ARSITEKTURSIPIL, 2002)
Pada arus listrik satu fase, daya listrik dapat dihitung dengan:

P biasa disebut sebagai daya aktif (real power), sedang EI atau sering dinyatakan
dalam VA adalah daya semu.
Untuk menghitung konduktor, rumus diatas dapat diubah menjadi:

Sedang untuk menghitung penampang konduktor (kabel penghantar) digunakan


rumus:

Sistem Utilitas pada Bangunan Tinggi

25

Nilai u (voltage drop) diperoleh dari selisih antara tegangan kirim ( Es ) dan
tegangan terima ( E g ) :

Nilai u ini berkisar antara 1 1,5% nilai Es .


Untuk kabel-kabel transmisi daya dimana mengalir tegangan yang cukup tinggi, nilai
u dihitung berdasarkan:

Selanjutnya, untuk arus listrik tiga fase,

Atau

Jadi, untuk luas penampang konduktor diperoleh:

Instalasi Dalam Bangunan


Pada umumnya jaringan kabel dalam bangunan dibuat dalam bentuk diagram
sat ugaris (single line diagram), baik untuk jaringan kabel listrik, telepon, tata suara,
maupun jaringan computer.
a. Jaringan Kabel Listrik
Secara sederhana gambar di bawah menunjukan skematik dari instalasi
jaringan listrik, baik yang berasal dari PLN maupun dari pembangkit cadangan
listrik (genset- generator set) yang disiapkan manakala pasokan daya listrik
untuk bangunan yang berasal dari PLN terganggu.
Sistem Utilitas pada Bangunan Tinggi

26

Pada panel daya listrik, umumnya dibagi dalam kelompok : daya listrik untuk
stop kontak, daya listrik untuk penerangan dan daya listrik untuk
perlengkapan/peralatan bangunan (pemanas air, lemari es, dan mesin fotocopy, dan
lain-lain).

Gambar 2.24 Diagram tipikal pasokan listrik


(Sumber : UTILITAS BANGUNAN BUKU PINTAR UNTUK MAHASISWA ARSITEKTURSIPIL, 2002)

Gambar 2.25 Panel distribusi daya listrik


(Sumber : UTILITAS BANGUNAN BUKU PINTAR UNTUK MAHASISWA ARSITEKTURSIPIL, 2002)
Jika aliran listrik PLN terhenti, maka pasokan daya listrik diambil dari
pembangkit listrik cadangan (Genset-Generator Set), yang digerakan dengan bantuan
mesin diesel. Genset diletakan dalam ruangan yang kedap suara, agar suara yang
ditimbulkan oleh mesin diesel tidak mengganggu aktivitas dalam bangunan.

Sistem Utilitas pada Bangunan Tinggi

27

Gambar 2.26 Tipikal pemasangan pembangkit listrik cadangan


(Sumber : UTILITAS BANGUNAN BUKU PINTAR UNTUK MAHASISWA ARSITEKTURSIPIL, 2002)

b. Jaringan Kabel Telepon


Penggunaan jumlah telepon pada suatu bangunan pada umumnya tidak
diketahui secara tepat dan oleh karenanya perlu dirancang secara terpadu dengan
perancangan jaringan utilitas lainnya. Meskipun pada saat tahap rancangan jumlah
telepon sudah diketahui, pada kenyataan nya masih sering terjadi penambahan
jumlah dan perubahan jaringan layanan telepon.
Untuk maksud ini, maka perncangan jumlah saluran telepon didasarkan pada
prakiraan per satuan luas lantai yang akan mempengaruhi alokasi kebutuhan untuk
kebutuhan:
1. Layanan penerimaan telepon, berikut panel utama telepon.
2. Saluran vertical (riser), pipa saluran, dan panel distribusi.
3. Lemari untuk perlengkapan telekomunikasi.
4. Lokasi tempat penambahan sambungan.
5. Ruang peralatan untuk perlengkapan khusus telekomunikasi.
6. System distribusi, termasuk pipa jaringan, kotak sambungan di lantai, dan lainlain.
Untuk dapat berfungsinya sistem telekomunikasi dalam bangunan, diperlukan
salurantelepon dari Telkom, yang mempunyai fasilitas hubungan keluar local (dalam
kota), hubungan keluar interlokal (DDD Domestic Direct Dialling) atau hubungan
keluar internasional (IDD International Direct Dialling).
System dalam bangunan dimulai dari saluran telekomunikasi didalam
bangunan, diperlukan saluran telepon dari Telkom ke fasilitas PABX (private
automatic branch exchange) ,selanjutnya dihubungkan ke kotak hubung induk (MDF
Main Distribution Frame ) melalui kabel distribusi (DC distribution cable) jaringan
telepon disebarkan kekontak terminal (JB-junction Box) yng ada pada tiap tiap lantai
bangunan.

Sistem Utilitas pada Bangunan Tinggi

28

Instalasi jaringan telepon menggunakan kabel berisolasi plastic yang


dimaksukkan dalam pipa PVC.Untuk menghitung jumlah saluran Telkom yang
dibutuhkan, pertama kali diperkirakanlah jumlah extension yang akan dipasang (S E).

Gambar 2.27 Jaringan instalasi komunikasi dalam bangunan


(Sumber : UTILITAS BANGUNAN BUKU PINTAR UNTUK MAHASISWA ARSITEKTURSIPIL, 2002)

c. Jaringan Kabel Tata Suara


Jaringan tata suara pada gedung biasanya digabungkan dengan system
keamanan, system tanda bahaya, dan system pengatur waktu terpusat.
System tata suara biasanya diintegrasikan dengan system tanda bahaya,
sehingga bila terjadi kondisi darurat (kebakaran), system tanda bahaya
mendapatkan prioritas sinyal (signal) dari system tata suara untuk membunyikan
tanda bahaya (sirene) atau program panduan evakuasi ke seluruh bangunan.
System tata suara untuk daerah lobby, koridor, arena parker, dan ruang
administrasi selain digunakan untuk keperluan panduan evakuasi, digunakan pula
untuk pemanggilan (paging) atau untuk keperluan program music.

Sistem Utilitas pada Bangunan Tinggi

29

Gambar 2.28 Jaringan instalasi tata suara


(Sumber : UTILITAS BANGUNAN BUKU PINTAR UNTUK MAHASISWA ARSITEKTURSIPIL, 2002)
Agar tingkat suara/informasi dan sumber suara (loud speaker) dapat jelas
didengar oleh manusia normal, maka diperoleh persyaratan yang dirumuskan sebagai
berukut
N+M= 10 log P + SPL 1 20 log R
dimana:
N :adalah kebisingan (noise) ruangan (dB)
M :adalah margin (dB)
P : adalah daya dari sumber suara (speaker) dalam Watt pada jarak 1meter
R
adalah jarak sumber suara dari pendengar (meter)
SPL1 Speaker diperoleh dari spesifikasi teknis speaker, dan data ini digunakan
untuk menentukan daya speaker yang digunakan.
Jika nilai SPL 1 , N , M dan R speaker diketahui, maka dapat ditentukan daya speaker
yang diperlukan.
d. Jaringan Kabel Komputer/Data/Multimedia
Adanya server computer memungkinkan disajikan pelayanan yang beragam dalam
suatu bangunan, antara lain: untuk keperluan ruang kerja (work station) dengan
penggunaan computer personal (PC Personal Computer), untuk layanan jaringan
local (LAN Local Area Network) dengan beberapa terminal dan printer, untuk
telecopier dan facsimile, untuk dihubungkan dengan pesawat telepon ataupun
untuk pengendalian lingkungan dan keselamatan.

Sistem Utilitas pada Bangunan Tinggi

30

Gambar 2.29 Konfigurasi layanan jaringan Komputer


(Sumber : UTILITAS BANGUNAN BUKU PINTAR UNTUK MAHASISWA ARSITEKTURSIPIL, 2002)
Selanjutnya, dengan bantuan modem, V-sat< atau antenna microwave, system
computer/data/multimedia pada suatu bangunan dihubungkan dengan jaringan external
melalui provider atau fasilitas satelit.
2.7 Sistem Penanggulangan Bahaya Kebakaran
1. Definisi
Definisi Umumnya adalah suatu peristiwa terjadinya nyala api yang tidak
dikehendaki, sedangkan definisi khususnya adalah suatu peristiwa oksidasi antara
tiga unsur penyebab kebakara yaitu: bahan padat, bahan cair dan bahan gas.
Pencegahan kebakaran adalah usaha menyadari/mewaspadai akan faktor-faktor
yang menjadi sebabmunculnya atau terjadinya kebakaran dan mengambil langkahlangkah untuk mencegah kemungkinan tersebut menjadi kenyataan.
2. Sistem proteksi Aktif dan pasif
Dalam menyediakan sarana proteksi kebakaran disuatu tempat, maka dikenal 2 (dua)
istilah yaitu sarana kebakaran aktif dan sarana kebakaran pasif.
Sarana proteksi kebakaran aktif merupakan alat ataupun instalasi yang disiapkan
untuk mendeteksi dan memadamkan kebakaran. Di antara sarana proteksi
kebakaran aktif antara lain :
- Detektor asap, api maupun panas.
- Alarm kebakaran otomatis maupun manual.
- Tabung pemadam/APAR (Alat pemadam api ringan)
- Sistem Hidran
- Sistem Sprinkler dan sebagainya
Sarana proteksi kebakaran pasif merupakan alat, sarana atau metode/cara
mengendalikan asap, panas maupun gas berbahaya apabila terjadi kebakaran. Di
antara sarana proteksi kebakaran pasif antara lain :
- Sistem Kompartementasi (pemisahan bangunan resiko kebakaran tinggi)
Sistem Utilitas pada Bangunan Tinggi

31

Sarana Evakuasi dan Alat bantu evakuasi


Sarana dan Sistem pengendali asap dan api (Fire damper, smoke damper, fire
stopping dan sebagainya)
Fire Retardant (sarana pelambat api)

3. Perancangan Sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran

a. Alat Penginderaan/ Peringatan Dini (Detektor)


Kecepatan evakuasi orang pada bangunan pada saat kebakaran baru saja terjadi
akan mengurangi kemungkinan banyaknya penghuni/pengguna yang mengalami
celaka/luka. Untuk keperluan ini, detector asap dan panas akan memberikan
peringatan dini dan dengan demikian memberikan banyak manfaat pada
bangunan, karena biasanya evakuasi orang keluar gedung membutuhkan waktu
yang cukup panjang.
Ada beberapa jenis detektor yang dapat digunakan dalam gedung, yang
pertama Detektor ionisasi, umumnya ditempatkan di dapur atau ruangan yang
berisi gas yang mudah terbakar atau meledak. Detektor ini akan memberikan
peringatan jika terjadi kebocoran gas pada tingkat tertentu, sebelum terjadinya
kebakaran. Detektor asap, merupakan alat yang diaktifkan oleh foto elektrik/foto
elektronik atau sel ion sebagai sensornya, sedang detektor panas terdiri dari
sebuah elemen yang sensitive terhadap perubahan suhu ruangan yang diaktifkan
oleh sirkuit elektronik. Selanjutnya detektor ini dihubungkan dengan alarm dan
juga papan indicator untuk mengetahui sumber api.
b. Hidran Dan Selang Kebakaran
Pemadam Api Ringan (PAR- Fire Extinghuiser) telah membuktikan kegunaan
praktisnya sebagai pencegah kebakaran kecil, termasuk oleh orang yang tidak
berpengalaman.
Berdasarkan lokasi penempatan, jenis hidran kebakaran dibagi atas:
1. Hidran Bangunan (Kotak Hidran Box Hydrant)
Lokasi dan jumlah hidran dalam bangunan diperlukan untuk menentukan
kapasitas pompa yang digunakan untuk menyemprotkan air. Hidran perlu
ditempatkan pada jarak 35 meter satu dengan yang lainnya, karena panjang
selang kebakaran dalam kotak hidran adalah 30 meter, ditambah sekitar 5
meter jarak semprotan air. Pada atap banguan yang tingginya lebih dari 8
lantai, perlu juga disediakan hidran untuk mencegah menjalarnya api ke
bangunan yang bersebelahan.
2. Hidran Halaman (Pole Hydrant)
Hidran di tempatkan di luar bangunan pada lokasi yang aman dari api dan
penyaluran pasokan air ke dalam bangunan dilakukan melalui katup siamse
3. Hidran Kota (Fire Hydrant)
Hidran kota bentuknya sama dengan hidaran halaman, tetapi mempunyai dua
atau tiga lubang untuk selang kebakaran.
c. Sprinker
Penyembur air/gas (sprinker) meneydiakan suatu bentuk peringatan dan
terbukti merupakan alat pencegah/pemadam api yang baik, sebelum api membesar
dan tak terkendali serta menimbulkan banyak kerugian pada manusia,bangnan dan
Sistem Utilitas pada Bangunan Tinggi

32

isinya. Pada sebagian besar bangunan tinggi, spinker ini memberikan reaksi
(response) yang cepat pada saat terjadinya api dan memberikan waktu yang cukup
bagi penghuni/pengguna bangunan untuk mengatur proses evakuasi.
Air tidak selalu cocok untuk memadamkan api yang berasal dari cairan yang
berat jenisnya lebih ringan dari air (seperti bensin dan spiritus/alcohol), atau api
yang disebabkan oleh arus pendek listrik karena air juga dapat membahayakan
orang akibat sengatan listrik. Air juga dapat merusak isi bangunan (misalnya: buku
dan alat-alat elektronik). Oleh karenanya, pada museum atau tempat penyimpanan
benda-benda seni, penggunaan busa, zat kimia kering dan karbon dioksida (CO)
mungkin lebih cocok untuk memadamkan api.
Spinker dipasang pada jarak tertentu dan dihubungkan dengan jaringan pipa air
bertekanan tinggi (minimum 0,5 kg/cm). Kepala spinker dirancang untuk
berfungsi jika panas telah mencapai suhu tertentu. Umumnya spinker dirancang
untuk suhu 68 C dan air akan memancar pada radius sekitar 3,50 meter.
Jika spinker bekerja, tekanan air dalam pipa akan turun, dan sensor otomatis
akan memberi tanda bahaya (alarm) dan lokasi yang terbakar akan terlihat pada
panel pengendalian kebakaran. Meskipun sistem spinker tidak pernah aktif untuk
jangka waktu yang cukup panjang, sesungguhnya sistem tersebut harus selalu ada
dalam keadaan siap jika sewaktu-waktu terjadi kebakaran.
d. Pasokan Air
Sejumlah cadangan air diperlukan untuk hidran dan sistem sprinker, dan
umumnya disimpan dalam tempat penyimpanan air tertentu (reservoir). Jika
dimungkinkan suatu tangki penyimpanan air dapat difungsikan ganda, baik untuk
keperluan keseharian maupununtuk keperluan pemadaman api. Agar di dalam
tangki selalu tetap tersedia cadangan air yang dapat dipergunakan jika sewaktuwaktu terjadi kebakaran, maka lubang pasokan (outlet) untuk kebutuhan
keseharian dibedakan dengan lubang untuk pemadaman api.
1. Tangki Air
Untuk banguna tinggi, diperlukan tangki air di atas bangunan untuk
menyediakan air dengan tekanan tinggi yang dibutuhkan untuk penyemprotan
melalui hidran dibawahnya.Air yang tersimpan di dalam tangki harus cukup
untuk kebutuhan awal terjadinya api (sekitar 30 menit), dimana waktu itu
diperlukan adalah waktu yang cukup bagi mobil barisan pemadam kebakaran
untuk melakukan persiapan. Tangki dengan kapasitas 25 m cukup untuk
memasok kebutuhan dua hidran yang beroperasi selama sekitar 30 menit.
2. Tekanan Air
Pada umumnya tekanan air tidak cukup kuat untuk hidran/selang
kebakaran yang ditempatkan pada ketinggian lebih dari 14 meter dari
permukaan tanah. Untuk kondisi ini, pompa diperlukan untuk memberikan
tekanan yang cukup. Pada lokasi dimana pasokan air tidak memadai, maka
tangka air di atas bangunan dan pompa tekan (booster pump) diperlukan untuk
bangunan yang mempunyai ketinggian kurang dari 25 meter.
Sistem Utilitas pada Bangunan Tinggi

33

2.8 Sistem Penangkal Petir dan Pengamanan


Penangkal petir merupakan rangkaian alat-alat yang difungsikan untuk
menyalurkan sambaran petir yang akan mengenai bangunan langsung ke tanah. Penangkal
petir dianggap efektif karena mengurangi kerugian terkait kebakaran dan kerusakan
struktural akibat sambaran petir.
2.8.1 Jenis-jenis metode penangkal petir
a) Penangkal Petir Konvensional / Faraday / Frangklin
Kedua ilmuwan tersebut Faraday dan Frangklin menjelaskan sistem yang hampir
sama, yakni system penyalur arus listrik yang menghubungkan antara bagian atas
bangunan dan grounding, sedangkan sistem perlindungan yang di hasilkan ujung
penerima/splitzer adalah sama pada rentang 30 - 40 derajat. Perbedaannya adalah
sistem yang di kembangkan Faraday bahwa kabel penghantar berada pada sisi luar
bangunan dengan pertimbangan bahwa kabel penghantar juga berfungsi sebagai
material penerima sambaran petir, yaitu berupa sangkar elektris atau biasa disebut
dengan sangkar faraday.
b) Penangkal Petir Radio Aktif
Penelitian terus berkembang akan sebab terjadinya petir, dan semua ilmuwan sepakat
bahwa terjadinya petir karena ada muatan listrik di awan berasal dari proses ionisasi,
maka untuk menggagalkan proses ionisasi dilakukan dengan cara menggunakan zat
berradiasi sepertiRadiun 226 dab Ameresium 241 karena kedua bahan ini mampu
menghamburkan ion radiasinya yang dapat menetralkan muatan listrik awan. Maka
manfaat lain hamburan ion radiasi tersebut akan menambah muatan pada ujung
finial/splitzer, bila mana awan yang bermuatan besar tidak mampu di netralkan zat
radiasi kemudian menyambar maka akan cenderung mengenai penangkal petir ini.
Keberadaan penangkal petir jenis ini telah dilarang pemakaiannya, berdasarkan
kesepakatan internasional dengan pertimbangan mengurangi zat beradiasi di
masyarakat, selain itu penangkal petir ini dianggap dapat mempengaruhi kesehatan
manusia.
c) Penangkal Petir Elektrostatis
Prinsip kerja penangkal petir elektrostatis mengadopsi sebagian system penangkal
petir radio aktif, yaitu menambah muatan pada ujung finial/splitzer agar petir selalu
melilih ujung ini untuk di sambar. Perbedaan dengan system radio aktif adalah jumlah
energi yang dipakai. Untuk penangkal petir radio aktif muatan listrik dihasilkan dari
proses hamburan zat berradiasi sedangkan pada penangkal petir elektrostatis energi
listrik yang dihasilkan dari listrik awan yang menginduksi permukaan bumi.
2.8.2

Bagian Penangkal Petir


a. Batang Penangkal Petir
Batang penangkal petir idealnya terbuat dari logam
konduktor, contohnya tembaga. Berupa batang dengan
ujung lancip untuk memudahkan terjadinya aliran
elektron dari petir untuk disalurkan pada kabel
konduktor.
Sistem Utilitas pada Bangunan Tinggi

34

Gambar 2.30 Batang Penangkal Petir


(Sumber:http://www.academia.edu/6779570/UTILITAS_HOTEL_AMARIS_YOGYAK
ARTA)

b. Kabel Konduktor
Kabel Konduktor terbuat dari kawat tembaga
yang dipilin. Standar diameter kawat tembaga
yang digunakan adalah 1cm-2cm. Kabel
konduktor memiliki fungsi untuk mengalirkan
aliran listrik dari batang penangkal petir menuju
ke tanah. Kabel konduktor dipasang pada
dinding bagian luar bangunan.
Gambar 2.31 Kabel Konduktor
(Sumber:http://www.academia.edu/6779570/UTILITAS_HOTEL_AMARIS_YOGYAK
ARTA)

c. Grounding Sistem
Grounding sistem berfungsi mengalirkan muatan
listrik dari kabel konduktor ke batang
pentanahan (groundrod) yang tertanam di tanah.
Batang pentanahan terbuat dari bahan tembaga
berlapis baja, dengan diameter 1,5 cm dan
panjang sekitar 1,8 3 m
Gambar 2.32 Grounding system (Sumber :
http://www.academia.edu/6779570/UTILITAS_HOTEL_AMARIS_YOGYAKARTA)
2.8.3 Cara Kerja
Terjadinya beda potensial antara awan petir dan tanah akan merangsang adanya
loncatan elektron dari petir ke tanah. Loncatan elektron yang terlihat melalui kilat
akan tertangkap oleh batang penangkal. Dari batang penangkal petir akan diteruskan
melalui kabel konduktor menuju grounding sistem ke batang pentanahan yang akan
diteruskan menuju tanah di bumi.
2.8.4

Kebutuhan Bangunan Terhadap Ancaman Bahaya Petir


Suatu instalasi penangkal petir yang telah terpasang harus dapat melindungi
semua bagian dari struktur bangunan dan arealnya termasuk manusia serta peralatan
yang ada didalamnya terhadap ancaman bahaya dan kerusakan akibat sambaran petir.
Berikut ini akan dibahas mengenai cara menentukan besarnya kebutuhan bangunan
akan proteksi petir menggunakan beberapa standart yaitu berdasarkan Peraturan
Umum Instalasi Penangkal Petir, Nasional Fire Protection Association 780,
International Electrotechnical Commision 1024-1-1.
Kebutuhan Bangunan Terhadap Ancaman Bahaya Petir Berdasarkan Peraturan
Umum Instalasi Penangkal Petir. Jenis Bangunan yang perlu diberi penangkal petir
dikelompokan menjadi:
1. Bangunan tinggi seperti gedung bertingkat, menara dan cerobong pabrik.
Sistem Utilitas pada Bangunan Tinggi

35

2. Bangunan penyimpanan bahan mudah meledak atau terbakar, misalnya pabrik


amunisi, gudang bahan kimia.
3. Bangunan untuk kepentingan umum seperti gedung sekolah, stasiun, bandara dan
sebagainya.
4. Bangunan yang mempunyai fungsi khusus dan nilai estetika misalnya museum,
gedung arsip negara.
Besarnya kebutuhan suatu bangunan terhadap instalasi proteksi petir ditentukan
oleh besarnya kemungkinan kerusakan serta bahaya yang terjadi jika bangunan tersebut
tersambar petir. Berdasarkan Peraturan umum Instalasi Penangkal Petir besarnya
kebutuhan tersebut mengacu kepada penjumlahan indeks-indeks tertentu yang mewakili
keadaan bangunan di suatu lokasi dan dituliskan sebagai berikut;
R = A+B+C+D+E
Dari persamaan tersebut maka akan terlihat bahwa semakin besar nilai indeks akan
semakin besar pula resiko (R) yang di tanggung suatu bangunan sehingga semakin besar
kebutuhan bangunan tersebut akan sistem proteksi petir.
2.9

Sistem Pengamanan
1. Sistem Keamanan Gedung
Sistem keamanan pada gedung merupakan standarisasi yang harus diterapkan
sebagai fasilitas keamanan dan kenyamanan pemakai gedung. Kebutuhan keamanan
bisa dipenuhi salah satunya dengan mengunakan Visitor Management System
(VMS), Access Control dan CCTV dengan sitem keamanan yang terintegrasi
tersebut sangat membantu meminimalisir sebuah masalah sistem keamanan dalam
gedung/ruangan dari bahaya adanya orang lain yang masuk tanpa seizin pemilik. Di
paper ini, kita akan mempelajari teknologi Akses Gedung yang tersedia bagi pemilik
bangunan dan property dalam kelangsungan proses bisnis, kemudian kita akan
melihat lebih dekat bagaimana sistem dapat membantu anda meningkatkan
keamanan, Data secara otomatis akan tercatat dalam database dan tidak bisa dihapus
oleh sembarang orang. Dengan alat yang sudah di rancang dan diimplementasiakan
ini tentunya sangat membantu dalam hal meningkatkan keamanan pada gedung
dengan konsep real time.Apa-apa saja sistem yang bisa diintergrasikan, berikut sitem
yang dapat dijadikan dalam satu sistem.
Visitor Management System
Visitor Management System adalah sebuah system yang dipergunakan
untuk melakukan management tamu atau pengunjung, yang biasanya diterapkan
pada high rise building, perkantoran, instansi umum atau pemerintahan yang
fungsi utamanya adalah untuk mengurangi resiko yang tidak diiinginkan, baik
berupa unsur kriminal, terorisme, dan tindakan yang bersifat negatif lainnya.
Visitor Management System merupakan sebuah cara terbaik untuk saat
ini untuk mencegah sesuatu yang tidak diinginkan, yang ditempatkan pada porsi
membantu system keamanan dan pengamanan sebuah instansi yang sudah ada
sebelumnya, tetapi tidak untuk menggantikan yang sudah ada.
Bentuk Visitor Management System ini, sangat fleksibel untuk
disesuaikan dengan situasi dan kondisi dengan instansi anda, mulai dengan
Sistem Utilitas pada Bangunan Tinggi

36

hanya system tunggal mandiri, sampai dengan system yang amat luas dan
diintegrasikan dengan kemajuan teknologi saat ini, baik berupa internet atau
intranet, face recognition, biometrics, dan lain sebagainya.
Access Control
Sebuah sistem keamanan Access Control memungkinkan pemilik
bangunan dan property untuk melakukan lebih dari sekedar mengontrol masuk
ke daerah yang diproteksi.Sistem ini juga dapat membuat catatan history atau
informasi secara elektronik mengenai siapa saja yang masuk ke dalam ruangan
yang sudah diproteksi. Dengan adanya cacatan informasi tersebut membantu
pemilik usaha mengidentifikasi siapa saja yang masuk ke ruangan pada waktuwaktu tertentu. Ada beberapa metode verifikasi pada sistem Access Control yang
cocok digunakan, dan itu merupakan pilihan bagi anda yang menginginkan
sistem keamanan seperti apa yang anda perlukan sesuai dengan kebutuhan serta
budget yang anda miliki tentunya.
CCTV (Closed Circuit Television)
CCTV (Closed Circuit Television) adalah penggunaan kamera video
untuk mentransmisikan signal video ke tempat spesifik, dalam beberapa set
monitor. Berbeda dengan siaran televisi, sinyal CCTV tidak secara terbuka
ditransmisikan.CCTV paling banyak digunakan untuk pengawasan pada area
yang memerlukan monitoring seperti bank, gudang, tempat umum, dan rumah
yang ditinggal pemiliknya.
Sistem CCTV biasanya terdiri dari komunikasi fixed (dedicated) antara
kamera dan monitor. Teknologi CCTV modern terdiri dari sistem terkoneksi
dengan kamera yang bisa digerakkan (diputar, ditekuk, dan di-zoom), dapat
dioperasikan jarak jauh lewat ruang kontrol, dan dapat dihubungkan dengan
suatu jaringan baik LAN, Wireless-LAN maupun Internet.
Sistem perekaman CCTV masih sering digunakan di tempat peluncuran
modern untuk merekam penerbangan roket, untuk menemukan kemungkinan
penyebab kerusakan, sementara roket yang lebih besar sering dilengkapi dengan
CCTV yang memungkinkan gambar-gambar menjadi tahap pemisahan
ditransmisikan kembali ke bumi dengan link radio.
Berdasarkan lokasi penempatan, Kamera CCTV dapat dibedakan menjadi indoor
dan outdoor camera.
- Indoor Camera adalah kamera yang ditempatkan di dalam gedung, umumnya
berupa Dome (Ceiling) Camera, Standard Box Camera.
- Outdoor Camera adalah kamera yang ditempatkan di luar gedung dan memiliki
casing yang dapat melindungi kamera terhadap hujan, debu, maupun temperatur
yang extreme. Umumnya berupa Bullets camera yang telah dilengkapi dengan
Infra Red Led (Infra Red Kamera). Disamping outdoor camera, standard box
camera juga sering kali ditempatkan di luar dengan menggunakan tambahan
Outdoor Housing.

Sistem Utilitas pada Bangunan Tinggi

37

Waktu Penggunaan merupakan faktor yang penting diperhatikan saat memilih


Kamera CCTV. Kemampuan Kamera CCTV untuk dapat menangkap gambar
pada pencahayaan minimum dinyatakan sebagai minimum lux, yaitu minimum
satuan cahaya (lux) yang diperlukan Kamera CCTV agar dapat menangkap
obyek. Secara umum terdapat 2 jenis kamera cctv berdasarkan waktu
penggunaan (minimum lux):
- Standard Day Camera CCTV yaitu kamera yang digunakan untuk memonitor
ruang yang memiliki tingkat penerangan cukup baik secara konsisten (di atas 0.5
lux)
- Day-Night Camera CCTV yaitu kamera yang digunakan untuk memonitor ruang
yang memiliki tingkat penerangan kurang (di bawah 0.5 lux terus menerus
ataupun sebagian waktu).
Mekanisme control pada kamera cctv memungkinkan pengguna menggerakkan
sudut pandang kamera secara vertical, horizontal, maupun mengatur jarak
pandang (focus). Berdasarkan mekanisme kontrol ini kamera dapat dibagi menja
Motorized Camera CCTV yaitu kamera yang dilengkapi dengan motor untuk
menggerakan sudut pandang ataupun focus secara remote. Motorized kamera
meliputi beberapa jenis kamera seperti: zoom camera dan speed dome camera.
Fixed Camera CCTV yaitu kamera yang sudut pandang dan fokusnya harus
disetting secara manual pada saat instalasi.

2. Kegunaan
CCTV sering digunakan untuk pengawasan (surveilans). Bisnis, kantor,
sekolah, dan bahkan tempat tinggal dapat menggunakan CCTV. Tempat yang paling
sering memanfaatkan CCTV adalah bank, bandara, kasino, instalasi militer, sekolah,
toko-toko, dan rumah sakit.Lebih terbuka tempatnya, semakin sering menggunakan
CCTV. Beberapa uraian manfaat CCTV berikut bisa dijadikan pertimbangan saat
Anda akan memilih CCTV.
1. Upaya Preventif
Pelaku kejahatan biasanya menjadi ragu kalau melihat sasarannya mempunyai
CCTV.Banyak bangunan besar yang memiliki beberapa ceruk pada eksterior
menggunakan sistem CCTV ini.Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa ada
beberapa wilayah di sekitar gedung tempat seseorang bisa bersembunyi dan
menyerang orang yang tidak curiga.Jika rumah memiliki gerbang, CCTV bisa
dimanfaatkan sehingga orang di dalam bangunan dapat melihat siapa yang
berusaha untuk masuk dan mencegah kemungkinan yang tidak diinginkan.
2. Alat Pantau
Untuk memonitor keadaan dan aktivitas di dalam rumah atau tempat usaha Anda
dari mana saja.
3. Meningkatkan Kinerja : CCTV dapat meningkatkan kinerja karyawan dengan
signifikan. Karyawan akan sungkan untuk berleha-leha ketika jam kerja.
Mungkin juga karyawan Anda malah akan terpicu untuk semakin meningkatkan
kinerjanya karena ingin menunjukkan pada Anda bahwa dia bisa.
Sistem Utilitas pada Bangunan Tinggi

38

4. Membantu Penyelidikan : CCTV dapat menunjang penyelidikan tindak


kejahatan yang telah terjadi. Membantu pihak berwajib mengidentifikasi pelaku
kejahatan atau penyebab kecelakaan.
5. Barang Bukti : Hasil rekaman video dan foto dari CCTV dapat dijadikan barang
bukti. Ketika Anda melaporkan tentang pencurian atau kecelakaan, hasil
rekaman dan foto dari CCTV dapat menunjukkan siapa pelakunya.
3. Elemen-Elemen Perancangan Sistem CCTV
Untuk membuat sebuah sistem CCTV sederhana terlebih dahulu anda harus
mengetahui peralatan alat atau material yang digunakan dalam instalasi tersebut.
Berikut ini peralatan atau material yang diperlukan :
- BNC (Bayonet Neill Concelman) connector adalah tipe konektor RF yang pada
umumnya dipasang pada ujung kabel coaxial, sebagai penghubung dengan
kamera CCTV dan alat perekam (DVR) maupun secara langsung ke monitor
CCTV.

Gambar 2.33 BNC (sumber : Google Gambar)


-

Kabel Coaxial merupakan sebuah jenis kabel yang biasa digunakan untuk
mengirimkan sinyal video dari kamera CCTV ke monitor. Ada beberapatipe
kabel coaxial yaitu : RG-59, RG-6 dan RG-11. Penggolongannya berdasarkan
diameter kabel dan jarak maksimum yang direkomendasikan untuk instalasi
kabel tersebut.

Gambar 2.34 Kabel Coaxial (sumber : Google Gambar)

Peralatan untuk Crimp kabel coaxial digunakan sebagai alat bantu untuk
memasang konektor BNC pada kabel coaxial.

Sistem Utilitas pada Bangunan Tinggi

39

Gambar 2.35 Crimp Kabel

Coaxial (sumber :
Google Gambar)

Conektor RJ-45 yaitu digunakan untuk conektor kabel jaringan dari kamera cctv
ke computer untuk membentuk suatu jaringan dimana dalam hal ini hanya
berlaku pada system CCTV berbasis internet.

Gambar 2.36 Konektor Rj-45 (sumber : Google Gambar)


-

Kabel UTP yaitu kabel yang digunakan bersamaan dengan konektor RJ-45,
dimana hanya digunakan pada system CCTV berbasis internet yang dapat
dipantau langsung melalui jaringan internet dimana saja dan kappa saja.

Gambar 2.37 Kabel UTP (sumber : Google Gambar)


-

Kabel Power digunakan untuk memasok tegangan AC (searah) 220 V ke adaptor


atau power supply kamera CCTV. Biasanya tipe kabel power yangdigunakan
adalah NYA (21,5mm) maupun NYM (32,5mm). Instalasi kabel power ini
sebaiknya juga menggunakan pipa high impact conduit.

Sistem Utilitas pada Bangunan Tinggi

40

Gambar 2.38 Kabel Power (sumber : Google Gambar)


-

Adaptor dan power supply merupakan perangkat yang menyuplai tegangan kerja
ke kamera CCTV, pada umumnya tegangan yang digunakan yaitu 12 Volt DC.
Namun adapula yang menggunakan tegangan 24 Volt (AC) maupun 24 Volt
(DC). Hal ini tergantung pada jenis atau tipe kamera yang digunakan.

Gambar 2.39 Adaptor dan power supply (sumber : Google Gambar)

Kamera CCTV dapat dibedakan menjadi beberapa type yaitu kamera Fixed
Dome, kamera IP, kamera wireless dan kamera PTZ (Pan/Tilt/zoom).Hal ini
disesuaikan dengan kebutuhan dan anggaran anda. Jika anda membutuhkan
sebuah kamera yang perlu diperhatikan adalah mempelajarispesifikasi kamera
CCTV sebelum membeli. Biasanya spesifikasi yang diberikan berupa format
lensa CCD (Charge Coupled Device) yang memiliki ukuran tipikal (1/2,
1/3dan 1/4), TV Lines yang berkaitan dengan resolusi gambar, LUX yang
berkaitan dengan kesensitifan kamera terhadap cahaya, Varifocal lens yang
berkaitan dengan pegaturan sudut/jarak pandang kamera dan bisa diatur secara
manual, indoor, outdoor, dan lain-lain.

Gambar 2.40 CCTV (sumber : Google Gambar)


Sistem Utilitas pada Bangunan Tinggi

41

DVR (Digital Video Recorder) adalah sebuah media penyimpan hasil rekaman
video yang telah terpantau oleh kamera CCTV. Besar kecilnya kapasitas
penyimpanan hasil rekaman tergantung pada harddisk yang terpasang (pada
umumnya 160 Gygabyte, namun adapula yang diupgrade hingga 1 Terabyte).
Hasil rekaman video tersebut ada yang berformat QCIF, MPEG-4 dan avi. Dan
biasanya input DVR terdiri dari 4, 8, 16 dan 32 channel kamera.
Keunggulan DVR :

Kualitas gambar hasil rekaman (resolusi) T640x840 high.


Waktu penyimpanan yang lama (tergantung kapasitas hardisk).
Dapat di back up ke CD/DVD.
Dapat dikoneksikan ke jaringan internet.
Jadwal perekaman yang bias diatur / otomatis
Mempunyai kontroler untuk kamera yang bisa digerakkan.
Sedikit perawatan.

Gambar 2.41 DVR (sumber : Google Gambar)


-

Monitor CCTV ada yang masih menggunakan tabung CRT dan adapula yang
menggunakan LCD. Monitor tersebut dapat menampilkan keseluruhangambar
dari kamera sesuai inputan ke DVR maupun Multiplexser. Tampilan kamerakamera dapat dilihat pada monitor dengan pembagian yang berbeda(satu
tampilan kamera, matrik 22, matrik 33 dan matrik 44).

Gambar 2.42 Monitor (Sumber : Google Gambar)


-

Controller yaitu digunakan untuk mengontrol atau menggerakkan kamera CCTV


berjenis PTZ (Pan, Tilt, Zoom) dari jarak jauh. Sehingga dapat menghemat
waktu dan efektifitas perekaman.

Sistem Utilitas pada Bangunan Tinggi

42

Gambar 2.43 Controller (Sumber : Google Gambar)

4. Alarm Sytem
Alarm secara umum dapat didefinisikan sebagai bunyi peringatan atau
pemberitahuan. Dalam istilah jaringan, alarm dapat juga didefinisikan sebagai pesan
berisi pemberitahuan ketika terjadi penurunan atau kegagalan dalam
penyampaian sinyal komunikasi data ataupun ada peralatan yang mengalami
kerusakan
(penurunan
kinerja).
Pesan
ini
digunakan
untuk
memperingatkan operator atau administrator mengenai adanya masalah (bahaya)
pada jaringan. Alarm memberikan tanda bahaya berupa sinyal, bunyi, ataupun sinar.
Untuk memberikan peringatan dini pada penghuni bangunan berkaitan dengan
hal-hal yang terjadi pada bangunan seperti kebakaran, getaran gempa (vulkanik atau
tektonik), bahaya tsunami, keamanan dan kekuatan elemen struktur.Sistem alarm ini
dapat pula diintegrasikan atau dipisahkan dengan sistem alarm yang menyangkut
keamanan dan kenyamanan penghuninya, seperti ancaman pencurian dan
perampokan, teror dan aksi kejahatan lainnya, radiasi bahan berbahaya (nuklir), dan
emisi gas buang.
Penggunaan sistem alarm pada bangunan ini tentunya tidak terbatas hanya
pada bangunan gedung/rumah, tapi juga bangunan yang menyangkut infrastruktur
transportasi seperti jembatan, dan bangunaan infrastruktur keairan seperti dam,
bendungan, tandon dan sebagainya.
Secara umum, sistem alarm terdiri atas 3 unsur yaitu unsur detektor, unsur
sinyal tanda bahaya, dan unsur pengendali.Unsur detektor adalah piranti yang dapat
mendeteksi beberapa isyarat dan tanda yang berkaitan dengan fenomena yang
dideteksi. Misalkan detektor untuk bahaya kebakaran akan mendeteksi munculnya
asap atau panas yang berlebihan dalam ruangan, atau detektor getaran gempa akan
mendeteksi simpangan bangunan yang berlebihan akibat getaran gempa.
Pada sistem alarm bahaya kebakaran, apabila detektor asap dan panas yang
berlebih ini memberikan sinyal yang akan diterima oleh panel induk pada ruang
pengendali, dan seketika panel pengendali akan memberikan peringatan berupa
lampu nyala tertentu disertai dengan bunyi sirine atau alarm, dan secara otomatis
akan menyalakan sprinkle yang akan menyemprotkan air di ruangan yang timpul
asap atau panas yang berlebihan. Tentunya dengan peringatan dini ini penghuni dan
petugas pengaman bangunan gedung akan segera melakukan upaya pemadaman
kebakaran dengan peralatan pemadam kebaran yang sudah terintegrasi dengan
bangunan gedung pada lokasi timbulnya api.
Pada sistem alarm untuk pengamanan dari bahaya kejahatan, detektor sistem
keamanan (security system) yang digunakan berupa detektor model sensor yaitu
Sistem Utilitas pada Bangunan Tinggi

43

sensor ultrasonik, sensor gelombang mikro, sensor infra merah dan sensor suara
suara. Masing-masing jenis sensor mempunyai keunggulan. Prinsipnya apabila ada
benda bergerak, maka akan terjadi perubahan panjang gelombang yang dipancarkan.
Sensor ultrasonik dan gelombang mikro termasuk dalam kategori sensor aktif,
dibandingkan sensor infra merah yang hanya menangkap gelombang infra merah
yang dihasilkan oleh tubuh manusia atau benda-benda panas yang mempunyai
radiasi infra merah dan dapat dipasang sampai jarak 30 m.
Selain memasang sistem tanda bahaya (alarm system), untuk menjaga
keamanan dari suatu ruangan maupun beberapa ruangan maka dibuatlah sistem
pengamanan ruangan, maupun yang dikombinasikan antara keduanya, semua itu
gilakukan untuk menjaga keamanan dari suatu ruangan.
5. Sistem pengaman :
1) Dengan Anak Kunci
Secara umum pengamanan dilakukan dengan memasang kunci pada
setiap pintu yang dibuka dengan menggunakan anak kunci tertentu. Pada
prinsipnya terdapat dua sistem perkuncian(key system), yaitu : dengan sistem
master key dan sistem penguncian yang dipusatkan (central locking system).
Dalam sistem master key, sebuah anak kunci dapat digunakan untuk
membuka beberapa pintu yang berada di bawah tingkatannya, yang disusun
berdasarkan hirarki.Kunci grand master dapat digunakan untuk membuka
seluruh pintu yang ada dalam satu bangunan.Kunci masterdapat digunakan
untuk membuka seluruh pintu pada satu lantai tertentu dalam bangunan; jika
ada 20 lantai, maka ada 20 buah kunci master.Selanjutnya, jika setiap lantai
bangunan dibagi atas beberapa zona, maka pintu-pintu yang berada pada zona
tertentu dapat dibuka oleh kuncisub master. Dan akhirnya, pintu-pintu ruangan
menggunakan pintu individual. Sistem ini biasa digunakan untuk bangunan
hotel, kantor, pendidikan dan industri.

Gambar 2.44 Sistem Perkuncian Master Key (Sumber : Google Gambar)


Anak kunci nomor 10 pada gambar di atas dinamakan kunci pass group,
atau dikenal dengan kunci duplikat, yang digunakan oleh beberapa orang untuk
membuka satu pintu tertentu.

Sistem Utilitas pada Bangunan Tinggi

44

Dalam sistem central lock, beberapa anak kunci tertentu yang berbeda
dapat digunakan untuk membuka satu pintu tertentu. Sistem ini biasanya
digunakan untuk beberapa blok apartemen. Setiap penghuni apartemen, dengan
anak kuncinya masing-masing, dapat membvuka pintu blok apartemennya, pintu
unit apartemennya dan pintu untuk ke tempat cuci (laundry).
2) Tanpa Anak Kunci
Pintu dibuka dengan menekan tombol angka yang ada pada pintu, baik
yang difungsikan secara mekanik maupun elektronik. Jika angka-angka yang
ditekan sesuai dengan kode kunci pintu, maka pintu akan dapat dibuka.
Penggunaan kartu dengan pita magnetik atau kartu berlubang dapat pula
digunakan sebagai pengganti anak kunci.Penggunaan kartu sebagai pengganti
kunci konvensional banyak digunakan pada hotel dan tempat pengambilan uang
(ATM - Anjungan Tunai Mandiri).
Jenis alat pembuka pintu lainnya adalah transmiter gelombang radio atau
pengendalian jareak jauh (remote sensing) yang mengirimkan gelombang pada
frekuensi tertentu, dan diterima oleh sensor yang ditempatkan pada pintu.

Gambar 2.45 Contoh Kunci Elektronik (Sumber : Google Gambar)

Kunci Elektronik yang menggunakan kartu magnetik, sidik jari, pupil


kornea mata, tapak tangan, dan suara sebagai pengganti anak kunci merupakan
sistem pengendalian akses (acces control system) yang makin sering digunakan,
karena dapat dicatat secara otomatis melalui perangkat komputer. Dengan
demikian setiap orang yang masuk ke dalam ruangan tertentu akan tercatat,
sehingga akan memudahkan jika diperlukan pelacakan, karena kartu elektronik
memuat data-data pemilik kartu tersebut. Tata letak dan sistem ini biasanya
dihubungkan dengan Sensor Infra Merah atau kamera CCTV dan peralatan tanda
bahaya yang akan berfungsi, jika dibuka secara paksa oleh orang yang tidak
berwenang.

Sistem Utilitas pada Bangunan Tinggi

45

Kedua sistem perkuncian di atas merupakan cara untuk mengamankan


suatu ruangan dan meminimalisir dari tindak kejahatan, untuk selanjutnya
masalah keamanan merupakan tanggung jawab bersama.

Sistem Utilitas pada Bangunan Tinggi

46

Anda mungkin juga menyukai