Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH KEPERAWATAN DASAR

“KONSEP ELIMINASI PADA


ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN”

DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Suhaimi, S.Kep.,M.Kep

OLEH KELOMPOK 4 :
1. Saras Putri Wulandari
2. Silvani
3. Siska Santya Yelmi
4. Sri Wahyuni
5. Sufia Mukhti Rani
6. Tatik Sundary
7. Tiara Oktaviana
8. Vivia Hasanah
9. Wahyuni Firma Aulia
10. Zahratul Jannah

KELAS IB

D-III KEPERAWATAN PADANG


POLTEKKES KEMENKES PADANG
2019/2020
1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil’aalamiin, puji syukur diucapkan kepada Allah SWT atas segala


limpahan rahmat dan karunia serta nikmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Konsep Eliminasi Pada Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan”
guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Dasar Tak lupa kami sebagai
penulis menghanturkan shalawat beserta salam kepada Nabi besar kita Muhammad SAW
yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat
didunia maupun diakhirat.

Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan dan
kehilawan dalam penulisan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Demikianlah kata pengantar dari penulis, besar harapan penulis agar makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca dan diterima sebagai perwujudan penulis dalam dunia
kesehatan serta dapat digunakan sebagaimana mestinya, semoga kita semua mendapatkan
faedah dan diberi kemudahan dalam menuntut ilmu yang bermanfaat dunia dan akhirat

Padang, 27 Januari 2020

Penulis

( Kelompok 4 )

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 1
C. Tujuan Pembelajaran ......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 2
A. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan .............................................................. 2
B. Konsep Eliminasi ............................................................................................. 13
a. Pengertian Eliminasi Fekal ......................................................................... 13
b. Fisiologi Defekasi ....................................................................................... 13
c. Masalah-masalah yang terjadi pada eliminasi fekal ................................... 13
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi fekal..................................... 18
C. Proses Keperawatan .......................................................................................... 23
BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 29
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 29
B. Saran .................................................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 30

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Eliminasi fekal adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh berupa feses
(bowel). Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut bowel
movement. Frekuensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari beberapa kali perhari
sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang. Ketika
gelombang peristaltik mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris
dalam rektum dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi.
Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk fungsi tubuh yang
normal. Perubahan pada eliminasi dapat menyebabkan masalah pada gastrointestinal dan
bagian tubuh yang lain. Karena fungsi usus tergantung pada keseimbangan beberapa faktor,
pola eliminasi dan kebiasaan masing-masing orang berbeda. Klien sering meminta
pertolongan dari perawat untuk memelihara kebiasaan eliminasi yang normal. Keadaan sakit
dapat menghindari mereka sesuai dengan program yang teratur. Mereka menjadi tidak
mempunyai kemampuan fisik untuk menggunakan fasilitas toilet yang normal.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Anatomi fisiologi system pencernaan?
2. Apa yang dimaksud dengan eliminasi fekal?
3. Bagaimana fisiologi defekasi?
4. Apa saja masalah-masalah yang terjadi pada eliminasi fekal?
5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi defekasi?
6. Bagaimana proses keperawatan dalam mengatasi masalah eliminasi fekal?

C. Tujuan Pembelajaran
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan anatomi fisiologi system pencernaan
2. Mengetahui definisi dari eliminasi fekal
3. Mengetahui fisiologi defekasi
4. Mengetahui masalah-masalah apa saja yang berkaitan dengan eliminasi fekal
5. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi defekasi
6. mengetahui proses keperawatan dalam mengatasi masalah eliminasi fekal

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan


Sistem pencernaan merupakan saluran dengan panjang lebih kurang 9 m yang berjalan
mulai dari mulut, esofagus, lambung, usus dan anus , yang memilki fungsi untuk menerima
makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi ke dalam aliran darah dan membuang bagian
makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
Pencernaan yaitu proses pengubahan makanan menjadi unsur-unsur yang siap diserap
untuk dipergunakan.
1. Karbohidrat disakarida (sukrosa, maltosa dan galaktosa) dan monosakarida
(glukosa dan fruktosa)
2. Lemak monogliserida dan asam lemak
3. Protein peptida dan asam amino.

Empat proses penting dalam saluran pencernaan, yaitu:

1. Ingesti => masuknya makanan ke dalam saluran pencernaan.


1) Bolus yaitu makanan yang masuk dlm mulut
2) Kimus yaitu makanan yamg sudah mengalami proses di lambung.
3) Michel yaitu makananan yang telah bercampur dengan getah empedu dan
pankreas di intestin.
2. Sekresi => pengeluaran sekret pencernaan untuk membantu proses ingesti yaitu oleh
enzim
3. Digesti => Penghancuran bolus secara mekanik dan kemis menjadi bentuk yg siap
diabsorbsi oleh villi intestin
4. Absorbsi => Penyerapan oleh villi-villi intestinal dan masuk ke dalam sirkulasi.

5
1. Mulut

Rongga mulut mengandung kelenjar saliva (air liur). Kelenjar liur mengeluarkan
beberapa enzim, yaitu:

a. Enzim lisozim memiliki sifat antibakteri, yang dapat memberikan perlindungan


terhadap bakteri.
b. Enzim betain berfungsi dalam menjaga keseimbangan cairan sel sebagai osmolit.
Bromelain memiliki sifat antiradang.
c. Enzim bromelin menguraikan struktur kompleks protein sehingga lebih mudah
diserap tubuh.
d. Enzim amilase adalah enzim pencernaan yang bekerja pada pati dalam makanan,
memecahnya menjadi bentuk karbohidrat yang lebih kecil.
Enzim amilase dibuat oleh kelenjar liur di mulut, yang memulai proses
pencernaan dengan memecah pati ketika Anda mengunyah makanan dan
mengubahnya menjadi maltosa, karbohidrat yang lebih kecil. Ketika makanan
bertepung seperti nasi atau kentang mulai pecah di mulut Anda, Anda mungkin
mendeteksi rasa yang sedikit manis saat maltosa dilepaskan.

1) Gigi

6
Antara usia 2,5 hingga 3 tahun, 20 gigi utama sudah mulai tumbuh dan menetap
sampai usia sekitar 6 tahun. Antara usia 6-12 tahun, gigi susu mulai berganti dengan gigi
permanen. Gigi dewasa mulai tumbuh di antara usia 6-12 tahun. Kebanyakan orang dewasa
memiliki 32 gigi permanen.

Anatomi gigi tersebut yaitu:

a. Enamel adalah bagian luar gigi yang paling keras dan putih dari gigi. Enamel
melindungi jaringan vital di dalam gigi, yang sebagian besar terbuat dari kalsium dan
fosfat.
b. Dentin adalah lapisan di bawah enamel. Ini adalah jaringan keras yang mengandung
tabung kecil. Ketika enamel rusak, suhu panas atau dingin dapat masuk gigi melalui
jalur ini dan menyebabkan sensitifitas gigi atau rasa sakit.
c. Cementum adalah lapisan jaringan ikat yang mengikat akar gigi dengan kuat ke gusi
dan tulang rahang. Karena lebih lembut dari enamel dan dentin, cara terbaik untuk
melindungi jaringan lunak dari pembusukan adalah dengan merawat gusi Anda
dengan baik. Cementum memiliki warna kuning muda dan biasanya tertutup oleh gusi
dan tulang. Kalau tidak merawat gigi dengan baik, gusi bisa menjadi sakit dan
menyusut, membuat cementum tertumpuk plak dan bakteri berbahaya.
d. Pulpa adalah bagian dalam anatomi gigi yang lebih lembut, dapat ditemukan di pusat
dan inti gigi Anda serta berisi pembuluh darah, saraf, dan jaringan lunak lainnya.
Bagian ini berguna untuk memberikan nutrisi dan sinyal ke gigi Anda.
e. Periodontal ligamentum adalah jaringan yang membantu menahan gigi dengan kuat
melawan rahang.

7
f. Gusi adalah jaringan lunak yang menutupi dan melindungi akar gigi. Gusi tidak
menempel pada gigi.

Jenis-jenis gigi :

1) Gigi seri adalah 8 gigi di depan mulut Anda (4 di atas dan 4 di bawah). Gigi seri
digunakan untuk mengigit makanan. Gigi seri biasanya merupakan gigi pertama yang
muncul, sekitar 6 bulan usia bayi.
2) Gigi taring adalah gigi yang paling tajam dan digunakan untuk merobek makanan.
Gigi taring muncul antara usia 16-20 bulan dengan gigi taring berada tepat di atas dan
bawah. Namun, pada gigi permanen, urutannya terbalik, gigi taring baru akan berganti
di sekitar usia 9 tahun.
3) Premolar digunakan untuk mengunyah dan menggiling makanan. Orang dewasa
memiliki 8 premolar di setiap sisi mulut, 4 di rahang atas dan 4 di rahang bawah.
Premolar pertama muncul sekitar usia 10 tahun dengan premolar kedua muncul
sekitar setahun kemudian. Premolar terletak di antara gigi taring dan gigi geraham.
4) Gigi geraham juga digunakan untuk mengunyah dan menggiling makanan. Gigi ini
muncul antara usia 12-28 bulan, dan digantikan oleh premolar pertama dan kedua (4
atas dan 4 bawah). Jumlah gigi geraham adalah 8.
5) Gigi geraham bungsu merupakan gigi yang paling akhir muncul, terletak di paling
belakang gigi geraham. Biasanya gigi bungsu ini belum akan muncul hingga
menginjak usia 18-20 tahun. Namun, pada beberapa orang gigi ini mungkin tidak

8
akan tumbuh sama sekali. Sayangnya, gigi bungsu ini bisa tumbuh mendesak gigi
yang lain dan menyebabkan nyeri sehingga harus segera dicabut.

2. Lidah

Anatomi lidah :

1. Papila

Permukaan lidah memiliki tekstur karena adanya tonjolan-tonjolan yang disebut


papila. Ada tiga jenis papila lidah, yaitu:

1) Papila filiformis, merupakan papila yang berada di dorsum linguae (punggung


lidah) dan bentuknya serupa benang halus (fili berarti benang).
2) Papila sirkumvalata, yaitu papila yang berbentuk bulat (sirkum berarti bulat) dan
tersusun membentuk huruf V di bagian belakang lidah.
3) Papila fungiformis, sesuai dengan namanya, berbentuk seperti jamur (fungi berarti
jamur) dan berada di bagian depan lidah.
2. Sulcus Terminalis

Sulcus terminal memiliki bentuk seperti huruf V dan merupakan bagian lidah yang
memisahkan anterior dan posterior lidah. Permukaan anterior terdiri atas puncak dan ujung
lidah, sedangkan posterior terdiri atas akar lidah yang berkaitan dengan tulang hyoid dan
saraf saraf glossopharyngeal.

9
3. Tonsil

Tonsil merupakan kumpulan dari jaringan getah bening (limfoid) yang terletak di
dalam rongga mulut. Fungsi : sebagai penyaring bakteri dan kuman yang masuk ke tubuh
baik melalui jalur udara dan alat alat pernafasan maupun lewat makanan. Berdasarkan
letaknya dalam rongga mulut, tonsilterbagia tas tiga jenis, yaitu:

1) Tonsil Palatina, merupakan tonsil yang sering disebut sebagai amandel dan terletak
di kiri dan kanan rongga mulut.
2) Tonsil faringers, disebut juga sebagai adenoid dan terletak di bagian dinding
belakang nesofaring.
3) Tonsil lingulis, merupakan tonsil yang terletak pada daerah pintu masuk saluran
nafas dan saluran pencernaan.
4. Frenulum Linguae

Frenulum linguae atau frenulum lidah adalah selaput lendir yang letaknya memanjang
dari lantai mulut hingga ke garis tengah sisi bawah lidah. Fungsi : untuk menghubungkan
lidah dengan lantai mulut dan menjaga agar lidah tetap pada tempatnya di dalam mulut.

3. Esofagus

Panjangnya kira-kira 25 cm. Posisi vertikal dimulai dari bagian tengah leher bawah
faring sampai ujung bawah rongga dada di belakang trakea. Sekresi esofagus bersifat mukoid,
berfungsi memberikan pelumas untuk pergerakan makanan melalui esofagus.

4. Lambung

10
Lambung berbentuk seperti huruf J dan merupakan pembesaran dari saluran
pencernaan. Lambung terletak tepat dibawah diafragma pada daerah epigastrik, umbilikal,
dan hipokardiak kiri di perut. Bagian superior lambung merupakan kelanjutan dari esofagus.
Bagian inferior berdekatan dengan duodenum yang merupakan bagian awal dari usus halus.
Pada setiap individu, posisi dan ukuran lambung bervariasi.

Dinding lambung disusun oleh empat lapisan dasar yang sama dengan dinding saluran
pencernaan, dengan beberapa modifikasi. Tepi bagian lateral ( samping ) yang berbentuk
cembung disebut dengan greater curvature atau lekukan besar.

Pilorus berkomunikasi dengan bagian duodenum dari usus halus melalui Lambung
dibagi oleh ahli anatomi menjadi empat bagian, yaitu bagian fundus, kardiak, “body” atau
badan, dan pilorus. Bagian kardiak mengelilingi lower fundus adalah bagian pusat yang
terbesar dari lambung, yang disebut dengan “body” atau badan esophageal sphincter. Bagian
bulat yang terletak diatas dan disebelah kiri bagian kardiak adalah fundus. Di bawah
lambung.

Bagian yang menyempit, pada daerah inferior adalah pilorus. Tepi bagian tengah
yang berbentuk cekung dari lambung disebut dinamakan rugae, yang dapat dilihat dengan
mata telanjang. Sel mukosa, merupakan lapisan pertama (terdalam) yang mengeluarkan
mukus. Sekresi dari sel zymogenic, parietal dan mucous secara bersama-sama disebut dengan
gastric juice.

Sementara itu, sel enteroendocrine mengeluarkan hormon gastrin yang merupakan


hormon yang dapat merangsang sekresi dari asam klorida (HCl) dan pepsinogen, dapat
merangsang kontraksi dari lower esophageal sphincter, meningkatkan motilitas saluran
pencernaan dan membuat pyloric sphincter berelaksasi.
11
Lapisan submukosa (lapisan kedua) pada lambung tersusun atas jaringan ikat lunak
yang menghubungkan mukosa dengan otot (muskularis). Lapisan muskularis (lapisan ketiga),
tidak seperti daerah lain pada saluran pencernaan, lambung mempunyai tiga lapisan otot
(muskularis) halus ; lapisan longitudinal di sebelah luar, lapisan otot miring (oblique) di
tengah, lapisan sirkular (melingkar) dibatasi oleh bagian badan dari lambung. Susunan serat
ini memungkinkan lambung berkontraksi dalam berbagai cara untuk mengaduk makanan,
memecahnya menjadi partikel-partikel kecil, mencampurnya dengan gastric juice dan
membawanya ke duodenum.

Lapisan yang terakhir yaitu lapisan serosa yang menutupi lambung adalah bagian
dalam peritonium. Pada kurvatura minor, dua lapisan visceral peritonium menyatu dan
memanjang ke atas hingga ke liver (hati) menjadi omentum minus. Pada kurvatura mayor,
visceral peritonium melanjutkan ke bawah menjadi omentum majus menggantung di atas
usus.

5. Usus Halus

Fungsi utama usus halus adalah untuk pencernaan dan penyerapan makanan yang
masuk. Makanan yang berasal dari lambung memasuki usus halus, nutrisi yang diserap dan
materi tercerna dikirim ke usus besar.

Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu
melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan
sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.

12
Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar ( M
sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M Longitidinal ) dan lapisan serosa ( Sebelah Luar ).

Panjang usus halus lebih kurang 8.25 meter.Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu
usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan

Bagian - bagian usus halus terdiri dari :

1. Usus dua belas jari ( Duodenum)

Usus 12 jari merupakan bagian usus halus yang paling dekat dengan lambung.
Pencernaan kimia banyak terjadi pada usus duodenum. Makanan yang sifatnya asam dai
lambung akan diteruskan menuju usus dua belas jari, sifat asam tersebut kemudian akan
direspon oleh dinding usus untuk mensekresikan hormon-hormon sebagai berikut:

1) Hormon Sekretin.

Fungsinya untuk merangsang getah pankreas untuk menghasilkan enzim-enzim yaitu


Tripsin, Amilase, dan Lipase.

2) Hormon Kolesistokinin.

Fungsinya untuk merangsang empedu menghasilkan getah empedu. Getah empedu


memiliki fungsi untuk mengemulsikan lemak dan mempengaruhi penyerapan vitamin K.

2. Usus Kosong ( Jejenum )

Letaknya yaitu diantara usus duodenum dan usus ileum. Jejunum diturunkan dari kata
sifat jejune yang berarti “lapar” dalam bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari
bahasa Laton, jejunus, yang berarti “kosong”. Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus
halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus
penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.

3. Usus Penyerapan ( Illeum )

Bagian ujung dari usus halus disebut ileum. Kata ileum dalam bahasa Latin berarti
pangkal paha, dan karena ileum adalah bagian terendah dari usus halus dan ditemukan di
dekat pangkal paha, Fungsi ileum juga menyediakan tempat untuk penyerapan vitamin B12
dan garam empedu.

13
Pada saat makanan melewati duodenum, jejunum, dan ileum, pencernaan selesai, dan
sebagian besar penyerapan makanan telah terjadi. Sisa-sisa makanan yang tersisa siap untuk
melewati katup ileosekal, yang merupakan katup antara usus halus dan usus besar yang
mencegah materi mengalir kembali ke usus halus, bagian pertama dari usus besar disebut
sekum.

Pada ileum atau usus penyerapan terdiri dari 4 lapisan, antara lain yaitu:

a. Lapisan Luar.

Pada lapisan luar ini terdapat membran-membran serosa yang fungsinya untuk membalut
usus dengan erat.

b. Lapisan Otot.

Pada lapisan ini terdapat berbagai macam otot. Dibagi menjadi 2 lapisan serabut yaitu
lapisan luar terdiri dari serabut longitudinal, dan lapisan dalam yang terdiri dari serabut
sirkuler. Diantara kedua lapisan serabut itu terdapat pembuluh darah dan pembuluh limfa.

c. Lapisan Sub Mukosa.

Pada lapisan ini terdapat otot sirkuler dan lapisan terdalam merupakan perbatasannya.
Pada dinding sel mukosa terdiri dari atas jaringan areoral yang berisi banyak pembuluh darah,
saluran limfa, dan fleksus yang disebut fleksus meissner.

Fungsi utama usus halus adalah sebagai bagian yang paling luas dari organ pencernaan.
Makanan tertelan melalui mulut dalam perut diperkenankan masuk duodenum, oleh otot yang
disebut sfingter pilorus. Makanan yang tertelan kemudian didorong melalui usus halus
dengan bantuat otot-seperti gelombang yang disebut peristaltik. Makanan tertelan melalui
mulut dalam perut diperkenankan masuk duodenum, oleh otot yang disebut sfingter pilorus.

6. Usus besar

14
Fungsi usus besar yaitu :

1. Menyimpan dan eliminasi sisa makanan.


2. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, dengan cara menyerap air.
3. Mendegradasi bakteri.

Anatomi usus besar :

1. Sekum

Bagian usus besar ini berbentuk seperti kantong yang menghubungkan ileum (bagian
akhir usus kecil) dengan kolon. Panjang dan lebarnya kurang lebih 6 cm dan 7,5 cm. Saekum
terletak pada fossa iliaka kanan di atas setengah bagian lateralis ligamentum inguinale.

2. Kolon
1. Kolon asenden, terletak di bagian kanan di dalam rongga perut. Bagian ini
memanjang dari sekum ke fossa iliaka kanan sampai ke sebelah kanan abdomen.
Panjangnya 13 cm.
2. Kolon transversum, melintang dari kanan ke kiri di bagian atas rongga perut.
3. Kolon desenden, terletak di bagian kiri rongga perut.
4. Kolon sigmoid, bagian akhir kolon yang terhubung dengan rektum. Panjangnya
kurang lebih 40 cm dan berbentuk lengkungan huruf S.

7. Rektum

15
Tempat tinja disimpan sampai akhirnya dikeluarkan melalui anus. Panjang sekitar 15 cm.
Rektum memiliki tiga kurva lateral serta kurva dorsoventral.Mukosa rektum lebih halus
dibandingkan dengan usus besar. Rektum memiliki 3 buah valvula: superior kiri, medial
kanan dan inferior kiri.

8. Anus

Bagian dari usus besar yang paling akhir.

B. Konsep Eliminasi
a. Pengertian Eliminasi Fekal

Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau
feses. Eliminasi fekal adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolisme berupa
feses yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus. Perawat sering kali menjadi tempat
konsultasi atau terlibat dalam membantu klien yang mengalami eliminasi.

b. Fisiologi Defekasi.

Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum, sedangkan fisiologi defekasi
adalah mekanisme perjalanan makanan hingga akhirnya keluar menjadi feses melalui anus
dalam proses defekasi. Frekuensi defekasi sangat bersifat individual, yang beragam dari
beberapa kali sehari hingga dua atau tiga kali seminggu. Jumlah yang dikeluarkan juga
bervariasi pada setiap orang.

Jika gelombang peristaltic menggerakkan feses ke kolon sigmoid dan rektum,saraf


sensorik di rektum di stimulasi dan individu menjadi ingin defekasi. Jika sfingter anal internal
relaks, maka feses akan bergerak menuju anus. Setelah individu di dudukkan pada toilet,
sfingter anal eksternal akan berelaksasi secara volunter. Pengeluaran feses dibantu oleh
kontraksi otot abdomen dan diagfragma, yang meningkatkan tekanan abdomen dan oleh
kontraksi otot dasar panggul, yang memindahkan feses ke saluran anus.

c. Masalah-masalah Yang Terjadi Pada Eliminasi Fekal


Berikut ini adalah masalah umum yang terkait dengan eliminasi fekal, yaitu:

16
1. Konstipasi
Konstipasi dapat didefinisikan sebagai defekasi kurang dari tiga kali per minggu. Ini
menunjukkan pengeluaran feses yang kering, keras atau tanpa pengeluaran feses. Konstipasi
terjadi jika pergerakan feses di usus besar berjalan lambat, sehingga memungkinkan
bertambahnya waktu reabsorpsi cairan di usu besar. Konstipasi mengakibatkan sulitnya
pengeluaran feses dan bertambahnya upaya atau penekanan otot-otot volunter defekasi.
Namun, sangat penting untuk mendefinisikan konstipasi terkait dengan pola eliminasi
regular sesorang. Beberapa orang secara normal melakukan defekasi hanya beberapa kali
seminggu; sementara orang lain melakukan defekasi lebih dari satu kali sehari. Pengkajian
cermat mengenai kebiasaan seseorang dibutuhkan sebelum diagnosa konstipasi dibuat.

Contoh Batasan Karakter Konstisipasi

1. Penurunan frekuensi defekasi


2. Feses keras, kering, memiliki bentuk
3. Mengejan saat defekasi; defekasi terasa nyeri
4. Melaporkan tentang rasa penuh pada rektum atau mengejan atau mengeluarkan feses
secara tidak komplet.
5. Nyeri abdomen, kram, atau distensi
6. Penggunaan laksatif
7. Penurunan nafsu makan
8. Sakit kepala

Banyak penyebab dan faktor-faktor yang menyebabkan konstipasi, yaitu:

1. Ketidakcukupan asuran serat


2. Ketidakcukupan asuran cairan
3. Ketidakcukupan aktivitas atau imobilitas
4. Kebiasaan defekasi yang tidak teratur
5. Perubahan rutinitas harian
6. Kurangn privasi
7. Penggunaan laksatif atau enema kronis
8. Gangguan emosional seperti depresi atau kebingungan mental
9. Medikasi seperti opiat atau garam zat besi.

17
Konstipasi dapat berbahaya bagi beberapa klien. Mengejan akibat konstisipasi
seringkali disertai dengan menahan napas. Manuver Valsava ini dapat menyebabkan masalah
serius pada penderita penyakit jantung, cedera otak, atau penyakit pernapasan. Menahan
napas meningkatkan tekanan intratoraks dan intrakranial.

2. Impaksi Fekal

Impaksi fekal adalah suatu massa atau pengumpulan fese yang keras didalam lipatan
rektum. Impaksi terjadi akibat retensi dan akumulasi materi fekal yang berkepanjangan. Pada
impaksi berat, feses terakumulasi dan meluas sampai ke kolon sigmoid dan sekitarnya.
Impaksi fekal dapat dikenali dengan keluarnya rembesan cairan fekal (diare) dan tidak ad
feses normal. Cairan feses merembes sampai keluar dari massa yang terimpaksi. Impaksi
dapat juga dikaji dengan pemeriksaan rektum menggunakan jari tangan, yang sering kali
dapat mempalpasi massa yang mengeras.

Seiring dengan pembesaran cairan feses dan konstipasi, gejala meliputi keinginan yang
sering namun bukan keinginan yang produktif untuk melakukan defeksi dan sering
mengalami nyeri rektal. Muncul perasaan umum menalami suatu penyakit; klien anoreksik,
abdomen menjadi terdistensi, dan dapt terjadi mual dan muntah.

Penyebab impaksi fekal biasanya adalah kebiasaan defekasi yang bukruk dan
konstipasi. Penggunaan barium dalam pemeriksaan radiologi pada saluran pencernaanatas
dan bawah juga menjasi sebuat faktor penyebab. Oleh karena itu, setelah pemeriksaan ini,
laksatif atau enema biasanya digunakan untuk memastikan pengeluaran barium.

Pemeriksaan impaksi menggunakan jari di rektum harus dilakukan secara lembut dan
hati-hati. Walaupun pemeriksaan digital (jari tangan) berada dalam ruang lingkup praktik
keperawatan, beberapa kebijakan lembaga memerlukan impaksi fekal secara digital.

Walaupun impaksi fekal secara umum dapat dicegah, kadng kala dibutuhkan terapi
untuk feses yang mengalami impaksi. Jika dicurigai adanya impaksi fekal, klien sering kali
diberikan suatu minyak sebagai enema retensi, lalu diberikan enema pembersih pada 2
sampai 4 jam kemudian, dan enema pembersih tambahan setiap hari, supositoria, atau
pelunak feses setiap hari. Jika upaya ini gagal, sering kali dibutuhkan pengeluaran feses
secara manual.

18
3. Diare
Diare menunjuk pada pengeluaran feses encer dan peningkatan frekuensi defekasi.
Diare merupakan kondisi yang berlawanan dengan konstipasi dan terjadi akibat cepatnya
pergerakan isi fekal di usus besar. Cepatnya pergerakan kime mengurangi waktu usus besar
untuk menyerap kembali air dan elektrolit. Beberapa orang mengeluarkan feses dengan
frekuensi sering, tetapi diare tidak terjadi kecuali feses relatif tidak terbentuk dan
mengandung cairan yang berlebihan.
Seseorang yang mengalami diare sering kali merasa sulit atau tidak mungkin
mengendalikan keinginan defekasi dalam waktu yang sangat lama. Diare dan ancaman
inkontinensia merupakan sumber kekhawatiran dan rasa malu. Sering kali kram spasmodik
dikaitkan dengan diare. Bising usus meningkat. Dengan diare persisten, biasanya terjadi
iritasi di dareah anus yang meluas ke perineum dan bokong. Keletihan, kelemahan, lelah dan
emasiasi (kurus dan lemah) merupakan akibar dari diare yang berkepanjangan.

Penyebab utama diare dan respon fisiologi tubuh:

Penyebab Efek Fisiologis

Stress psikologis (mis., ansietas) Meningkatkan motilitas usus dan sekresi lendir

Obat-obatan
Inflamasi dan infeksi mukosa akibat pertumbuhan
Antibiotik
mikroorganisme usus yang berlebihan
Zat Besi Iritasi mukosa usus
Katartik Iritasi mukosa usus
Alergi terhadap makanan, cairan,
Pencernaan makann atau cairan yang tidak komplet
obat-obatan
Intoleransi terhadap makanan
Peningkatan motilitas usus dan sekresi lendir
atau cairan
Penyakit kolon (mis., Sindrom Penurunan cairan absorpsi
malabsorpsi penyakit Inflamasi mukosa sering kali menyebakan pembentukan
Crohn) tukak
Feses bersifat asam dan mengandug enzim pencernaan yang sangat mengiritasi kulit.
Oleh karena itu, area di sekitar area anus harus dijaga tetap bersih dan kering dan dilindungi
dengan zink oksida atau salep lain. Selain itu, pengumpul fekal dapat digunakan

19
4. Inkontinensia Alvi

Inkontinensia alvi (bowel), atau disebut juga inkontinensia fekal, adalah hilangnya
kemampuan volunter untuk mengontrol pengeluaran fekal dan gas dari spingter anal.
Inkontinensia dapat terjadi pada waktu-waktu tertentu, seperti setelah makan, atau dapat
terjadi secara tidak teratur. Dua tipe inkontinensia alvi digambarkan: parsial dan mayor.
Inkontinensia parsial adalah ketidakmampuan untuk mengontrol flatus atau mencegah
pengotoran minor. Inkontinensia mayor adalah ketidakmampuan untuk mengontrol feses
pada konsistensi normal.

Inkontinensia fekal secara umum dihubungkan dengan gangguan fungsi sfingter anal
atau suplai sarafnya, seperti beberapa penyakit neuromuskular, trauma medula spinalis, dan
tumor pada otot sfingter anal eksternal.

Inkontinensia fekal adalah masalah yang membuat distres emosional yang pada
akhirnya dapat menyebabkan isolasi sosial. Penderita dapat menarik diri ke dalam rumahnya,
atau jika di rumah sakit, mereka tetap berada di dalam kamar mereka meminimalkan rasa
malu akibat pengotoran oleh fekal. Beberapa prosedur bedah digunakan untuk
penatalaksanaan inkontinensia fekal. Penatalaksanaan ini meliputi perbaikan sfingter dan
disversi fekal atau kolostomi.

5. Flatulens

Terdapat tiga sumber utama flatus:

a. Kerja bakteria dalam kime di usus besar.


b. Udara yang tertelan
c. Gas yang berdifusi di antara aliran darah dan usus.

Sebagian besar gas yang tertelan akan dikeluarkan melalui mulut dengan sendawa.
Namun, sejumlah gas dapat terkumpul di perut, yang menyebabkan distensi lambung. Gas
yang terbentuk di usus besar terutama diabsobsi melalui kapiler usus ke sirkulasi. Flatulens
adalah keberadaan flatus yang berlebihan di usus dan menyebabkan peregangan dan inflasi
usus (distensi usus). Flatulens dapat terjadi di kolon akibat beragam penyebab, seperti
makanan (mis., kol, bawang merah), bedah abdomen, atau narkotik.

20
Apabila gas dikeluarkan dengan meningkatkan aktivitas kolon sebelum gas tersebut dapat
diabsobsi, gas dapat dikeluarkan melalui anus. Apabila gas yang berlebihan tidak dapat
dikeluarkan melalui anus, mungkin perlu memasukkan slang rektal untuk mengeluarkannya.

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Eliminasi Fekal

Ada beberapa penyakit yang akan mengancam sistem pencernaan manusia. Untuk
menambah pengetahuan, di bawah ini kami uraikan apa saja penyakit yang dapat menyerang
sistem pencernaan.

1. Diare

Diare merupakan salah satu gangguan sistem pencernaan yang banyak dialami. Dimana
gangguan pencernaan ini akan membuat perut terasa mulas dan feses penderita menjadi
encer. Gangguan ini terjadi karena selaput dinding usus besar si penderita mengalami iritasi.

Ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang menderita diare, dimana salah satunya
yaitu karena penderita mengkonsumsi makanan yang tidak higenis atau mengandung kuman,
sehingga dengan begitu gerakan peristaltik usus menjadi tidak terkendali serta di dalam usus
besar tidak terjadi penyerapan air. Jika fases penderita bercampur dengan nanah atau darah,
maka gejala tersebut menunjukan bahwa si penderita mengalami desentri yang mana
gangguan itu disebabkan karena adanya infeksi bakteri Shigella pada dinding usus besar
orang yang menderitanya.

2. Gastritis

Gastritis merupakan penyakit atau gangguan dimana dinding lambung mengalami


peradangan. Gangguan ini disebabkan karena kadar asam klorida atau Hcl terlalu tinggi.
Selain itu, Gastritis juga dapat disebabkan karena penderita mengkonsumsi makanan yang
banyak mengandung kuman penyebab penyakit. Ketika gastritis terjadi, ada penderita yang
merasakan gejalanya dan ada juga yang tidak.

Beberapa gejala gastritis di antaranya:

1) Nyeri yang menggerogoti dan panas di dalam lambung


2) Hilang nafsu makan
3) Cepat merasa kenyang saat makan
4) Perut kembung

21
5) Cegukan
6) Mual
7) Muntah
8) Sakit perut
9) Gangguan saluran cerna
10) BAB dengan tinja berwarna hitam pekat
11) Muntah darah

Penyebab Gastritis, yaitu :

1) Infeksi bakteri H. pylori


2) Efek samping konsumsi obat antiinflamasi nonsteroid (misalnya ibuprofen dan
aspirin) secara berkala
3) Stres
4) Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan
5) Penyalahgunaan obat-obatan
6) Reaksi autoimun
7) Pertambahan usia
8) Infeksi bakteri dan virus
9) Penyakit Crohn
10) Penyakit HIV/AIDS
11) Refluks empedu
12) Anemia pernisiosa
13) Muntah kronis

3. Maag

Maag merupakan penyakit yang sudah tidak aneh lagi untuk kita semua, karena
penyakit yang satu ini biasanya dialami oleh banyak orang. Maag merupakan penyakit atau
gangguan sistem pencernaan yang ditandai dengan adanya rasa perih pada dinding lambung,
selain itu maag juga disertai dengan adanya rasa mual dan perut menjadi kembung. Gangguan
ini terjadi karena tingginya kadar asam lambung.

Penyebab utama gangguan ini yaitu karena pola makan penderita tidak baik atau tidak
teratur, stres dan lain sebagainya. Helicobakter pylori, merupakan bakteri penyebab
terjadinya maag pada manusia.

22
4. Konstipasi Atau Sembelit

Sembelit merupakan salah satu gangguan pada sistem pencernaan dimana si penderita
akan mengeluarkan fases yang keras. Gangguan ini terjadi disebabkan karena usus besar
menyerap air terlalu banyak. Sembelit disebabkan karena kurang mengkonsumsi makanan
berserat seperti misalkan buah dan sayur atau kebiasaan buruk yang selalu menunda buang
air besar.

5. Hemaroid Atau Wasir

Hemaroid atau yang lebih dikenal dengan wasir yaitu pembengkakan berisi pembuluh
darah yang membesar. Pembuluh darah yang terkena gangguan ini yaitu berada di sekitar
atau di dalam bokong, entah itu di dalam anus atau di dalam rektum. Biasanya kebanyakan
hemaroid yaitu penyakit ringan serta tidak menimbulkan adanya gejala. Jika saja seseorang
terdapat gajala wasir, maka hal yang sering terjadi seperti misalkan:

1. Adanya pendarahan setelah buang air besar, dimana dengan warna darah merah
terang.
2. Adanya benjolan yang tergantung di luar anus. Biasanya benjolan ini harus
didorong kembali ke dalam anus setelah melakukan buang air besar.
3. Adanya rasa gatal di sekitaran anus.

Hemaroid atau wasir biasanya sering dialami oleh mereka yang terlalu lama duduk
atau wanita yang tengah hamil.

6. Apendisitis

Apendisitis merupakan gangguan sistem pencernaan yang mana umbai cacing atau usus
buntu mengalami peradangan. Apendisitis ini biasanya terjadi ketika ada sisa-sisa makanan
yang terjebak serta tidak bisa keluar di umbai cacing. Sehingga lama kelamaan umbai cacing
tersebut akan menjadi busuk serta akan menimbulkan peradangan yang menjalar ke usus
buntu. Jika umbai cacing tidak segera dibuang, maka lama kelamaan akan pecah. Dimana
peradangan usus buntu ini biasanya ditandai dengan terdapatnya nanah. Bila gangguan atau
penyakit ini tidak terawat, maka akan menyebabkan angka kematian yang cukup tinggi.

23
7. Tukak Lambung

Tukak lambung merupakan keadaan dimana dinding lambung terluka. Gangguan ini
disebabkan karena terkikisnya lapisan dinding lambung itu sendiri. Luka yang muncul ini
juga bisa saja muncul pada dinding duodenum atau usus kecil serta esofagus atau
kerongkongan.

Penyakit yang satu ini dapat menyerang siapa saja tanpa mengenal usia. Namun
meskipun begitu, orang di atas usia 60 tahun memiliki resiko yang lebih tinggi mengalmi
penyakit ini. Gejala yang biasanya muncul yaitu, penderita akan merasa nyeri atau perih pada
bagian perut. Rasa nyeri yang muncul akan menyebar ke leher, terasa semakin perih saat
perut kosong, muncul ketika malam hari, akan hilang dan kambuh lagi pada minggu
kemudian.

8. Radang Usus Buntu

Gangguan atau penyakit yang satu ini menyerang usus buntu. Dimana keadaan ini
terjadi karena usus buntu terinfeksi oleh bakteri. Radang usus buntu terjadi karena lubang
antara usus buntu dan usus besar tersumbat oleh lendir atau biji cabai.

9. Sariawan

Seperti yang kita ketahui, sariawan merupakan gangguan sistem pencernaan yang
biasanya muncul di sekitar mulut. Ketika kita mengalami gangguan ini maka ketika makan
akan merasakan perih. Sariawan terjadi karena panas dalam pada rongga lidah atau rongga
mulut. Dimana penyebab yang paling mendasar dari penyakit ini yaitu kurangnya vitamin C.

10. Kolik

Kolik merupakan suatu rasa nyeri yang muncul pada perut, dimana rasa nyeri ini akan
hilang dan timbul. Rasa nyeri yang timbul biasanya disebabkan karena saluran di dalam
rongga perut tersumbat, seperti misalkan usus, saluran kencing, empedu dan saluran telur
pada wanita. Salah satu penyebab gangguan ini yaitu karena mengkonsumsi makanan yang
terlalu pedas, asam atau makan terlalu banyak.

24
11. Gizi Buruk Atau Mallnutrisi

Gizi buruk terjadi karena pembentukan enzim mengalami gangguan. Gizi buruk ini
disebabkan karena sel-sel pankreas atropi mengalami kehilangan reticulum endoplasma
terlalu banyak.

12. Keracunan

Keracunan biasanya disebabkan karena salah mengkonsumsi makanan. Dimana


keracunan biasanya terjadi karena pengaruh bakteri seperti bakteri Salmonela, yang mana
akan menyebabkan penyakit tipus dan paratipus.

13. Cacingan

Penyakit cacingan tentunya sudah tidak asing lagi di tengah-tengah masyarakat


Indonesia, hal ini disebabkan karena hampir 80 % orang Indonesia mengalami penyakit yang
satu ini. Cacingan merupakan penyakit yang menyerang sistem pencernaan manusia.
Penyakit ini biasanya dialami oleh anak-anak, namun bukan berarti orang dewasa tidak akan
mengalaminya.

Adapun Faktor yang mempengaruhi proses defekasi adal sebagai berikut :

1. Usia

Setiap tahap perkembangan/usia memiliki kemampuan mengontrol proses defekasi


yang berbeda.bayi belum memiliki kemampuan mengontrol secara penuh dalam buang air
besar,sedangkan orang dewasa sudah memiliki kemampuan mengontrol secara
penuh,kemudian pada usia lanjut proses pengontrolan tersebut mengalami penurunan.

2. Diet

Diet,pola,atau jenis makanan yang dikonsumsi dapat memengaruhi proses


defekasi.makanan yang memiliki kandungan serat tinggi dapat membantu proses defekasi dan
jumlah yang dikonsumsi pun dapat memengaruhi nya.

3. Asupan cairan

Pemasukan cairan yang kurang dalam tubuh membuat defekasi menjadi keras.oleh
karena,prosesabsorpsi air yang kurang menyebabkan kesulitan proses defekasi.

25
4. Aktifitas

Aktifitas dapat memengaruhi proses defekasi karna melalui aktifitas tonus otot
abdomen,pelpis,dan diagfragma dapat membantu kelancaran proses defekasi.hal ini
kemudian membuat proses gerakan peristaltic pada daerah kolom dapat bertambah baik.

5. Pengobatan

Pengobatan juga dapat memengaruhinya proses defekasi,seperti penggunaan laksantik


atau antasida yang terlalu sering.krdua jenis tersebut dapat melunakan peses dan
meningkatkan pristaltik usus.penggunaan lama menyebabkan kehilngan tonus otot nya dan
menjadi kurang responsip terhadap stimulasi yang diberikan oleh laksantip.

6. Gaya hidup

Kebiasaan atau gaya hidup dapat memengaruhi proses defekasi.hal ini dapat terlihat
pada seseorang yang memiliki gaya hidup sehat/kebiasaan melakukan buang air besar di
tempat yang bersih atau toilet,ketika seseorang tersebut buang air besar ditempat yang
terbukak aau tempat yang kotor,maka iya akan mengalami kesulitan dalam proses defekasi.

7. Penyakit

Beberapa penyakit dapat memengaruhi proses defekasi,biasanya penyakit-penyakit


tersebut berhubungan langsung dengan system pencernaan,seperti gastroenteristis atau
penyakit infeksi lain nya.

8. Nyeri

Adanya nyeri dapat memngaruhi kemampuan/keinginan untuk defekasi seperti nyeri


pada kasus hemorrhoid dan episiotomy.

9. Kerusakan sensoris dan motoris

Kerusakan pada system sensoris/motoris dapat memengaruhi proses defekasi karena dapat
menimbulkan proses penurunan stimulasi sensoris dalam melakukan defekasi.hal tersebut
dapat diakibatkan karena kerusakan pada tulang belakang atau kerusakan syaraf lain nya.

C. Proses Keperawatan

1. Pengkajian

26
Untuk mengkaji pola eliminasi dan menentukan adanya kelainan, perawat melakukan
pengkajian riwayat keperawatan, pengkajian fisik abdomen, menginspeksi karikteristik feses,
dan meninjau kembali hasil pemeriksaan yang berhubungan
a. Riwayat keperawatan
Banyak riwayat keperawatan dapat dikelompokkan berdasarkan faktor-faktor yang
mempengaruhi eliminasi.
1) Penentuan pola eliminasi klien yang biasa, termasuk frekuensi dan waktu defekasi
dalam sehari.
2) Identifikasi rutinitas yang dilakukan untuk meningkatkan eliminasi normal.
Contoh rutinitas tersebut adalah konsumsi cairan panas, penggunaan laksatif,
pengonsumsian makanan tertentu, atau mengambil waktu untuk defekasi selama
kurun waktu tertentu dalam satu hari.
3) Gambaran setiap perubahan terbaru dalam pola eliminasi
4) Deskripsi klien tentang karakteristik feses. Perawat menentukan wama khas feses,
konsistensi feses yang biasanya encer atau padat atau lunak atau keras
5) Riwayat diet. Perawat menetapkan jenis makanan yang klien inginkan dalam
sehari. perawat menghitung penyajian buah-buahan, sayur-sayuran, sereal, dan
roti
6) Gambaran asupan cairan setiap hari. Hal ini meliputi tipe dan jumlah cairan
7) Riwayat olahraga. perawat meminta klien menjelaskan tipe dan jumlah olahraga
yang dilakukannya setiap hari secara spesifik
8) Pengkajian penggunaan alat bantuan buatan di rumah. Perawat mengkaji apakah
klien menggunakan enema, laksatif, atau makanan khusus sebelum defekasi.
9) Riwayat pembedahan atau penyakit yang mempengaruhi saluran GI. Informasi ini
seringkali dapat membantu menjelaskan gejala-gejala yang muncul.
10) Keberadaan dan status diversi usus. Apabila klien memiliki ostomi, perawat
mengkaji frekuensi drainase feses, karakter feses, penampilan dan kondisi stoma
11) Riwayat pengobatan. Perawat menanyakan apakah klien mengonsumsi obat-
obatan (seperti laksatif, antasid, suplemen zat besi, dan analgesik) yang mungkin
mengubah defekasi atau karakteristik feses.
12) Status emosional. Emosi klien dapat mengubah frekuensi defekasi secara
bermakna. Selama pengkajian, observasi emosi klien, nada suara, dan sikap yang
dapat menunjukkan perilaku penting yang mengindikasikan adanya stres.

27
13) Riwayat sosial. Klien mungkin memiliki banyak aturan dalam kehidupannya.
Tempat klien tinggal dapat mempengaruhi kebiasaan klien dalam defekasi dan
berkemih.
14) Mobilitas dan ketangkasan. Mobilitas dan ketangkasan klien perlu dievaluasi
untuk menentukan perlu tidaknya peralatan atau personel tambahan untuk
membantu klien.

b. Pengkajian fisik
Perawat melakukan pengkajian fisik system dan fungsi tubuh yang kemungkinan
dipengaruhi oleh adanya masalah eliminasi.
1) Mulut.
Pengkajian meliputi inspeski gigi, lidah, dan gusi klien. Gigi yang buruk atau
struktur gigi yang buruk mempengaruhi kemampuan mengunyah.
2) Abdomen.
a. Perawat menginspeksi keempat kuadran abdomen untuk melihat warna,
bentuk,kesimetrisan, dan warna kulit. Inspeksi juga mencakup memeriksa
adanya masa, gelombang peristaltik, jaringan parut, pola pembuluh darah
vena, stoma, dan lesi. Dalam kondisi normal, gelombang peristalis tidak
terlihat. Namun, gelombang peristaltik yang terlihat dapat merupakan tanda
adanya obstruksi usus
b. Perawat mengauskultasi abdomen dengan menggunakan stetoskop untuk
mengkaji bising usus di setiap kuadran. Bising usus normal terjadi setiap 5
sampai 15 detik dan berlangsung selama ½ sampai beberapa detik. Sambil
mengauskultasi, perawat. Memperhatikan karakter dan frekuensi bising usus
Peningkatan nada hentakan pada bising usus atau bunyi "tinkling" (bunyi
gemerincing) dapat terdengar, jika terjadi distensi.
Tidak adanya bising usus atau bising usus yang hipoaktif (bising usus kurang
dari lima kali per menit) terjadi jika klien menderita ileus paralitik, seperti
yang terjadi pada klien setelah menjalani pembedahan abdomen.
Bising usus yang bernada tinggi dan hiperaktif (bising usus 35 kali atau lebih
per menit) terjadi pada obstruksi usus dan gangguan inflamasi.
c. Perawat mempalpasi abdomen untuk melihat adanya masa atau area nyeri
tekan. Penting bagi klien untuk rileks. Ketegangan otot-otot abdomen

28
mengganggu hasil palpasi organ atau masa yang berada di bawah abdomen
tersebut
d. Perkusi mendeteksi lesi, cairan, atau gas di dalam abdomen.

3) Rektum
Perawat menginspeksi daerah di sekitar anus untuk melihat adanya lesi, perubahan
warna, inflamasi, dan hemoroid. Untuk memeriksa rektum, perawat melakukan palpasi
dengan hati-hati. Setelah mengenakan sarung tangan sekali pakai, perawat mengoleskan
lubrikan ke jari telunjuk.
Kemudian perawat meminta klien mengedan dan saat klien melakukannya,
perawat memasukkan jari telunjuknya ke dalam sfingter anus yang sedang relaksasi
menuju umbilikus klien. Sfingter biasanya berkonstriksi mengelilingi jari perawat.
Perawat harus mempalpasi semua sisi dinding rektum klien dengan metode tertentu untuk
mengetahui adanya nodul atau tekstur yang tidak teratur. Mukosa rektum normalnya
lunak dan halus.

c. Pemeriksaan lab
1. Tes Guaiak, yaitu pemeriksaan darah samar di feses (fecal occult blood
testing, FOBT), yang menghitung jumlah darah mikroskopik di dalam feses.
Tes guaiak membantu memperlihatkan darah yang tidak terdeteksi secara
visual
2. Visualisasi langsung, Instrumen yang dimasukkan ke dalam
mulut_(memperlihatkan saluran Gllagian atas atau upper GI, UGI) atau
rektum (memperlihatka-n saluran GI bagian bawah) memungkinkan dokter
menginspeksi integritas lendir, pembuluh darah; dan bagian orgun tubuh
3. Endoskop fiberoptik merupakan sebuah instrumen optic yang dilengkapi
dengan lensa pengamat, selang fleksibel yang panjang, dan sebuah sumber
cahaya pada bagian ujungnya. Alat ini memungkinkun penempatan struktur
pada ujung selang dan pemasukkan instrumen khusus untuk biopsi.
4. Visualisasi tidak langsung, apabila visualisasi tidak memungkinkan (seperti
struktur GI yang lebih dalam), dokter mengandalkan pemeriksaan sinar-X
tidak langsung.
5. Media kontras biasanya dilengkapi dengan penyedap rasa agar rasanya lebih
baik.
29
2. Diagnosa Keperawatan
Contoh diagnose keperawatan menurut NANDA:
1) Konstipasi yang berhubungan dengan
a. Imobilitas
b. Kurang privasi
c. Asupan cairan kurang adekuat

2) Konstipasi kolon yang berhubungan dengan :


a. Asupan serat kurang adekuat
b. Asupan cairan kurang adekuat
c. Penggunaan obat dan enema yang berlangsung lama

3) Konstipasi dirasakan yang berhubungan dengan :


a. Keyakinan atau budaya keluarga tentang kesehatan
b. Gangguan proses piker

4) Diare yang berhubungan dengan :


a. Stress dan ansietas
b. Asupan diet

5) Inkontinensia defekasi yang berhubungan dengan :


a. Keterlibatan neuromuskuler
b. Depresi, ansietas berat

6) Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan :


a. Adanya ostomi
b. Inkontinensia feses

3. Intervensi
Rencana keperawatan harus menetapkan tujuan dan kriteria hasil dengan
menggabungkan kebiasaan atau rutinitas eliminasi klien sebanyak mungkin.
Tujuan perawatan klien dengan masalah eliminasi meliputi hal-hal berikut:

30
1) Memahami eliminasi normal
2) Mengembangkan kebiasaan defekasi yang teratur.
3) Memahami dan mempertahankan asupan cairan dan makanan yang tepat.
4) Mengikuti program olahraga secara teratur'
5) Memperoleh rasa nyaman.
6) Mempertahankan integritas kulit.
7) Mempertahankan konsep diri.

4. Implementasi
Keberhasilan intervensi keperawatan bergantung pada upaya
meningkatkanpemahaman klien dan keluarganya tentang eliminasi fekal. Di
rumah, di rumah sakit, atau di fasilitas perawatan jangka panjang, klien yang
mampu belajar dapat diajarkan tentang kebiasaan defekasi yang efektif. Perawat
harus mengajarkan klien dan keluarga tentang diet yang benar, asupan cairan yang
adekuat, dan faktorfaktor yang menstimulasi atau memperlambat peristaltik,
seperti stres emosional.

5. Evaluasi
Keefektifan perawatan bergantung pada keberhasilan dalam mencapai
tujuan dan hasil akhir yang diharapkan dari perawatan Secara optimal klien akan
mampu mengeluarkan feses yang lunak secara teratur tanpa merasa nyeri. Klien
juga akan memperoleh informasi yang dibutuhkan untuk menetapkan pola
eliminasi normal dan untuk mendemonstrasikan keberhasilan yang berkelanjutan,
yang diukur berdasarkan interval waktu tertentu dalam suatu periode yang
panjang.
Klien akan mampu melakukan defekasi secara normal dengan
memanipulasi komponen-komponen alamiah dalam kehidupan sehari-hari seperti
diet, asupan cairan, dan olahraga. Ketergantungan klien pada tindakan bantuan
untuk membantu defekasi seperti enema dan penggunaan laksatif, menjadi
minimal. Klien akan merasa nyaman dengan protokol ostomi dan
mengidentifikasikan protocol tersebut sebagai sesuatu yang dapat dipraktikkan
secara pasti.

31
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Eliminasi fekal adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh berupa


bowel (feses). Faktor yang mempengaruhi eleminasi fecal yaitu, usia, diet,
asupan Cairan, aktivitas Fisik, faktor Psikologis, kebiasaan pribadi, Posisi
Selama Defekasi, Nyeri, Kehamilan, Pembedahan dan Anestesia, Obat-obatan,
Pemeriksaan Diagnostik. Dengan kita mengetahui faktor-faktor tersebut akan
mempermudah saat kita melakukan asuhan keperawatan.

B. Saran
Semoga makalah ini dapat menjadi bahan pembelajaran agar kita dapat
mengetahui segala sesuatu yang berhubungan dengan eliminasi fekal.

32
DAFTAR PUSTAKA

Kozier, dkk. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 7 Volume 2. Jakarta: EGC.

Sherwood, Lauralee. 2014. Fisiologi Manusia Edisi 8. Jakarta : EGC

M. Wilkinson, Judith dan R.A, Nancy. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9.
Jakarta: EGC

https://www.omni-hospitals.com/articles/index/152

33

Anda mungkin juga menyukai