Anda di halaman 1dari 29

PANDUAN SKILLS LAB

BLOK 5.3 - ENDOKRIN DAN METABOLISME TUBUH

TEKNIK INJEKSI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019/2020
I. Tujuan Pembelajaran

Tujuan Umum:
Mahasiswa mampu melakukan prosedur klinis sesuai masalah dan kebutuhan
pasien.

Tujuan khusus:
1. Mahasiswa mampu menjelaskan regio penyuntikan intramuskular,
subkutan, intrakutan dan intravena
2. Mahasiswa mengetahui alat dan bahan yang digunakan
3. Mahasiswa mampu melakukan prosedur klinis tindakan injeksi
intramuskular, subkutan, intrakutan dan intravena
II. Rencana Pembelajaran

Skill lab ini diajarkan dalam satu sesi.


Prasesi
Mahasiswa menjawab pertanyaan (work plan) berikut:
- Pertanyaan untuk dijawab
1. Jelaskan cara menentukan regio-regio penyuntikan intramuskular,
subkutan dan intrakutan serta intravena
2. Jelaskan prosedur penyuntikan intrakutan
3. Sebutkan vena apa saja yang sering dipilih dalam penyuntikan
intravena
- Pertanyaan yang diajukan mahasiswa maksimal 3 buah per orang
(Pertanyaan harus berbeda antar mahasiswa)

Sesi Terbimbing
1. Perkenalan (5 menit)
2. Mahasiswa mencoba melakukan injeksi subkutan, intrakutan, muskular dan
intravena dan instruktur memberikan feedback) (70 menit)
TINJAUAN TEORI

Injeksi adalah mendorong obat ke dalam tubuh dengan menggunakan


jarum suntik. Pemberian obat dengan cara injeksi disebut juga dengan cara
parenteral. Terdapat banyak cara injeksi, namun pada skill lab ini hanya akan
dibahas beberapa diantaranya yang sering dilakukan, yaitu:
1. Intramuscular (IM) yaitu muenyuntikkan obat ke dalam lapisan otot tubuh
2. Subcutaneous (SC) yaitu menyuntikkan obat ke dalam jaringan yang berada dibawah
lapisan dermis.
3. Intradermal/intracutan (ID/IC) yaitu menyuntikkan obat ke dalam lapisan dermis,
dibawah epidermis
4. Intravenous (IV) yaitu menyuntikkan obat ke dalam vena
Selain keempat cara diatas, pemebrian obat secara parenteral dapat juga sering dilakukan secara
intrathecal atau intraspinal, intracardial, intrapleural, intraarterial dan intraarticular.
Untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh, obat disiapkan dan
diberikan dengan menggunakan prinsip steril. Larutan obat, jarum dan spuit yang telah
terkontaminasi, akan menyebabkan terjadinya infeksi. Obat-obat yang diberikan melalui
parenteral ini diabsorbsi lebih cepat dibandingkan obat yang diberikan melalui sistem
gastrointestinal, karena obat tidak perlu melewati barier jaringan epitel pada organ gastrointestinal
sebelum akhirnya masuk ke dalam sirkulasi darah.
Obat intramuscular diabsorbsi lebih cepat daripada obat subcutaneous atau intradermal,
karena otot memiliki jaringan pembuluh darah yang lebih banyak daripada kulit atau jaringan
subkutan.
Obat intracutan merupakan obat yang diabsorbsi paling lambat karena obat harus
melalui beberapa jaringan epitel sebelum akhirnya masuk ke dalam pembuluh darah. Karena itu
cara intracutan digunakan untuk menyuntikkan zat asing untuk mengetahui reaksi organ dan
jaringan terhadap adanya alergi, yang biasa disebut skin test. Absorbsi melalui subcutaneos
relatif lambat tetapi efektif untuk absobsi sejumlah obat yang tidak diabsorbsi melalui sistem
gastointestinal.
Keuntungan pemberian obat melalui parenteral adalah obat dapat diabsorbsi dengan
cepat melalui pembuluh darah. Cara parenteral ini dapat dilakukan jika obat tidak dapat
diabsorbsi melalui sistem gastrointestinal atau malah akan dihancurkan olehnya. Obat juga
diberikan pada pasien yang tidak sadar atau tidak kooperatif yang tidak dapat atau tidak mau
menelan obat oral. Disamping keuntungan diatas, terdapat beberapa kerugian pada pemberian
obat melalui parenteral ini. Pasien, terutama anak-anak akan merasa cemas jika akan disuntuk.
Penyuntikan akan menyebabkan timbulnya rasa nyeri dan tidak nyaman. Iritasi atau reaksi lokal
dapat terjadi akibat efek obat pada jaringan. Pemberian obat melalui parenteral juga dapat
menyebabkan terjadinya infeksi, kerena itu diperlukan penggunaaan tehnik steril
untuk menyiapkan dan memberikan obat ini. Pemberian obat perenteral ini merupakan
kontraindikasi untuk pasien yang mengalami masalah perdarahan atau sedang mendapatkan
terapi antikoagulan.

Beberapa istilah yang sering digunakan adalah:


1. Antisepsis: proses menurunkan jumlah mikroorganisme pada kulit dan
selaput lendir atau duh tubuh lainnya dengan menggunakan bahan
antimikrobial (antiseptik)
2. Asepsis dan teknik aseptik: upaya kombinasi untuk mencegah masuknya
mikroorganisme kedalam area tubuh manapun yang sering menyebabkan
infeksi. Tujuan asepsis adalah menurunkan sampai ketingkat aman atau
membasmi jumlah mikroorganisme pada permukaan hidup (kulit dan
jaringan) dan objek mati (alat-alat bedah dan barang-barang yang lain)
3. Dekontaminasi: proses yang membuat objek mati lebih aman ditangani
staf sebelum dibersihkan {umpama: menginaktifasi HBV (Hepatits B
Virus), HIV serta menurunkan tetapi tidak membasmi, jumlah
mikroorganisme lain yang mengkontaminasi}
4. Disinfeksi tingkat tinggi (DDT): proses menghilangkan semua
mikroorganisme, kecuali beberapa endospora bakteri pada benda mati
dengan merebus, mengukus atau penggunaan disinfektan kimia
5. Pembersihan: proses yang secara fisik menghilangkan semua debu,
kotoran, darah atau duh tubuh lain yang tampak pada objek mati dan
membuang sejumlah besar mikroorganisme untuk mengurangi risiko bagi
mereka yang menyentuh kulit atau menangani benda tersebut.
6. Sterilisasi: proses menghilangkan semua mikroorganisme (bakteri, virus,
jamur, parasit) termasuk endospora bakteri pada benda mati dengan uap
panas tekanan tinggi (otoklaf), panas kering (oven) atau radiasi.
7. Aspirasi: menyedot cairan (darah) dengan jarum suntik
TEKNIK ASPIRASI
Walaupun aspirasi tidak lagi dilakukan pada metode injeksi subkutan,
pada penyuntikan intramuscular dan intravena prosedur ini harus dilakukan.
Apabila pada injeksi intramuscular secara tidak sengaja ujung jarum
menembus pembuluh darah, maka obat yang disuntikkan akhirnya masuk
secara intravena. Hal ini dapat mengakibatkan terbentuknya emboli sebagai
akibat reaksi komponen kimia dari obat tersebut.
Aspirasi dilakukan dengan cara berikut: Setelah Anda menusukkan
jarum ke lokasi suntikan, pegang bagian bawah syringe dengan tangan
nondominan Anda, dan tarik bagian tongkat syringe ke atas dengan tangan
dominan. Apabila jarum telah menembus pembuluh darah, darah akan masuk
tertarik ke dalam syringe. Apabila ini terjadi, dan tehnik injeksi yang Anda
lakukan adalah injeksi intravena, maka prosedur yang Anda lakukan sejauh ini
benar. Jarum telah memasuki pembuluh darah, dan obat kini siap dimasukkan
langsung ke pembuluh darah balik tersebut. Apabila darah masuk tertarik, dan
teknik injeksi yang Anda lakukan adalah intramuscular, maka prosedur yang
Anda lakukan salah. Jarum yang semestinya mencapai jaringan otot rupanya
bersarang di pembuluh darah. Hal ini biasanya terjadi karena lokasi injeksi
kurang tepat. Cabut jarum dan ulangi prosedur penyuntikan dari awal.

TEKNIK DESINFEKSI KULIT DI LOKASI SUNTIKAN


Walaupun tehnik desinfeksi kulit dengan kapas alkohol sebelum
prosedur penyuntikan sudah dikenal luas, pada kenyataannya ada perbedaan
temuan. Misalnya menggunakan kapas alkohol sebelum menyuntikkan insulin
secara subkutan seringkali membuat kulit menjadi mengeras karena efek
alkohol.
Para ahli berpendapat bahwa apabila pasien tampak bersih secara fisik,
dan tenaga medis juga mengikuti standar asepsis yang benar, desinfeksi kulit
sebelum penyuntikan intramuscular adalah tidak perlu. Dan apabila memang
dipandang perlu,maka kulit itu harus diswab dengan kapas alkohol selama 30
detik, dan kemudian tunggu 30 detik lagi agar kulit menjadi kering lagi. Jika
injeksi dilakukan sebelum kulit kering, masih ada kemungkinan bakteri belum
mati, dan malah bersama-sama dengan alkohol bisa saja ikut menginokulasi
lokasi penyuntikan sehingga meningkatkan risiko infeksi.

INJEKSI INTRAMUSCULAR

Injeksi intramuscular adalah tindakan menyuntikkan obat ke dalam


otot yang terperfusi baik, sehingga akan mampu memberikan efek sistemik
dalam waktu yang singkat, dan juga biasanya mampu menyerap dalam dosis
yang besar. Lokasi penyuntikan harus dipertimbangkan dengan mengingat
kondisi fisik pasien, usia pasien, dan jumlah obat yang akan diberikan. Apabila
pada lokasi suntikan yang diinginkan terdapat pembengkakan, peradangan,
infeksi, ataupun terdapat lesi dalam bentuk apapun, penyuntikan di lokasi ini
harus dihindari.

Regio penyuntikan intramuskular


1. Musculus Vastus Lateralis (pada daerah paha)
Sering dilakukan pada anak- anak terutama anak di bawah usia 3 tahun.
Bagian ini merupakan bagian yang mudah dilihat, biasanya untuk
menentukan lokasi penyuntikan ini, daerah paha dibagi menjadi 3 daerah
sejajar sumbu panjang paha dan penyuntikan dilakukan pada bagian
sepertiga tengah. Pada bayi atau orang tua, kadang-kadang kulit di atasnya
perlu ditarik atau sedikit dicubit untuk membantu jarum mencapai
kedalaman yang tepat. Volume injeksi ideal antara 1-5 ml (untuk bayi
antara 1-3 ml). Lokasi ini digunakan pada anak <3tahun.
2. Musculus Deltoideus (otot pada lengan atas)
Bila kita akan melakukan penyuntikan pada lokasi ini, pasien boleh
dalam posisi duduk, berdiri atau berbaring, namun lebih baik duduk.
Penyuntikan dilakukan pada bagian tengah dari daerah segitiga terbalik
yang telah kita tentukan yaitu: Tentukan daerah processus acromion, tepat di
bawahnya merupakan dasar dari daerah segitiga tadi. Titik pucak dari
segitiga ditentukan dengan menarik garis lurus dari bagian tegah segitiga, ke
bawah sampai setinggi lipat axilla, lokasi penyuntikan adalah tepat di tengah
dari segitiga tersebut, lebih kurang 1 sampai 2 inci di bawah dasar dari
processus acromion (gambar 5 dan gambar 6). Hati-hati terhadap
a.brachialis atau n.radialis yang dapat terkena apabila kita menyuntik lebih
jauh ke bawah daripada yang seharusnya.
Lokasi ini mudah dilakukan pada pasien dengan otot lengan yang terlatih
atau pasien gemuk, lebih sulit dilakukan pada pasien kurus karena otot yang
tipis. Minta pasien untuk meletakkan tangannya di pinggul (seperti gaya
seorang peragawati), dengan demikian tonus ototnya akan berada kondisi
yang mudah untuk disuntik dan dapat mengurangi nyeri. Volume obat yang
ideal antara 0,5-1 ml. Lokasi ini digunakan pada anak >3 tahun
-
3. Musculus dorsogluteal
i. Daerah ini merupakan lokasi yang paling sering digunakan untuk
melakukan penyuntikan intramuskuler. Lokasi penyuntikan dapat kita
tentukan dengan membuat garis khayal yang menghubungkan SIAS
dan os coccigis, bagi menjadi tiga bagian dan penyuntikan dilakukan
pada sepertiga lateral dari garis khayal tadi. Cara lain adalah dengan
membagi glutea menjadi 4 kuadran (lateral atas, medial atas, lateral
bawah, medial bawah) dan lokasi penyuntikan adalah pada kuadran
lateral atas.. Paling mudah dilakukan, namun angka terjadi komplikasi
paling tinggi.
ii. Hati-hati terhadap n.sciatus dan a.glutea superior
iii. Volume suntikan ideal antara 2-4 ml.Minta pasien berbaring ke
samping dengan lutut sedikit fleksi
INJEKSI SUBKUTAN

Teknik ini digunakan apabila kita ingin obat yang disuntikkan akan diabsorpsi
oleh tubuh dengan pelan dan berdurasi panjang (slow and sustained
absorption). Biasanya volume obat yang disuntikkan terbatas pada 1-2 ml per
sekali suntik. Injeksi subkutan dilakukan dengan menyuntikkan jarum
menyudut 45 derajat dari permukaan kulit. Kulit sebaiknya sedikit dicubit
untuk menjauhkan jaringan subkutis dari jaringan otot, terutama bila dilakukan
pada daerah abdomen atau paha. Hal ini berbahaya karena obat, misalnya
insulin, yang disuntikkan ke otot akan diserap lebih cepat oleh tubuh. Menurut
beberapa ahli, suntikan subkutan dipercaya tidak lagi memerlukan aspirasi.
Dari gambaran CT scan ditemukan bahwa suntikan dengan tehnik subkutan
hampir tidak pernah menembus pembuluh darah. Bahkan aspirasi pada
penyuntikan subkutan dapat meningkatkan risiko terjadinya hematom di area
subkutan.
Regio penyuntikan subkutan:
Penyuntikan subkutan dapat dilakukan pada lengan atas daerah luar, kaki
bagian atas, dan daerah sekitar pusat. Namun perlu dihindari penyuntikan pada
radius 2 cm dari pusat.

INJEKSI INTRAVENA

Injeksi IV ada 2, yaitu: sentral dan perifer. IV perifer dibagi menjadi 2 lagi,
yaitu IV kontinu (infus) dan IV intermitten. Penyuntikan dapat dilakukan
dalam posisi duduk atau berbaring.
Regio penyuntikan intravena
Penyuntikan intravena dapat dilakukan pada vena manapun, namun terdapat
beberapa vena yang sering dipakai karena lebih mudah didapatkan.
1. Pada lengan (vena mediana cubiti / vena cephalica)
2. Pada tungkai (vena saphenosus)
3. Pada leher (vena jugularis) khusus pada anak
4. Pada kepala (vena frontalis, atau vena temporalis) khusus pada anak
Terdapat beberapa risiko injeksi iv:
• Infeksi: terutama oleh Staphylococcus aureus dan Candida albicans
• Phlebitis: iritasi vena bukan karena infeksi bakterial
• Infiltrasi: zat yang disuntikkan masuk ke jaringan sekitar.
• Embolism: gumpalan darah, massa padat atau udara menyumbat pembuluh
darah, terutama pada pemberian central iv. Udara sebanyak 30 ml dapat
mengancam sirkulasi darah. Jika sekaligus banyak, maka dapat merusak
sirkulasi pulmonal dan mengancam jiwa. Udara yang sangat besar (3-8
ml/kgBB) dapat menghentikan jantung.

INJEKSI INTRAKUTAN

Injeksi intrakutan adalah memasukkan cairan obat langsung pada lapisan dermis
atau dibawah epidermis atau permukaan kulit. Penyuntikan ini biasanya dilakukan
dengan tujuan:
a. Test tuberkulin atau tes alergi terhadap obat-obatan tertentu
b. Pemberian vaksinasi

Regio penyuntikan intrakutan


Penyuntikan intrakutan dapat dillakukan di mana saja, namuin beberapa daerah
yang biasa digunakan adalah:
a. Lengan bawah bagian dalam
b. Dada bagian atas
c. Punggung pada area scapula

I. PERSIAPAN
a. Persiapan pasien
1. Perkenalkan diri
2. Tanyakan identitas pasien dan cocokkan dengan catatan medis pasien
3. Periksa catatan medis pasien untuk mengidentifikasi pengobatan yang
akan diberikan pada pasien, nama obat dan cara pemberian
4. Lakukan informed consent (jelaskan terlebih dahulu mengnai tindakan
yang akan dilakukan, nama obat, cara pemberian, dosis dan
kemungkinan efek samping), bila pasien adalah anak- anak, lakukan
informed consent pada orang tuanya.
5. Meminta pasien untuk duduk/ berbaring
6. Lakukan pemeriksaan tekanan darah (bila belum dilakukan)

b. Persiapan alat dan bahan


1. Kran air (jika memungkinkan)
2. Sabun (sabun cair/sabun antiseptik)
3. Handuk bersih dan kering
4. Sepasang sarung tangan (handscoen)
5. Baki instrument
6. Instrument basin dengan tutup
7. Jarum suntik (needle) steril (ukuran 23 G, 25 G (semakin besar nomor
jarum ukuran lubang jarum semakin kecil, pada anak <5tahun
menggunakan needle 25G , dewasa 25G)) Syringe: tergantung pada
volume obat yang akan diberikan, tersedia mulai ukuran
50,20,10,5,3,2,5,1 cc.
8. Kapas kering
9. Kassa steril (ukuran 2×2 cm)
10. Alkohol (70-90%)
11. Obat injeksi (dalam bentuk vital, ampul, bubuk kering+pelarutnya)
12. Pinset sirurgis
13. Larutan dekointaminasi, isi lar. Chloride 0,5%
14. Cawan ginjal (Basin kidney/nierbecken)
15. Tempat jarum bekas
16. Tempat pembuangan sampah
17. Siapkan antidotum: adrenalin (ingat komplikasi segera dan fatal
proses penyuntikan reaksi anafilaktik, komplikasi lain a.1: luka,
kolaps vena, infeksi: abses, emboli)

c. Persiapan obat
• Dari Vial
1. Lepaskan penutup metal pada bagian atas vial (dengan menggunakan
pinset) dan letakkan pada cawan ginjal.
2. Bersihkan bagian atas vial dengan kapas dan alkohol, biarkan
mengering.
3. Buang kapas alkohol kedalam instrumen basin.
4. Ambil jarum suntik dan lepaskan penutup jarum dengan teknik satu
tangan. Letakkan penutup jarum pada instrumen basin.
5. Campur dengan rata obat yang terdapat pada vial.
6. Tusuk jarum pada vial.
7. Ambil vial dengan tangan kiri (tangan yang tidak dominan) dan ambil
volume yang sesuai untuk pengobatan.
8. Periksa ada tidaknya gelembung udara pada jarum suntik dan
dikeluarkan gelembung udara tersebut.
9. Periksa ulang volume yang sesuai yang diperlukan untuk pengobatan
10. Lepaskan jarum dari vial.
11. Masukkan jarum pada penutupnya dengan teknik satu tangan.
12. Ganti jarum dengan yang baru dan letakkan jarum yang telah
dipergunakan sebelumnya (untuk mengambil obat dari vial) pada
instrumen basin.

• Dari Ampul
1. Pastikan bahwa isi cairan obat dalam ampul terletak di bagian bawah
dari leher ampul.
2. Patahkan leher ampul dengan cara memotong leher ampul dengan
kassa steril dan patahkan dengan menekan jari jempol atau
menggunakan pisau pemotong botol yang biasa dipergunakan oleh
bagian farmasi.
3. Ambil jarum suntik dan lepaskan penutup jarum dengan teknik satu
tangan. Letakkan penutup jarum pada instrumen basin.
4. Pegang ampul dengan tangan kiri (tangan yang tidak dominan) jika
memungkinkan.
5. Masukkan jarum kedalam ampul dan ambil volume obat sesuai.
6. Tarik kembali jarum dari dalam ampul.
7. Arahkan jarum secara vertikal dan masukkan kedalam penutupnya.
8. Keluarkan gelembung udara dalam syringe.
9. Cek ulang secara tepat volume obat yang diberikan.
10. Lepaskan jarum dari syringe dengan teknik satu tangan.
11. Letakkan syringe dan jarumnya pada instrument basin
II. PROSEDUR KERJA
a. Injeksi Intramuskular
1. Periksa kembali vial atau ampul untuk mengecek label obat yang akan
diberikan dan lakukan penghitungan kembali dosis yang diperlukan.
2. Secara santun konfirmasi ulang kepada pasien/bantu pasien
menyingkirkan tempat yang akan dilakukan penyuntikan.
3. Cuci tangan steril dan pakai sarung tangan
4. Tentukan daerah penyuntikan dengan tepat, identifikasi daerah
penyuntikan secara anatomis dengan tangan kiri (tangan yang tidak
dominan).
5. Lakukan peregangan pada area tersebut dengan gentle.
6. Bersihkan area tersebut dengan kapas dan alkohol, biarkan
mengering.
7. Lepaskan penutup jarum, letakkan penutupnya pada instrument basin.
8. Tekan dan tarik sedikit kulit pada daerah penyuntikan, dengan
menggunakan tangan kiri pertahankan sebentar.
9. Suntikkan jarum membentuk 90O pada daerah yang telah
diidentifikasi untuk dilakukan penyuntikan dengan menggunakan
tangan kanan sambil melepaskan secara perlahan pegangan pada
tangan kiri tadi. Masukkan jarum dengan arah tegak lurus sampai ¾
bagian jarum masuk ke dalam otot.
10. Pastikan bahwa ujung jarum tidak mengenai pembuluh darah dengan
melakukThe an aspirasi.
11. Dorong plunger secara perlahan untuk mengalirkan seluruh obat
dalam syringe.
12. Tarik jarum suntik kembali keluar dengan cepat, usap dan lakukan
massage (jika diperlukan) pada area penyuntikan dengan kapas
alkohol.
13. Evaluasi keadaan pasien selama beberapa saat, untuk melihat tanda
ada tidaknya efek samping yang ditimbulkan.

b. Injeksi Subcutan
1. Periksa kembali vial atau ampul untuk mengecek label obat yang akan
diberikan (untuk ketiga kalinya) dan lakukan penghitungan kembali
dosis yang diperlukan.
2. Jelaskan sekali lagi bahwa kita akan melakukan penyuntikan.
3. Secara santun konfirmasi ulang kepada pasien/bantu pasien
menyingkirkan tempat yang akan dilakukan penyuntikan.
4. Cuci tangan steril (cara biasa; baca pedoman tindakan asepsis
antisepsis) dan pakai sarung tangan (baca kembali pedoman
pemasangan sarung tangan steril)
5. Tentukan daerah penyuntikan dengan tepat, identifikasi daerah
penyuntikan secara anatomis dengan tangan kiri (tangan yang tidak
dominan).
6. Angkat sedikit kulit dengan cubitan ringan oleh tangan kiri
7. Bersihkan area tersebut dengan kapas dan alkohol, biarkan
mengering.
8. Lepaskan penutup jarum, letakkan penutupnya pada instrument basin.
9. Tekan dan tarik sedikit kulit pada daerah penyuntikan, dengan
menggunakan tangan kiri pertahankan sebentar
10. Suntikkan jarum membentuk 45O pada daerah yang telah
diidentifikasi untuk dilakukan penyuntikan dengan menggunakan
tangan kanan sambil melepaskan secara perlahan pegangan pada
tangan kiri tadi.
11. Dorong plunger secara perlahan untuk mengalirkan seluruh obat
dalam syringe.
12. Tarik jarum suntik kembali keluar dengan cepat, usap dan lakukan
massage (jika diperlukan) pada area penyuntikan dengan kapas
alkohol.
13. Jika darah keluar dari tempat penyuntikan, bersihkan dan lakukan
penekanan dengan gentle daerah penyuntikan dengan kapas steril.
14. Katakan pada pasien bahwa prosedur penyuntikan telah selesai,
dampingi dan bantu pasien untuk mengenakan kembali pakaiannya,
evaluasi keadaan pasien selama beberapa saat, untuk melihat tanda
ada tidaknya efek samping yang ditimbulkan.

c. Injeksi Intracutan
1. Siapkan peralatan ke dekat pasien
2. Mencuci tangan dengan baik dan benar
3. Memakai sarung tangan dengan baik
4. Posisikan pasien dan bebaskan daerah yang akan disuntik dari
pakaian pasien
5. Memasukkan obat kedalam spuit sesuai dosis dengan teknik septik
dan aseptic
6. Menentukan daerah yang akan disuntik (misalnya di lengan bawah
volar, lengan atas (M. Deltoideus), punggung, dll)
7. Melakukan desinfeksi menggunakan kapas alkohol pada daerah yang
akan disuntik dan biarkan kering sendiri
8. Memasukkan jarum dengan posisi tepat yaitu lubang jarum
menghadap keatas, jarum dan kulit membentuk sudut 10-15 ̊.
9. Masukkan obat secara perlahan hingga muncul gelembung
10. Tarik jarum dan tidak menekan bekas suntikan

d. Injeksi Intravena
1. Siapkan peralatan ke dekat pasien
2. Mencuci tangan dengan baik dan benar
3. Memakai sarung tangan dengan baik
4. Posisikan pasien dan bebaskan daerah yang akan disuntik dari pakaian
pasien of the
5. Memasukkan obat kedalam spuit sesuai dosis dengan teknik septik
dan aseptic
6. Menentukan daerah yang akan disuntik
7. Memasang tourniquet ±10 cm diatas vena yang akan disuntik sampai
vena terlihat jelas
8. Melakukan desinfeksi menggunakan kapas alkohol pada daerah yang
akan disuntik dan biarkan kering sendiri
9. Memasukkan jarum dengan posisi tepat yaitu lubang jarum
menghadap keatas, jarum dan kulit membentuk sudut 20 ̊.
10. Amati Spuit untuk memeriksa apakah jarum sudah masuk kedalam
vena yang ditandai dengan darah masuk kedalam tabung spuit (jika
ada darah berarti jarum telah masuk kedalam vena, jika tidak ada
darah masukkan sedikit lagi jarum sampai terasa masuk di vena atau
ulangi injeksinya)
12. Buka tourniquet dan anjurkan pasien membuka kepalan tangannya,
masukkan obat secara perlahan jangan terlalu cepat
13. Tarik jarum keluar setelah obat masuk (pada saat menarik jarum
keluar tekan lokasi suntikan dengan kapas alkohol agar darah tidak
keluar)

III. SETELAH PENYUNTIKAN


1. Isi jarum suntik bekas pakai dengan lar. Chloride 0,5% dan potong jarum,
masukkan kedalam tempat jarum bekas.
2. Masukkan peralatan lainnya (termasuk kapas, kassa steril) kedalam lar.
Chloride 0,5%.
3. Rendam kedua tangan kedalam lar. Chloride 0,5% selama beberapa menit,
kemudian lepaskan kedua sarung tangan dengan cara skin to skin, glove to
glove.
4. Cuci tangan.
5. Keringkan dengan handuk.
6. Lengkapi data pada catatan medik pasien
SKENARIO KLINIS

Ibu Yuni , 33 tahun, datang ke UGD karena mual muntah sejak tadi malam.
Setelah diperiksa ibu Yuni didiagnosa Gastritis akut. Dokter memutuskan akan
memberikan injeksi Ranitidin IV untuk mengurangi gejalanya. Lakukan informed
consent dan injeksi Ranitidin secara lege artis (kasus 1)

Tn Xilo, 23 tahun, dibawa ke UGD untuk mendapatkan Injeksi ATS dikarenakan


menginjak paku yang berkarat. Anda sebagai dokter umum di UGD tersebut
Lakukan informed consent dan injeksi ATS secara lege artis (kasus 2)

An. Putri, 6 tahun, siswa kelas 1 SD sedang dirawat inap karena menderita
bronkopneumonia. Anda sebagai dokter jaga ditugaskan untukmelakukan skin test
sebelum memasukkan obat berupa antibiotik. Lakukan informed consent dan
injeksi skin test antibiotik secara lege artis (kasus 3)

Tn Ali, 45 tahun, menderita DM tipe II sejak 10 tahun yang lalu. Saat ini Tn Ali
dirawat di RS dan mendapat terapi insulin 3x8 IU (0,8cc). Lakukan informed
consent dan injeksi insulin secara lege artis (kasus 4)
CHECKLIST

I. PENYUNTIKAN INTRAMUSKULAR

SKOR
No. KRITERIA
0 1 2
1. Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
2. Melakukan informed consent
- Menerangkan cara dan tujuan pemeriksaan.
- Menanyakan riwayat alergi dan penyakit sekarang
- Melihat apakah ada luka atau infeksi di lokasi penyuntikan
3. Menentukan posisi pasien
4. Cuci tangan (cara biasa) dan memakai handscoen
5. Mempersiapkan alat dan bahan sesuai skenario
6. Mempersiapkan obat (vial/ ampul), menarik cairan obat dari dalam
ampul ke dalam spuit yang sesuai
7. Mengganti needle yang telah digunakan untuk mengambil obat
dengan needle baru
Mempersilahkan pasien untuk membuka pakaian seperlunya agar
8.
lokasi penyuntikan terlihat dengan jelas.
9. Melakukan tindakan asepsis antisepsis pada lokasi penyuntikan
10. Regangkan sedikit kulit pada daerah penyuntikan, dengan
menggunakan tangan kiri
11. Suntikkan jarum membentuk 90O dengan tangan kanan sambil
melepaskan secara perlahan pegangan pada tangan kiri. Arah tegak
lurus sampai bagian jarum masuk ke dalam otot
12. Melakukan aspirasi untuk memastikan jarum tidak mengenai
pembuluh darah
13. Dorong plunger secara perlahan untuk mengalirkan obat dalam
syringe (sesuai dosis) dan tarik jarum suntik kembali keluar dengan
cepat
14. Usap area penyuntikan dengan kapas alkohol
15. Tutup kembali pakaian pasien
16. Membuang jarum dan spuit pada disposal container
17. Melepaskan sarung tangan dan cuci tangan
Total skor

Keterangan:
0: tidak melakukan
1: melakukan dengan tidak sempurna
2: melakukan dengan sempurna
II. PENYUNTIKAN SUBKUTAN

SKOR
No. KRITERIA
0 1 2
1. Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
2. Melakukan informed consent
- Menerangkan cara dan tujuan pemeriksaan.
- Menanyakan riwayat alergi dan penyakit sekarang
- Melihat apakah ada luka atau infeksi di lokasi penyuntikan
3. Menentukan posisi pasien
4. Mempersiapkan alat dan bahan sesuai skenario
5. Cuci tangan (cara biasa) dan memakai handscoen
6. Mempersiapkan obat (vial/ ampul), menarik cairan obat dari dalam
ampul ke dalam spuit yang sesuai
7. Mengganti needle yang telah digunakan untuk mengambil obat
dengan needle baru
Mempersilahkan pasien untuk membuka pakaian seperlunya agar
8.
lokasi penyuntikan terlihat dengan jelas.
9. Melakukan tindakan asepsis antisepsis pada lokasi penyuntikan
10. Cubit sedikit kulit pada daerah penyuntikan,dengan menggunakan
tangan kiri
11. Suntikkan jarum membentuk 45O dengan tangan kanan sambil
melepaskan secara perlahan pegangan pada tangan kiri.
12. Dorong plunger secara perlahan untuk mengalirkan obat dalam
syringe (sesuai dosis) dan tarik jarum suntik kembali keluar dengan
cepat
13. Usap area penyuntikan dengan kapas alkohol
14. Tutup kembali pakaian pasien
15. Membuang jarum dan spuit pada disposal container
16. Melepaskan sarung tangan dan cuci tangan
Total skor

Keterangan:
0: tidak melakukan
1: melakukan dengan tidak sempurna
2: melakukan dengan sempurna
III. PENYUNTIKAN INTRADERMAL

SKOR
No. KRITERIA
0 1 2
1. Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
2. Melakukan informed consent
- Menerangkan cara dan tujuan pemeriksaan.
- Menanyakan riwayat alergi dan penyakit sekarang
- Melihat apakah ada luka atau infeksi di lokasi penyuntikan
3. Menentukan posisi pasien
4. Cuci tangan (cara biasa) dan memakai handscoen
5. Mempersiapkan alat dan bahan sesuai skenario
6. Mempersiapkan obat (vial/ ampul), menarik cairan obat dari dalam
ampul ke dalam spuit yang sesuai
7. Mengganti needle yang telah digunakan untuk mengambil obat
dengan needle baru
Mempersilahkan pasien utnuk membuka pakaian seperlunya agar
8.
lokasi penyuntikan terlihat dengan jelas.
9. Melakukan tindakan asepsis antisepsis pada lokasi penyuntikan
10. Regangkan sedikit kulit pada daerah penyuntikan,dengan
menggunakan tangan kiri
11. Suntikkan jarum sejajar kulit dengan tangan kanan sambil melepaskan
secara perlahan pegangan pada tangan kiri.
12. Dorong plunger secara perlahan untuk mengalirkan obat dalam
syringe (sesuai dosis) hingga muncul gelembung dan tarik jarum
suntik kembali keluar dengan cepat
Usap area penyuntikan dengan kapas alkohol dengan tidak menekan
13.
bekas suntikan
14. Tutup kembali pakaian pasien
15. Membuang jarum dan spuit pada disposal container
16. Melepaskan sarung tangan dan cuci tangan
Total skor

Keterangan:
0: tidak melakukan
1: melakukan dengan tidak sempurna
2: melakukan dengan sempurna
IV. PENYUNTIKAN INTRAVENA

SKOR
No. KRITERIA
0 1 2
1. Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
2. Melakukan informed consent
- Menerangkan cara dan tujuan pemeriksaan.
- Menanyakan riwayat alergi dan penyakit sekarang
- Melihat apakah ada luka atau infeksi di lokasi penyuntikan
3. Menentukan posisi pasien
4. Mempersiapkan alat dan bahan sesuai skenario
5. Mempersiapkan obat (vial/ ampul), menarik cairan obat dari dalam
ampul ke dalam spuit yang sesuai
6. Mengganti needle yang telah digunakan untuk mengambil obat
dengan needle baru
7. Mempersilahkan pasien utnuk membuka pakaian seperlunya agar
lokasi penyuntikan terlihat dengan jelas. Pasang torniquet (IV).
8. Cuci tangan (cara biasa) dan memakai handscoen
9. Melakukan tindakan asepsis antisepsis pada lokasi penyuntikan
10. Regangkan (IC, IM, IV) atau cubit (SC) sedikit kulit pada daerah
penyuntikan,dengan menggunakan tangan kiri
11. Suntikkan jarum membentuk 20O dengan tangan kanan sambil
melepaskan secara perlahan pegangan pada tangan kiri.
12. Amati spuit apakah ada darah yang masuk kedalam spuit (tanda
needle sudah berada di pembuluh darah)
13. Buka tourniquet dan anjurkan pasien membuka kepalan tangannya
14. Dorong plunger secara perlahan untuk mengalirkan obat dalam
syringe (sesuai dosis) dan tarik jarum suntik kembali keluar dengan
cepat
15. Usap area penyuntikan dan tekan dengan kapas alkohol
16. Tutup kembali pakaian pasien
17. Membuang jarum dan spuit pada disposal container
18. Melepaskan sarung tangan dan cuci tangan
Total skor

Keterangan:
0: tidak melakukan
1: melakukan dengan tidak sempurna
2: melakukan dengan sempurna

Anda mungkin juga menyukai