Anda di halaman 1dari 4

Prosedur Tindakan Bedah dan Surat Ijin Operasi

Pernahkah anda atau saudara anda dirawat dirumah sakit? Pernahkah di antara mereka
dilaksanakan tindakan operasi pembedahan karena suatu kondisi tertentu yang
memerlukan tindakan bedah atau oporasi? Jika memang pernah dilaksanakan operasi
atau tindakan bedah, apakah anda sebagai keluarganya dimintai konfirmasi secara
tertulis atau surat ijin akan dilaksanakannya tindakan operasi oleh tenaga medis/rumah
sakit dimana saudara anda atau anda dirawat?

Perlu kita ketahui bersama bahwa, ijin operasi oleh ahli bedah yang akan melaksanakan
tindakan pembedahan adalah mutlak harus ada. Apa saja isi ijin operasi yang mutlak
harus ada tersebut?.

Berikut ini adalah daftar isi ijin operasi yang harus ada pada dokumen ijin operasi yang
akan dilaksanakan oleh ahli bedah:

 Ijin dilaksanakan operasi oleh ahli bedah. Akibat penyakit yang diderita.
 Penderita atau keluarga pasien mengetahui dan mengerti dengan jelas akibat
nantinya setelah dilaksankan pembedahan.
 Penderita atau keluarga pasien tidak akan menuntut dimuka pengadilan bila
terjadi sesuatu setelah operasi/pembedahan dilaksanakan. Harus ditandatangi
oleh penderita dengan membubuhkan nama terang dan tanda tangan penderita.
 Informed concent atau surat ijin operasi dilakukannya tindakan bedah
mempunyai fungsi yang sangat penting terutama bagi tim bedah agar dalam
pelaksanaan tindakan bedah dapat merasa tenang dalam melaksanakan operasi
untuk mengatasi gangguan, penyakit yang diderita oleh penderita/pasien.

Sebagai informasi tambahan bagi anda para pasien/keluarga pasien, berikut ini adalah
beberapa hal yang mungkin perlu anda ketahui tentang hal-hal yang terkait dalam
tindakan operasi yang biasanya dilaksanakan oleh ahli bedah dalam melaksanakan
tindakan operasi :

 Penderita sebelum masukke kamar bedah untuk menjalani operasi, penderita


akan diterima oleh petugas ahli Anestesi (ahli pembiusan), kemudian
dilaksanakan pemeriksaan tanda-tanda vital penderita yang biasanya meliputi
tekanan darah, menghitung jumlah nadi (pulse jantung) dan kemudian dilakukan
tindakan pembiusan.
 Dan kemudian penderita masuk ke kamar bedah.
 Semua tim ahli bedah harus mencuci tangan dengan sabun atau antiseptik lain
dan dengan sikat yang tujuannya adalah untuk membersihkan dan mensterilkan
tangan dari kuman atau bakteri sehingga nantinya adalah untuk mencegah
terjadinya infeksi pada luka pasca operasi.
 Setelah cuci tangan, para tim ahli bedah masuk ke kamar bedah dan memakai
sarung tangan steril sehingga bagian luar tangan tertutup oleh sarung tangan
steril dengan benar dan memakai jas/pakaian operasi khusus.
 Daerah / bagian tubuh pasien yang akan dioperasi dibersihkan terlebih dahulu
dengan alkohol yang sudah disiapkan, kemudian ditutup dengan dook steril
sehingga bagian tubuh yang tampak adalah bagian yang akan dioperasi saja.
 Kamar operasi haru dalam kondisi tenang
 Asisten operasi harus membantu ahli bedah dalam melaksanakan tindakan
operasi.
 Salah seorang yang bertugas sebagai instrumen alat operasi harus menyediakan
alat-alat yang dibutuhkan oleh ahli bedah dalam melaksanakan tindakan bedah.

Begitulah kira-kira garis besar tentang operasi dan ijin operasi yang wajib dan mutlak
harus ada dan disediakan oleh pemberi pelayanan tindakan operasi dan diketahui oleh
pihak pasien untuk menjaga ketenangan dan tentunya untuk keberhasilan tindakan
.operasi yang akan dilaksanakan.
C. Persiapan administrasi
Keluarga pasien yang akan dilakukan prosedur operasi wajib bertanggung jawab membaca dan
mendatangani surat izin operasi.
1. Proses Keperawatan dan Klien Bedah
a. Pengkajian
a) Riwayat medis.
Pengkajian ulang riwayat kesehatan klien meliputi riwayat penyakit yang pernah diderita dan
alasan utama klien mencari pengobatan.
b) Pemeriksaan fisik
Berfokus pada data yang berhubungan dengan riwayat kesehatan klien dan sistem tubuh yang
akan dipengaruhi oleh pembedahan.
c) Kesehatan emosional
Perawat mengkaji perasaan klien tentang pembedahan, konsep diri, citra diri, dan sumber koping
klien untuk memahami dampak pembedahan pada kesehatan emosional klien.
d) Riwayat pembedahan
Pengalaman bedah sebelumnya mempengaruhi respon fisik dan psikologis klien terhadap
prosedur pembedahan.
e) Riwayat obat-obatan
Obat tertentu mempunyai implikasi khusus bagi klien bedah. Obat yang diminum sebelum
pembedahan akan dihentikan saat klien selesai menjalani operasi kecuali dokter meminta klien
untuk menggunakannya kembali.
f) Alergi
Perawat harus mewaspadai adanya alergi terhadap obat yang mungkin diberikan selama fase
pembedahan.
g) Kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol
Pada klien perokok setelah pembedahan akan mengalami kesulitan dalam membersihkan jalan
nafas dari sekresi lender dan bagi klien pengguna alcohol dapat menyebabkan klien memerlukan
dosis anastesi lebih tinggi.
h) Budaya
Klien yang berasal dari budaya yang berbeda akan menunjukkan reaksi yang berebeda tentang
pengalaman operasi .
b. Diagnosa
Diagnosa keperawatan pada klien preoperatif
a) Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pembedahan yang akan
dilakukan dan adanya ancaman kehilangan bagian tubuh
b) Ketidakefektifan koping keluarga : menurun berhubungan dengan perubahan sementara pada
peran klien dan beratnya operasi yang akan dilaksanakan
c) Ketakutan yang berhubungan dengan pembedahan yang akan dilaksanakan dan antisipasi
nyeri pascaoperatif
d) Kurang pengetahuan tentang implikasi pembedahan yang berhubungan dengan kurang
pengalaman tentang operasi dan kesalahpahaman informasi
e) Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan asupan nutrisi
yang berlebihan
f) Ketidakberdayaan yang berhubungan dengan operasi darurat
g) Risiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan radiasi preoperatif dan imobilisasi
selama operasi
h) Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan ketakutan menghadapi operasi dan jadwal
preoperatif rutin di rumah sakit.
c. Perencanaan
Klien bedah perlu diikutsertakan dalam pembuatan rencana perawatan. Dengan melibatkan klien
sejak awal pembuatan rencana asuhan keperawatan bedah, risiko pembedahan dan komplikasi
pasca operatif dapat diminimalkan. Misalnya, riset keperawatan menunjukkan bahwa penyuluhan
preoperatif yang diberikan secara terstruktur dapat mempersingkat masa rawat klien di rumah
sakit. Rasa takut klien yang telah diinformasikan tentang pembedahan akan menurun dan klien
akan mempersiapkan diri untuk berpartisipasi dalam tahap pemulihan pasca operatif sehingga
hasil yang diharapkan dapat tercapai. Keluarga juga merupakan rekan penting dalam memahami
hasil akhir yang telah ditetapkan untuk mencapai pemulihan. Pada setiap diagnosa, perawat
menetapkan tujuan perawatan dan hasil akhir yang harus dicapai untuk memastikan pemulihan
atau mempertahankan status preoperatif klien.
Untuk klien bedah sehari, tahap perencanaan preoperatif dilakukan di rumah atau di unit bedah
sehari pada pagi hari sebelum klien menjalani operasi. Idealnya, tahap ini dilakukan di rumah
dengan cara perawat menelepon klien di rumah dan di unit bedah dan atau tempat praktik
dokter dan menjelaskan tentang informasi dan instrupsi preoperatif. Cara ini member waktu
pada klien untuk memikirkan operasi yang akan dijalaninya, melakukan persiapan fisik yang
diperlukan (misal; mengubah diet atau berhenti minum obat), dan bertanya tentang prosedur
pasca operatif. Klien bedah sehari biasanya pulang ke rumah pada hari yang sama ia menjalani
opersi. Jadi, perawatan preoperatif yang direncanakan dengan baik member kepastian bahwa
klien telah mendapat informasi yang cukup dan mampu berpartisispasi aktif selama tahap
pemulihan. Keluarga atau pasangan klien juga dapat berperan sebagai pendukung aktif bagi
klien.
Rencana keperawatan preoperatif dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan individu. Namun,
setiap klien harus menjalani persiapan dasar.
Tujuan perawatan klien bedah antara lain
1. Memahami respon pembedahan secara fisiologis dan psikologis
2. Memahami tahap – tahap intraoperatif dan pasca operatif
3. Mendapatkan rasa nyaman dan relaksasi emosional
4. Mendapatkan kembali fungsi fisiologis normal setelah pembedahan (misal tanda – tanda vital
kembali norma)
5. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit normal.
6. Mendapatkan rasa nyaman dan istirahat
7. Mempertahankan luka bedah bebas dari infeksi
8. Menghindarkan cedera selama periode perioperatif
d. Implementasi
a) Persetujuan tindakan
Secara hukum pembedahan tidak boleh dilakukan sebelum klien memahami prosedur
pembedahan yang akan dilakukan, tahap – tahap yang harus dilalui, resiko, hasil yang
diharapkan dan terapi alternatifnya. Klien harus memberikan persetujuan atas tindakan yang
akan dilakukan.
b) Penyuluhan klien
Penyuluhan preoperatif tentang perilaku yang diharapkan yang dilakukan klien saat
pascaoperasi, yang diberikan secara sistematik dan terstruktur sesuai dengan prinsip – prinsip
dan mempunyai pengaruh positif bagi pemulihan klien.
1. Memberikan dorongan pada pasien. Dengarkan, pahami klien dan berikan informasi yang
membantu menyingkirkan kekhawatiran klien.
2. Melibatkan peran keluarga atau sahabat klien untuk memberikan dorongan pada klien.
3. Membantu klien untuk mendapatkan bantuan spiritual yang klien inginkan
4. Menurunkan ansietas preoperatif
Perawat memberikan dorongan untuk pengungkapan dan harus mendengarkan, memahami, dan
memberikan informasi yang membantu menyingkirkan kekhawatiran tersebut.
e. Evaluasi
Perawat mengevaluasi keberhasilan penyuluhan preoperatif dan peningkatan fungsi fisiologis
normal klien.

Anda mungkin juga menyukai