PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Vertigo adalah sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh seperti rotasi
(memutar) tanpa sensasi peputaran yang sebenarnya, dapat sekelilingnya terasa
berputar atau badan yang berputar. Vertigo bisa mengenai semua golongan umur,
dengan jumlah insidensi 25% pada pasien usia lebih dari 25 tahun, dan 40% pada
pasien usia lebih dari 40 tahun. Dizziness dilaporkan sekitar 30% pada populasi
berusia lebih dari 65 tahun (Kwong et al., 2005). Beberapa penelitian menyatakan
bahwa wanita memiliki prevalensi lebih tinggi menderita BPPV dibandingkan laki-
laki sekitar 74% dari sampel. Hal ini disebabkan karena pengaruh hormon (Dorigueto
et al., 2009). Selain itu, usia lebih dari 60 tahun 7 kali lebih beresiko dibandingkan
usia antara 18-39 tahun. Onset rata-rata penderita sekitar usia 49,4-80 tahun. Vertigo
yang tidak segera ditangani akan menyebabkan beberapa dampak buruk bagi
penderitanya antara lain ancaman nyawa. Hal ini terjadi terutama serangan vertigo
yang terjadi pada saat penderita sedang menyetir atau mengendarai motor sehingga
menyebabkan gangguan konsentrasi. Dampak yang kedua adalah bisa menjadi gejala
atau tanda awal penyakit tertentu yang berhubungan dengan otak dan telinga. Vertigo
juga bisa menjadi penyebab serius dari gejala awal tumor otak.
Dampak ketiga adalah vertigo dapat menjadi indikasi serius terhadap
gangguan pada telinga atau organ pendengaran. Infeksi yang terjadi pada bagian
dalam telinga bisa menyebabkan kerusakan organ telinga sehingga penderita bisa
kehilangan pendengaran secara permanen. Kondisi inilah yang harus diwaspadai oleh
semua penderita vertigo. Akibat vertigo, penderita akan kehilangan waktu produktif
karena biasanya penderita tidak dapat beraktifitas seperti biasanya.
Mengingat banyaknya jumlah kasus vertigo di masyarakat serta dampak serius yang
ditimbulkan, maka diperlukan upaya untuk memperkenalkan konsep vertigo yang
betul kepada masyarakat.
2. Tujuan Umum dan Khusus
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa khususnya mahasiswa
profsi ners mampu membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
3. Tujuan Khusus
pasien Vertigo
keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf
yang berhubungan dengan area tertentu di otak. Vertigo bisa disebabkan oleh
otak dan di dalam otaknya sendiri. Vertigo juga bisa berhubungan dengan
kelainan penglihatan atau perubahan tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba.
a. Keadaan Lingkungan
b. Obat-obatan
1). Alkohol
2). Gentamisin
c. Kelainan Sirkulasi
berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri vertebral dan
arteri basiler
d. Kelainan di Telinga
1). Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga
e. Kelainan Neurologis
2). Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin, persarafannya atau
keduanya
tiba, biasanya akan dirasakan pusing yang sangat berat, yang berlangsung
bervariasi di semua orang, bisa lama atau hanya beberapa menit saja. Vertigo
utrikulus dan sakulus, yang berkaitan dengan rangsangan gravitasi dan akselerasi
menerima impuls aferen dan berfungsi sebagai pusat untuk integrasi antara
diam sewaktu kepala dan badan sedang bergerak. Nistagmus merupakan gerakan
bola mata yang terlihat sebagai respons terhadap rangsangan labirin, serta jalur
ataupun disfungsi sentral oleh karenanya secara umum vertigo dibedakan menjadi
bahwa kelainan atau gangguan ini dapat terjadi pada end-organ (utrikulus
maupun kanalis semisirkularis) maupun saraf perifer. Lesi vertigo sentral dapat
terjadi pada daerah pons, medulla, maupun serebelum. Kasus vertigo jenis ini
hanya sekitar 20% - 25% dari seluruh kasus vertigo, tetapi gejala gangguan
vertigo sentral ini pun cukup bervariasi, di antaranya iskemia atau infark batang
di dalam telinga. Jika terdapat keluhan tinitus, apakah hal tersebut terjadi terus-
otak atau kortikal (misalnya, nyeri kepala, gangguan visual, kejang, hilang
Etiologi
Vestibuler: Central:
1. Motion sickness 1. Cerebeller hemorrhage
2. Vetibular 2. Brainstrem ishchemic
neuronitis attack
3. Miniers disease 3. Basilar artery migrane
4. Labyrnthitis 4. Posterior fossa tumors
5. Arteriosklerosis
6. anemia
Sensasi seperti
bergerak, berputar
Vertigo
Otot leher Otak kecil Gangguan Kurang
sistem syararf pengetahuan
Tertekan/kaku Terjadi
pusat
gangguan
keseimbangan MK: Cemas
Nyeri
MK:
Gangguan MK:
pola tidur Resiko Mual muntah
Jatuh
MK:
Ketidakseimbangan
nutrisi: Kurang dari
kebutuhan tubuh
f. Pemeriksaan penunjang
a. Tes Romberg yang Dipertajam
Sikap kaki seperti tandem, lengan dilipat pada dada dan mata kemudian
ditutup. Orang yang normal mampu berdiri dengan sikap yang romberg yang
bergantung dipinggir tempat tidur dengan sudut 300 kepala ditoleh kekiri lalu
posisi kepala lurus kemudian menoleh lagi kekanan pada keadaan abnormal
e. Tes Kalori
f. Elektronistagmografi
g. Posturografi
somatosensorik.
g. Komplikasi
a. Penyakit Meniere
syaraf dalam telinga. salah seorang dokter menyampaikan bahwa ini adalah
masalah kronis yang sangat fatal yang mana akan menimbulkan beberapa
mendadak yang terjadi karena hal lain seperti ledakan atau suara yang
menggangu telinga dalam waktu yang lama misalnya saat anda dalam
perjalanan panjang. Hal ini juga bisa menimbulkan komplikasi vertigo bila
sampai menimbulkan gangguan pada syaraf telinga yang akhirnya anda akan
Epidemic Atau Akibat Otitis Media Kronika adalah masalah serius yang
terjadi karena ada peradangan pada telinga bagian tengah. Masalah peradangan
telinga ada 2 level mulai dari akut sampai kronik. Yang jelas peradangan
moraxella cattarhalis. Insya Allah anda bisa hubungi saya untuk pemesanan
namun perlu anda lakukan pencegahan berupa menghindari suara keras, musik
rock dan hindari sesuatu yang merusak telinga. Sering periksa ke dokter THT
bila perlu.
a. Medis
antibiotik dan terapi simtomatik. Obat anti vertigo seperti miklisin, betahistin
latihan atau jika muncul eksaserbasi atau serangan akut. Obat ini menekan
rasa enek (nausea) dan rasa pusing. Namun ada penderita yang merasa efek
samping obat lebih buruk dari vertigonya sendiri. Jika dokter menyakinkan
pasien bahwa kelainan ini tidak berbahaya dan dapat mereda sendiri maka
besar penderita VPB. Latihan ini dilakukan pada pagi hari dan merupakan
kagiatan yang pertama pada hari itu. Penderita duduk dipinggir tempat tidur,
Gerakan ini diulang kembali sampai vertigo melemah atau mereda. Biasanya
sampai 2 atau 3 kali sehari, tiap hari sampai tidak didapatkan lagi respon
vertigo.
a. Pengertian Nyeri
sehingga orang tersebut lebih merasakan nyeri (Potter & Perry, 2005).
b. Fisiologis Nyeri
Seseorang mengalami nyeri karena ada suatu proses fisiologis yang
terjadi. Proses fisiologis nyeri digambarkan sebagai nosisepsi. Proses ini
dimulai dari rangsangan sampai timbulnya persepsi nyeri. Menurut Kozier et
al. (2010); Price & Wilson (2005), ada empat proses yang terlibat dalam
nosisepsi:
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri menurut Perry & Potter
(2005).
1). Usia
Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya
pada anak dan lansia. Perbedaan perkembangan yang ditemukan antara
kelompok usia ini dapat mempengaruhi bagaimana anak dan lansia
bereaksi terhadap nyeri.
2). Jenis Kelamin
Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara makna dalam respon
terhadap nyeri. Diragukan apakah hanya jenis kelamin saja yang
merupakan suatu faktor dalam mengekpresikan nyeri. Toleransi nyeri
sejak lama telah menjadi subyek penelitian yang melibatkan pria dan
wanita, akan tetapi toleransi terhadap nyeri dipengaruhi oleh faktor-faktor
biokimia dan merupakan hal yang unik pada setiap individu tanpa
memperhatikan jenis kelamin.
3). Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mmpengaruhi cara individu mengatasi
nyeri. Respon seseorang terhadap nyeri berbeda antara seseorang dengan
budaya yang satu dengan yang lainnya.
4). Makna Nyeri
Pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Individu
akan mempersepsikan nyeri dengan cara berbeda-beda apabila nyeri
tersebut memberikan kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman atau
tantangan.
5). Perhatian
Perhatian yng meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat
pengalihan.
6). Ansietas
a. Riwayat Tidur
kesulitan membaca, lemah, insomia, bangun pada pagi hari dengan disertai
nyeri kepala, sakit kepala yang hebat pada saat perubahan postur tubuh
2). Sirkulasi
tampak kemerahan.
kepala kronis).
4). Makanan atau cairan
kafein, coklat,
bawang, keju, alkohol, anggur, advokat, MSG, saus, hotdog, daging, tomat,
5). Neurosensori
Tanda: Perubahan dalam pola bicara atau proses piker, mudah terangsang,
papiledema.
daerah leher.
Tanda: nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah, fokus penyempit, fokus
riginitas nukal.
7). Keamanan
gangguan sinus).
Gejala: perubahan dalam tanggung jawab peran atau interaksi sosial yang
hormon menopaure.
atau tindakan bantuan pada tugas-tugas rumah sakit selama episode sakit.
b. Gejala Klinis
emosi, apatis, mata bengkak, kehitaman area mata, konjungtiva merah dan
c. Penyimpangan Tidur
d. Pemeriksaan Fisik
Mata sipit, mata bagian kelopak berubah, mata merah, wajah tidak
semangat.
sikap loyo.
e. Diagnosa Keperawatan
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologiss dan agen cidera fisik.
f. Rencana Keperawatan
punggung.
9). Pusing.
propriosepsi).
sesuai.
5). Kolaborasi dengan terapi fisik, okupasional, dan terapis rekreasi dalam
b. Risiko Jatuh
c. Nyeri aku
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS:
Ny. D berumur 43 tahun dating ke rumah sakit RSUP dr. Soeradji melalui IGD dengan
keluhan merasakan nyeri pada bagian kepalanya, pusing berputar-putar dan melayang.
Keadaan tersebut Ny. D rasakan ketika Ny. D ingin pergi ke dapur untuk makan siang,
namun tiba-tiba Ny. D merasakan sakit kepala, pusing berputar-putar dan melayang-layang.
Sebelumnya Ny. D tidak pernah mengalami hal tersebut. Ny. D memiliki riwayat stroke, Ny.
D dirawat di rumah sakit Desember 2017 lalu. Hasil TTV menunjukkan TD: 133/87 mmHg,
Nadi: 87x/menit, RR: 22x/menit, S: 36,6ºC.
BAB IV
PEMBAHASAN
B. Saran
Pengobatan pada penderita vertigo juga perlu mengajarkan
fisioterapi dirumah rumah (Home program) kepada pasien seperti: saat
tidur tidak menggunakan bantal yang terlalu tebal dan keras, tidak
dibenarkan menggerakan leher secara spontan, tidur dengan posisi yang
benar yaitu terlentang dan olahraga yang teratur. Pada pasien agar selalu
memperhatikan anjuran atau larangan tim medis yang kiranya
mengganggu kesembuhan pasien dan untuk kesembuhan melaksanakan
program terapi secara intensif sesuai dengan petunjuk yang telah diberikan
oleh terapis demi keberhasilan suatu terapi. Kepada keluarga pasien agar
selalu memberikan dorongan atau support, serta mambantu pasien untuk
melaksanakan program terapi terutama di rumah.
DAFTAR PUSTAKA