SALURAN CERNA
Dokter Pembimbing :
dr. Hj. Mariana H. Junizaf, Sp. THT-KL
Disusun Oleh :
Ichsan Azis
2015730056
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan ini sesuai dengan waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Hj. Mariana H.
Junizaf, Sp. THT-KL, selaku pembimbing dalam penyusunan laporan ini, sehingga ini dapat
diselesaikan dengan baik. Semoga laporan ini dapat menambah wawasan kita dalam dunia kesehatan
telinga hidung dan tenggorok, khususnya pada topik ”Anatomi dan fisiologi saluran cerna”.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna, karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari berbagai pihak, semoga bermanfaat.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
yang berjalan melalui bagian tengah tubuh dari mulut sampai ke anus. Saluran cerna terbagi
menjadi saluran cerna atas dan bawah yang dipisahkan oleh ligamentum treits yang
merupakan bagian dari duodenum pars ascending yang berbatasan dengan jejunum.
Saluran pencernaan bagian atas terdiri dari beberapa organ mulai dari rongga mulut
sampai ke esophagus. Rongga mulut dan faring dibagi menjadi beberapa bagian. Rongga
mulut terletak di depan batas bebas palatum mole, arkus faringeus anterior dan dasar lidah.
Nasofaring meluas dari dasar tengkorak sampai batas palatum mole. Orofaring meluas dari
batas tadi sampai ke epiglottis, sedangkan dibawah garis batas ini adalah laringofaring atau
hipofaring.
BAB II
PEMBAHASAN
1. MULUT
Fungsi dari mulut dan struktur yang berasosiasi dengan mulut adalah sebagai
penerima pertama makanan, yang memulai pencernaan melalui proses mastikasi atau
mengunyah kemudian menelan. Mulut, yang disebut juga oral cavity/rongga mulut
dibentuk oleh pipi, labia, palatum durum, dan palatum molle, dan lidah. Batas:
Anterior: labia; Lateral: pipi; Superior: palatum; Inferior: lidah; Posterior: isthmus
faucium.
Mulut dibagi menjadi vestibulum oral dan cavitas oral propria. Cavitas oral
propria merupakan ruang yang memanjang dari gusi dan gigi ke fauces (lubang atau
pintu masuk antara rongga mulut dengan orofaring). Batas dari struktur ini: atap mulut,
bagian anterior dibatasi palatum durum, posterior dibatasi palatum molle; daerah lantai
dibatasi 2 /3 lidah dan gusi; dasar mulut, frenulum lidah.
Pipi membentuk dinding lateral rongga mulut dari luar oleh kulit dan dilapisi
dari dalam oleh membran mukosa. Membran mukosa merupakan lapisan kulit tak
berkeratin dan terdiri dari epitel skuamosa. Otot-otot buccinator dan jaringan ikat
berada di antara kulit dan membran mukosa pipi. Bagian anterior pipi ini kemudian
menjadi bibir.
Bibir atau labia merupakan lipatan daging yang mengelilingi mulut. Bibir
terdiri dari otot orbicularis oris dan dilindungi dari luar oleh kulit dan dari dalam oleh
membran mukosa. Permukaan dalam setiap bibir berhubungan dengan gigi melalui
suatu lipatan pada garis tengah bibir yang disebut labial frenulum.. Ketika mengunyah,
kontraksi dari otot buccinator yang terdapat di pipi bekerja sama dengan otot orbicularis
yang terdapat pada bibir untuk mempertahankan makanan agar tetap berada di antara
gigi atas dan gigi bawah, yang juga berperan ketika berbicara. Bukaan dari rongga
mulut disebut juga orifisia oris (oral orifice).
Palatum merupakan dinding atau septum yang memisahkan rongga mulut dari
rongga nasal yang kemudian membentuk atap mulut. Struktur ini sangat penting karena
memungkinkan pernapasan dan pengunyahan terjadi secara bersamaan. Palatum durum
(keras), yang merupakan bagian anterior dari atap mulut terbentuk oleh tulang maksila
dan palatin yang dilindungi oleh membran mukosa. Struktur ini membentuk sekat dari
tulang di antara rongga mulut dan nasal. Sedangkan palatum halus, membentuk bagian
posterior dari atap mulut, yang merupakan otot melengkung yang membentuk sekat di
antara orofaring dan nasofaring yang dilapisi membran mukosa.
Salah satu bagian dari rongga mulut, terdapat seperti organ yang menggantung
pada sisi bebas dari palatum molle yaitu otot berbentuk seperti kerucut yang disebut
uvula. Selama menelan, palatum halus atau palatum molle ditarik ke arah superior,
menutup nasofaring dan mempersiapkan untuk menelan makanan maupun cairan,
mencegah masuk lagi ke rongga nasal.
Kelenjar Saliva merupakan kelenjar pencernaan aksesoris yang menghasilkan
saliva. Banyak kelenjar-kelenjar saliva minor yang berlokasi di membran mukosa
daerah palatum di dalam rongga mulut, akan tetapi terdapat 3 pasang kelenjar saliva di
luar rongga mulut yang memproduksi sebagian besar dari saliva yang dialirkan ke
rongga mulut melalui saluran tertentu. Kelenjar parotid merupakan kelenjar saliva
terbesar, yang berada di bagian depan-bawah dari daun telinga, di antara kulit dan otot
masseter. Saliva yang diproduksi kelenjar ini dialirkan melalui duktus parotid
(Stensen’s) yang keluar di rongga mulut berhadapan dengan gigi molar atas kedua.
Kelenjar submandibular berada di bawah mandibula, di sisi dalam dari rahang, ditutupi
otot mylohioid. Saliva dari kelenjar ini dialirkan melalui duktus submandibularis
(Wharton’s), yang keluar di dasar mulut di bagian lateral dari frenulum lingualis.
Kelenjar sublingualis berada di bawah membran mukosa dari bagian dasar mulut,
dangan saliva yang dikeluarkan melalui duktus sublingual (Rivinus’s duct) yang keluar
di dasar mulut pada area posterior dari papilla ductus submandibularis.
Lidah berfungsi untuk menggerakkan makanan saat mastikasi dan membantu
dalam proses menelan. Lidah berupa otot rangka yang diselubungi oleh membran
mukosa. Otot ekstrinsik lidah menggerakkan lidah dari sisi-ke-sisi dan keluar-masuk.
Dua per tiga bagian lidah berada di rongga mulut, sementara sepertiganya berada di
faring, melekat dengan tulang hioid. Tonsila lingualis berada pada permukaan superior
dari pangkal lidah, dan bagian inferior lidah berhubungan dengan garis tengah dari
dasar mulut dengan frenulum lingualis. Pada permukaan lidah terdapat papilla yang
memberikan permukaan kasar pada lidah yang membantu pergerakan makanan dan
sebagian memiliki kuncup pengecap.
Otot ekstrinsik : Terdiri dari otot hyoglosus, genioglossus dan styloglossus. Otot-otot
inilah yang berfungsi untuk menggerakkan lidah pada saat gerakan mengunyah
makanan, membuat makanan yang telah dikunyah menjadi suatu masa bergumpal dan
mengarahkan makanan ke bagian belakang mulut untuk segera ditelan.
Otot intrinsik : Terdiri dari otot longitudinalis superior, longitudinalis inferior, lingualis
transversus dan lingualis vertikalis. Berfungsi untuk mengatur bentuk dan ukuran lidah
pada saat berbicara dan menelan makanan.
Gigi : Terdapat 4 jenis gigi, yaitu gigi seri/incisors, gigi taring/canines, dan gigi
geraham premolar dan molar. Gigi geraham memiliki permukaan buccal yang
bersinggungan dengan pipi, sementara gigi seri dan gigi taring memiliki permukaan
labial yang bersinggungan dengan bibir. Semua gigi memiliki permukaan lingual yang
bersinggungan dengan lidah.
2. LARING
Larynx (laring) atau tenggorokan merupakan salah satu saluran
pernafasan (tractus respiratorius). Laring membentang dr laryngoesophageal junction
dan menghubungkan faring (pharynx) dg trachea. Laring terletak setinggi Vertebrae
Cervical IV-VI. Makanan tertelan lewat dari mulut ke dalam orofaring dan
laringofaring. Kontraksi otot pada area ini membantu mendorong makanan ke
kerongkongan dan kemudian ke lambung.
3. FARING
Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong,
yang besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Kantong ini mulai dari dasar
tengkorak terus menyambung ke esofagus setinggi vertebrae servikal ke-6. Ke atas,
faring berhubungan dengan rongga hidung melalui koana, ke depan berhubungan
dengan rongga mulut melalui ismus orofaring, sedangkan dengan laring di bawah
berhubungan melalui aditus laring dan ke bawah berhubungan dengan esofagus.
Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14 cm; bagian ini
merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh (dari
dalam keluar) selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot dan sebagian fasia
bukofaringeal. Faring terbagi atas nasofaring, orofaring dan laringofaring (hipofaring).
Unsur-unsur faring meliputi mukosa, palut lendir (mucous blanket) dan otot.
A. Nasofaring
Secara klinik dinding posterior faring penting karena ikut terlibat pada
radang akut atau radang kronik faring, abses retrofaring, serta gangguan otot-
otot di bagian tersebut. Gangguan otot posterior faring bersama-sama dengan
otot palatum mole berhubungan dengan gangguan n.vagus.
Fosa tonsil
Fosa tonsil dibatasi oleh arcus faring anterior dan posterior. Batas
lateralnya adalah m.konstriktor faring superior. Pada batas atas yang disebut
kutub atas (upper pole) terdapat suatu ruang kecil yang dinamakan fosa supra
tonsil. Fosa ini berisi jaringan ikat jarang dan biasanya merupakan tempat nanah
memecah ke luar bila terjadi abses. Fosa tonsil diliputi oleh fasia yang
merupakan bagian dari fasia bukofaring, dan disebut kapsul yang sebenarnya
bukan merupakan kapsul yang sebenarnya.
Tonsil
Tonsil adalah massa yang tediri dari jaringan limfoid dan di tunjang oleh
jaringan ikat dengan kriptus di dalamnya. Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsil
faringal (ademoid), tonsil palatina dan tonsil lingual yang ketiga-tiganya
membentuk lingkaran yang disebut cincin waldeyer. Tonsil palatina yang biasa
disebut tonsil saja terletak di dalam fosa tonsil. Pada kutub atas tonsil seringkali
ditemukan celah intratonsil yang merupakan sisa kantong faring yang kedua.
Kutub bawah tonsil biasanya melekat pada dasar lidah. Permukaan medial tonsil
bentuknya beraneka ragam dan mempunyai celah yang disebut kriptus. Epitel
yang melapisi tonsil ialah epitel skuamosa yang
juga meliputi kriptus. Di dalam kriptus biasanya ditemukan leukosit,
limfosit, epitel yang terlepas, bakteri dan sisa makanan. Permukaan lateral tonsil
melekat pada fasia faring yang sering disebut juga kapsul tonsil. Kapsul ini tidak
melekat erat pada otot faring, sehingga mudah dilakukan diseksi pada
tonsilektomi.
C. Laringofaring (Hipofaring)
Mukosa
Di sepanjang faring dapat ditemukan banyak sel jaringan limfoid yang terletak
dalam rangkaian jaringan ikat yang termasuk dalam sistem retikuloendotelial. Oleh
karena itu faring dapat disebut juga daerah pertahanan tubuh terdepan.
Daerah nasofaring dilalui oleh udara pernapasan yang diisap melalui hidung. Di
bagian atas, nasofaring ditutupi oleh palut lendir yang terletak di atas silia dan bergerak
sesuai dengan arah gerak silia ke belakang. Palut lendir ini berfungsi untuk menangkap
partikel kotoran yang terbawa oleh udara yang diisap. Palut lendir ini mengandung
enzym lyzozyme yang penting untuk proteksi.
Otot
Pada palatum mole terdapat lima pasang otot yang dijadikan satu dalam satu
sarung fasia dari mukosa yaitu m.levator veli palatini, m.tensor veli palatini,
m.palatoglosus, m.palatofaring, dan m.azigos uvula.
M.levator veli palatini membentuk sebagian besar palatum mole dan kerjanya
untuk menyempitkan ismus faring dan memperlebar ostium tuba eustachius. Otot ini
dipersarafi oleh n.X.
M.tensor veli palatini membentuk tenda palatum mole dan kerjanya untuk
mengencangkan bagian anterior palatum mole dan membuka tuba Eustachius. Otot ini
dipersarafi oleh n.X.
Persarafan
Persarafan motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus faring yang
ekstensif. Pleksus ini dibentuk oleh cabang faring dari n.vagus, cabang dari
n.glosofaring dan serabut simpatis. Cabang faring dari n.vagus berisi serabut motorik.
Dari pleksus faring yang ekstensif ini keluar cabang-cabang untuk otot-otot faring
kecuali m.stilofaring yang dipersarafi oleh cabang n.glosofaring.
Aliran limfa dari dinding faring dapat melalui 3 saluran, yakni superior, media
dan inferior. Saluran limfa superior mengalir ke kelenjar getah bening retrofaring dan
kelenjar getah bening servikal dalam atas. Saluran limfa media mengalir ke kelenjar
getah bening jugulo-digastrik dan kelenjar servikal dalam atas, sedangkan saluran limfa
inferior mengalir ke kelenjar getah bening servikal dalam bawah.
Ruang faringal
Ada dua ruang yang berhubungan dengan faring uang secara klinik mempunyai
arti penting, yaitu ruang retrofaring dan ruang parafaring.
Ialah untuk respirasi, pada waktu menelan , resonansi suara dan untuk artikulasi.
Menelan
Terdapat 3 fase dalam proses menelan , yaitu fase oral, fase faringal dan fase
esofagal. Fase oral, bolus makanan dari mulut menuju ke faring. Gerakan disini
disengaja. Fase faringal yaitu pada waktu transpor bolus makanan melalui faring.
Gerakan disini tidak disengaja. Fase esofagal disini gerakannya tidak disengaja,
yaitu pada waktu bolus makanan bergerak secara peristaltik di esofagus menuju
lambung.
Pada saat berbicara dan menelan terjadi gerakan terpadu dari otot-otot palatum
dan faring. Gerakan ini antara lain berupa pendekatan palatum mole ke arah dinding
belakang faring. Gerakan penutupan ini terjadi sangat cepat dan melibatkan mula-
mula m.salpingofaring dan m.palatofaring, kemudian m.levator veli palatini
bersama-sama m.konstriktor faring superior.
Selama tahap faringeal dari proses menelan, lidah terangkat sampai ke palatum,
nasofaring tertutup dan laring membuka, epiglotis menutup lring dan bolus melewati
esophagus. Selama tahap esophageal dari proses menelan, makanan bergerak melewati
esophagus masuk ke dalam lambung melalui gerak peristaltik.
Mukosa dari esophagus terdiri dari epitel gepeng berlapis tanpa keratin, lamina
propia (jaringan ikat areolar) dan otot polos. Pada bagian yang dekat dengan lambung,
mukosa esophagus juga terdiri atas kelenjar mukosa. Epitel gepeng berlapis tanpa
keratin ini berhubungan dengan bibir, mulut, lidah, orofaring, laringofaring dan
esophagus menghasilkan perlindungan atau proteksi melawan abrasi. Kelenjar
submukosa terdiri dari jaringan ikat areolar pembuluh darah dan kelenjar mukosa.
Esophagus memiliki dua otot sfingter. Sfingter krikofaringeus membatasi
esophagus dan faring serta berfungsi untuk mencegah masuknya udara ke esophagus
sewaktu inspirasi. Sfingter esogafus bawah terdiri dari otot sirkular di bagian bawah
esophagus tepatnya 5 cm di atas perbatasan dengan lambung. Bagian sfingter
esophagus bawah (SEB) ini berfungsi untuk menghalangi refluks cairan lambung
masuk ke esophagus.
FISIOLOGI MENELAN
Menelan adalah proses memasukan makanan atau minuman yang ada di dalam rongga mulut
menuju tenggorokan. Pada proses ini terjadi aktifitas simultan antara lidah dan otot otot yang
membentuk atau melayani rongga mulut . Menelan merupakan aksi fisiologis kompleks ketika
makanan atau cairan berjalan dari mulut ke lambung. Proses menelan dipersarafi oleh saraf V
(trigeminal), IX (glosopharing), X (vagus) dan XII (hipoglosal) .
Proses menelan dimulut, faring, laring, dan esophagus secara keseluruhan akan terlibat
secara berkesinambungan. Proses menelan dapat dibagi menjadi 3 fase : fase oral, fase
faringeal, dan fase esophageal.
A. Fase Oral
Fase oral terjadi secara sadar. Makanan yang telah dikunyah dan bercampur dengan
liur akan membentuk bolus makanan. Bolus ini bergerak dari rongga mulut melalui dorsum
lidah, terletak ditengah lidah akibat kontraksi otot intrinsic lidah.
Kontraksi m. levator veli palatine mengakibatkan rongga pada lekukan dorsum lidah
diperluas, palatum mole terangkat dan bagian atas dinding posterior faring (Passavants’s
ridge) akan terangkat pula. Bolus terdorong ke posterior karena lidah terangkat keatas.
Bersamaan dengan ini terjadi penutupan nasofaring sebagai akibat kontraksi m. levator veli
palatine. Selanjutnya terjadi kontraksi m. palatoglosus yang menyebabkan ismus fausium
tertutup, diikuti oleh kontraksi m. palatofaring, sehingga bolus makanan tidak akan berbalik
ke rongga mulut.
B. Fase faringal
Fase faringal terjadi secara reflex pada akhir fase oral, yaitu perpindahan bolus
makanan dari faring ke esophagus. Faring dan laring bergerak keatas oleh kontraksi
m.stilofaring, m. salfingofaring, m. tirohioid dan m. palatofaring.
Aditus laring tertutup oleh epiglottis, sedangkan ketiga sfringter laring, yaitu plika
ariepiglotika, plika ventrikularis dan plika vokalis tertutup karena kontraksi m.
ariepiglotika dan m. arytenoid obliges. Bersamaan dengan ini terjadi juga penghentian
aliran udara ke laring karena reflex yang menghambat pernafasan, sehingga bolus makanan
tidak akan masuk kedalam saluran nafas. Selanjutnya bolus makanan akan meluncur kea
rah esophagus, karena valekula dan sinus piriformis sudah dalam keadaan lurus.
C. Fase Esofagal
Fase esofagal ialah fase perpindahan bolus makanan dari esophagus ke lambung.
Dalam keadaan istirahat introitus esophagus selalu tertutup. Dengan adanya rangsangan
bolus makanan pada akhir fase faringal, maka terjadi relaksasi m.krikofaring, sehingga
introitus esophagus terbuka, dan bolus makanan masuk kedalam esophagus.
Setelah bolus makanan lewat, maka sfringter akan berkontraksi lebih kuat, melebihi
tonus introitus esophagus pada waktu istirahat, sehingga makanan tidak akan kembali ke
faring. Dengan demikian refluks dapat dihindari. Gerak bolus makanan diesofagus bagian
atas masih dipengaruhi oleh kontraksi m. konstriktor faring inferior pada akhir fase
faringal. Selanjutnya bolus makanan akan didorong kedistal oleh gerakan peristaltic
esophagus.
Dalam keadaan istirahat sfringter esophagus bagian bawah selalu tertutup dengan
tekanan rata-rata 8 milimeter Hg lebih dari tekanan didalam lambung, sehingga tidak akan
terjadi regurgitasi isi lambung.
Pada akhir fase esofagal sfringter ini akan terbuka secara refleks ketika dimulainya
peristaltic esofagus servikal untuk mendorong bolus makanan ke distal, selanjutnya setelah
bolus makanan lewat, maka sfringter ini akan menutup kembali.
PERANAN SISTEM SARAF DALAM PROSES MENELAN
Proses menelan diatur oleh sistem saraf yang dibagi dalam 3 tahap :
Tahap afferen/sensoris dimana begitu ada makanan masuk ke dalam orofaring langsung
akan berespons dan menyampaikan perintah.
Perintah diterima oleh pusat penelanan di Medula oblongata/batang otak (kedua sisi)
pada trunkus solitarius di bagian dorsal (berfungsi utuk mengatur fungsi motorik proses
menelan) dan nukleus ambigius yang berfungsi mengatur distribusi impuls motorik ke
motor neuron otot yang berhubungan dgn proses menelan.
Tahap efferen/motorik yang menjalankan perintah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala & Leher; Edisi
2. Adam,Boies, Higler, Boies Buku Ajar Penyakit THT edisi 6, EGC, Jakarta,1997
3. F.Paulsen & J.Waschke . 2012 . Atlas Anatomi Manusia “Sobotta” , Edisi 23 Jilid 3.
RD . Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher . Edisi