Anda di halaman 1dari 11

2019

HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DAN RIWAYAT ATOPI DENGAN


DERMATITIS ATOPIK PADA ANAK- ANAK: SEBUAH PENELITIAN CROSS-
SECTIONAL

Putu Nila Wardhani Batan, Ariana, Made Wardhana

Departemen Dermatologi dan Venereologi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana,


Rumah Sakit Umum Sanglah, Denpasar, Indonesia

Email: nilawb@gmail.com

Abstrak

Latar belakang: Prevalensi dari kasus dermatitis atopik mengalami peningkatan yang
cukup signifikan dalam 4 dekade terakhir dan sebagian besar terjadi pada anak- anak.
Prevalensi obesitas juga turut mengalami peningkatan secara signifikan di seluruh dunia, di
mana hal ini menunjukkan bahwa kedua kondisi tersebut mungkin saling berhubungan satu
dengan yang lain.

Metode: Penelitian analitik retrospektif ini menggunakan desain cross-sectional dan


menggunakan data sekunder yang diambil dari rekam medis dari para pasien- pasien yang
mengunjungi Subdivisi Dermatologi Anak di Poliklinik Dermatologi dan Venereologi
Rumah Sakit Umum Sanglah dari bulan Januari 2015 hingga bulan Desember 2015. Kami
memilih sebanyak tiga puluh dua buah sampel.

1
2019

Hasil: Rasio prevalensi obesitas di antara subyek dengan dermatitis atopik adalah sebesar
2,178 [interval konfidens (95% CI) = 1,034 - 4,587; p < 0,05], di mana hal tersebut
menunjukkan hubungan antara obesitas dan dermatitis atopik yang cukup signifikan.
Penelitian ini juga menemukan hubungan yang signifikan antara riwayat atopi dan
dermatitis atopik, dan rasio prevalensi adalah sebesar 2,566 [interval konfidens (95% CI) =
1,099 – 5,990; p < 0,05]. Risiko di antara anak- anak dengan obesitas untuk mengalami
dermatitis atopik lebih tinggi jika dibandingkan dengan anak- anak tanpa obesitas.

Kesimpulan: Obesitas dan riwayat atopi memiliki hubungan dengan dermatitis atopik yang
cukup signifikan pada anak- anak.

Kata kunci: dermatitis atopik, anak- anak, riwayat atopi, obesitas

Latar Belakang

Dermatitis atopik atau eksema merupakan suatu penyakit kulit inflamatorik kronis dan
rekuren.1, 2 Prevalensinya telah mengalami peningkatan yang cukup signifikan hingga
mencapai 20% pada anak- anak dan remaja, serta kondisi ini telah menjadi masalah
kesehatan global.1,3,4 Data epidemiologis telah menunjukkan bahwa prevalensi dermatitis
atopik adalah sekitar 25% -30% dari populasi global. Di Indonesia sendiri, prevalensi
dermatitis atopik sekitar 10% dari populasi, di mana sebagian besar melibatkan anak- anak
dan individu di usia produktif. Dermatitis atopik menempati urutan pertama di antara 10
penyakit kulit yang terjadi pada anak- anak berdasarkan laporan kunjungan ke rumah sakit
pada populasi pasien bayi dan anak- anak di Indonesia. 5

2
2019

Etiologi dari dermatitis atopik adalah multifaktorial.1 Penelitian- penelitian sebelumnya


menunjukkan bahwa obesitas berhubungan dengan gangguan yang terjadi pada fungsi
sawar kulit. Hal ini juga mengarah ke kondisi inflamasi kronis derajat ringan yang dapat
mempengaruhi jalur inflamasi pada kasus dermatitis atopik. Oleh karena itu, obesitas dapat
memicu atau bahkan memperburuk dermatitis atopik yang telah terjadi.1,2,6 Obesitas
merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan akumulasi jaringan lemak yang berlebihan
di dalam tubuh. Hal ini dapat terjadi pada segala usia, tetapi paling sering terjadi pada awal
kehidupan sampai dengan usia 5-6 tahun dan remaja. Obesitas yang terjadi pada anak- anak
juga dapat menyebabkan permasalahan yang lebih kompleks.7

Peningkatan prevalensi penyakit alergi diperkirakan memiliki hubungan dengan faktor


genetik dan faktor lingkungan. Beberapa penelitian telah membuktikan hubungan antara
faktor genetik, seperti pasien dan riwayat keluarga atopi, serta insidensi dermatitis atopik.
Riwayat atopi dapat digunakan sebagai prediktor terbaik yang berhubungan dengan
penyakit atopik (misalnya: dermatitis atopik, asma, rhinitis alergi, dan konjungtivitis
alergi).8,10 Riwayat atopi juga merupakan salah satu kriteria untuk menegakkan diagnosis
berdasarkan dermatitis atopik berdasarkan kriteria Hanifin – Rajka dan UK Working Party.
Riwayat atopi pada individu diperkirakan melibatkan produksi antibodi IgE sebagai respon
terhadap paparan alergen, di mana hal ini mengarah pada manifestasi klinis penyakit atopik,
seperti asma, rhinitis alergi, konjungtivitis alergi, atau dermatitis atopik.9-11

Berbagai penelitian telah menyelidiki hubungan antara obesitas dan penyakit atopik,
termasuk asma, rhinitis alergi, konjungtivitis alergi, dan dermatitis atopik. Beberapa ulasan
naratif telah dilakukan untuk menyelidiki hubungan antara obesitas dan dermatitis atopik.1
Obesitas memiliki hubungan dengan meningkatnya prevalensi dan keparahan dari kasus
dermatitis atopik. Obesitas juga dikenal sebagai faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan
komorbiditas dari kasus dermatitis atopik. Mengurangi berat badan dapat mencegah atau
bahkan mengurangi tingkat keparahan dari dermatitis atopik.1, 2 Obesitas juga dapat

3
2019

menyebabkan penyakit atopik atau inflamasi. Beberapa penelitian telah menemukan


hubungan positif antara obesitas dan penyakit atopik. Selain obesitas, riwayat atopi
individu memiliki peran penting dalam perkembangan dermatitis atopik. Ulasan
sebelumnya tentang hubungan antara obesitas dan riwayat atopi dengan dermatitis atopik
memiliki implikasi yang signifikan bagi kesehatan masyarakat untuk mengontrol berat
badan yang bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit atopik, terutama dermatitis
atopik, dan mengamati riwayat atopi sebagai salah satu faktor risiko dari kasus dermatitis
atopik. 1,2,10 Penelitian kami bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara obesitas dan
riwayat atopi dengan dermatitis atopik pada anak- anak di Poliklinik Dermatologi dan
Venereologi Rumah Sakit Umum Sanglah.

Metode

Subjek Penelitian dan Sumber Data

Penelitian retrospektif analitik ini menggunakan desain cross-sectional. Dermatitis atopik


digunakan sebagai variabel dependen, sedangkan obesitas dan riwayat atopi digunakan
sebagai variabel independen. Populasi penelitian terdiri dari 361 orang anak- anak yang
mengunjungi Subdivisi Dermatologi Anak Poliklinik Dermatologi dan Venereologi di
Rumah Sakit Umum Sanglah dari tanggal 1 Januari 2015 hingga 31 Desember 2015.
Sampel penelitian ini meliputi 32 orang anak- anak. Kami melaksanakan penelitian ini dari
bulan Februari 2016 hingga bulan Maret 2016, dan kami menggunakan data sekunder yang
diambil dari rekam medis pasien.

Persetujuan etik diperoleh dari Badan Tinjauan Etika Penelitian di Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana / Rumah Sakit Umum Sanglah Denpasar. Kriteria inklusi dari
penelitian ini mencakup pasien- pasien yang berusia 2 tahun hingga 14 tahun yang

4
2019

mengunjungi Poliklinik Dermatologi dan Venereologi di Rumah Sakit Umum Sanglah


Denpasar serta pasien- pasien yang didiagnosis dengan dermatitis atopik, serta mereka yang
memenuhi kriteria diagnosis dermatitis atopik berdasarkan kriteria Hanifin-Rajka. Kriteria
Hanifin-Rajka terdiri dari 4 buah kriteria mayor dan 23 buah kriteria minor, yang meliputi
serangkaian gejala dan tanda klinis, faktor yang memperburuk atau faktor lingkungan,
temuan abnormal dari pemeriksaan invasif, temuan oftalmik, dan riwayat pribadi atau
keluarga penyakit atopik. Kriteria ini menjadi referensi standar untuk uji klinis pada
dermatitis atopik karena sensitivitasnya yang tinggi, yaitu 93% dalam penelitian Williams
dan kawan- kawan dan 96% dalam penelitian De dan kawan- kawan.3 Pasien- pasien
dengan catatan medis yang tidak lengkap dieksklusikan dari penelitian ini.

Pengukuran

Semua data demografis dari subyek penelitian diambil dari catatan medis mereka.
Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan di Residensi Dermatologi dan Venereologi
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana / Rumah Sakit Umum Sanglah untuk
menetapkan diagnosis dermatitis atopik berdasarkan kriteria Hanifin-Rajka. Berat dan
tinggi badan dinilai pada kunjungan pasien ke Poliklinik Dermatologi dan Venereologi
Rumah Sakit Umum Sanglah dan didokumentasikan dalam rekam medis. Berat badan
diukur menggunakan skala berat badan manual (kg), sedangkan tinggi badan diukur dalam
posisi berdiri dengan menggunakan alat pengukur tinggi badan (cm). Obesitas secara klinis
didefinisikan sebagai suatu kondisi di mana indeks massa tubuh (IMT) anak lebih dari 95
persen pada grafik pertumbuhan dan perkembangan anak- anak. Indeks massa tubuh (IMT),
yang merupakan standar klinis untuk menentukan obesitas umum, dihitung dengan
menentukan berat badan dalam kilogram dibagi dengan tinggi dalam sentimeter kuadrat.
Indeks massa tubuh (IMT) dari subjek penelitian diidentifikasi dengan menggunakan
indeks massa tubuh (IMT) spesifik usia berdasarkan grafik dari Center for Disease Control
and Prevention (CDC) untuk anak laki- laki dan perempuan yang berusia antara 2 tahun -
20 tahun. Indeks massa tubuh (IMT) berdasarkan standar Center for Disease Control and

5
2019

Prevention (CDC) umumnya digunakan dalam praktik klinis di Amerika Serikat; namun,
persentil hanya tersedia untuk pasien- pasien berusia 2 tahun atau lebih. 1,2,4

Analisis Data

Data dianalisis secara statistik dengan menggunakan SPSS versi 20.0. Analisis data
meliputi analisis data deskriptif untuk mendapatkan karakteristik subjek penelitian. Analisis
bivariat yang melibatkan uji chi-square dilakukan untuk mendapatkan rasio prevalensi
obesitas dan riwayat atopi pada subjek penelitian dengan dermatitis atopik.

Hasil

Tabel 1 menunjukkan karakteristik subjek dalam penelitian ini termasuk usia, jenis
kelamin, berat badan, tinggi, indeks massa tubuh (IMT), dan riwayat atopi. Sebagian besar
subjek penelitian (59,38%) tinggal di Denpasar. Tabel 2 menunjukkan hubungan yang
signifikan antara obesitas dan riwayat atopi dengan dermatitis atopik.

Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian dengan dan tanpa Dermatitis Atopik di Subdivisi
Dermatologi Anak dari Poliklinik Dermatologi dan Venereologi Rumah Sakit Umum
Sanglah dari bulan Januari 2015 hingga bulan Desember 2015

Semua Subjek dengan Dermatitis Subjek tanpa Dermatitis


Subjek Atopik Atopik
Jumlah Subjek 32 19 13
Usia rata- rata (tahun) 5,56 ± 0,57 6,00 ± 0,79 4,92 ± 0,76
Anak laki- laki 19 10 8
23,38 ±
Berat badan (kg) 24,11 ± 2,15 22,31 ± 1,81
1,468
106,22 ±
Tinggi badan (cm) 106,05 ± 3,82 106,46 ± 3,94
2,734

6
2019

Indeks Massa Tubuh (IMT)


20,21 ± 0,54 29,71 ± 0,71 19,47 ± 0,82
(kg /cm2)
Obesitas 18 14 4
Riwayat atopi 19 15 4

Tabel 2. Hubungan antara Obesitas dan Riwayat Atopi dengan Dermatitis Atopik

Dermatitis Atopik
Interval Konfidens (95% CI)
Ya Tidak Nilai p Interval PR
n % n % Bawah Atas
Obesitas
Ya 14 77,8 4 22,2
0,016 * 2,178 1,034 4,587
Tidak 5 35,7 9 64,3
Riwayat atopi
Ya 15 78,9 4 21,1
0,006 * 2,566 1,099 5,990
Tidak 4 30,8 9 69,2
* Hubungan signifikan dengan p < 0,05, PR = rasio prevalensi, CI = interval konfidensi, n
= angka

Diskusi

Penelitian cross-sectional ini menemukan bahwa obesitas secara signifikan terkait dengan
dermatitis atopik pada anak- anak [rasio prevalensi = 2,178; interval konfidens (95% CI) =
1,034 - 4,587; p < 0,05). Obesitas juga meningkatkan risiko pencetus dermatitis atopik dua
kali lipat jika dibandingkan dengan individu- individu tanpa obesitas. Individu- individu
dengan obesitas juga lebih rentan terhadap dermatitis atopik jika dibandingkan dengan
individu- individu tanpa obesitas. Individu- individu dengan obesitas juga akan lebih sering
mengunjungi dokter karena kondisinya. Obesitas pada masa kanak- kanak dapat menjadi
faktor risiko yang signifikan untuk mengalami obesitas pada masa dewasa setya dapat
berkembang menjadi masalah medis dan psikososial. Dengan demikian, obesitas telah
dinyatakan sebagai salah satu faktor risiko pencetus asma, diabetes, infeksi sekunder,
penyakit kardiovaskular, dan gangguan fungsi akademik dan psikososial. 11,12

7
2019

Terdapat beberapa kontroversi mengenai hubungan antara obesitas dan dermatitis atopik
yang cukup nyata; Namun, beberapa penelitian telah menemukan korelasi positif antara
obesitas dan dermatitis atopik. Dalam sebuah penelitian di Kanada, Chen dan kawan-
kawan menunjukkan hubungan yang signifikan antara obesitas dan atopi dengan rasio odds
yang disesuaikan sebesar 1,33 (1,04 - 1,71). Pada tahun 2015, Silverberg dan kawan-
kawan menemukan bahwa obesitas pada anak- anak memiliki hubungan dengan
peningkatan peluang dermatitis atopik dan bahwa efek predisposisi dermatitis atopik ini
diamati ketika obesitas terjadi sebelum usia 5 tahun; peluang tertinggi dicatat dalam 2 tahun
pertama dan ketika obesitas berlanjut selama lebih dari 2,5 tahun. Obesitas juga dikaitkan
dengan peningkatan kemungkinan dermatitis atopik yang lebih parah dan kunjungan ke
dokter ahli anak yang lebih sering.2,4

Hasil penelitian ini konsisten dengan temuan sebelumnya, yang menunjukkan hubungan
antara obesitas pada anak- anak dan dermatitis atopik pada remaja; penelitian lain telah
mengungkapkan risiko tinggi secara signifikan dermatitis atopik pada individu dengan
indeks massa tubuh (IMT) yang tinggi. Penelitian sebelumnya juga menemukan bahwa
obesitas telah menjadi epidemi di Amerika Serikat dan mungkin berkontribusi pada
peningkatan prevalensi dermatitis atopik. Prevalensi dermatitis atopik telah mengalami
peningkatan lebih dari dua kali lipat selama 5 dekade terakhir. Demikian pula, prevalensi
obesitas mengalami peningkatan dua kali lipat pada anak- anak dan remaja di Amerika
Serikat antara tahun 2007 dan tahun 2008. Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa
obesitas mungkin berkontribusi pada peningkatan prevalensi dermatitis atopik.1

Mekanisme dari hubungan antara obesitas dan dermatitis atopik masih belum diketahui,
meskipun beberapa mekanisme yang kemungkinan terlibat dalam patogenesis asosiasi ini
telah diusulkan. Misalnya: perubahan aktivitas leptin pada individu- individu dengan

8
2019

obesitas mengganggu sistem kekebalan tubuh. Kondisi ini kemudian memicu sistem
kekebalan tubuh untuk memperoleh respons inflamasi. Di individu dengan obesitas, leptin
menginduksi makrofag dan aktivasi sitokin. Penelitian lain menunjukkan bahwa obesitas
dapat mempengaruhi adipokin, yang berkontribusi terhadap patogenesis dermatitis atopik.
Selain itu, peningkatan kadar sitokin, seperti TNF-α, IL-6, dan IL-12, umumnya ditemukan
pada individu- individu dengan obesitas. Beberapa penelitian telah menemukan
peningkatan level Th2, IL-4, dan IL-13 pada individu- individu dengan asma dan obesitas,
sehingga mengkonfirmasi interaksi antara obesitas dan insidensi asma bronkial. Obesitas
dapat menginduksi proses inflamasi yang berkepanjangan, yang mengarah pada
peningkatan protein C-reaktif (CRP), sitokin proinflamasi, dan kadar leptin. Protein C-
reaktif (CRP) adalah penanda inflamasi yang juga memainkan peran penting dalam
patogenesis dermatitis atopik pada individu dengan obesitas. 1,2,6

Hasil penelitian ini menemukan bahwa 78,9% dari subjek dengan dermatitis atopik juga
memiliki riwayat atopi. Beberapa penelitian longitudinal telah mendukung temuan ini dan
menyatakan bahwa riwayat atopi terkait dengan insidensi dermatitis atopik. Sepertiga
pasien- pasien dengan dermatitis atopik kemungkinan akan menderita asma di masa
mendatang, dan proporsi yang tersisa kemungkinan akan memiliki rhinitis alergi. Penelitian
lain menunjukkan bahwa 34,1% anak- anak dengan dermatitis atopik menderita asma,
sementara 57,6% anak- anak dengan dermatitis atopik memiliki riwayat rhinitis. Lebih
lanjut, sekitar 43% dan 45% individu dengan dermatitis atopik masing-masing menderita
rhinitis dan asma. Dalam sebuah penelitian di Turki, 21% anak- anak dengan asma juga
menderita dermatitis atopik. 10,13-15

Penelitian ini menemukan hubungan yang signifikan antara riwayat atopi dan dermatitis
atopik, dan rasio prevalensi adalah sebesar 2,566 [interval konfidens (95% CI) = 1,099 -
5,990; p < 0,05[. Rasio prevalensi ini menunjukkan bahwa risiko mengalami dermatitis
atopik pada individu dengan riwayat atopi mengalami peningkatan sebesar 2,5 kali jika

9
2019

dibandingkan dengan individu- individu yang tidak memiliki riwayat atopi. Individu-
individu dengan riwayat atopi akan lebih cenderung mengalami dermatitis atopik
dibandingkan dengan individu- individu yang tidak memiliki riwayat atopi. Dalam sebuah
penelitian di Perancis, asma berkorelasi dengan rhinitis dan dermatitis atopik (rasio odds =
0,72 dan 0,24). Dalam penelitian lain yang dilakukan di Turki pada tahun 2008, asma
berhubungan dengan rhinitis dan dermatitis atopik secara signifikan. Subjek dengan
dermatitis atopik memiliki riwayat asma (28,1%) dan riwayat rhinitis (56,3%; rasio odds =
2,41 dan 4,26). Sebuah penelitian kohort di Selandia Baru juga mengungkapkan korelasi
yang signifikan antara asma dan dermatitis atopik [rasio odds = 2,4; interval konfidens
(95% CI) = 1,3-4,6].13,16,17

Mirip dengan temuan penelitian ini, hasil sebelumnya menunjukkan bahwa individu-
individu dengan riwayat atopi lebih cenderung memiliki dermatitis atopik jika
dibandingkan dengan individu tanpa riwayat atopi. Dalam penelitian kontrol kasus
bersarang pada 2.201 orang anak- anak sekolah berusia 5-14 tahun di Jerman Timur, 75%
anak- anak dengan dermatitis atopik memiliki riwayat atopi dan memiliki lebih dari satu
pemeriksaan radioallergosorbent positif (RAST) jika dibandingkan dengan anak- anak
tanpa dermatitis atopik (35%).14,18

Hubungan antara riwayat atopi dan dermatitis atopik kemungkinan disebabkan oleh dasar
genetik pada semua penyakit atopik ini. Beberapa penelitian telah mengungkapkan
hubungan dermatitis atopik kromosom dengan asma pada kromosom 5, 11, dan 13.
Karakteristik imunologis seperti peningkatan kadar IgE dan eosinofil juga telah diamati
pada penyakit atopik ini.8,9

10
2019

Penelitian ini memiliki beberapa kelemahan. Ukuran sampel terbatas, sehingga hasil
penelitian ini mungkin tidak mewakili populasi sebenarnya. Penelitian ini melibatkan
desain cross-sectional, yang mungkin tidak mengkonfirmasi hubungan sebab akibat antara
obesitas dan riwayat atopi dengan dermatitis atopik. Riwayat atopi juga tidak dikategorikan
dalam penelitian ini. Dalam penelitian selanjutnya, riwayat atopi harus diklasifikasikan ke
dalam riwayat asma dan rhinitis alergi untuk memberikan temuan yang lebih informatif dan
lebih spesifik. Hubungan obesitas dan riwayat atopi dengan tingkat keparahan dermatitis
atopik harus diperiksa. Langkah-langkah pengendalian berat badan yang dapat mengurangi
insidensi dermatitis atopik dalam suatu populasi juga harus dipertimbangkan. Penelitian
lebih lanjut harus dilakukan untuk mengidentifikasi jalur yang terlibat dalam patogenesis
dermatitis atopik dan menentukan peran obesitas dan riwayat atopi pada dermatitis atopik.

Kesimpulan

Penelitian cross-sectional ini menemukan hubungan yang signifikan antara obesitas dan
riwayat atopi dengan dermatitis atopik. Intervensi awal memiliki tujuan untuk mengurangi
berat badan anak- anak dengan obesitas dan menurunkan risiko menderita dermatitis atopik
harus diaudit dan diverifikasi di masa mendatang. Konseling juga harus diberikan kepada
orang tua mereka untuk meningkatkan kesadaran akan peningkatan risiko dermatitis atopik
pada anak- anak dengan obesitas dan anak- anak dengan riwayat atopi.

11

Anda mungkin juga menyukai