Anda di halaman 1dari 4

 Ucapkan salam

 Memperkenal kan diri


 Menanyakan/ memperjelas identitas pasien (nama, umur, alamat, dan pekerjaan)
 Menjelaskan tujuan pemeriksaan : “Bapak/ ibu saya akan melakukan tindakan atau
penanganan terhadap fraktur femur/klavikula/humerus/cervical”
 Minta persetujuan pasien
 Cuci tangan

Pemeriksaan primer berupa


- A = airways = dilihat jalan napas, baik kalau pasien dapat menjawab pertanyaan yang
diajukan pemeriksa.
- B = breath = dilihat pernapasan dengan cara melihat dada/thorak pasien simetris atau
tidak, baik bila simetris.
- C = circulation = dilihat adakah perdarahan, bila ada perdarahan  STOP perdarahan
- D = disability = dilihat GCS (glaw coma scale), normal GCS = 15

Pemeriksaan local ortopedi berupa :

- Look = dilihat apakah ada bengkak, luka, blushing, deformitas (diihat apakah ada
varus/valgus)
- Feel
 Diraba pada daerah yang sakit  apakah terasa hangat/panas (temperature)
 lakukan penekanan pada tempat yang sakit  adakah nyeri tekan atau tidak
 lakukan perabaan neovaskular distal dari fraktur
a. fraktur femur  diraba arteri femoralis, arteri poplitea  ada pulsasi/tidak
b. fraktur cruris diraba arteri dorsalis pedis  ada pulsasi/tidak
c. fraktur klavikula  diraba nervus radialis, medianus dan axillaris 
adakah rupture dan penebalan saraf
d. fraktur humerus  diraba arteri brachialis  ada pulsasi/tidak
- Move
Dilakukan pemeriksaan :
Active ROM  Pasien disuruh melakukan gerakan sendiri
Pasif ROM  Gerakan dibantu oleh pemeriksa

NB : BILA FRAKTUR GERAK ACTIVE DAN PASIF ROM TIDAK BISA


BILA DISLOKASI ACTIVE TIDAK BISA, PASIF BISA

1. FRAKTUR FEMUR

DIGUNAKAN : SKIN TRAKSI


INDIKASI : 1. Pasien dengan fraktur

2. pasien dengan dislokasi

3. pasien dengan coxitis, arthritis, dan rheumatic arthritis

Tujuan : Traksi digunakan untuk meminimalkan spasme otot, untuk mereduksi, mensejajarkan,
dan mengimobilisasi fraktur, untuk mengurangi deformitas, untuk menambah ruang diantara dua
permukaan antara patahan tulang.

CARA PEMAKAIAN :

1. Cuci tangan

2. Lakukan persiapan alat : skin traksi, kasa steril / bebat

3. Lakukan mobilisasi

4. Pasang skin traksi bagian keras ditelapak kaki terlebih dahulu kemudian di traksi (penarikan)
untuk mengurangi rasa nyeri.

5. Lepaskan lem skin traksi dan tempelkan di kulit

6. Setelah itu di bebat dengan menggunakan kassa tebal dari ujung kaki sampai pangkal paha
sambil tetap di traksi terus menerus hingga pemakaian skin traksi selesai.

7. Kemudian pasang beban di ujung tali traksi sekitar 5 kg .

8. fiksasi dengan menggunakan penggait/lem.

2. Fraktur Cruris (tibia dan fibula)

Digunakaan : Spalk/ bidai  (Tipe Rigid Splint ) tipe ini dapat dibuat dari macam bahan
termasuk papan panjang, plastik keras, besi atau kayu

Indikasi : 1. Pasien dengan fraktur

2. Pasien dengan dislokasi

Cara pemasangan :

1. cuci tangan

2. persiapan alat berupa : Spalk/bidai, kassa steril


3. pasien imobilisasi dengan dua sendi

4. setelah itu dilakukan traksi/penarikan agar tulang dalam posisi lurus dengan patokan jempol,
patella dan SIAS dalam satu garis.

5. letakkan spalk di kedua sisi tungkai dengan tetap melakukan fraksi/penarikan.

6. bebat dengan kassa steril dari tempat fraktur ke distal kemudian ke proximal. Dalam
melakukan pembebatan jangan terlalu kuat.

7. fiksasi dengan menggunakan hansaplas

FRAKTUR HUMERUS

Cara pemasangan :

1. cuci tangan

2. persiapan alat berupa : Spalk/bidai, kassa steril

3. pasien imobilisasi dengan dua sendi

4. setelah itu dilakukan traksi/penarikan agar tulang dalam posisi lurus.

5. letakkan spalk di salah satu sisi lengan dengan tetap melakukan fraksi/penarikan.

6. bebat dengan kassa steril dari tempat fraktur ke proximal kemudian ke distal. Dalam
melakukan pembebatan jangan terlalu kuat.

7. fiksasi dengan menggunakan hansaplas

FRAKTUR KLAVIKULA

Alat yang digunakan : Elastic Bandage, Aim sling, Collar Brace

Indikasi ; 1. Pasien dengan fraktur

2. Pasien dengan dislokasi

Cara pemasangan :

1. Cuci tangan

2. Lakukan imobilisasi
5. kemudian minta pasien untuk meletakkan tangan di pinggang lalu meminta pasien untuk
membusungkan dada.

6. bebat membentuk angka 8 lalu fiksasi dengan menggunakan lem atau penggait

7. lalu fiksasi juga leher dengan collar brace untuk menghindari sudden apnea.

Anda mungkin juga menyukai