Anda di halaman 1dari 13

KETERAMPILAN KLINIK

PEMERIKSAAN FISIS EXTREMITAS


BAWAH

TUJUAN PEMBELAJARAN :
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisis extremitas bawah dan melakukan
interpretasi dengan benar.

SASARAN PEMBELAJARAN :
Setelah mendapat pelatihan keterampilan ini, mahasiswa diharapkan :
1. Mampu melakukan pemeriksaan fisis sendi Hip, Knee, Ankle, dan Telapak Kaki
2. Mampu melakukan interpretasi pemeriksaan extremitas bawah dengan benar

MEDIA DAN ALAT PEMBELAJARAN :


1. Buku panduan peserta skill lab sistem emergency dan traumatology
2. Boneka manikin dewasa
3. Meteran
PENUNTUN PEMBELAJARAN PEMERIKSAAN EXTREMITAS BAWAH

Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut :
1. Perlu perbaikan : langkah-langkah tidak dilakukan dengan benar atau
tidak sesuai dengan urutannya
2. Mampu : langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai dengan
urutannya tapi tidak efisien
3. Mahir : langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai dengan
urutannya dan efisien
TS : Langkah tidak perlu dilakukan karena tidak sesuai dengan

NO LANGKAH KLINIK KASUS

A. Persiapan
1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri, dan menjabat tangan pasien
Mempersilakan pasien berbaring/berdiri
Menjelaskan jenis pemeriksaan, prosedur pemeriksaan, alasan dan manfaat
pemeriksaan pada pasien
Meminta persetujuan pasien
Melakukan cuci tangan
Meminta pasien membuka pakaian sebatas daerah yang akan diperiksa
(sebaiknya ditemani oleh perawat)
Pemeriksaan Hip
1 Inspeksi pada hip, lakukan dengan membandingkan kanan dan kiri, lakukan
dari anterior, lateral, dan posterior
a. Melakukan inspeksi dari anterior:
 Melihat apakah pasien menggunakan alat bantu jalan seperti
tongkat dan pada sisi sebelah mana
 Menilai apakah posisi tubuh pasien lurus ataukah terdapat
kemiringan pada daerah pelvis
 Membandingkan warna kulit pada sendi dan daerah sekitar,
nilai ada tidaknya hematom, echymosis, dll
 Menilai tanda-tanda kontraktur fleksi pada hip
 Menilai tanda-tanda wasting otot pada paha
b. Menilai ada tidaknya edema
c. Menilai posisi dan ada tidaknya deformitas hip:
- Dislokasi posterior :hip dalam posisi fleksi, rotasi internal,
dan adduksi.
- Dislokasi anterior : ditandai dengan rotasi eksternal, sedikit fleksi,
dan abduksi.
- Fraktur femoral neck atau fraktur intertrochanter: pemendekan
dan rotasi external
- Kontraktur fleksi Hip: Fleksi menetap pada Hip
d. Tes Trendelenburg : positif jika sisi yg mengalami dislokasi menumpu
berat badan sedangkan sisi yg normal diangkat maka hip joint sisi
normal akan terlihat lebih rendah dibanding sisi yg mengalami
dislokasi.
2 Palpasi pada hip: selalu lakukan pada kedua sisi, selalu dilakukan sambil
melihat ekspresi wajah pasien
a. Memberikan penekanan ringan pada hip: nilai ada tidaknya nyeri tekan
b. Melakukan fleksi pada Hip: jika timbul nyeri maka mengindikasikan
iritasi nervus Sciaticus yang dapat disebabkan oleh herniasi discus
atau spasme piriformis
c. Melakukan Palpasi pada jaringan otot (ada tidaknya spasme, nyeri):
lakukan pada keempat kelompok otot secara simetris bilateral sebagai
berikut:
 Kelompok flexor (kuadran anterior)
 Kelompok adductor (kuadran medial)
 Kelompok abductor (kuadran lateral)
 Kelompok extensor (kuadran posterior)
d. Melakukan palpasi pada kontur tulang, menilai adanya nyeri:
 Anterior: SIAS, crista iliaca, trochanter major, tuberculum pubicum
 Posterior: SIPS, trochanter major, ischial tuberosity,
articulation sacroiliaca
e. Menilai status neurovaskular
- Cedera pada nervus sciatic atau neurovascular dari femur dapat
terjadi pada disokasi hip
4 Menilai ROM secara aktif dan pasif
a. Menilai gerak flexi (Normal = 90o - 120o): pada posisi supinasi tekukkan
lutut kea rah dada
b. Menilai gerak adduksi (Normal = 30o): pada posisi supinasi gerakkan
kaki kea rah lateral
c. Menilai gerak abduksi (Normal = 45o): pada posisi supinasi, gerakkan
kaki kea rah medial
d. Menilai gerak ekstensi (Normal = 10o - 15o): pada posisi pronasi, angkat
kaki kea rah menjauh dari tempat tidur pemeriksaan
e. Menilai gerak external rotation (Normal = 45o): pada posisi pronasi,
flexikan lutut kea rah luar (dapat dilakukan pada posisi duduk: kaki
diarahkan ke lateral)
f. Menilai gerak internal rotation (Normal = 35o): pada posisi pronasi,
fleksikan lutut kea rah dalam (dapat dilakukan pada posisi duduk:
kaki diarahkan ke medial)
g. Menilai gerak retroversion (Normal = 15o)
h. Menilai gerak anteroversion (Normal = 15o)
Pemeriksaan Khusus
Thomas Sign:
 Pasien dalam posisi supinasi
 Salah satu lutut diangkat ke dada
 Positif jika paha sisi berlawanan terangkat menjauhi meja
Leg Length Discrepancy
 Ukur panjang kaki sebenarnya (true length) dari pertengahan hip
ke ankle

 Ukur apparent length dari umbilicus ke malleolus medialis

Positif jika perbedaan >1cm


Trendelenburg Test:
 Pasien diminta mengangkat salah satu lutut.
 Jika pelvis pada lutut yang diangkat naik  negative  normal
 Jika pelvis sisi berlawanan yang naik  positif  kekuatan
otot abductor panggul yang berkurang
C. Pemeriksaan Knee:
 Pasien diperiksa dalam 3 posisi: berdiri, berjalan, dan berbaring
 Pemeriksaan harus selalu dilakukan dengan membandingkan kedua sisi (kanan
dan kiri)
1 Inspeksi Knee: dilakukan dari anterior, lateral, dan posterior
a. Menilai simetrisitas kiri dan kanan
b. Menilai tanda-tanda inflamasi (kemerahan, edema), muscle wasting,
perubahan warna kulit (hematom, echymosis, dll)
c. Menilai tanda-tanda deformitas yang menetap:
 Tanda-tanda fraktur
 Tanda-tanda dislokasi
 Deformitas valgus atau varus:
o Deformitas Varus: Ekstremitas distal berdeviasi secara
medial terhadap sendi genu
o Deformitas valgus: Extremitas distal berdeviasi secara
lateral terhadap sendi genu
2 Palpasi Knee
a. Raba lutut dan nilai suhu permukaan kulit, bandingkan dengan
suhu bagian sekitarnya
b. Lakukan palpasi pada kedua sisi patella dengan menggunakan ibu
jari dan jari telunjuk untuk meraba ada tidaknya tanda-tanda udem
dan nyeri di sepanjang patella hingga titik insersi tendon patella

 Jika terasa nyeri pada tuberculum tibialis mengindikasikan


terjadinya apophysitis (Osgood-Schlatter disease)
 Jika terasa nyeri pada tendon patella mengindikasikan
terjadinya cedera berulang (jumper’s knee)
 Jika terasa nyeri pada apex patella mengindikasikan inflamasi
pada kutub atas patella
 Jika terasa nyeri pada permukaan medial patella
mengindikasikan terjadinya sindrom nyeri lutut anterior
 Jika terasa nyeri pada permukaan lateral patella
mengindikasikan terjadinya pallatofemoral dysplasia

c. Penilaian sudut patella


Pegang kedua tepi patella dengan menggunakan ibu jari dan jari
telunjuk hingga tampak axis patella terhadap permukaan horizontal
lutut. Normal jika tidak lebih dari 10o.
d. Penilaian efusi (Tes ballotemen):
o Letakkan satu tangan pada bagian superior patella dan satu
pada bagian inferior
o Ibu jari, jari tengah, jari manis, dan jari kelingking digunakan untuk
menggerakkan cairan synovial (tangan superior kea rah inferior,
tangan inferior kea rah superior) dan jari telunjug digunakan
untuk merasakan adanya ketukan patella (patellar tap),
o Jika terdapat efusi, patella akan terasa melayang dan
memantul kembali ketika ditekan ke bawah

e. Menilai deformitas flexi yang menetap:


o Pasien dalam posisi supinasi dan dalam kondisi relax
o Mengangkat kedua tumit pasien dan menahannya pada
ketinggian 10 cm atau lebih dari meja pemeriksaan
o Lakukan penekanan pada deformitas lutut yang tampak

f. Apprehension Sign.
Pemeriksaan ini dilakukan jika dicurigai terjadi dislokasi.
Pasien dalam posisi supinasi dengan lutut difleksikan 0 – 30o.
Secara perlahan dorong patella kea rah lateral.
Positif jika pasien menghentikan/ meminta pemeriksa berhenti
melakukan maneuver tersebut.

g. Tes Patellar Grind


Pemeriksaan ini dilakukan jika ada indikasi OA atau kerusakan
cartilage.
Letakkan tangan di depan lutut. Pasien diminta melakukan gerakan
fleksi dan ekstensi.
Positif jika teraba krepitasi atau patellar catching
h. Pemeriksaan Menisci
Posisikan lutut pasien dalam keadaan flexi
Tekan meniscus kea rah lateral atau medial
Positif jika timbul nyeri

3 Pemeriksaan ROM knee


a. Flexi (135o)
Satu tangan diletakkan pada lutut, tangan yang lain pada telapak
kaki.
Pinggul dan lutut difleksikan, tumit digerakkan kea rah gluteus

b. Extensi (0-15o)
Pasien berbaring telentang dengan tungkai lurus
Tangan tidak dominan memberikan fiksasi sedikit di sebelah atas
lutut bagian dorsal (extensi) atau pada sedikit di sebelah atas lutut
bagian ventral (hiperextensi), tangan dominan memegang sidikit di
atas pergelangan kaki.
Dengan tangan aktif, angkat tungkai bawah hingga maksimal

c. Eksorotasi dan Endorotasi


Pasien berbaring terlentang dengan lutut fleksi 90°, kaki dorsi fleksi
Letakkan tangan tidak dominan memegang tungkai atas pada sedikit
di sebelah atas lutut bagian ventral, tangan dominan memegang kaki.
Melalui kaki sebagai pengungkit, tangan aktif menggerakkan
eksorotasi dan endorotasi hingga maksimal
d. Gerak pasif varus dan valgus (Tes fungsi ligamentum Collateral)
Posisi pasien berbaring terlentang dengan lutut fleksi 30°.
Letakkan tangan tidak dominan memegang tungkai atas dari medial
lutut, tangan dominan memegang tungkài bawah dari luar (varus)
atau dari dalam (valgus) sedikit di atas pergelangan kaki .
Tangan dominan menggerakkan tungkai bawah ke dalam (varus) dan
ke luar (valgus).
Pemeriksaan ini bertujuan mengetahui ada tidaknya rasa nyeri pada
lig.collaterale laterae (varus) dan Iig.collaterale mediale (vagus)

Valgus

Varus
e. Tes menilai fungsi ligamentum cruciatum
Tes Drawer
Pasien dalam posisi supinasi dengan lutut flexi dan telapak kaki rapat
pada meja pemeriksaan
Genggam bagian proximal tibia dan angkat tibia kea rah anterior
kemudian dorong kea rah posterior
Pergerakan tibia berlebihan kea rah anterior mengindikasikan
terjadinya robekan cruciatus anterior.
Pergerakan tibia berlebihan kea rah posterior mengindikasikan
terjadinya robekan cruciatus posterior.

4 Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan Khusus Menisci
1. Tes McMurray
a. Posisi pasien telentang dengan panggul ± 110˚ fIeksi, tungkai bawah
maksimal feksi.
b. Letakkan tangan tidak dominan pada tungkai atas sedekat mungkin
dengan lutut, tangan dominan memegang kaki.
c. Ekstensikan tungkai bawah disertai dengan tekanan ke valgus dan
eksorotasi (positif: provokasi nyeri pada meniscus Iateralis dan bunyi
“kIik”)  Medial Meniscus
d. Ekstensikan tungkai bawah dengan tekanan ke varus dan endorotasi
(positif: provokasi nyeri pada meniscus medialis dan bunyi “kIik”) 
Lateral Meniscus
2. Tes Apley
a. Posisi pasien telungkup dengan lutut fleksi ± 90˚.
b. Letakkan kedua tanga pada telapak kaki disertai dengan pemberian
tekanan vertikal ke bawah
c. Putar kaki ke eksorotasi (kompresi pada meniscus lateralis) dan
endorotasi (kompresi pada meniscus medialis), positif bila ada nyeri dan
bunyi “kIik”.

3. Tes Steinman
a. Posisi pasien telentang dengan lutut lurus
b. Letakkan tangan dominan pada kaki, tangan lainnya memegang lutut
dari arah depan dengan ibu jari memberi tekanan pada celah sendi
bagian medial (letak berpindah-pindah) untuk provokasi nyeri tekan.
c. Gerakkan tungkai bawah ke arah fleksi dan ekstensi, positif bila ada
nyeri tekan yang berpindah letak saat posisi lutut (ROM) berubah.
Pemeriksaan Ankle
Inspeksi Ankle
a. Bandingkan kedua ankle kiri dan kanan
b. Menilai perubahan warna kulit: tanda-tanda inflamasi,
hematom, echymosis, dll
c. Menilai deformitas
Palpasi Ankle
a. Raba dan bandingkan suhu permukaan kulit ankle dengan sekitarnya
b. Berikan penekanan ringan pada ankle untuk menilai nyeri tekan
Pemeriksaan ROM Ankle
a. Pasien dalam posisi duduk, dengan tungkai bawah menggantung
pada ujung meja pemeriksaan.
b. Dorsoflexi: dilakukan oleh musculus tibialis anterior, extensor digitorum
longus, dan extensor hallucis longus
 Minta pasien membengkokkan ankle dengan jari-jari menunjuk
kea rah atas.
 Normal: 0 -20o

c. Plantar Flexi : dilakukan oleh musculus gastroc/soleus, tibialis posterior,


flexor hallucis longus, dan flexor digitalis longus
 Minta pasien mengarahkan telapak kaki kea rah lantai
 Normal : 0 – 50o
d. Inversi Tarsal Joint: Dilakukan oleh musculus tibialis anterior
 Minta Pasien memutar telapak kakinya kea rah dalam
 Normal: 35 – 45o

e. Eversi Tarsal Joint: Dilakukan oleh musculus peroneus longus dan brevis
 Minta pasien memutar telapak kakinya kea rah luar
 Normal : 15-25o

Pemeriksaan Telapak Kaki


Inspeksi Telapak kaki
a. Perhatikan perubahan warna kulit pada jari-jari kaki dan sekitarnya
b. Menilai adanya tanda-tanda inflamasi atau deformitas
c. Perhatikan MTP-1 untuk melihat tanda-tanda inflamasi atau adanya
tophy (Gout Arthritis)

Setelah Melakukan Pemeriksaan:


Jelaskan Hasil Pemeriksaan pada pasien
Ucapkan terima kasih pada pasien
Lakukan cuci tangan

Anda mungkin juga menyukai