Anda di halaman 1dari 47

BAGIAN ILMU BEDAH REFERA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN Desembe


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2022

PEMERIKSAAN LUTUT

Dwi Astuti 105101101720


Pembimbing: dr. Muhammad Ihsan Kitta, M.Kes, Sp.OT (K)
PENDAHULUAN

Pemeriksaan fisik lutut adalah pemeriksaan awal yang penting


dilakukan untuk dapat membantu menegakkan diagnosis suatu
cedera atau kelainan pada sendi lutut sebelum dilakukannya
pemeriksaan lebih lanjut. Pemeriksaan fisik lutut ini sifatnya mudah
dilakukan, cepat, murah dan tanpa memerlukan banyak peralatan
yang diperlukan.
ANATOMI
 Articulatio genu adalah sendi terbesar dan paling
superfisial dari tubuh manusia. Sendi ini terbentuk oleh
tiga tulang, yaitu os femur, os patella, dan os tibia.

 Sendi ini memiliki tiga facies articularis dengan dua jenis


sendi yang adalah sendi sinovial tipe ginglymus (sendi
engsel), yaitu dua articulatio tibiofemoralis lateralis et
medialis, dan sendi luncur, yaitu satu articulatio
patellofemoralis. Dikarenakan inkongruensi pada
permukaan artikularnya, secara mekanis, articulation
genus dinilai relatif lemah. Stabilitasnya bergantung pada
kekuatan dan aksi otot beserta tendonya dan juga
ligamen-ligamen penghubung femur dengan tibia.
ANATOMI
 Menurut letaknya, ligamen pada articulatio genu
dibagi menjadi ligamen yang terletak di luar kapsula
(ekstrakapsularia) dan di dalam kapsula
(intrakapsularia).
 Ligamentum cruciatum dan ligamentum collaterale
adalah dua kelompok utama ligamen yang menjaga
stabilitas articulatio genus, dimana secara berurutan
merupakan ligamen intrakapsularia dan ligamen
ekstrakapsularia.
Gerakan utama yang terjadi pada articulatio genu adalah fleksi dan
ekstensi. Sedikit gerakan rotasi dapat terjadi saat articulatio genu
dalam keadaan fleksi ataupun saat kaki sedang tidak menyangga
beban.
 Fleksi: musculus biceps femoris,
musculus semitendinosus, musculus
semimembranosus, musculus gracilis,
musculus sartorius, dan musculus
popliteus
 Ekstensi: musculus quadriceps femoris
yang diteruskan melalui ligamentum
patella
 Rotasi internal: musculus sartorius,
musculus gracilis, dan musculus
semitendinosus
 Rotasi eksternal: musculus biceps
femoris
PEMERIKSAAN LUTUT
• Sendi lutut atau knee joint merupakan salah satu sendi terbesar dalam
tubuh, sendi ini merupakan sendi yang kompleks. Gerakan yang ada pada
sendi lutut ini yaitu menekuk dan meluruskan serta membantu setiap
pergerakan seperti berjalan, berlari dan berjongkok.
• Stabilitas lutut sangat ditentukan oleh ligamentum dan otot kuadrisep.
Otot kuadrisep yang kuat dapat mengontrol stabilitas lutut walaupun
terdapat keregangan dari ligamen.
01
ANAMNESIS
- Keluhan utama?
- Lokasi nyeri?
- Gejala lain yang dirasakan?
- Mekanisme terjadinya cedera?
- Riwayat trauma/cedera?
- Riwayat operasi lutut?
- Riwayat penyakit sistemik?
- Riwayat pekerjaan dan sosial?
02
INSPEKSI
a) Cara berjalan ( ada tidaknya varus, valgus, quadriceps avoidance,
dan antalgic gait
b) Menilai simetrisitas kiri dan kanan
c) Menilai posisi alignment kedua tungkai saat berdiri
d) Inspeksi pada otot-otot ekstremitas inferior, terutama otot quadriceps
(menilai apakah ada atrofi)
e) Inspeksi patella dan nilai apakah ada malalignment, pembengkakan,
atau massab. Menilai tanda-tanda inflamasi (kemerahan, edema),
muscle wasting, perubahan warna kulit (hematom, echymosis, dll)
03
PALPASI
a. Raba lutut dan nilai suhu permukaan kulit, bandingkan dengan suhu bagian
sekitarnya
b. Lakukan palpasi pada kedua sisi patella dengan menggunakan ibu jari dan jari
telunjuk untuk meraba ada tidaknya tanda-tanda udem dan nyeri di sepanjang
patella hingga titik insersi tendon patella
o Jika terasa nyeri pada tuberculum tibialis mengindikasikan terjadinya
apophysitis (Osgood-Schlatter disease)
o Jika terasa nyeri pada tendon patella mengindikasikan terjadinya cedera
berulang (jumper’s knee)
o Jika terasa nyeri pada apex patella mengindikasikan inflamasi pada kutub atas
patella
o Jika terasa nyeri pada permukaan medial patella mengindikasikan terjadinya
sindrom nyeri lutut anterior
o Jika terasa nyeri pada permukaan lateral patella mengindikasikan terjadinya
pallatofemoral dysplasia
c. Penilaian efusi (Tes Ballotemen):
- Letakkan satu tangan pada bagian superior patella dan satu pada bagian
inferior
- Ibu jari, jari tengah, jari manis, dan jari kelingking digunakan untuk
menggerakkan cairan synovial (tangan superior ke arah inferior, tangan
inferior ke arah superior) dan jari telunjug digunakan untuk merasakan
adanya ketukan patella (patellar tap)
- Jika terdapat efusi, patella akan terasa melayang dan memantul kembali
ketika ditekan ke bawah
d. Menilai deformitas flexi yang menetap:
- Pasien dalam posisi supinasi dan dalam kondisi relax
- Mengangkat kedua tumit pasien dan menahannya pada ketinggian 10 cm
atau lebih dari meja pemeriksaan
- Lakukan penekanan pada deformitas lutut yang tampak
e. Apprehension Sign
Pemeriksaan ini dilakukan jika dicurigai
terjadi dislokasi.
- Pasien dalam posisi supinasi dengan
lutut difleksikan 0 - 30
- Secara perlahan dorong patella ke arah
lateral
- Positif jika pasien
menghentikan/meminta pemeriksa
berhenti melakukan maneuver tersebut
f. Tes Patellar Grind
Pemeriksaan ini dilakukan jika ada
indikasi OA atau kerusakan kartilago
- Letakkan tangan di depan lutut. Pasien
diminta melakukan gerakan flexi dan
ekstensi
- Positif jika teraba krepitasi atau
patellar catching
g. Pemeriksaan meniscus
Joint line tenderness
- Pemeriksaan lutut pasien dalam
keadaan flexi
- Tekan meniscus ke arah lateral
atau medial
- Positif jika timbul nyeri
04
PEMERIKSAAN
MOBILISASI
Pemeriksaan mobilisasi bertujuan menilai range Pemeriksaan mobilisasi pasif, pemeriksa
of motion (ROM), kelancaran gerakan, nyeri pada memfleksikan dan mengekstensikan
gerakan, krepitus, dan lateralisasi patella. sendi lutut pasien pada posisi berbaring,
Pemeriksaan dilakukan pada kedua lutut untuk serta merotasikan sendi lutut pasien pada
membandingkan perbedaannya. posisi duduk. Lalu menilai titik akhir
gerakan, apakah terasa tahanan atau
Pemeriksaan mobilisasi aktif, pasien diminta muncul nyeri. Krepitus bisa ditemukan
untuk melakukan ekstensi dan fleksi maksimal pada palpasi saat lutut digerakkan. ROM
sendi lutut. Menilai ada tidaknya kelemahan otot fleksi pasif sendi lutut dapat mencapat
dan fleksibilitas sendi. ROM fleksi aktif sendi 160 derajat.
lutut dapat mencapai 140 derajat.
a. Fleksi (135)
- Satu tangan diletakkan
pada lutut, tangan yang
lain pada telapak kaki
- Pinggul dan lutut
difleksikan, tumit
digerakkan ke arah
gluteus
b. Ekstensi (0 - 15)
- Pasien berbaring telentang dengan tungkai
lurus
- Tangan tidak dominan memberikan fiksasi
sedikit di sebelah atas lutut bagian dorsal
(extensi) atau pada sedikit di sebelah atas
lutut bagian ventral (hiperextensi), tangan
dominan memegang sedikit di atas
pergelangan kaki
- Dengan tangan aktif, angkat tungkai
bawah hingga maksimal
c. Eksorotasi dan Endorotasi
- Pasien berbaring terlentang dengan lutut
fleksi 90, kaki dorsi fleksi
- Letakkan tangan tidak dominan memegang
tungkai atas pada sedikit di sebelah atas
lutut bagian ventral, tangan dominan
memegang kaki
- Melalui kaki sebagai pengungkit, tangan
aktif menggerakkan eksorotasi dan
endorotasi hingga maksimal
d. Gerak pasif varus dan valgus (tes
fungsi ligamentum Collateral)
- Posisi pasien berbaring terlentang
dengan lutut fleksi 30
- Letakkan tangan tidak dominan
memegang tungkai atas dari medial
lutut, tangan dominan memegang
tungkai bawah dari luar (varus) atau
dari dalam (valgus) sedikit di atas
pergelangan kaki
- Tangan dominan
menggerakkan tungkai
bawah ke dalam (varus)
dan ke luar (valgus)
- Pemeriksaan ini bertujuan
mengetahui ada tidaknya
rasa nyeri pada
ligamentum collateral
lateral (varus) dan
ligamentum collateral
medial (valgus)
e. Tes menilai fungsi ligamentum
cruciatum
Tes Drawer
- Pasien dalam posisi supinasi dengan
lutut flexi dan telapak kaki rapat pada
meja pemeriksaan
- Genggam bagian proximal tibia dan
angkat tibia ke arah anterior kemudian
dorong kea rah posterior
- Pergerakan tibia berlebihan ke arah
anterior mengindikasikan terjadinya
robekan cruciatus anterior
- Pergerakan tibia berlebihan kea rah
posterior mengindikasikan
terjadinya robekan cruciatum
posterior
05
PEMERIKSAAN
ISOMETRIK OTOT
Tes isometrik otot bertujuan utama untuk menilai nyeri, menilai tonus otot dan titik
nyeri yang maksimal, dan menilai ada tidaknya avulsi atau ruptur otot.

Pemeriksaan ini dilakukan dalam posisi duduk. Pasien duduk di tepi meja
pemeriksaan dengan tungkai bawah menggantung dan lutut fleksi membentuk
sudut 90 derajat. Kemudian pasien diminta melakukan fleksi dan ekstensi lutut,
sementara tangan pemeriksa memegang lutut tetap pada posisinya. Lalu, pasien
diminta mengencangkan otot-ototnya tanpa mengerahkan kekuatan maksimal.
Pada saat tersebut, pemeriksa mencari titik nyeri maksimal dengan palpasi.
Berikut otot-otot yang diperiksa serta fungsi masing-masing otot:
• M. Bicep femoris: fleksi dan eksorotasi lutut, fleksi pinggul
• M. Semimembranosus dan semitendinosus: fleksi dan
endorotasi lutut, dan ekstensi panggul
• M. Sartorius: fleksi lutut, fleksi dan eksorotasi panggul
• M. Gastrocnemius: fleksi lutut, plantar fleksi pedis
06
PEMERIKSAAN UJI
STABILITAS LUTUT
1. Pemeriksaan ligamentum Dengan kedua tangan dilakukan abduksi untuk
collateral medial dan lateral menguji ligamentum medial dan adduksi untuk
Robekan pada ligamentum menguji ligamentum lateral. Apabila ada robekan
collateral medial dapat diperiksa ligamentum maka dapat dirasakan sendi bergerak
melalui uji abduction stress dan
melebihi batas normal.
pada ligamentum collateral lateral
melalui uji adduction stress. Pada
pemeriksaan ini sendi lutut dalam
keadaan ekstensi penuh, satu
tangan pemeriksa memegang
pergelangan kaki dan satunya
pada lutut.
2. Pemeriksaan ligamentum cruciatum anterior dan posterior

Kedua ligamentum ini berfungsi untuk stabilisasi sendi lutut ke arah


depan dan belakang. Ligamentum krusiatum anterior berfungsi untuk
mencegah tibia tergelincir ke depan femur. Sedangkan ligamentum
krusiatum posterior pada arah sebaliknya.

Cara pemeriksaan:

- Uji Drawer - Pemeriksaan Pivot Shift Lateral

- Uji Lachman
 Uji Drawer

- Lutut difleksikan 90 dan pemeriksa duduk pada kaki penderita untuk mencegah ge
kaki.
- Dengan meletakkan kedua tangan di belakang tibia bagian proksimal dan kedua ib
pada kondilus femur, kemudian dilakukan tarikan pada tibia ke depan dan ke belakan
- Kecurigaan adanya robekan pada ligamentum krusiatum apabila ada gerakan
abnormal, baik ke depan ataupun ke belakang (bandingkan dengan yang normal)
 Uji Lachman

- Pada pemeriksaan ini lutut difleksikan


15 - 20
- Satu tangan memegang tungkai atas
pada kondilus femur, sedangkan tangan
lainnya memegang tibia proksimal
- Kedua tangan kemudian digerakkan ke
depan dan ke belakang antara tibia
proksimal dan femur
 Pemeriksaan pivot shift lateral

Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan tambahan untuk mengetahui defisiensi


pada ligamentum krusiatum anterior.
- Kaki yang mengalami kelainan diangkat oleh pemeriksa, dimana kaki kanan
diangkat oleh tangan kanan dan kaki kiri diangkat oleh tangan kiri dan lutut
dalam keadaan ekstensi maksimal.
- Dengan satu tangan pemeriksa memutar dari arah luar tungkai bawah persis
di sebelah bawah lutut sehingga terjadi tekanan valgus. Pada saat yang
bersamaan tibia dirotasi ke medial.
- Selanjutnya lutut difleksi secara perlahan-lahan dari posisi ekstensi.
- Pemeriksaan positif apabila kondilus lateralis tibia terelokasi secara spontan pada
kondilus femur Ketika fleksi mencapai 30 - 35
07
PEMERIKSAAN KHUSUS
1. Mc Murray Test
- Posisi pasien telentang dengan panggul  110 fleksi, tungkai bawah
maksimal fleksi
- Letakkan tangan tidak dominan pada tungkai atas sedekat mungkin
dengan lutut, tangan dominan memegang kaki
- Ekstensikan tungkai bawah disertai dengan tekanan ke valgus dan eksorotasi
(positif: provokasi nyeri pada meniscus lateralis dan bunyi “klik” -> Medial
Meniscus
- Ekstensikan tungkai bawah dengan tekanan ke varus dan endorotasi (positif:
provokasi nyeri pada meniscus medialis dan bunyi “klik” -> Lateral
Meniscus
2. Apley test
- Posisi pasien telungkup dengan lutut
fleksi  90
- Letakkan kedua tangan pada telapak
kaki disertai dengan pemberian
tekanan vertical ke bawah
- Putar kaki ke eksorotasi (kompresi
pada meniscus lateralis) dan
endorotasi (kompresi pada meniscus
medialis), positif bila ada nyeri dan
bunyi “klik”
3. Tes Steinman
- Posisi pasien telentang dengan lutut lurus
- Letakkan tangan dominan pada kaki,
tangan lainnya memegang lutut dari arah
depan dengan ibu jari memberi tekanan
pada celah sendi bagian medial (letak
berpindah-pindah) untuk provokasi nyeri
- Gerakkan tungkai bawah kea rah fleksi dan
ekstensi, positif bila ada nyeri tekan yang
berpindah letak saat posisi lutut (ROM)
berubah
08
PEMERIKSAAN
RADIOLOGIS
Pemeriksaan
radiologis rutin pada
kelainan sendi lutut
yaitu foto polos AP dan
lateral dimana bagian
dari femur dan tibia
harus terlihat.
THANKS!
DO YOU HAVE ANY
QUESTIONS?

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,


and includes icons by Flaticon, and infographics & images by
Freepik

Anda mungkin juga menyukai