Anda di halaman 1dari 16

B.

Pemeriksaan Fisik
1.

Pengkajian Skeletal Tubuh


Skelet tubuh dapat dikaji dengan adanya deformitas dan kesejajaran.Pertumbuhan tulang
yang abnormal akibat tumor tulang dapat dijumpai.Pemendekan ekstremitas, amputasi dan
bagian tubuh yang tidan sejajar dalam kondisi anatomis harus dicatat.Angulasi abnormal pada
tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi menunjukkan pataha tulang. Biasanya terjadi
krepitus (suara berderik ) pada titik gerakan abnormal. Gerakan fragmen tulang harus
diminimalkan untuk mencegah cedera lebih lanjut. (Smeltzer, 2002)
Priharjo (1996) mengatakan pengkajian tulang di antaranya amato kenormalan susunan
tulang dan kaji adanya deformitas, lakukan palpasi untuk mengetahui adanya edema atau nyeri
tekan, dan amati keadaan tulang untuk mengetahui adanya pembengkakan.

2.

Pengkajian Tulang Belakang


Kurvatura normal tulang belakang konveks pada bagian dada dan konkaf pada sepanjang
leher dan pinggang. Deformitas tulang belakang yang sering terjadi meliputi : scoliosis (deviasi
kurvatura lateral tulang belakang), kifosis (kenaikan kurvatura lateral tulang belakang bagian
dada), lordosis ( membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang yang berlebihan).
Kifosis terjadi pada pasien osteoporosis pada pasien neuromuscular.
Skoliosis terjadi congenital, idiopatrik (tidak diketahui penyebabnya) atau akibat kerusakan
otot paraspinal misalnya pada poliomyelitis. Lordosis dijumpai pada penderita kehamilan karena
menyesuaikan postur tubuhnya akibat perubahan pusat gaya beratnya.
Pemeriksaan kesimetrisan dilakukan dengan memeriksa kurvatura tulang belakang dan
kesimetrisan batang tubuh dari pandangan anterior, posterior dan lateral. Dengan cara berdiri di
belakang pasien, dan memperhatikan perbedaan tinggi bahu dan krista iliaka. Lipatan bokong
normalnya simetris. Simetri bahu dan pinggul serta kelurusan tulang belakang diperiksa dengan
pasien berdiri tegak, dan membungkuk ke depan (fleksi). Skoliosis ditandai dengan abnormal
kurvatura lateral tulang belakang, bahu yang tidak sama tinggi, garis pinggang yang tidak simetri
dan scapula yang yang menonjol, akan lebih jelas dengan uji membungkuk kedepan. Lansia akan
mengalami kehilangan tinggi badan karena hilangnya tulang rawan dan tulang belakang.

3.

Pengkajian Persendian
Sistem persendian dievaluasi dengan memeriksa luas gerakan, deformitas, stabilitas dan
benjolan.Luas gerakan dievaluasi secara aktif (sendi digerakkan oleh otot sekitar sendi dan pasif

dengan sendi digerakkan oleh pemeriksa). Luas gerakan normal sendi-sendi besar menurut
American Academy of Orthopedic Surgeons diukur dengan goniometer (busur derajat yang
dirancang khusus untuk mengevaluasi gerakan sendi). Bila suatu sendi di ekstensi maksimal
namun terdapat sisa fleksi, dikatakan bahwa luas gerakan terbatas.Yang disebabkan karena
deformitas skeletal, patologi sendi atau kontraktur otot dan tendo disekitarnya.Pada lansia
penurunan keterbatasan gerakan yang disebabkan patologi degeneratif sendi dapat berakibat
menurunnya kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari.Inspeksi persendian dan bandingkan
secara bilateral.Harusnya didapat kesimetrisan tanpa kemerahan, pembengkakan, pembesaran /
deformitas.Palpasi sendi dan tulang untuk mengetahui edema dan tenderness.Palpasi sendi
selama gerakan untuk mengetahui adanya krepitasi. Sendi harusnya terasa lembut saat bergerak
dan tidak ada nodul.
Deformitas sendi disebabakan oleh kontraktur (pemendekan struktur sekitar sendi),
subluksasi (lepasnya sebagian permukaan sendi atau distrupsi struktur sekitar sendi, dislokasi
(lepasnya permukaan sendi). Kelemahan atau putusnya struktur penyangga sendi dapat
menakibatkan sendi terlalu lemah untuk berfungsi normal, sehinga memerlukan alat penyokong
eksternal ( misalnya brace).
Jika sendi terasa nyeri periksa adanya kelebihan cairan pada kapsulnya (efusi),
pembengkakan, dan peningkatan suhu, yang mencerminkan inflamasi aktif. Kita dapat
mencurigai adanya effuse jika sendi mebengkak,ukurannya dan tonjolan tulangnya samar.
Tempat tersering terjadi efusi adalah lutut. Bila hanya ada sedikit cairan pada rongga sendi di
bawah tempurung lutut dapat diketahui dengan maneuver : aspek lateral dan medial lutut dalam
dalam keadaan ekstensi dapat diurut dengan kuat kearah bawah. Gerakan tersebut akan
menggerakkan cairan kearah bawah. Begitu ada tekanan dari sisi lateral dan medial pemeriksa
akan melihat benjolan disisi lain dibawah tempurung lutut.
4.

Pengkajian Sistem Otot


Sistem otot dikaji dengan memperhatikan kemampuan merubah posisi, kekuatan otot dan
koordinasikan ukuran otot serta ukuran masing-masing otot.Kelemahan otot menunjukkan
polineuropati, gangguan elektrolit (kalsium dan kalium), miastenia grafis, poliomyelitis, distrofi
otot. Dengan palpasi otot saat ekstremitas relaks digerakkan secara pasif akan terasa tonus otot.
Mengkaji kekuatan otot dilakukan dengan palpasi otot dan ekstremitas yang digerakkan secara
pasif dan rasakan tonus otot.

Kaji kekuatan otot


Catatan : Evaluasi kekuatan kelompok otot dari kepala ke kaki dimasukkan dalam pengkajian
rentang gerak. Teknik teknik untuk tes skrining kekuatan otot adalah sebagai berikut :
1)

Teknik uskulatur okuler

2)

Teknik muskulatur wajah

3)

Teknik muskulatur leher

4)

Teknik muskulatur bahu

5)

Teknik muskulatur deltoid

6)

Teknik bisepsi

7)

Teknik triseps

8)

Teknik muskulatur pergerakan tangan dan jari

9)

Teknik muskulatur panggul, telentang

10) Teknik quadriseps, duduk


11) Teknik urat-urat lutut, duduk
12) Teknik muskulatur pergelangan dan telapak kaki
Penilaian Kekuatan Otot
( Priguna S, 1980 )
NO
1
2
3
4
5
6

a.

Tingkat fungsional
Tidak ada bukti kontraktiliitas
Bukti sedikit kontaktilitas
Rentang gerak lengkap dengan pembatasan gravitasi
Rentang gerak lengkap dengan garavitasi
Rentang gerak lengkap terhadap gravitasi dengan beberapa
tahanan
Rentang gerak lengkap terhadap gravitasi dengan tahanan
penuh

Kepala & Leher


Inspeksi & Palpasi adanya luka, bengkak, asimetris

b.

Mandibular
Sendi Temporomandibular

kaku / kejang

R.O.M buka mulut (normal 2-5 cm )

Skala lovet
Nol
Kecil
Buruk
Sedang

DERAJA
0
1
2
3

Baik

normal

Kekuatan otot dengan tahanan mandibular


c.

Leher

Simetris, benjolan, kaku, nodul


R.O.M:
Fleksi fleksi lateral
Ekstensi-hiperekstensi
Rotasi
Kekuatan otot tahan tiap gerakan 2X
d.

Bahu
Bandingkan kanan-kiri dari simetris, atrofi, deformitas
Adakah nyeri tekan pada sendi sternoklavikuler dan sendi akromioklavikuler.

e.

Klavikula
Simetris Tonjolan tuberositas Humerus
Lekukan otot Humerus salah letak

f.

Skapula
Tinggi sama ?
Jarak dengan spinal columna sama ?
Palpasi dengan jari untuk melihat batas tulang, krepitasi ?kelembutan otot ? Simetri ?

g.

Siku
Fleksi dan ekstensi kedua siku ( bandingkan kanan-kiri )
Ekstensi, periksa sendi dari kemerahan dan pembengkakan, perubahan bentuk sendi & otot
Palpasi siku adanya cairan, pembesaran kelenjar Supra Condylar , nodulus rematoid.
R.O.M fleksi ( normal 150 derajat )
ekstensi ( normal 5-15 derajat )
supinasi& pronasi

h.

Pergelangan Tangan
Simetris, bentuk.
Lakukan fleksi tahan selam 1 menit, bila timbul rasa kebas / kesemutan / paraesthesia
permukaan tangan terutama 3 jari pertama dan separoh dari jari ke 4 (tanda Phalen) merupakan
tanda

i.

Punggung & Dada


Inspeksi bentuk Spinal Columna dari belakang dan samping ( Skoliosis, Lordosis)
Membungkuk sejauh mungkin untuk melihat otot samping kanan-kiri Spina ( normal :sama )

j.

Pinggul
Thomas test ( peluk lutut kiri ke dada )
bila panggul kanan fleksi kemungkinan adanya kelainan fleksi panggul
Bila sakit kemungkinan adanyafraktur ?
Angkat tungkai bawah sampai terasa sakit kemudian dorsofleksi telapak kaki (normal 50
derajat, tidak ada nyeri)

k.

Paha
Simetris dan bentuk
Lingkar paha bandingkan secara bilateral ( normal kaki dominant > 1cm )

l.

Lutut
Inspeksi posisi dan bentuk
Periksa kekakuan, pembengkakan, pembesaran tulang sekitar sendi lutut
R.O.M ekstensi ( normal 10 derajat ) fleksi ( normal 135 derajat )
Periksa kekuatan otot dengan tekan lutut, klien berusaha untuk mengangkat

m.

Pergelangan & Telapak Kaki


Inspeksi terhadap edema, kemerahan, kelainan bentuk
Inversi 35 derajat, eversi 15 derajat
Abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi jari-jari
Bila perlu meloncat dengan satu kaki ( bila sukses fungsi motorik kaki dan cerebellum serta
position sense baik )

n.

Postur Tubuh & Gaya Berjalan


Klien jalan 20 langkah bolak-balik
Amati postur, cara menelapakan kaki, keseimbangan ( jalan lurus satu garis ), ayunan lengan,
irama langkah, jarak langkah ( n=37,5 cm )
Bila berputar muka & kepala berputar terlebih dahulu dari bagian lain

5.

Inspeksi dan palpasi


a. Inspeksi
1)
Kesemetrisan seluruh tubuh
Simetris pada bagian bagian tubuh, sedikit asimetris mungkin bukan patologis yang berarti.

2)

3)

Kesejajaran ekstremitas
Ekstremitas sejajar dengan kontur, simetris dan sudut yang sama secara bilateral, ekstremitas
tampak panjang karena ukuran batang tubuh telah membatasi.
Adanya deformitas nyata dan postur
Penampilan menyeluruh adalah salah satu dari fleksi umum, kepala dan leher mengarah
kedepan, kifosis dorsalis, fleksi pada siku, pergerakan lengan tangan, pinggul dan lutut berdiri

pada dasar lebar.


Penympangan sangat asimetri atau deformitas: deformitas varus ( bowleg ), deformitas valgus
( knock-knees ), lordosis dan skoliosis.
4)
Otot otot mengenai hipertrofi nyata atau atrofi
Kerusakan dapat ditemukan dekat sendi yang terbatas geraknya, saluran di dasar interkapal,
penampilan ekstremitas keseluruhan adalah lonjong dengan sisi datar pada posisi inferior dan
posterior bila ekstremitas pada posisi horizontal asimetris 1cm atau kurang. Penyimpangan :
hipertrofi atau atrofi nyata.
b.Palpasi
13) Palpasi tulang, sendi, dan otot mengenai pembengkaan, nyeri tekan, perubahan suhu lokal dan
krepitasi.
14) Normal : tidak ada pembengkaan dan nyeri tekan tergantung riwayat. Suhu secara umum sama
keseluruhan tidak ada krepitasi.
15) Penyimpangan : sangat menonjol, bengkak, atau nyeri takan.
16) Catatan : Bila bengkak fluktuan, ini karena cairan, bila padat ini karena penebalan atau
pembesaran.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengkajian muskuloskeletal meliputi pemeriksaan pada tulang, persendian, dan
otot-otot.Pengkajian perlu dilakukan secara sistematis, teliti,dan terarah. Data yang dikumpulkan
meliputi data subjektif dan objektif dengan cara melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan diagnostik.
Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara sistematis untuk menghindari kesalahan.
Pengkajian keperawatan merupakan evaluasi fungsional. Teknik inspeksi dan palpasi dilakukan
untuk mengevaluasi integritas tulang, postur tubuh, fungsi sendi, kekuatan otot, cara berjalan,
dan kemampuan pasien melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
B. Saran
1.
2.

Saat melakukan pengkajian musculoskeletal harus secara sistematis teliti dan terarah
Saat akan melakukan pemeriksaan fisik terlebih dahulu harus mengetahui tentang anatomi dan
fisiologi sistem muskuloskeletal dan integrasinya dengan sistem neurologi dan intergumen

Dafatar Pustaka

Carpenito, Linda Jual. (1995). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan


(terjemahan). PT EGC. Jakarta.

Doenges, et al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan). PT EGC. Jakarta.

http// : muskuloskeletal/Cuap-cuap%20S1%20Keperawatan%20%20PEMERIKSAAN
%20MUSKULOSKELETAL.htm

PROSEDUR PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL


Nama

Kelas

NIM

Hari/ Tanggal :

No
1.
a.
b.

Aspek yang di nilai

Bobot

Persiapan Alat
Pita ukur
Goniometer
Tahap Pra interaksi

2.
a.
b.
c.

Melakukan pengecekan program terapi


Mencuci tangan
Membawa alat ke dekat klien
Tahap Orientasi

a.
3.
b.

Memberikan salam sebagai pendekatan teraupetik


Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga
/ klien
Tahap Kerja

a)
4.

Menginspeksi dan mempalpasi otot


Meskipun inspeksi dan palpasi dilakukan secara
terpisah pada banyak pengkajian, tetapi kedua teknik
tersebut dilakukan secara bersamaan pada pengkajian
muskuloskeletal. Pengkajiam otot meliputi mengevaluasi

b)

tonus otot, massa otot dan kekuatan otot.


Palpasi otot dengan perlahan, jangan

pernah

memaksakan gerakan jika klien mengeluh nyeri atau jika


anda merasakan adanya

tahanan. Perhatikan tanda

ketidaknyamanan pada wajah dan bahasa tubuh klien ;


c)

klien dapat secara diam diam menderita.


Kaji tonus otot konsistensi atau tegangan pada otot
yang sedang beristirahat dengan mempalpasi otot pada

d)

saat istirahat atau selama rentang gerak pasif.


Palpasi otot pada saat istirahat dari pelekatan otot pada
tulang sampai ke tepi otot. Normalnya, otot yang rileks
akan terasa lembut, lunak, dan tidak ada nyeri tekan ; otot

e)

yang terkontraksi, terasa keras.


Pengkajian massa otot biasanya melibatkan pengukuran
lingkar paha, betis, dan lengan atas. Ketika mengukur, beri

Nilai
2

tanda untuk memastikan pengukuran di tempat yang sama


pada setiap ekstremitas.
Ketika mengukur lingkar lengan tengah bagian atas
untuk mengkaji ukuran otot, pastikan untuk menanyakan
pada klien mana tangan yang dominan. Perkirakan
kesimetrisan ukuran, lengan atas yang lebih dari 1 cm
dianggap tidak normal kecuali jika peningkatan ukuran oto
g)

terjadi karena aktivitas fisik tertentu.


Untuk mengevaluasi kekuatan otot, minta klien
melakukan gerakan rentang gerak aktif, sedangkan Anda
memberi

tahanan.

Perhatikan

kekuatan

yang

klien

keluarkan untuk melawan tahanan tersebut. Jika kelompok


otot tersebut lemah, kurang tahanan agar memungkinkan
pengkajian yang lebih akurat.

Menginspeksi dan mempalpasi sendi dan tulang


a)
Pengkajian sendi dan tulang meliputi pengukuran tinggi
badan dan panjang ekstremitas klien ( lengan dan kaki )
dan mengevaluasi karakteristik sendi dan tulang dan
b)

rentang gerak sendi.


Selama pengkajian sendi, jangan pernah memaksakan
gerakan sendi jika Anda merasakan adanya tahanan atau

jika klien mengeluh nyeri.


c)
Rentang gerak. Minta klien duduk atau berdiri.
Kemudian, kaji fleksi dengan memintanya menekuk lengan
dan mencoba menyentuh bahu. Untuk mengkaji ekstensi,
minta klien menguatkan lengannya. Kaji pronasi dengan
menahan siku klien pada posisi fleksi sementara klien
merotasi lengan sampai telapak tangan menghadap ke
lantai. Supinasi dengan menahan siku klien pada posisi
fleksi sementara klien merotasi lengan sampai telapak
tangan menghadap ke atas.
d) Kekuatan otot. Uji kekuatan otot dan gerakkan kedua
tangan secara bersamaan dengan meminta klien meremas
kedua jari. Pertama : Membuat kepalan , meluruskan
pergelangan tangan klien yang fleksi, dan menahannya.
e)
Rentang gerak. Untuk mengkaji fleksi, minta klien

menekuk pergelangan tangan ke arah bawah ; kaji ekstensi


dengan meminta klien meluruskan pergelangan tangannya.
Untuk mengkaji hiperektensi atau dorsifleksi, minta klien

a)

menekuk pergelangan tangannya ke atas.


Lutut
Kekuatan otot. Untuk mengkaji ekstensor lulut, minta
klien

duduk

atau

berbaring

terlentang

dan

mengekstensikan tungkai, sementara terapis berusaha


memfleksikannya. Fleksor lutut, minta klien duduk atau
berbaring

terlentang

mengekstensikan
b)

sementara

tungkai

klien

terapis
pada

berusaha
saat

klien

memfleksikan lutut.
Rentang gerak. Dengan posisi klien duduk atau berdiri,
observasi dan ukur rentang gerak pada saat klien
mendemonstrasikan ekstensi dengan meluruskan tungkai
pada lutut dan fleksi dengan menekuk tungkai pada lutut
dan menarik kaki ke atas menyentuh panggul.

a)

Pergelangan kaki dan kaki


Kekuatan otot. Untuk mengkaji dorsifleksi sendi
pergelangan kaki, letakkan tangan terapis pada permukaan
dorsal dari kaki klien dan diberi tekanan. Minta klien
menekuk kaki ke atas. Fleksi plantar, berikan tekanan
dengan tangan pada permukaan plantar dari kaki klien
sementara klien berusaha menekuk kaki ke arah bawah.

Pekalongan, ..............................
Penguji,

....................................................
NIP.

Diposkan oleh Nissa Uchil di 8:02:00 a.m.


Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
Reaksi:
No comments:
Post a Comment
Newer Post Older Post Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)
About Me

Nissa Uchil
View my complete profile
Translate
Select Language

Total Pengunjung
354893
Pengikut
Search This Blog

My Posting

2011 (15)

2012 (1)

2013 (8)

2014 (110)

2015 (43)
o January (1)
o February (42)

STROKE NON HAEMORAGIK

ASKEP BRONKOPNEUMONIA

ASKEP TBC PADA ANAK

ASKEP CAMPAK

IMUNISASI DAN KIPI

ASKEP ANAK ASMA BRONKHIALE

ASKEP ANAK DIFTERI

ASKEP ANAK APENDIKSITIS

ASKEP ANAK HISPRUNG

ASKEP ENCHEPALITIS

ASKEP ANAK HIDROSEFALUS

ASKEP CEREBRAL PALSY

KEPERAWATAN JIWA

ASKEP CA TULANG

BALUT BIDAI

PENGKAJIAN MUSKULOSKELETAL

ROM

SKOLIOSIS

ASKEP FRAKTUR

ASKEP TRAUMA KEPALA

ASKEP MENINGITIS

ASKEP PARKINSON

ASKEP MYASTENIA GRAVIS

ASKEP TRAUMA INTRAKRANIAL

HIPERTIROID

ASKEP HIPERPARATIROID

ASKEP ANAK KEJANG DEMAM

ASKEP ANAK DHF

ASKEP ANAK THYPOID

ASKEP ANAK GASTROENTERITIS

ASKEP ANAK OBESITAS

ASKEP ANAK MALNUTRISI

PENYEBAB GANGGUAN JIWA

GANGGUAN JIWA CEMAS

PROSES TERJADINYA GANGGUAN JIWA

PROGRAM KESEHATAN JIWA DI INDONESIA

PPDGJ II 00 - 100

DDST

KEPERAWATAN MATERNITAS

Luka Bakar

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KELENJAR TIROID

ASKEP HIPOTIROIDISME

My Album Photos

Picture Window template. Powered by Blogger.

Anda mungkin juga menyukai