Anda di halaman 1dari 11

SISTEM INFORMASI KESEHATAN

PADA IBU HAMIL KEK DI PUSKESMAS PADANG TIJI

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 6

NAMA : RAUZATUN SAKDIAH ( 191010510029 )


RUWAIDA ( 191010510028 )
MARLIANA ( 191010510030 )
DEBBY ERVINA ( 191010510031 )
EKA MALIYA ( 191010510032 )
SUMIATI( 191010510027 )
RATNAWATI( 191010510033 )

Dosen Pengampu
Ulfa Husna Dhirah,S.ST,MKM

UNIVERSITAS UBUDIYAH INDONESIA


PROGRAM D-IV KEBIDANAN
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar belakang

Empat masalah gizi utama di Indonesia yaitu Kekurangan Energi Kronik(KEK),

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Kekurangan Vitamin A(KVA), dan Anemia

Gizi Besi (AGB). Salah satu golongan rawan gizi yangmenjadi sasaran program adalah remaja,

karena biasanya pada remaja seringterjadi masalah anemia, defisiensi besi dan kelebihan atau

kekurangan beratbadan. Tahun 2004, 37% balita (bawah lima tahun/bayi) kekurangan berat

badan(28% kekurangan berat badan sedang dan 9% kekurangan berat badan akut)(sumber

Susenas 2004). Pemerintah mempunyai program makanan tambahan sehingga perempuan dan

anak-anak yang terdeteksi memiliki berat badan kurangakan diberi makanan tambahan dan saran

ketika mereka datang ke puskesmas untuk memantau pertumbuhan.

Di Indonesia banyak terjadi kasus KEK (Kekurangan Energi Kronis) terutama yang

kemungkinan disebabkan karena adanya ketidakseimbangan asupan gizi, sehingga zat gizi

yang dibutuhkan tubuh tidak tercukupi. Hal tersebut mengakibatkan perumbuhan tubuh baik fisik

ataupun mental tidak sempurna seperti yang seharusnya. Banyak anak yang bertubuh

sangat kurus akibatkekurangan gizi atau sering disebut gizi buruk. Jika sudah terlalu lama

maka akanterjadi Kekurangan Energi Kronik (KEK). Hal tersebut sangat memprihatinkan,

mengingat Indonesia adalah egara yang kaya akan SDA (Sumber Daya Alam).

Ibu hamil diketahui menderita KEK dilihat dari pengukuran LILA, adapun ambang batas

LILA WUS (ibu hamil) dengan resiko KEK di Indonesia adalah23,5 cm. Apabila ukuran LILA

kurang dari 23,5 cm atau di bagian merah pita LILA, artinya wanita tersebut mempunyai resiko
KEK dan diperkirakan akanmelahirkan berat bayi lebih rendah (BBLR). BBLR mempunyai

resiko kematian,gizi kurang, gangguan pertumbuhan dan gangguan perkembangan anak.

Jumlah Bumil Di Puskesmas Padang Tiji dari Januari sampai dengan November

Berjumlah 452 Orang, Ibu hamil kek berjumlah 26 Orang. Masih banyak ibu hamil Kek di

puskesmas padang Tiji.

B. Tujuan

1. Mengetahui pengertian Kekurangan Energi Kronis (KEK)

2. Mengetahui KEK pada Ibu Hamil

3. Mengetahui cara pencegahan KEK


BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita

mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun. Risiko

Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mempunyai

kecenderungan menderita KEK. Seseorang dikatakan menderita risiko KEK bilamana LILA

<23,5 cm.

Kurang gizi akut disebabkan oleh tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang

cukup atau makanan yang baik (dari segi kandungan gizi) untuk satu periode tertentu untuk

mendapatkan tambahan kalori dan protein (untuk melawan) muntah dan mencret (muntaber) dan

infeksi lainnya. Gizi kurang kronik disebabkan karena tidak mengkonsumsi makanan dalam

jumlah yang cukup atau makanan yang baik dalam periode/kurun waktu yang lama untuk

mendapatkan kalori dan protein dalam jumlah yang cukkup, atau juga disebabkan menderita

muntaber atau penyakit kronis lainnya.

Gizi kurang akut biasanya mudah untuk dideteksi, berat badan anak akan kurang dan

kurus – mereka akan memiliki tinggi badan yang tidak sesuai dengan grafik pertumbuhan dan

meningkatkan resiko terkena infeksi. Gizi kurang yang kronik lebih sulit diidentifikasi oleh suatu

komunitas – anak akan tumbuh lebih lambat daripada yang diharapkan – baik dari segi berat

badan maupun tinggi badan, dan tidak kelihatan terlalu kurus, namun pemeriksaan berat dan

tinggi badan akan menunjukan bahwa mereka memiliki berat yang kurang pada grafik

pertumbuhan anak – misalnya kerdil. Gizi kurang kronik dapat mempengaruhi perkembangan

otak dan psikologi anak dan meningkatkan resiko terkena infeksi. Perempuan yang kurang
makan (kurang gizi) punya kecenderungan untuk melahirkan anak dengan berat badan rendah,

yang punya resiko lebih besar terkena infeksi.

Tiga faktor utama indeks kualitas hidup yaitu pendidikan, kesehatan dan ekonomi.

Faktor-faktor tersebut erat kaitannya dengan status gizi masyarakat yang dapat digambarkan

terutama pada status gizi anak balita dan wanita hamil. Kualitas bayi yang dilahirkan sangat

dipengaruhi oleh keadaan ibu sebelum dan selama hamil. Wanita Usia Subur (WUS) adalah

calon ibu yang penting untuk diketahui status gizinya. Salah satu ukuran untuk mengetahui risiko

KEK (kurang energi kronis) pada WUS adalah ukuran lingkar lengan atas (LILA) < 23.5 Cm.

Cara Mengetahui Risiko Kekurangan Energi Kronis (Kek) Dengan Menggunakan Pengukuran

Lila :

a. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)

LILA adalah suatu cara untuk mengetahui risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) wanita

usia subur termasuk remaja putri. Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau

perubahan status gizi dalam jangka pendek.

b. Pengukuran dilakukan dengan pita LILA dan ditandai dengan sentimeter, dengan batas

ambang 23,5 cm (batas antara merah dan putih). Apabila tidak tersedia pita LILA dapat

digunakan pita sentimeter/metlin yang biasa dipakai penjahit pakaian. Apabila ukuran LILA

kurang dari 23,5 cm atau di bagian merah pita LILA, artinya remaja putri mempunyai risiko

KEK. Bila remaja putri menderita risiko KEK segera dirujuk ke puskesmas/sarana kesehatan

lain untuk mengetahui apakah remaja putri tersebut menderita KEK dengan mengukur IMT.

Selain itu remaja putri tersebut harus meningkatkan konsumsi makanan yang beraneka

ragam.
» Hal-hal yang harus diperhatikan:

· Pengukuran dilakukan di bagian tengah antara bahu dan siku lengan kiri.

· Lengan harus dalam posisi bebas, lengan baju dan otot lengan dalam keadaan tidak tegang

atau kencang.

· Alat pengukur dalam keadaan baik dalam arti tidak kusut atau sudah dilipat-lipat, sehingga

permukaannya sudah tidak rata

Deteksi dini Kurang Energi Kronis (KEK) :

1. Dilakukan setiap tahun dengan mengukur Lingkar Lengan Kiri Atas (LILA) dengan

memakai pita LILA.

2. Pada Remaja Putri/Wanita yang LILA-nya <23,5 cm berarti menderita Risiko Kurang

Energi Kronis (KEK), yang harus dirujuk ke Puskesmas/ sarana pelayanan kesehatan lain,

untuk mendapatkan konseling dan pengobatan.

3. Pengukuran LILA dapat dilakukan oleh Remaja Putri atau wanita itu sendiri, kader atau

pendidik. Selanjutnya konseling dapat dilakukan oleh petugas gizi di Puskesmas (Pojok

Gizi), sarana kesehatan lain atau petugas kesehatan/gizi yang datang ke sekolah, pesantren

dan tempat kerja.

B. KEK pada Ibu Hamil di Puskesmas Padang Tiji

Di Indonesia batas ambang LILA dengan resiko KEK adalah 23,5 cm hal ini berarti ibu

hamil dengan resiko KEK diperkirakan akan melahirkan bayi BBLR. Bila bayi lahir dengan

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) akan mempunyai resiko kematian, gizi kurang, gangguan

pertumbuhan, dan gangguan perkembangan anak. Untuk mencegah resiko KEK pada ibu

hamil sebelum kehamilan wanita usia subur sudah harus mempunyai gizi yang baik, misalnya
dengan LILA tidak kurang dari 23,5 cm. Apabila LILA ibu sebelum hamil kurang dari

angka tersebut, sebaiknya kehamilan ditunda sehingga tidak beresiko melahirkan

BBLR. Ibu hamil dengan KEK pada batas 23 cm mempunyai resiko 2,0087 kali untuk

melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu yang mempunyai LILA lebih dari 23 cm.

Di Puskesmas Padang Tiji Masih Banyak juga Ibu Hamil KEK ,Yaitu berjumlah 53

Orang Hampir 30% ibu hamil KEK di kecamatan Padang Tiji.Rata-rata Ibu Hamil Kek yang

ada di padang tiji di sebabkan beberapa factor,yaitu sebagai berikut :

1. Faktor Sosial Ekonomi

a. Pendapatan Keluarga

b. Pendidikan Ibu

c. Status Perkawinan

2. Faktor Biologis

a. Usia Ibu Hamil

b. Jarak Kehamilan

c. Paritas

3. Faktor Pola Konsumsi/ Gaya Hidup.

4. Faktor Perilaku.

Kebanyakan Ibu Hamil KEK yang ada di kecamatan padang tiji di sebabkan oleh

Faktor sosial dan Faktor Biologis.Hampir 50% ibu hamil kek di puskesmas padang tiji karena

Usia ibu hamil dan status perkawinan.

Asupan makanan rata-rata bumil pada penelitian ini dibawah nilai normal (<50% RDA),

menunjukkan jumlah makanan yang kurang dan secara langsung menyebabkan terjadinya

defisiensi baik energi maupun vitamin dan mineral, dan merupakan penyebab terjadinya
malnutrisi pada bumil Untuk mencukupi kebutuhan bumil digunakan cadangan lemak tubuh

dan penggunaan secara terus menerus bukan saja akan memberi dampak negatif pada bumil

(malnutrisi) tapi juga akan berdampak pada bayi yang akan dilahirkan berupa berat lahir

yang rendah/BBLR.

Kebutuhan bumil terhadap energi, vitamin maupun mineral meningkat sesuai dengan

perubahan fisiologis ibu terutama pada akhir trimester kedua dimana terjadi proses

hemodelusi yang menyebabkan terjadinya peningkatan volume darah dan mempengaruhi

konsentrasi hemoglobin darah. Pada keadaan normal hal tersebut dapat diatasi dengan

pemberian tablet besi, akan tetapi pada keadaan gizi kurang bukan saja membutuhkan

suplemen energi juga membutuhkan suplemen vitamin dan zat besi. Keperluan yang

meningkat pada masa kehamilan, rendahnya asupan protein hewani serta tingginya konsumsi

serat / kandungan fitat dari tumbuh-tumbuhan serta protein nabati merupakan salah satu

faktor penyebab terjadinya anemia besi.

Bumil membutuhkan asupan energi dan zat besi yang lebih tinggi dari wanita normal.

Absorbsi zat besi dalam makanan hanya sekitar 20%, untuk meningkatkan absorbsi selain

dibutuhkan protein hewani dibutuhkan asupan vitamin C, zinc, asam folat, vitamin B12 dan

zat besi. Pemberian makanan tambahan yang mengandung 600-700 kalori, 15-20 gram

protein dan tablet besi pada ibu hamil KEK dari keluarga miskin tidak menunjukkan

kenaikan kadar Hb yang lebih tinggi dibandingkan kontrol yang memperoleh tablet besi. Hal

ini disebabkan dapat dijelaskan salah satunya dari perbedaan asupan fiber. Asupan fiber pada

kedua kelompok sejak awal penelitian sampai sesudah intervensi tampak lebih tinggi pada

kelompok perlakuan (p<0,05). Ini dapat dihubungkan dengan kondisi sosial ekonomi pada

kelompok perlakuan yang lebih rendah. Kemungkinan konsumsi sayur-sayuran dan buah-
buahan atau bahan makanan lainnya yang mengandung serat lebih banyak dikonsumsi oleh

kelompok perlakuan. Hal ini terkait dengan peran serat terhadap penyerapan zat besi.

Disamping itu, pemberian PMT pada kelompok perlakuan walaupun walaupun terlihat lebih

tinggi namun belum mencukupi kebutuhan energi dan protein yang dianjurkan (energi 2485

kkal dan protein 60 gram). Hal ini disebabkan PMT yang diberikan yang awalnya ditujukan

untuk melengkapi kebutuhan zat gizi ternyata digunakan sebagai makanan pokok, walaupun

sejak awal telah diinformasikan bahwa manfaat PMT yang diberikan hanyalah bersifat

penambah bukan pengganti makanan yang dikonsumsi selama ini.

C. Pencegahan KEK

Makan makanan yang bervariasi dan cukup mengandung kalori dan protein – termasuk

makanan pokok seperti nasi, ubi dan kentang setiap hari dan makanan yang mengandung

protein seperti daging, ikan, telur, kacang-kacangan atau susu sekurang-kurangnya sehari

sekali. Minyak dari kelapa atau mentega dapat ditambahkan pada makanan untuk

meningkatkan pasokan kalori, terutama pada anak-anak atau remaja yang tidak terlalu suka

makan. Hanya memberikan ASI kepada bayi sampai usia 6 bulan mengurangi resiko mereka

terkena muntah dan mencret (muntaber) dan menyediakan cukup gizi berimbang. Jika ibu

tidak bias atau tidak mau memberikan ASI, sangat penting bagi bayi untuk mendapatkan susu

formula untuk bayi yang dibuat dengan air bersih yang aman – susu sapi normal tidaklah

cukup. Sejak 6 bulan, sebaiknya tetap diberikan Asi tapi juga berikan 3-6 sendok makan

variasu makanan termasuk yang mengandung protein. Remaja dan anak2 yang sedang sakit

sebaiknya tetap diberikan makanan dan minuman yang cukup. Kurang gizi juga dapat

dicegah secara bertahap dengan mencegah cacingan, infeksi, muntaber melalui sanitasi yang

baik dan perawatan kesehatan, terutama mencegah cacingan.


Pemberian makanan tambahan dan zat besi pada ibu hamil yang menderita KEK dan

berasal dari Gakin dapat meningkatkan konsentrasi Hb walaupun besar peningkatannya tidak

sebanyak ibu hamil dengan status gizi baik. Terlihat juga penurunan prevalensi anemia pada

kelompok kontrol jauh lebih tinggi dibanding pada kelompok perlakuan. Konsumsi makanan

yang tinggi pada ibu hamil pada kelompok

Perlakuan termasuk zat besi disertai juga dengan peningkatan konsumsi fiber yang

diduga merupakan salah satu faktor pengganggu dalam penyerapan zat besi.. Pada ibu hamil

yang menderita KEK dan dari Gakin kemungkinan masih membutuhkan intervensi tambahan

agar dapat menurunkan prevalensi anemia sampai ke tingkat yang paling rendah.

Adapun Program Dari Puskesmas Padang Tiji Untuk mencegah Bumil KEK Yaitu :

1. Melakukan Kegiatan Kelas Ibu Hamil

2. Penyuluhan Tentang Asupan Gizi Pada Remaja Putri dan Ibu Hamil

3. Pemberian Tablet Fe Pada Remaja Putri dan Ibu Hamil

4. Pemantauan Ibu Hamil Resti apabila ibu hamil tersebut dideteksi bermasalah

5. Kunjungan Rumah Ibu Hamil KEK apabila Ibu Hamil tersebut KEK dan

Memberi tambahan PMT.


BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita

mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun. Risiko

Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mempunyai

kecenderungan menderita KEK. Seseorang dikatakan menderita risiko KEK bilamana LILA

<23,5 cm.

Ibu Hamil yang menderita KEK sangat beresiko melahirkan BBLR dimana berat bayi

kurang dari 2500 gram. Cara pencegahan KEK adalah dengan mengkonsumsi berbagai makanan

bergizi seimbang dengan pola makan yang sehat.

Masih banyak ibu hamil KEK di puskesmas padang tiji,di sebabkan karena menikah di

usia Dini dan Status sosial.

B. Saran

Disarankan kepada petugas kesehatan untuk meningkatkan program penyuluhan tentang

gizi seimbang dan bagi remaja lebih meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung

sumser zat besi seperti sayuran hijau,potein hewani(susu, daging,telur) dan penambahan

suplemen zat besi. Dan untuk para pembaca sebaiknya juga memperhatikan gizi dan pola makan

sehari-harinya.

Anda mungkin juga menyukai