DISUSUN OLEH
KELOMPOK 6
Dosen Pengampu
Ulfa Husna Dhirah,S.ST,MKM
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Kekurangan Vitamin A(KVA), dan Anemia
Gizi Besi (AGB). Salah satu golongan rawan gizi yangmenjadi sasaran program adalah remaja,
karena biasanya pada remaja seringterjadi masalah anemia, defisiensi besi dan kelebihan atau
kekurangan beratbadan. Tahun 2004, 37% balita (bawah lima tahun/bayi) kekurangan berat
badan(28% kekurangan berat badan sedang dan 9% kekurangan berat badan akut)(sumber
Susenas 2004). Pemerintah mempunyai program makanan tambahan sehingga perempuan dan
anak-anak yang terdeteksi memiliki berat badan kurangakan diberi makanan tambahan dan saran
Di Indonesia banyak terjadi kasus KEK (Kekurangan Energi Kronis) terutama yang
kemungkinan disebabkan karena adanya ketidakseimbangan asupan gizi, sehingga zat gizi
yang dibutuhkan tubuh tidak tercukupi. Hal tersebut mengakibatkan perumbuhan tubuh baik fisik
ataupun mental tidak sempurna seperti yang seharusnya. Banyak anak yang bertubuh
sangat kurus akibatkekurangan gizi atau sering disebut gizi buruk. Jika sudah terlalu lama
maka akanterjadi Kekurangan Energi Kronik (KEK). Hal tersebut sangat memprihatinkan,
mengingat Indonesia adalah egara yang kaya akan SDA (Sumber Daya Alam).
Ibu hamil diketahui menderita KEK dilihat dari pengukuran LILA, adapun ambang batas
LILA WUS (ibu hamil) dengan resiko KEK di Indonesia adalah23,5 cm. Apabila ukuran LILA
kurang dari 23,5 cm atau di bagian merah pita LILA, artinya wanita tersebut mempunyai resiko
KEK dan diperkirakan akanmelahirkan berat bayi lebih rendah (BBLR). BBLR mempunyai
Jumlah Bumil Di Puskesmas Padang Tiji dari Januari sampai dengan November
Berjumlah 452 Orang, Ibu hamil kek berjumlah 26 Orang. Masih banyak ibu hamil Kek di
B. Tujuan
PEMBAHASAN
A. Definisi
mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun. Risiko
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mempunyai
kecenderungan menderita KEK. Seseorang dikatakan menderita risiko KEK bilamana LILA
<23,5 cm.
Kurang gizi akut disebabkan oleh tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang
cukup atau makanan yang baik (dari segi kandungan gizi) untuk satu periode tertentu untuk
mendapatkan tambahan kalori dan protein (untuk melawan) muntah dan mencret (muntaber) dan
infeksi lainnya. Gizi kurang kronik disebabkan karena tidak mengkonsumsi makanan dalam
jumlah yang cukup atau makanan yang baik dalam periode/kurun waktu yang lama untuk
mendapatkan kalori dan protein dalam jumlah yang cukkup, atau juga disebabkan menderita
Gizi kurang akut biasanya mudah untuk dideteksi, berat badan anak akan kurang dan
kurus – mereka akan memiliki tinggi badan yang tidak sesuai dengan grafik pertumbuhan dan
meningkatkan resiko terkena infeksi. Gizi kurang yang kronik lebih sulit diidentifikasi oleh suatu
komunitas – anak akan tumbuh lebih lambat daripada yang diharapkan – baik dari segi berat
badan maupun tinggi badan, dan tidak kelihatan terlalu kurus, namun pemeriksaan berat dan
tinggi badan akan menunjukan bahwa mereka memiliki berat yang kurang pada grafik
pertumbuhan anak – misalnya kerdil. Gizi kurang kronik dapat mempengaruhi perkembangan
otak dan psikologi anak dan meningkatkan resiko terkena infeksi. Perempuan yang kurang
makan (kurang gizi) punya kecenderungan untuk melahirkan anak dengan berat badan rendah,
Tiga faktor utama indeks kualitas hidup yaitu pendidikan, kesehatan dan ekonomi.
Faktor-faktor tersebut erat kaitannya dengan status gizi masyarakat yang dapat digambarkan
terutama pada status gizi anak balita dan wanita hamil. Kualitas bayi yang dilahirkan sangat
dipengaruhi oleh keadaan ibu sebelum dan selama hamil. Wanita Usia Subur (WUS) adalah
calon ibu yang penting untuk diketahui status gizinya. Salah satu ukuran untuk mengetahui risiko
KEK (kurang energi kronis) pada WUS adalah ukuran lingkar lengan atas (LILA) < 23.5 Cm.
Cara Mengetahui Risiko Kekurangan Energi Kronis (Kek) Dengan Menggunakan Pengukuran
Lila :
LILA adalah suatu cara untuk mengetahui risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) wanita
usia subur termasuk remaja putri. Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau
b. Pengukuran dilakukan dengan pita LILA dan ditandai dengan sentimeter, dengan batas
ambang 23,5 cm (batas antara merah dan putih). Apabila tidak tersedia pita LILA dapat
digunakan pita sentimeter/metlin yang biasa dipakai penjahit pakaian. Apabila ukuran LILA
kurang dari 23,5 cm atau di bagian merah pita LILA, artinya remaja putri mempunyai risiko
KEK. Bila remaja putri menderita risiko KEK segera dirujuk ke puskesmas/sarana kesehatan
lain untuk mengetahui apakah remaja putri tersebut menderita KEK dengan mengukur IMT.
Selain itu remaja putri tersebut harus meningkatkan konsumsi makanan yang beraneka
ragam.
» Hal-hal yang harus diperhatikan:
· Pengukuran dilakukan di bagian tengah antara bahu dan siku lengan kiri.
· Lengan harus dalam posisi bebas, lengan baju dan otot lengan dalam keadaan tidak tegang
atau kencang.
· Alat pengukur dalam keadaan baik dalam arti tidak kusut atau sudah dilipat-lipat, sehingga
1. Dilakukan setiap tahun dengan mengukur Lingkar Lengan Kiri Atas (LILA) dengan
2. Pada Remaja Putri/Wanita yang LILA-nya <23,5 cm berarti menderita Risiko Kurang
Energi Kronis (KEK), yang harus dirujuk ke Puskesmas/ sarana pelayanan kesehatan lain,
3. Pengukuran LILA dapat dilakukan oleh Remaja Putri atau wanita itu sendiri, kader atau
pendidik. Selanjutnya konseling dapat dilakukan oleh petugas gizi di Puskesmas (Pojok
Gizi), sarana kesehatan lain atau petugas kesehatan/gizi yang datang ke sekolah, pesantren
Di Indonesia batas ambang LILA dengan resiko KEK adalah 23,5 cm hal ini berarti ibu
hamil dengan resiko KEK diperkirakan akan melahirkan bayi BBLR. Bila bayi lahir dengan
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) akan mempunyai resiko kematian, gizi kurang, gangguan
pertumbuhan, dan gangguan perkembangan anak. Untuk mencegah resiko KEK pada ibu
hamil sebelum kehamilan wanita usia subur sudah harus mempunyai gizi yang baik, misalnya
dengan LILA tidak kurang dari 23,5 cm. Apabila LILA ibu sebelum hamil kurang dari
BBLR. Ibu hamil dengan KEK pada batas 23 cm mempunyai resiko 2,0087 kali untuk
melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu yang mempunyai LILA lebih dari 23 cm.
Di Puskesmas Padang Tiji Masih Banyak juga Ibu Hamil KEK ,Yaitu berjumlah 53
Orang Hampir 30% ibu hamil KEK di kecamatan Padang Tiji.Rata-rata Ibu Hamil Kek yang
a. Pendapatan Keluarga
b. Pendidikan Ibu
c. Status Perkawinan
2. Faktor Biologis
b. Jarak Kehamilan
c. Paritas
4. Faktor Perilaku.
Kebanyakan Ibu Hamil KEK yang ada di kecamatan padang tiji di sebabkan oleh
Faktor sosial dan Faktor Biologis.Hampir 50% ibu hamil kek di puskesmas padang tiji karena
Asupan makanan rata-rata bumil pada penelitian ini dibawah nilai normal (<50% RDA),
menunjukkan jumlah makanan yang kurang dan secara langsung menyebabkan terjadinya
defisiensi baik energi maupun vitamin dan mineral, dan merupakan penyebab terjadinya
malnutrisi pada bumil Untuk mencukupi kebutuhan bumil digunakan cadangan lemak tubuh
dan penggunaan secara terus menerus bukan saja akan memberi dampak negatif pada bumil
(malnutrisi) tapi juga akan berdampak pada bayi yang akan dilahirkan berupa berat lahir
yang rendah/BBLR.
Kebutuhan bumil terhadap energi, vitamin maupun mineral meningkat sesuai dengan
perubahan fisiologis ibu terutama pada akhir trimester kedua dimana terjadi proses
konsentrasi hemoglobin darah. Pada keadaan normal hal tersebut dapat diatasi dengan
pemberian tablet besi, akan tetapi pada keadaan gizi kurang bukan saja membutuhkan
suplemen energi juga membutuhkan suplemen vitamin dan zat besi. Keperluan yang
meningkat pada masa kehamilan, rendahnya asupan protein hewani serta tingginya konsumsi
serat / kandungan fitat dari tumbuh-tumbuhan serta protein nabati merupakan salah satu
Bumil membutuhkan asupan energi dan zat besi yang lebih tinggi dari wanita normal.
Absorbsi zat besi dalam makanan hanya sekitar 20%, untuk meningkatkan absorbsi selain
dibutuhkan protein hewani dibutuhkan asupan vitamin C, zinc, asam folat, vitamin B12 dan
zat besi. Pemberian makanan tambahan yang mengandung 600-700 kalori, 15-20 gram
protein dan tablet besi pada ibu hamil KEK dari keluarga miskin tidak menunjukkan
kenaikan kadar Hb yang lebih tinggi dibandingkan kontrol yang memperoleh tablet besi. Hal
ini disebabkan dapat dijelaskan salah satunya dari perbedaan asupan fiber. Asupan fiber pada
kedua kelompok sejak awal penelitian sampai sesudah intervensi tampak lebih tinggi pada
kelompok perlakuan (p<0,05). Ini dapat dihubungkan dengan kondisi sosial ekonomi pada
kelompok perlakuan yang lebih rendah. Kemungkinan konsumsi sayur-sayuran dan buah-
buahan atau bahan makanan lainnya yang mengandung serat lebih banyak dikonsumsi oleh
kelompok perlakuan. Hal ini terkait dengan peran serat terhadap penyerapan zat besi.
Disamping itu, pemberian PMT pada kelompok perlakuan walaupun walaupun terlihat lebih
tinggi namun belum mencukupi kebutuhan energi dan protein yang dianjurkan (energi 2485
kkal dan protein 60 gram). Hal ini disebabkan PMT yang diberikan yang awalnya ditujukan
untuk melengkapi kebutuhan zat gizi ternyata digunakan sebagai makanan pokok, walaupun
sejak awal telah diinformasikan bahwa manfaat PMT yang diberikan hanyalah bersifat
C. Pencegahan KEK
Makan makanan yang bervariasi dan cukup mengandung kalori dan protein – termasuk
makanan pokok seperti nasi, ubi dan kentang setiap hari dan makanan yang mengandung
protein seperti daging, ikan, telur, kacang-kacangan atau susu sekurang-kurangnya sehari
sekali. Minyak dari kelapa atau mentega dapat ditambahkan pada makanan untuk
meningkatkan pasokan kalori, terutama pada anak-anak atau remaja yang tidak terlalu suka
makan. Hanya memberikan ASI kepada bayi sampai usia 6 bulan mengurangi resiko mereka
terkena muntah dan mencret (muntaber) dan menyediakan cukup gizi berimbang. Jika ibu
tidak bias atau tidak mau memberikan ASI, sangat penting bagi bayi untuk mendapatkan susu
formula untuk bayi yang dibuat dengan air bersih yang aman – susu sapi normal tidaklah
cukup. Sejak 6 bulan, sebaiknya tetap diberikan Asi tapi juga berikan 3-6 sendok makan
variasu makanan termasuk yang mengandung protein. Remaja dan anak2 yang sedang sakit
sebaiknya tetap diberikan makanan dan minuman yang cukup. Kurang gizi juga dapat
dicegah secara bertahap dengan mencegah cacingan, infeksi, muntaber melalui sanitasi yang
berasal dari Gakin dapat meningkatkan konsentrasi Hb walaupun besar peningkatannya tidak
sebanyak ibu hamil dengan status gizi baik. Terlihat juga penurunan prevalensi anemia pada
kelompok kontrol jauh lebih tinggi dibanding pada kelompok perlakuan. Konsumsi makanan
Perlakuan termasuk zat besi disertai juga dengan peningkatan konsumsi fiber yang
diduga merupakan salah satu faktor pengganggu dalam penyerapan zat besi.. Pada ibu hamil
yang menderita KEK dan dari Gakin kemungkinan masih membutuhkan intervensi tambahan
agar dapat menurunkan prevalensi anemia sampai ke tingkat yang paling rendah.
Adapun Program Dari Puskesmas Padang Tiji Untuk mencegah Bumil KEK Yaitu :
2. Penyuluhan Tentang Asupan Gizi Pada Remaja Putri dan Ibu Hamil
4. Pemantauan Ibu Hamil Resti apabila ibu hamil tersebut dideteksi bermasalah
5. Kunjungan Rumah Ibu Hamil KEK apabila Ibu Hamil tersebut KEK dan
PENUTUP
A. Simpulan
mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun. Risiko
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mempunyai
kecenderungan menderita KEK. Seseorang dikatakan menderita risiko KEK bilamana LILA
<23,5 cm.
Ibu Hamil yang menderita KEK sangat beresiko melahirkan BBLR dimana berat bayi
kurang dari 2500 gram. Cara pencegahan KEK adalah dengan mengkonsumsi berbagai makanan
Masih banyak ibu hamil KEK di puskesmas padang tiji,di sebabkan karena menikah di
B. Saran
gizi seimbang dan bagi remaja lebih meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung
sumser zat besi seperti sayuran hijau,potein hewani(susu, daging,telur) dan penambahan
suplemen zat besi. Dan untuk para pembaca sebaiknya juga memperhatikan gizi dan pola makan
sehari-harinya.