Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan
jasmani dan rohani serta petunjuk dan kekuatan kepada penulis sehingga Laporan Kasus yang
diberi judul “LAPORAN KASUS PADA PASIEN PREEKLAMSIA” bias diselesaikan, walau
masih banyak kekurangan kritik dan saran sangat di harapkan penulis agar lebih baik lagi
dikemudian hari.
Makalah ini disusun dan dibuat berdasarkan materi-materi yang ada. Materi-materi
bertujuan agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam belajar. Serta juga dapat
memahami nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam berpikir dan bertindak. Mudah-mudahan
dengan mempelajari Laporan Kasus ini akan mampu menghadapi masalah-masalah atau
kesulitan-kesulitan yang timbul dalam belajar. Dan dengan harapan semoga semua mampu
berinovasi dan berekreasi dengan potensi yang dimiliki serta bias memahaminya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A.. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Tujuan.............................................................................................................2
C. Manfaat...........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
A. Pengertian.......................................................................................................4
B. Etiologi...........................................................................................................5
C. Patofisiologi....................................................................................................9
D. Gejala Klinis...................................................................................................16
E. Diagnosa.........................................................................................................16
F. Komplikasi.....................................................................................................17
BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN...........................................19
A. Pengkajian......................................................................................................19
B. Kunjungan Rumah..........................................................................................26
C. Pembahasan....................................................................................................30
BAB IV PENUTUP..................................................................................................33
A. Kesimpulan.....................................................................................................33
B. Saran ..............................................................................................................33
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Preeklamsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante,
intra, dan post partum. Dari gejala-gejala klinik pre eklamsia dapat dibagi menjadi
preeklamsia ringan dan preklamsia berat. Pembagian preeklamsia menjadi berat dan
ringan tidaklah berarti adanya dua penyakit yang jelas berbeda, sebab seringkali
ditemukan penderita dengan preeklamsia ringan dapat mendadak mengalami kejang dan
kehamilan dan terjadi pada 5-20% perempuan khususnya primigravida, ibu hamil dengan
kehamilan kembar, ibu yang menderita diabetes mellitus, dan hipertensi essensial.
Bahaya dari preeklampsia meliputi solutio placenta, kegagalan ginjal dan jantung,
hemorargi serebral, insupisiensi placenta, dan gangguan pertumbuhan janin (Denis Tiran,
2006).
Preeklampsia berat (PEB) dan eklampsia masih merupakan salah satu penyebab
penyakit hypertensi yang disebabkan karena kehamilan. PEB ditandai oleh adanya
ditandai oleh adanya koma dan/atau kejang di samping ketiga tanda khas PEB
Di negara berkembang, AKI sebesar 585/100.000 kelahiran hidup. Di Asia AKI
Kesehatan Indonesia (SDKI), AKI di Indonesia pada tahun 2007 adalah 228/100.000
kelahiran hidup. Penyebab AKI diantaranya Pendarahan (28%), eklampsia (24%), infeksi
(11%), komplikasi masa puerperium (8%), abortus (5%), partus lama (5%), emboli
mortalitas ibu dan janin adalah pre-eklamsia (PE), angka kejadiannya berkisar antara
1
0,51%-38,4%. Di negara maju angka kejadian pre-eklampsia berkisar 6-7% dan
eklampsia 0,1-0,7%. Sedangkan angka kematian ibu yang diakibatkan pre-eklampsia dan
dihubungkan dengan masih rendahnya status sosial ekonomi dan tingkat pendidikan yang
dimiliki kebanyakan masyarakat. Kedua hal tersebut saling terkait dan sangat berperan
informasi/masalah kesehatan yang timbul baik pada dirinya ataupun untuk lingkungan
sekitarnya (Zuhrina, 2010). Untuk itu, penulis tertarik untuk mendapatkan gambaran
mengenai kasus tersebut di atas dengan melakukan asuhan pada ibu bersalin dengan
preeklampsia berat.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan pada Ny. L umur kehamilan dengan Preeklamsia yang
penanganan dini.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Preeklampsia (PE) adalah gangguan yang terjadi setelah minggu ke-20 kehamilan
dan ditandai dengan hipertensi dan proteinuria (Silasi Michele, 2010). Preeklamsia
adalah keadaan dimana hipertensi disertai dengan proteinuria, edema atau kedua-duanya
yang terjadi akibat kehamilan setelah minggu ke 20 atau kadang-kadang timbul lebih
awal bila terdapat perubahan hidatidiformis yang luas pada vili dan korialis (Mitayani,
2009).
Preeklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan atau edema
setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul
Preeklamsia dapat dideskripsikan sebagai kondisi yang tidak dapat diprediksi dan
progresif serta berpotensi mengakibatkan disfungsi dan gagal multi organ yang dapat
mengganggu kesehatan ibu dan berdampak negative pada lingkungan janin. (Boyle M,
2007).
Pre-eklampsia Berat ditandai satu atau lebih dari ciri berikut ini
1. Tekanan darah lebih dari 160 mmHg sistolik atau lebih dari sama dengan 110 mmHg
diastolik pada dua kesempatan setidaknya 6 jam terpisah sementara pasien tirah
baring
2. Proteinuria 5 gram atau lebih tinggi dalam spesimen urin 24 jam atau +3 atau lebih
pada dua sampel urin secara acak dikumpulkan setidaknya 4 jam terpisah
3. Oliguria kurang dari 500 mL dalam 24 jam
3
4. Cerebral atau visual gangguan
5. Edema paru atau sianosis
6. Epigastrium atau kuadran kanan atas-nyeri
7. Gangguan fungsi hati
8. Trombositopenia
9. Pertumbuhan janin pembatasan (David A Miller, 2010)
Preeklampsia Berat ditandai dengan tekanan darah sistol/diastol lebih dari sama
dengan 160/110 mmHg, protein urin lebih dari sama dengan +3, sakit kepala, gangguan
2010). Tanda dan gejala preeklampsia berat adalah tekanan diastol > 110 mmHg, terjadi
pada kehamilan > 20 minggu, proteinurin >+3, hiperrefleksia, nyeri kepala, penglihatan
kabur, oliguri, ngeri abdomen atas, dan edema paru (Saifuddin, 2010).
Jadi, pre eklamsia berat adalah suatu kondisi yang spesifik pada kehamilan yang
ditandai dengan timbulnya hipertensi ≥ 160/110 mmHg disertai proteinuria > 5 gr/24 jam
(Lindheimer dan rekan, 2009). Dan dari semua mekanisme yang telah diusulkan untuk
sejumlah faktor ibu, plasenta, dan janin. Di bawah ini merupakan beberapa hal yang
normal
Faktor genetik termasuk gen predisposisi diwariskan serta pengaruh epigenetic
1. Abnormal Invasi Trofoblas
Dalam implantasi normal, arteri spiralis rahim mengalami remodeling
yang luas karena mereka diinvasi oleh trofoblast endovascular. Sel-sel ini
menggantikan lapisan endotel dan otot pembuluh darah untuk memperbesar diameter
spiralis”, sehingga aliran darah uteroplasenta menurun, dan terjadilah hipoksia dan
iskemia plasenta.
2. Faktor Imunologi
Pada perempuan hamil normal, respons imun tidak menolak adanya “hasil
konsepsi” yang bersifat asing. Hal ini disebabkan adanya human leukocyte antigen
protein G (HLA-G), yang berperan penting dalam modulasi respons imun sehingga si
ibu tidak menolak hasil konsepsi (plasenta). Adanya HLA-G pada plasenta dapat
melindungi trofoblas janin dari lisis oleh sel Natular Killer (NK) ibu.
Selain itu, adanya HLA-G akan mempermudah invasi sel trofoblas ke
dalam jaringan desidua ibu. Jadi HLA-G merupakan prakondisi untuk terjadinya
invasi trofoblas ke dalam jaringan desidua ibu, disamping untuk menghadapi sel
Natural Killer. Pada plasenta hipertensi dalam kehamilan, terjadi penurunan ekspresi
trofoblas ke dalam desidua. Sedangkan invasi trofoblas sangat penting agar jaringan
inflamasi.
3. Iskemia Plasent, Radikal Bebas dan disfungsi endotel.
a. Iskemia Plasenta dan Pembentukan Oksidan,radikal bebas
Sebagaimana dijelaskan pada teori invasi trofoblas, pada hipertensi dalam
menghasilkan oksidan (disebut juga radikal bebas). Oksidan atau radikal bebas
yang tidak berpasangan. Salah satu oksidan penting yang dihasilkan plasenta
manusia adalah suatu proses normal, karena oksidan memang dibutuhkan untuk
perlindungan tubuh. Adanya radikal hidroksil dalam darah, maka dulu hipertensi
5
dalam kehamian disebut “toxaemia”. Radikal hidroksil akan merusak membrane
sel, yang mengandung banyak asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak.
Peroksida lemak selain akan merusak membrane sel, juga akan merusak nucleus,
dan protein sel endotel. Produksi oksidan (radikal bebas) dalam tubuh yang
oksidan/radikal bebas yang sangat toksis ini akan beredar diseluruh tubuh dalam
aliran darah dan akan merusak membran sel endotel. Membran sel endotel lebih
berhubungan dengan aliran darah dan mengandung banyak asam lemak tidak
jenuh. Asam lemak tidak jenuh sangat rentan terhadap oksidan radikal hidroksil,
kerusakan sel endotel, yang kerusakannya dimulai dari membran sel endotel.
6
prostasiklin lebih tinggi. Pada preeklampsia kadar tromboksan lebih tinggi.
dikaitkan dengan penurunan tekanan darah. Zhang dan rekan (2002) melaporkan
bahwa kejadian preeklampsia dua kali lipat pada wanita yang sehari-hari asupan
asam askorbatnya adalah kurang dari 85 mg. Studi ini diikuti oleh uji acak untuk
suplementasi kalsium pada populasi dengan asupan kalsium yang rendah makanan
memiliki efek yang kecil untuk menurunkan angka kematian perinatal, namun
minyak hati halibut, dapat mengurangi risiko preeklampsia. Karena minyak ikan
mengandung bahan asam lemak tidak jenuh yang dapat menghambat produksi
insiden untuk preeklamsi 20 sampai 40 persen untuk anak perempuan dari ibu
Telah terbukti bahwa pada ibu yang mengalami preeklampsia 26% anak
kehamilan
c. Aktivasi endotel dengan ekstravasasi cairan intravaskular ke ruang ekstraseluler,
yang mendasari, kehadiran preeklampsia, dan tahap perjalanan klinis lainnya. Ada
klaim bahwa pada beberapa wanita perubahan ini bahkan mungkin mendahului
timbulnya hipertensi (Bosio, 1999; De Paco, 2008; Easterling, 1990; Hibbard, 2009,
wanita, tekanan bergantung pada infus cairan intravena. Secara khusus, hidrasi
edema paru dapat berkembang meskipun fungsi ventrikel normal karena kebocoran
8
konsentrasi albumin serum yang rendah (American College of Obstetricians dan
Gynecologists, 2002a).
Nilai yang sama dari fungsi jantung dilaporkan sebelumnya oleh Lang
dan rekan kerja (1991) dan baru-baru Tihtonen dan rekan (2006), yang menggunakan
sebagian besar merupakan hasil dari tekanan wedge rendah dan bukan akibat dari
kontraktilitas miokard augmented yang diukur seperti stroke ventrikel kiri indeks
kerja. Sebagai perbandingan, wanita yang diberikan lebih banyak volume cairan
umumnya telah memiliki tekanan yang melebihi normal, namun fungsi ventrikel
ciri dari eklampsia. Zeeman dan rekan (2009) memperluas pengamatan sebelumnya
Pritchard dan rekan kerja (1984). Mereka menemukan bahwa pada wanita eklampsia,
yang biasanya diharapkan hipervolemia, bahkan tidak ada. Volume darah rata-rata
pada wanita hampir 5000 mL selama beberapa minggu terakhir dari kehamilan
normal, dibandingkan dengan sekitar 3500 mL pada saat tidak hamil. Dengan
yang mengikuti aktivasi endotel dan kebocoran plasma ke ruang interstitial karena
normal (Silver dan rekan, 1998). Untuk wanita dengan hemokonsentrasi parah,
9
penyebab substantif ini (preeklampsi) jatuh di hematokrit, biasanya akibat
kehilangan darah saat melahirkan. Hal ini juga mungkin sebagian hasil dari jumlah
normal.
4. Darah dan Koagulasi
Kelainan hematologi berkembang pada beberapa wanita dengan
yang kadang-kadang bisa menjadi begitu parah dan mengancam nyawa. Selain itu,
beberapa faktor pembekuan plasma mungkin akan menurun, dan eritrosit dapat
tahun 1922 oleh Stancke. Pada umumnya, jumlah trombosit secara rutin
trombosit yang dilakukan (Heilmann dan rekan, 2007; Hupuczi dan rekan
<100.000/uL.
b. Semakin rendah jumlah trombosit, semakin tinggi tingkat morbiditas dan
mortalitas ibu dan janin (Leduc dan rekan kerja, 1992). Dalam kebanyakan
menurun untuk hari pertama atau lebih. Kemudian biasanya meningkat secara
10
progresif untuk mencapai tingkat yang normal biasanya dalam 3 sampai 5
trombosit terus turun setelah melahirkan. Pada beberapa wanita yang jumlah
dan S.
5. Ginjal
Selama kehamilan normal, aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus
berkurang. Filtrasi glomerulus yang berkurang mungkin akibat dari volume plasma
yang berkurang. Sebagian besar penurunan ini mungkin dari resistensi arteriolar
meningkat ginjal aferen yang mungkin meningkat hingga lima kali lipat (Conrad dan
rekan kerja, 2009). Ada juga perubahan morfologi ditandai dengan endotheliosis
11
glomerular, memblokir penghalang filtrasi. Kemampuan filtrasi yang berkurang ini
menyebabkan nilai kreatinin serum naik, yaitu, 1 mg/mL, tapi kadang-kadang bahkan
lebih tinggi (Lindheimer dan rekan, 2008a). Pada wanita preeklampsia, konsentrasi
natrium urin tinggi. Osmolaritas urin, rasio kreatinin plasma, dan pecahan ekskresi
bahkan anuri
2. Kerusakan sel glomerulus mengakibatkan permeabilitas membran basalis
korteks ginjal mengalami nekrosis, maka terjadi nekrosis korteks ginjal yang
bersifat ireversibel
5. Dapat terjadi kerusakan instrinsik jaringan ginjal akibat vasospasme pembuluh
melaporkan bahwa 10 sampai 15 persen dari wanita dengan sindrom HELLP tidak
memiliki proteinuria pada awal kedatangannya. Zwart dan rekan (2008) melaporkan
bahwa 17 persen wanita eklampsia tidak memiliki proteinuria pada saat kejang.
Masalah lain adalah bahwa metode optimal membangun baik tingkat abnormal
protein urin atau albumin masih harus didefinisikan. Chen dan rekan kerja (2008)
12
dengan baik. Tapi dipstick penentuan kualitatif tergantung pada konsentrasi
kemihdan terkenal karena hasil positif palsu dan negatif. Untuk spesimen 24 jam
jam-atau ekuivalen diekstrapolasi dalam koleksi pendek. Yang penting, hal ini belum
terbantahkan.
Penentuan protein urin: atau albumin: kreatinin rasio dapat menggantikan
kuantifikasi 24 jam rumit (Kyle dan rekan, 2008). Dalam review sistematis baru-baru
ini, Papanna dan rekan (2008) menyimpulkan bahwa protein urin acak: rasio
kreatinin yang berada di bawah 130-150 mg/g-0.13 sampai 0,15 menunjukkan bahwa
digunakan untuk mengukur proteinuria, dan tidak ada mendeteksi semua berbagai
penyakit glomerular seperti preeclampsia, protein yang banyak dalam urin adalah
albumin. Sehingga memungkinkan pengukuran lebih cepat pada tes albumin dan
kreatinin rasio dalam pengaturan rawat jalan (Kyle dan rekan kerja, 2008).
D. Gambaran Klinis
Gambaran klinik preeklampsia bervariasi luas dan sangat bervariasi luas dan
yang timbul lebih dulu. Secara teoritik urutan gejala-gejala yang timbul pada
preeklampsia ialah edema, hipertensi, dan terakhir proteinuria; sehingga bila gejala-gejala
ini timbul tidak dalam urutan diatas dapat dianggap bukan preeklampsia.
Dari semua gejala tersebut, timbulnya hipertensi dan proteinuria merupakan
gejala yang sangat penting. Namun, sayangnya penderita sering kali tidak merasakan
perubahan ini. Bila penderita sudah mengeluh adanya gangguan nyeri kepala, gangguan
penglihatan, atau nyeri epigastrium, maka penyakit ini sudah cukup lanjut.
E. Diagnosa
13
Diagnosa preeklamsia berat dapat ditegakkan jika menemukan satu atau lebih
Tekanan darah tidak akan menurun meskipun ibu sudah dirawat di RS dan sudah
pandangan kabur.
6. Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat teregangnya
kapsula Glisson).
7. Edema paru-paru dan sianosis.
8. Hemolisis mikroangiopatik.
9. Trombositopenia < 100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dengan cepat.
10. Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoselular): peningkatan kadar alanin dan
aspirate aminotransferase.
11. Pertumbuhan janin intra uterin terhambat.
12. Sindrom HELLP.
F. Komplikasi
Preeklampsia adalah penyakit kompleks yang dapat menyebabkan komplikasi
kebanyakan kasus eklampsia terjadi sebagai perkembangan dari preeklampsia, hal ini
bisa terjaditanpa bukti hipertensi atau proteinuria. Sampai sepertiga kasus eklampsia
delivery.
2. Gagal ginjal akut, gagal hati,edema paru, dan sindrom HELLP adalah komplikasi
tambahan. HELLP sindrom ini ditandai dengan hemolisis, peningkatan enzim hati,
dan trombosit yang rendah. Hal ini dianggap sebagai varian parah preeklampsia, dan
berhubungan dengan risiko yang lebih tinggi dari ibu dan hasil yang merugikan
14
tentang konsekuensi jangka panjang dari preeklampsia termasuk peningkatan risiko
penyakit kardiovaskular, penyakit ginjal, dan stroke. Sekitar 20% dari wanita dengan
dibandingkan dengan hanya 2% dari wanita dengan tekanan darah normal. Jangka
panjang risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular dua kali lipat terjadi
usia.
3. Preeklampsia berulang
4. Komplikasi janin sekunder untuk preeklampsia termasuk pembatasan pertumbuhan
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Pengkajian
1. Data Subjektif
a. Identitas
Nama : Ny. L
Umur : 37 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan Terakhir : Sarjana
Alamat : Blang Bintamg
Tanggal masuk: 20 Januari 2020
No. CM : 2020.075
15
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan Terakhir : Sarjana
b. Keluhan Utama
Ibu datang ke Praktek Bidan dengan keluhan Pusing lebih kurang 1 jam yang lalu.
Ibu hamil anak ke 3, mengaku keluar air-air banyak tadi malam, berbau anyir dan
berwarna seperti air kencing. Terasa mules dan keluar lender bercampur darah dari
jalan lahir.
c. Riwayat Perkawinan
Kawin 1 kali, kawin pertama kali umur 25 tahun, dengan suami sekarang sudah
10 tahun.
d. Riwayat Haid
a.
Menarche umur : 11 tahun
b.
Siklus : 27 hari
c.
Teratur/ tidak : Teratur
d.
Lamanya : 7 hari
e.
Banyaknya : 3x ganti pembalut / hari
f.
Disminorhoe : Tidak ada
g.
HPHT : 25-05-2019
h.
TP : 2-02-2020
e. Riwayat Obstetri
G3P2A0
f. Riwayat KB
a. Jenis : Kb Pil
b. Lama : 1 tahun.
c. Masalah : Tidak ada
g. Riwayat Kesehatan
1) Ibu : Ibu tidak pernah menderita penyakit keturunan seperti DM, asma,
seperti DM. asma , jantung dan juga tidak punya penyakit menular seperti
16
d) Imunisasi : Belum dilakukan
e) Pergerakan anak : Dirasakan ibu beberapa saat yang lalu
f) Keluhan : Mual
g) Nasehat : Makan makanan bergizi
h) Pengobatan : Vitamin C
2) ANC trimester II
a) Frekuensi : 2x
b) Tempat : Bidan Ratna Ramlah
c) Umur kehamilan : 16 minggu
d) Imunisasi : Belum dilakukan
e) Pergerakan anak : Terasa
f) Keluhan :-
g) Nasehat : Istirahat yang cukup
h) Pengobatan : Vit C, Kalk
3) ANC trimester III
a) Frekuensi : 3x
b) Tempat : Bidan Ratna Ramlah
c) Umur kehamilan : 28 minggu
d) Imunisasi : Belum dilakukan
e) Pergerakan anak : Terasa
f) Keluhan : Sakit pinggang
g) Nasehat : Istirahat yang cukup dan hindari gerakan
tiba-tiba
h) Pengobatan : Vit C, Kalc & FE
i. Pola Kebutuhan Sehari-Hari
1) Nutrisi
a) Jenis : Nasi, sayur, lauk-pauk
b) Frekuensi : 3x sehari
c) Porsi : 1 piring
d) Pantangan : Tidak Ada
2) Eliminasi
BAB
- Frekuensi : 2x sehari
- Konsistensi : Lembek
- Warna : Coklat
- Masalah : Tidak ada
BAK
- Frekuensi : 4x sehari
- Warna : Kuning
- Bau : Bau khas urine
- Masalah : Tidak Ada
3) Personal Hygiene
a) Frekkuensi mandi : 3x Sehari
b) Frekuensi gosok gigi :3x Sehari
c) Frekuensi ganti pakaian : Sesuai kebutuhan
2. Data Objektif
17
1) Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran umum : composmentis
c. Berat badan
- Sebelum hamil : 45 kg
- Sekarang : 55 kilo
d. Tinggi badan : 152 cm
e. LiLa : 24 cm
f. Tanda-tanda vital : TD :170/110 mmHg R: 22x/m
N: 88x/menit T: 37,2 C
2) Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
- Kepala : Tampak bersih, tidak tampak ketombe, rambut
rambut hitam
- Muka : Tidak tampak oedem, tidak pucat, dan tidak
tampak cloasma gravidarum
- Mata : Tampak simetris, konjungtiva tidak pucat,
lanjut.
B. Kunjungan Rumah
Hari/tanggal : Jumat / 24 Januari 2020
Waktu : 09.15 WIB
Tempat : Rumah mertua ibu di Desa Cot Paloh, Padang Tiji
Klien : Ibu
1. Data Subjektif
a. Keluhan
Ibu mengatakan sedang RS Kesdam kemarin lusa sempat didatangi bidan,
didapat tekanan darah ibu tinggi. Ibu tidak merasakan pusing, nyeri ulu hati, dan
pandangan kabur. Ibu mengaku pulang dari RS Kesdam 3 hari pasca bersalin
3) Istirahat
Malam : ibu mengaku istirahat malamnya berkurang, sering terbangun
untuk menyusui bayinya, jika diakumulasikan istirahat malam ibu + 4-6 jam
Siang : ibu jarang tidur siang, ibu mengaku jika tidur siang malah pusing,
dan terdapat kepercayaan dari mertua dan orang-orang sekitar untuk tidak
tidur siang ketika masih ada pengeluaran darah. Namun ibu tidak begitu
4) Eliminasi
BAB: 3x/hari, tidak ada keluhan, ibu sudah mulai BAB sehari pasca bersalin
BAK: sering dan tidak ada keluhan
2. Data Obyektif
a. Keadaan Umum : Baik
b. TTV:
Tekanan darah : 160/110 mmHg
Nadi : 86x/menit
Respirasi : 22x/menit
Suhu : 36,8°C
c. Pemeriksaan Fisik
1) Wajah : tidak ada bengkak
2) Mata
Sklera : putih
Konjungtiva : merah muda
20
3) Leher : tidak ada pembesaran dan massa pada kelenjar getah bening dan
tiroid
4) Payudara : tidak ada lecet dan tidak ada pembesaran atau massa abnormal
3. Analisa
P3A0 postpartum 4 hari dengan tekanan darah tinggi
Diagnosa potensial : hipertensi menetap, preeklampsia postpartum
Antisipasi: kontrol dan melakukan pemeriksaan penunjang seperti tes urin dan
darah.
4. Penatalaksanaan
a. Memberitahu klien hasil pemeriksaan
E: Klien mengetahui klien dalam keadaan darah tinggi
b. Memberitahu ibu untuk melakukan pemeriksaan ibu nifas ke bidan pada usia
darahnya
E: ibu menetapkan tanggal
c. Memberitahu ibu untuk menjaga istirahatnya
E: ibu perlu istirahat yang cukup untuk menjaga kondisinya dalam mengasuh
bayinya
d. Memberitahu ibu untuk menjaga nutrisi dan hidrasinya
E: ibu mengetahui bahwa asupan ibu setelah bersalin perlu ditingkatnya
dengan cara cebok yang baik dan mengganti pembalut dengan sering serta
21
E: ibu mengetahui bahawa penting melakukan perawatan payudara dengan
payudara bengkak dan atau memerah, nyeri pada betis, ibu merasa tidak ingin
menyusui bayinya
i. Dokumentasi
E: tecatat dengan SOAP
C. Pembahasan
1. Pengkajian
Pengkajian pada kasus preeklampsia berat harus diidentifikasi berdasarkan faktor
riwayat kesehatan, dan status sosial ekonominya serta hasil pemeriksaan fisik dan
yang menjadi faktor pencetus klien adalah riwayat penyakit hipertensi dalam
kehamilan di kehamilan pertamanya dan keluarga yaitu ibu dan kakaknya sendiri
ditemukan tekanan darahnya naik pada saat menjelang persalinan. Sedangkan pada
pengkajian data objektifnya ditemukan, walau ibu tidak mengalami pusing atau nyeri
kepala hebat, nyeri ulu hati dan pandangan kabur. Didapat hasil pemeriksaan fisik
berupa tekanan darah yang tinggi dan pada ektremitas bawah didapat oedema yang
menurut ibu oedem di kedua tungkainya tidak hilang ketika diistirahatkan dan telah
22
menetap selama kurang lebih 8 hari. Dan untuk pemeriksaan penunjangnya, didapat
hasil tes protein urin klien yang menyatakan klien memiliki kadar protein urin yaitu
sebesar +2, sesuai dengan ketentuan bahwa kadar protein urin lebih dari atau sama
menetapkan diagnosa. Namun terdapat beberapa hal yang kurang dikaji, seperti
bagaimana riwayat pemeriksaan kehamilan klien dan bagaimana asupan nutrisi klien,
Yaitu jika ibu kekurangan asupan buah dan sayur sebagai antioksidan dan
mengantisipasi oksidan nitrat di tubuh klien. Dan hal tersebut seharusnya bisa
sesuai. Selain itu, seharusnya bidan, tempat ibu biasa melakukan pemeriksaan, dapat
usia ibu, rencana ibu yang tidak ingin memiliki anak lagi, dan adanya riwayat
penyakit tekanan darah tinggi, baiknya ibu tidak menggunakan alat kontrasepsi yang
mengandung hormon, dan membuat perubahan pada tubuh ibu. Sehingga alat
potensial yang mungkin terjadi serta untuk melakukan antisipasi masalah serta
rencana asuhan.
Penegakkan diagnosa preeklampsia berat pada kasus ini didasari atas hasil
anamnesa dan pemeriksaan fisik seperti tekanan darah tinggi, oedema menetap pada
ektremitas bawah yang tidak hilang ketika diistirahatkan, dan protein urin +2.
Begitupun dengan diagnosa ketuban pecah dini pada ibu, dari data subjektifnya ibu
23
mengatakan telah keluar air-air dan banyak serta tidak dapat di tahan dengan hasil
benar, dan informatif. Hal ini sangat penting sebagai bahan pertanggungjawaban dan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam melakukan asuhan pada ibu dengan preeklampsia berat hendaknya
dipahami terlebih dahulu mengenai konsep dari kasus tersebut. Setelah itu, melakukan
pengkajian data subjektif dan objektif untuk memastikan diagnosa dan perencanaan
diagnosa preeklampsia berat. Penetapan diagnosa diperoleh dari hasil subjektif dan
objektif. Hanya terdapat kekurangan dalam pengkajian konsumsi obat ibu dan
penatalaksanaan di rumah sakit setelah ibu melahirkan hingga ibu pulang. Sehingga
penatalaksanaan kasus dengan penanganan preeklampsia berat pada usia cukup bulan
sejak bersalin hingga postpartumnya hanya sesuai ketika melakukan terminasi kehamilan
24
dan observasi, tidak untuk penatalaksanaan postpartumnya. Evaluasi telah dilaksanakan
dan tetap memberikan asuhan yang tepat pada pasien dan sesuai kebutuhan pasien
serta meningkatkan pelayanan menjadi lebih baik sesuai protap yang diberikan.
2. Bagi tenaga kesehatan
Lebih meningkatkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan
memberikan pelayanan.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Safi Z, dkk. 2011. Delayed postpartum preeclampsia and eclampsia: demographics, clinical
25
Arinda Anggara. 2010. Pengaruh Preeklamsia Berat Pada KehamilanTerhadap Keluaran
Saifudin A B., 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Silasi, Michelle. 2010. An Issue of Obstetrics and Gynecology Clinics. Elsevier Inc.
Wahyuny Langelo. 2012. Faktor Risiko Kejadian Preeklampsia Di Rskd. Ibu Dan Anak Siti
Wiknjosastro H., 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo.
26