Anda di halaman 1dari 29

BAB 11

PEMBAHASAN
1. KONSEP MEDIS
A. Definisi Penyakit
1. Penyakit katup jantung merupakan kelainan aliran darah melintasi katup
jantung. Katup normal adalah aliran searah dan aliran yg tidak terhalangi. Katup
membuka merupakan tekanan proximal katup lebih tinggi dari tekanan dalam
ruang atau pembuluh darah sebelah katup. Katup menutup merupakan tekanan
distal lebih tinggi dari tekanan dalam ruang proximal katup (Purnomo, 2003).

2. Penyakit jantung katup merupakan salah satu penyakit jantung yang dapat
berakhir pada keadaan gagal jantung. Kelainan katup yang terjadi dapat
disebabkan oleh infeksi, kelainan bawaan, ataupun trauma. Jantung memiliki 4
katup, dan kesemua katup dapat mengalami kerusakan. Satu kerusakan katup
dapat menyebabkan kerusakan katup yang lain (Depkes RI, 2009).
B. Patofisiologi
Disfungsi katup akan meningkatkan kerja jantung. Insufisiensi katup
memaksa jantung memompa darah lebih banyak untuk menggantikan jumlah darah
yang mengalami regurgitasi atau mengalir balik sehingga meningkatkan volume
kerja jantung.
1. Insufisiensi Mitral

Regurgitasi mitralis memungkinkan aliran darah berbalik dari ventrikel kiri ke


atrium kiri akibat penutupan katub yang tidak sempurna. Selama sistolik
ventrikel secara bersamaan mendorong darah kedalam aorta dan kembali
kedalam atrium kiri. Kerja ventrikel kiri dan atrium kiri harus ditingkatkan agar
dapat mempertahankan curah jantung. Ventrikel kiri harus memompakan darah
yang cukup guna mampertahankan aliran darah normal ke aorta dan darah yang
kembali melalui katup mitralis. Beban volume tambahan yang ditimbulkan oleh
katup yang mengalami insufisiensi akan mengakibatkan dilatasi ventrikel(1).
Dilatasi dinding ventrikel akan meningkatkan kontraksi miokardium dan
menyebabkan dinding ventrikel mengalami hipertrofi sehingga meningkatkan
kontraksi selanjutnya. Regurgitasi tidak hanya menimbulkan beban volume bagi
ventrikel kiri namun juga atrium kiri. Atrium kiri berdilatasi untuk
memungkinkan peningkatan volume dan kekuatan kontraksi atrium. Selanjutnya
atrium mengalami hipertrofi untuk meningkatkan kekuatan kontraksi dan curah
atrium.
Regurgitasi mitralis merupakan lesi yang berlangsung secara terus menerus.
Saat volume dan ukuran ventrikel semakin meningkat maka fungsi Stenosis
Aorta katup makin memburuk. Bila lesi semakin parah, atrium kiri tidak mampu
lagi untuk meregang dan melindungi paru-paru. Ventrikel kiri mendapat beban
yang terlalu berat dan aliran darah melalui aorta menjadi berkurang. Pada saat
yang bersamaan dimungkinkan terjadi kongesti kebelakang secara bertahap.
Mulai dari kongesti vena pulmonalis, kongesti paru, hipertensi arteria
pulmonalis, sampai hipertrofi ventrikel kanan. Insufisiensi mitralis juga dapat
menyebabkan gagal jantung kanan, walaupun lebih jarang dari pada stenosis
mitralis.
2. Regurgitasi Aorta
Regurgitasi aorta menyebabkan refluks darah dari aorta ke ventrikel kiri. Pada
saat kontraksi, ventrikel harus mampu mengeluarkan sejumlah darah yang sama
dengan volume normal ditambah regurgitasi. Akibatnya ventrikel kiri
mengalami dilatasi berat yang memicu terjadinya hipertrofi pada ventrikel kiri,
sehingga bentuknya berubah menjadi seperti bola. Kemampuan kompensasi
ventrikel kiri yang tinggi disertai dengan katup mitralis yang kompeten dapat
mempertahankan fungsi ventrikel dalam jangka waktu yang lama. Gejala
regurgitasi kronis akan timbul setelah dekompensasi ventrikel kiri, yang
terkadang disertai regurgitasi katup mitralis. Ejeksi ventrikel kiri yang
berkekuatan besar dan bervolume tinggi dan diikuti dengan aliran darah yang
cepat menuju perifer dan ventrikel kiri melalui katup yang bocor dapat
mengakibatkan peregangan cepat pembuluh darah yang menyebabkan
pengosongan mendadak pada sirkulasi perifer.
Penyimpangan KDM Insufisiensi Aorta

Peradangan pada katub


aorta

Masing-masing bilah tidak


bisa menutup dengan
sempurna

Darah yang keluar dari Terjadi pirau balik antara


aorta miskin oksigen dareah dari aorta ke
ventrikel kiri

Intoleransi Penurunan jumlah


aktivitas oksigen kurang dari
Ventrikel kiri melebar dan Penurunan
kebutuhan tubuh
mengalami hipertrofi kontraktilitas
Ventrikel kiri
Iskemi miokard
Nyeri Akut

Kompensasi melalui
dilatasi pembuluh darah Penurunan Curah
Infark miokard dan arteri perifer melemas
Gelisah jantung

Ansietas Penurunan kontraktilitas


miokard

Penurunan CO2
C. Etiologi
Penyakit katup jantung dahulu dianggap sebagai peyakit yang hampir selalu
disebabkan oleh rematik, tetapi sekarang telah lebih banyak ditemukan penyakit
katup jenis baru. Penyakit katup jantung yang paling sering dijumpai adalah
penyakit katup degeneratif yang berkaitan dengan meningkatnya masa hidup rata-
rata pada orang-orang yang hidup di negara industri dibandingkan dengan yang
hidup di negara berkembang. Meskipun terjadi penurunan insidensi penyakit
demam rematik, namun penyakit rematik masih merupakan penyebab lazim
deformitas katup yang membutuhkan koreksi bedah.
1. Insufisiensi Mitral
Berdasarkan etiologinya insufisiensi atau regurgitasi mitral dapat dibagi atas
reumatik dan non reumatik (degenaratif, endokarditis, penyakit jantung
koroner, penyakit jantung bawaan, trauma dan sebagainya). Di negara
berkembang seperti Indonesia, penyebab terbanyak insufisiensi mitral adalah
demam reumatik.
2. Insufisiensi Aorta
Penyebab terbanyak adalah demam reumatik dan sifilis. Kelainan katub dan
kanker aorta juga bisa menimbulkan isufisiensi aorta. Pada isufisiensi aorta
kronik terlihat fibrosis dan retraksi daun-daun katub, dengan atau tanpa
klasifikasi, yang umumnya merupakan skuele dari demam reumatik.
D. Klasifikasi
1. Insufisiensi Mitral (Regurgitasi)
Insufisiensi mitral terjadi bilah-bilah katup mitral tidak dapat saling menutup
selama systole. Chordate tendineae memendek, sehingga bilah katup tidak
dapat menutup dengan sempurna, akibatnya terjadilah regurgitasi aliran balik
dari ventrikel kiri ke antrium kiri. Pemendekan atau sobekan salah satu atau
kedua bilah katup mitral mengakibatkan penutupan lumen mitral tidak
sempurna saat ventrikel kiri dengan kuat mendorong darah ke aorta, sehingga
setiap denyut, ventrikel kiri akan mendorong sebagaian darah kembali ke
antrium kiri. Aliran balik darah ini ditambah dengan darah yang masuk dari
paru, menyebabkan antrium kiri mengalami pelebaran dan hipertrofi. Aliran
darah balik dari ventrikel akan menyebabkan darah yang mengalir dari paru ke
antrium kiri menjadi berkurang. Akibatnya paru mengalami kongesti, yang
pada giliranya menambah beban ke ventrikel kanan. Maka meskipun kebocoran
mitral hanya kecil namun selalu berakibat terhadap kedua paru dan ventrikel
kanan.
2. Insufiensi Aorta (Regurgitasi)
Insufisiensi aorta disebabkan oleh lesi peradangan yang merusak bentuk bilah
katup aorta, sehingga masing-masing bilah tidak bisa menutup lumen aorta
dengan rapat selama diastole dan akibatnya menyebabkan aliran balik darah
dari aorta ke ventrikel kiri. Defek katup ini bisa disebabkan oleh endokarditis,
kelainan bawaan, atau penyakit seperti sifilis dan pecahnya aneurisma yang
menyebabkan dilatasi atau sobekan aorta asendens. Karena kebocoran katup
aorta saat diastole, maka sebagaian darah dalam aorta, yang biasanya
bertekanan tinggi, akan mengalir ke ventrikel kiri, sehingga ventrikel kiri harus
mengatasi keduanya yaitu mengirim darah yang secara normal diterima dari
atrium kiri ke ventrikel melalui lumen ventrikel, maupun darah yang kembali
dari aorta. Ventrikel kiri kemudian melebar dan hipertrofi untuk
mengakomodasi peningkatan volume ini, demikian juga akibat tenaga
mendorong yang lebih normal untuk memompa darah, menyebabkan tekanan
darah sistolik meningkat. Sistem kardiovaskuler berusaha mengkompesansi
melalui refleks dilatasi pembuluh darah arteri perifer melemas sehingga tahanan
perifer turun dan tekanan diastolic turun drastis.
E. Tanda dan Gejala
1. Insufisiensi Mitral
Sangat letih, lemah, kehabisan tenaga, berat badan turun, napas sesak bila
terjadi kegiatan fisik, ortopneu, paroxysma noktural dipsneu rales. Tingkat
lanjut: edema paru-paru, kegagalan jantung sebelah kanan.Auskultasi: terasa
getaran pada raba apex, S1 tidak ada, lemah, murmur. Murmur: bernada tinggi,
menghembus, berdesis, selama systoll(pada apex) S3 nada rendah.
Kelainannya bisa dikenali hanya jika dokter melakukan pemeriksaan
denganstetoskop, dimana terdengar murmur yang khas, yang disebabkan
pengaliran kembali darah ke dalam atrium kiri ketika ventrikel kanan
berkontraksi. Regurgitasi katup mitral biasanya diketahui melalui murmur yang
khas, yang bisa terdengar pada pemeriksaan dengan stetoskop ketika ventrikel
kiri berkontraksi.
2. Insufisiensi Aorta
Palpitasi, sinus tacikardi, sesak napas bila beraktifitas ortopnew, paroxysmal
noktural dyspnea, diaphoresis hebat, angina. Tingkat lanjut: kegagalan jantung
sebelah kiri dan kanan.Murmur: nada tinggi, menghembus diastole (sela iga
ke3) murmur desakan systoll pada basis.

F. Komplikasi
Komplikasi-komplikasi yang terjadi pada kelainan katup.
1. Angina pectoris
2. Bedah jantung
3. Gagal jantung kongestif
4. Disritmia
5. Kondisi inflamasi jantung
6. Aspek-aspek psikososial perawatan akut
7. Penyakit jantung rematik
8. Penyakit jantung iskemik
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Kateterisasi jantung : Untuk menentukan luas dan jenis penyumbatannya.
Gradien tekanan (pada distole) antara atrium kiri dan ventrikel kiri melewati
katup mitral, penurununan orivisium katup (1,2 cm), peninggian tekanan atrium
kiri, arteri pulmunal, dan ventrikel kanan ; penurunan curah jantung.
2. Ventrikulografi kiri : Digunakan untuk mendemontrasikan prolaps katup mitral.
3. ECG : Pembesaran atrium kiri ( P mitral berupa takik), hipertropi ventrikel
kanan, fibrilasi atrium kronis.
4. Sinar X dada : Pembesaran ventrikel kanan dan atrium kiri, peningkatan
vaskular, tanda-tanda kongesti/edema pulmunal.
5. Ekokardiogram : Dua dimensi dan ekokardiografi doppler dapat memastikan
masalah katup. Pada stenosis mitral pembesaran atrium kiri, perubahan gerakan
daun-daun katup.
6. Elektrokardiogram (teknik penggambaran jantung dengan menggunakan
gelombang ultrasonik).

H. Penatalaksanaan Medis
.
1. Insufisiensi Mitral
Penatalaksanaannya sama dengan gagal jantung kongestif, intervensi bedah
meliputi penggantian katup mitral.
2. Insufisiensi Aorta
Penggantian katub aorta adalah terapi pilihan, tetapi kapan waktu yang tepat
untuk penggantian katub masih kontroversial. Pembedahan dianjurkan pada
semua pasien dengan hipertropi ventrikel kiri tanpa memperhatikan ada atau
tidaknnya gejala lain. Bila pasien mengalami gejala gagal jantung kongestif,
harus diberikan penatalaksanaan medis sampai dilakukannya pembedahan.
2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
Gejala: Kelemahan, kelelahan, pusing, rasa berdenyut, dispnea karena kerja,
palpitasi, gangguan tidur (ortopnea, dispnea paroksismal nokturnal, nokturia,
keringat malam hari).
Tanda: Takikardi, gangguan pada TD, pingsan karena kerja, takipnea, dispnea.
b. Sirkulasi
Gejala: Riwayat kondisi pencetus, contoh demam reumatik, endokarditis bakterial
subakut, infeksi streptokokal; hipertensi, kondisi kongenital (contoh kerusakan
atrial-septal, sindrom Marfan), trauma dada, hipertensi pulmonal, riwayat murmur
jantung, palpitasi, serak, hemoptisis, batuk dengan/tanpa produksi sputum.
Tanda:
 Sistolik TD menurun (AS lambat).
 Tekanan nadi: penyempitan (SA); luas (IA).
 Nadi karotid: lambat dengan volume nadi kecil (SA); bendungan dengan
pulsasi arteri terlihat (IA).
 Nadi apikal: PMI kuat dan terletak di bawah dan ke kiri (IM); secara lateral
kuat dan perpindahan tempat (IA).
 Getaran: Getaran diastolik pada apek (SM), getaran sistolik pada dasar (SA),
getaran sistolik sepanjang batas sternal kiri; getaran sistolik pada titik
jugular dan sepanjang arteri karotis (IA).
 Dorongan: dorongan apikal selama sistolik (SA).
 Bunyi jantung: S1 keras, pembukaan yang keras (SM). Penurunan atau tak
ada S1, bunyi robekan luas, adanya S3, S4 (IM berat). Bunyi ejeksi sistolik
(SA). Bunyi sistolik, ditonjolkan oleh berdiri/jongkok (MVP).
 Kecepatan: takikardi (MVP); takikardi pada istirahat (SM).
 Irama: tak teratur, fibrilasi atrial (SM dan IM). Disritmia dan derajat pertama
blok AV (SA). Murmur: bunyi rendah, murmur diastolik gaduh (SM).
Murmur sistolik terdengar baik pada dasar dengan penyebaran ke leher
(SA). Murmur diastolik (tiupan), bunyi tinggi dan terdengar baik pada dasar
(IA).
12
c. Integritas ego
Gejala: Tanda kecemasan, contoh gelisah, pucat, berkeringat, fokus menyempit,
gemetar.
d. Makanan/cairan
Gejala: Disfagia (IM kronis), perubahan berat badan, penggunaan diuretik. Tanda:
Edema umum atau dependen, hepatomegali dan asites (SM, IM), hangat, kemerahan
dan kulit lembab (IA), pernapasan payah dan bising dengan terdengar krekels dan
mengi.
e. Neurosensori
Gejala: Episode pusing/pingsan berkenaan dengan beban kerja.
f. Nyeri/kenyamanan
Gejala: Nyeri dada, angina (SA, IA), nyeri dada non-angina/tidak khas (MVP).
g. Pernapasan
Gejala: Dispnea (kerja, ortopnea, paroksismal, nokturnal). Batuk menetap atau
nokturnal (sputum mungkin/tidak produktif).
Tanda: Takipnea, bunyi napas adventisius (krekels dan mengi), sputum banyak dan
berbercak darah (edema pulmonal), gelisah/ketakutan (pada adanya edema
pulmonal.
h. Keamanan
Gejala: Proses infeksi/sepsis, kemoterapi radiasi, adanya perawatan gigi
(pembersihan, pengisian, dan sebagainya).
Tanda: Perlu perawatan gigi/mulut.
i. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: Penggunaan obat IV (terlarang) baru/kronis.
j. Pertimbangan pemulangan: DRG menunjukkan rerata lama dirawat: 4,9 hari.
Bantuan dengan kebutuhan perawatan diri, tugas-tugas rumah tangga/pemeliharaan,
perubahan dalam terapi obat, susunan perabot di rumah.
B. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung. .
b. Nyeri akut.
c. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
dan kebutuhan. C.
C. Rencana Intervensi dan implementasi

No Diagnosa Implementasi
1. Penurunan curah jantung. Aktivitas terapi
1. Memonitor tanda-tanda vital
Batasan karakteristik :
2. Mengaturan posisi yang nyaman bagi pasien
1. Perubahan frekuensi/irama
3. Terapi intravensa (IV) dengan cairan D5 16
jantung
tpm
 Bradikardi 4. Pemberian obat
 Perubahan
elektrokardiogram (EKG)
 Palpitasi jantung
 Takikardi
2. Perubahan preload
 Keletihan
 Murmur jantung
 Peningkatan berat
badan
 Distensi vena
jugularis
3. Perubahan afterload
 Perubahan
warna kulit
abnormal
 Perubahan
tekanan darah
 Penurunan
nadi perifer
 Dipsnea
4. Perubahan kontraktilitas
 Bunyi nafas
tambahan
 Batuk
 Penurunan
indeks jantung
5. Perilaku/Emosi
 Ansietas
 Gelisa
NOC :
1. Keefektivan pompa
jantung
2. Status sirkulasi
3. Tingkat kelelahan
4. Perfusi jaringan
5. Tanda-tanda vital
6. Pengetahuan manajemen
penyakit jantung
NIC :
Aktivitas terapi
1. Monitor tanda-tanda vital
2. Pengaturan posisi
3. Terapi intravensa (IV)
4. Pemberian obat
2. Nyeri akut. Manajemen Nyeri
Batasan karakteristik : 1. Memonitor tanda-tanda vital
1. Perilaku ekspresif 2. Mengaturan posisi semifowler
2. Perilaku distraksi 3. Memanajemen lingkungan dengan menutup
3. Ekspresi wajah nyeri tirai, mengatur pencahayaan rungan dan
4. Sikap tubuh melindungi menginstruksikan kepada keluarga agar tidak
5. Fokus menyempit rebut.
6. Keluhan tentang intensitas 4. Terapi relaksasi dengan mengajarkan teknik
menggunakan standar skala nafas dalam
nyeri 5. Kolaborasi dengan dokter memberian
analgesik ketorolac ½ amp/ 12 jam
NOC :

1. Tingkat nyeri
2. Kepuasan klien : control
gejala
3. Status kenyamanan
4. Tingkat kelelahan
5. Pergerakan
6. Istirahat
7. Tidur
8. Tanda-tanda vital
NIC :

Manajemen Nyeri
1. Monitor tanda-tanda vital
2. Pengaturan posisi
3. Manajemen lingkungan
4. Terapi relaksasi
5. Pemberian analgesik

3. Intoleransi aktivitas berhubungan Terapi aktivitas


dengan ketidakseimbangan antara 1. Memanajemen lingkungan dengan
suplai dan kebutuhan oksigen mendekatkan alat atau barang yang
Batasan karakteristik : dibutuhkan klien seperti tissue dan air minum
1. Respon tekanan darah 2. Meningkatkan latihan seperti makan sendiri
abnormal terhadap aktivitas dan berjalan ke kamar mandi dengan bantuan
2. Respon frekuensi jantung keluarga
abnormal terhadap aktivitas 3. Membantu perawatan diri klien : mengganti
3. Perubahan elektrokardiogram pak pakaian
(EKG) 4. Meningkatkan keterlibatan keluarga dalam
4. Ketidaknyamanan setelah aktivitas klien, dengan memberikan
beraktivitas penjelasan untuk membantu klien saat
5. Keletihan melakukan aktivitas seperti ke kamar mandi,
6. Kelemahan umum mengguanakan kursi roda dan makan/ minum

NOC :

1. Toleransi terhadap aktivitas


2. Daya tahan
3. Keefektivan pompa jantung
4. Kelelahan : efek yang
menganggu
5. Istirahat
6. Status perawatan diri
7. Ambulasi : kursi roda
8. Perilaku patuh aktivitas yang
disarankan
9. Partisipasi latihan
10. Pergerakan
11. Kebugaran fisik

NIC :
Terapi aktivitas
1. Manajemen lingkungan
2. Peningkatan latihan
3. Bantuan perawatan diri
4. Peningkatan keterlibatan
keluarga
D. Evaluasi

Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya, merupakan tahap
akhir dari rangkaian proses keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan
keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN STUDI KASUS

A. Pengkajian
1. Identitas
Nama : Tn “A”
Umur : 40 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Pembangunan
Pekerjaan : Wiraswasta
Tgl. masuk RS : 10 Januari 2020
Tgl. Pengkajian : 11 Januari 2020
Diagnosa medik : Insufisiensi Aorta
2. Status Kesehatan Saat Ini
Keluhan utama :Nyeri Dada
Riwayat keluhan utama :Klien mengatakan nyeri dada saat
beraktivitas, nyeri dirasakan seperti tertusuk-
tusuk dengan skala nyeri 8, klien mengatakan
sesak napas dan mengalami kelelahan saat
beraktivitas.
Riwayat penyakit dahulu :Klien mengatakan pernah dirawat di rumah
sakit karena demam reumatik.
Riwayat alergi : Klien tidak memiliki riwayat alergi makanan
dan obat-obatan
Riwayat kesehatan keluarga :
Genogram

? ?

48 38

39 40

20 18

Ket :
: Laki-laki

: Perempuan

: Garis Pernikahan

: Garis Keturunan

? : Umur tidak diketahui

: Meninggal

: Klien

GI : Ayah dan Ibu klien sudah meninggal tetapi tidak diketahui apa
penyebabnya
GII : Klien anak kedua dari 3 bersaudara dan sudah menikah
GIII : Klien memiliki 2 anak
Tidak ada keluarga yang menderita insufisiensi.

3. Data Psikososial
a. Psikososial
Klien mengatakan merasa cemas tentang penyakit yang di deritanya, klien
tampak gelisa.
b. Sosial
Klien mampu berinteraksi dengan baik dangan orang disekitarnya, keluarga
dan dengan petugas kesehatan.
c. Spiritual
Selama sakit klien tidak menjalankan solat karena merasa keletihan, klien
beragama Islam.

4. Pola aktivitas Harian


No Pola Aktivitas Sebelum sakit Saat sakit
1 Makan Frekuensi : 3x sehari Frekuensi : 3x sehari
Jenis makanan : nasi, lauk, dengan porsi sedikit
sayur,dan buah. Jenis makanan : nasi, lauk
Nafsu makan membaik dan sayur
Nafsu makan menurun
2 Minum Frekuensi : sering ( 6-8 gelas Frekuensi : sering ( 4-6
perhari) gelas perhari)
Jenis minuman : air mineral Jenis minuman :air
mineral
3 Eliminasi BAB BAB
Frekuensi : 2x sehari Frekuensi : 1 x sehari
Konsistensi : lunak Konsistensi : lunak
BAK BAK
Frekuensi : 3-4 x sehari Frekuensi : 3-4 x sehari
4 Tidur dan Istirahat Waktu : 22:00 – 06:00 Waktu : 12:00 – 04:00
Lama tidur : 8 jam perhari Lama tidur : 4 jam perhari
Kualitas tidur : nyenyak Kualitas tidur : gelisa
5 Aktivitas dan Kegiatan : bekerja dikantor Tidak ada aktivitas
Latihan Olaraga : 1 x seminggu

5. Pengkajian fisik
a. Kesadaran
Composmentis
GCS :
Eye :4
Motorik :6
Verbal :5
b. Keadaan umum
Lemah
Tanda-tanda vital :
TD : 100/60 mmHg
N : 110 x/i
S : 37,5 °C
P : 30 x/i
c. Kepala
Inspeksi : warna rambut hitam, distribusi rambut merata dan tampak
bersih
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa
d. Mata
Inspeksi : mata tampak simetris, kelopak mata hitam, konjungtiva
pucat
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa
e. Hidung
Inspeksi : simetris, tidak ada secret
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada reaksi alergi
f. Gigi dan Mulut
Inspeksi : mukosa bibir lembab, gigi tampak bersih
g. Leher
Inspeksi : simetris, warna kulit sawo matang, mobilisasi leher baik.
Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada gangguan menelan
h. Dada
Inspeksi : bentuk dada normal, simetris kiri dan kanan, pernapasan 30
x/i (takipneu)
Palpasi : tidak ada benjolan/massa, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Normal
Auskultasi : Bunyi jantung mumur
i. Abdomen
Inspeksi : simetris, warna kulit sawo matang
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa, tidak ada
pembesaran hepar
Perkusi : Normal
Auskultasi : peristaltik usus 12 x/i
j. Genitalia
Menurut klien tidak ada gangguan sehingga tidak dilakukan pemeriksaan.
k. Ekstremitas
Ekstremitas atas
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, warna kulit sawo matang, turgor
kulit baik, terpasan infus 16 tetes/menit
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan/massa
Ekatremitas bawah
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, warna kulit sawo matang, turgor
kulit baik
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan/massa
Kekuatan otot
4 4
4 4
6. Pemeriksaan penunjang
b. Kateterisasi jantung
Hasil : Gradien tekanan (pada distole) antara atrium kiri dan ventrikel kiri
melewati katup mitral, penurununan orivisium katup (1,2 cm).
c. ECG
Hasil :Pembesaran atrium kiri ( P mitral berupa takik), hipertropi
ventrikel kanan, fibrilasi atrium kronis.
d. Sinar X dada
Hasil : Pembesaran ventrikel kanan dan atrium kiri, peningkatan
vaskular, tanda-tanda kongesti/edema pulmunal
e. Elektrokardiogram
Hasil : Gerak katup

7. Data Fokus
a. Nyeri dadasaat beraktivitas, nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk dengan
skala nyeri 8
b. klien mengatakan sesak napas
c. Mengalami kelelahan saat beraktivitas.
d. :Klien mengatakan pernah dirawat di rumah sakit karena demam reumatik
e. Klien tampak cemas
f. Klien tampak gelisa
g. Klien tampak lemah
h. Nafsu makan menurun

i. Tanda-tanda Vital
TD : 100/60 mmHg
N : 110 x/i
S : 37,5 °C
P : 30 x/i
j. Konjungtiva pucat
k. Kelopak mata hitam
l. Takipneu
m. Bunyi jantung murmur
n. Kekuatan otot
4 4
4 4
o. Pemeriksaan penunjang
1. Kateterisasi jantung
Hasil : Gradien tekanan (pada distole) antara atrium kiri dan
ventrikel kiri melewati katup mitral, penurununan orivisium katup
(1,2 cm).
2. ECG
Hasil :Pembesaran atrium kiri ( P mitral berupa takik), hipertropi
ventrikel kanan, fibrilasi atrium kronis.
3. Sinar X dada
Hasil : Pembesaran ventrikel kanan dan atrium kiri, peningkatan
vaskular, tanda-tanda kongesti/edema pulmunal
4. Elektrokardiogram
Hasil : Gerak katup

B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut
2. Penurunan curah jantung
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.

C. Rencana Intervensi
No Diagnosa Keperawatan Noc Nic
1 Nyeri akut 1. Tingkat nyeri Manajemen Nyeri
Batasan karakteristik : 2. Kepuasan klien : 1. Monitor tanda-
1. Perilaku ekspresif control gejala tanda vital
2. Perilaku distraksi 3. Status 2. Pengaturan posisi
3. Ekspresi wajah nyeri kenyamanan 3. Manajemen
4. Sikap tubuh 4. Tingkat lingkungan
melindungi kelelahan 4. Terapi relaksasi
5. Fokus menyempit 5. Pergerakan 5. Pemberian
6. Keluhan tentang 6. Istirahat analgesik
intensitas 7. Tidur
menggunakan standar 8. Tanda-tanda vital
skala nyeri
2 Penurunan curah jantung 1. Keefektivan pompa Aktivitas terapi
Batasan karakteristik : jantung 1. Monitor tanda-
1. Perubahan 2. Status sirkulasi tanda vital
frekuensi/irama 3. Tingkat kelelahan 2. Pengaturan
jantung 4. Perfusi jaringan posisi
-Bradikardi 5. Tanda-tanda vital 3. Terapi
-Perubahan 6. Pengetahuan intravensa (IV)
elektrokardiogram manajemen penyakit 4. Pemberian obat
(EKG) jantung
-Palpitasi jantung
-Takikardi
2. Perubahan preload
-Keletihan
-Murmur jantung
-Peningkatan
berat badan
-Distensi vena
jugularis
3. Perubahan afterload
-Perubahan warna
kulit abnormal
-Perubahan
tekanan darah
-Penurunan nadi
perifer
-Dipsnea
4. Perubahan
kontraktilitas
-Bunyi nafas
tambahan
-Batuk
-Penurunan
indeks jantung
5. Perilaku/Emosi
-Ansietas
-Gelisa
3 Intoleransi aktivitas 1. Toleransi Terapi aktivitas
berhubungan dengan terhadap aktivitas 1. Manajemen
ketidakseimbangan antara 2. Daya tahan lingkungan
suplai dan kebutuhan oksigen 3. Keefektivan 2. Peningkatan
Batasan karakteristik : pompa jantung latihan
1. Respon tekanan darah 4. Kelelahan : efek 3. Bantuan
abnormal terhadap yang menganggu perawatan diri
aktivitas 5. Istirahat 4. Peningkatan
2. Respon frekuensi 6. Status perawatan keterlibatan
jantung abnormal diri keluarga
terhadap aktivitas 7. Ambulasi : kursi
3. Perubahan roda
elektrokardiogram 8. Perilaku patuh
(EKG) aktivitas yang
4. Ketidaknyamanan disarankan
setelah beraktivitas 9. Partisipasi
5. Keletihan latihan
6. Kelemahan umum 10. Pergerakan
11. Kebugaran fisik

D. Implementasi
No Diagnosa Keperawatan Hari/Tgl/Jam Implementasi
1 Nyeri akut Selasa Manajemen Nyeri
11/ 01/ 20 1. Memonitor tanda-tanda vital
08:30 2. Mengatur posisi semifowler
pada pasien
3. Memanajemenlingkungan,
mengatur pencahayaan
rungan dan menginstruksikan
kepada keluarga agar tidak
rebut.
4. Memberikan terapi relaksasi
dengan mengajarkan teknik
nafas dalam pada pasien
5. Kolaborasi dengan dokter
untuk memberian obat
analgesic ketorolac ½ amp/ 12
jam
2 Penurunan Curah Jantung Selasa Aktivitas terapi
11/ 01/ 20 1. Memonitor tanda-tanda vital
09: 00 2. Mengatur posisi yang nyaman
bagi pasien
3. Berikan terapi intravena (IV)
dengan cairan D5 16 tpm
4. Pemberian obat
3 Intoleransi aktivitas Selasa Terapi aktivitas
berhubungan dengan 11/ 01/ 19 1. Memanajemen lingkungan
ketidakseimbanngan antara 09:30 dengan mendekatkan barang-
suplai dan kebutuhan barang yang dibutuhkan klien
oksigen seperti air minum, makanan
ataupun tissu
2. Meningkatkan latihan seperti
makan sendiri tanpa harus
dibantu
3. Membantu perawatan diri
pasien seperti, membantu
mengganti pakaian
4. Meningkatkan keterlibatan
keluarga dalam aktivitas
pasien, seperti membantu
pasien kekamar mandi

E. Evaluasi
No Diagnosa Keperawatan Jam/Hari/Tgl Evaluasi
1 Nyeri akut Selasa S : Pasien mengatakan nyeri pada
11/ 01/ 20 bagian dada sudah berkurang
13:30
O : Pasien tampak lebih rileks
Skala nyeri 3
A: Masalah nyeri akut teratasi

P : Intervensi dilanjutkan
2 Penurunan Curah Jantung Selasa S : Pasien mengatakan sesak yang
11/ 01/ 20 dirasakan mulai berkurang
14:00
O : Pasien tampak tenang

A : Masalah penurunan curah


jantung belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan
3 Intoleransi aktivitas Selasa S : Pasien mengatakan saat
berhubungan dengan 11/ 01/ 20 beraktivitas masih dibantu
ketidakseimbangan antara 14:30
suplai dan kebutuhan oksigen O : Pasien tampak masih dibantu
kekamar mandi

A : Masalah intoleransi aktivitas


belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan
. Insufisiensi aorta disebabkan oleh lesi peradangan yang merusak bentuk
bilah katup aorta, sehingga masing-masing bilah tidak bisa menutup lumen aorta
dengan rapat selama diastole dan akibatnya menyebabkan aliran balik darah dari
aorta ke ventrikel kiri. Defek katup ini bisa disebabkan oleh endokarditis, kelainan
bawaan, atau penyakit seperti sifilis dan pecahnya aneurisma yang menyebabkan
dilatasi atau sobekan aorta asendens. Karena kebocoran katup aorta saat diastole,
maka sebagaian darah dalam aorta, yang biasanya bertekanan tinggi, akan mengalir
ke ventrikel kiri, sehingga ventrikel kiri harus mengatasi keduanya yaitu mengirim
darah yang secara normal diterima dari atrium kiri ke ventrikel melalui lumen
ventrikel, maupun darah yang kembali dari aorta.
Saran
1. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Adanya standar khusus dalam format asuhan keperawatan dan memicu pemikiran
yang kritis mahasiswa untuk menangani kecemasan klien sebelum prosedur invasif
atau bedah
2. Bagi Institusi Pendidikan
Pembuatan kasus pembelajaran akademik lebih bervariatif agar memicu inovasi
mahasiswa untuk memecahkan masalah keperawatan yang muncul pada klien
sebelum prosedur invasif atau bedah
DAFTAR PUSTAKA

Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC.

Herdman, Heather. 2018. NANDA-1 Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi


2018-2020. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai