Anda di halaman 1dari 11

A.

FISIOLOGI LENSA
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Supaya hal ini
dapat dicapai, maka daya refraksinya harus diubah-ubah sesuai dengan sinar yang datang
sejajar atau divergen. Perubahan daya refraksi lensa disebut akomodasi. Hal ini dapat
dicapai dengan mengubah lengkungnya lensa terutama kurvatura anterior.

Gambar 2. Akomodasi lensa: (kiri) saat melihat jauh, (kanan) saat melihat dekat
Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi,
menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai
ukurannya yang terkecil; dalam posisi ini, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas
cahaya pararel akan terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat,
otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastik
kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh daya biasnya.
Kerjasama fisiologik antara korpus siliaris, zonula dan lensa untuk memfokuskan benda
dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan pertambahan usia,
kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan akan berkurang.

Tabel 1. Perubahan yang terjadi pada saat akomodasi


Akomodasi Tanpa akomodasi
M. Silliaris Kontraksi Relaksasi
Ketegangan serat zonular Menurun Meningkat
Bentuk lensa Lebih cembung Lebih pipih
Tebal axial lensa Meningkat Menurun
Dioptri lensa Meningkat Menurun
Gambar 3. Perubahan saat akomodasi lensa

Secara fisiologis lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu: kenyal atau lentur karena
memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk menjadi cembung; jernih atau
transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan; terletak di tempatnya. Lensa
dapat merefraksikan cahaya karena indeks refraksinya, secara normal sekitar 1,4 pada
bagian tengah dan 1,36 pada bagian perifer yang berbeda dari aqueous dan vitreous
humor yang mengelilinginya. Pada keadaan tidak berakomodasi, lensa memberikan
kontribusi 15-20 D dari sekitar 60 D seluruh kekuatan refraksi bola mata manusia.
Sisanya, sekitar 40 D kekuatan refraksi diberikan oleh udara dan kornea.
Pada fetus, bentuk lensa hampir sferis dan lemah. Pada orang dewasa lensanya
lebih padat dan bagian posterior lebih konveks. Proses sklerosis bagian sentral lensa,
dimulai pada masa kanak-kanak dan terus berlangsung secara perlahan-lahan sampai
dewasa dan setelah ini proses bertambah cepat dimana nukleus menjadi lebih besar dan
korteks bertambah tipis. Pada orang tua lensa menjadi lebih besar, lebih gepeng, warna
kekuning-kuningan, kurang jernih dan tampak sebagai “grey reflex” atau “senile reflex”,
yang sering disangka katarak, padahal salah. Karena proses sklerosis ini, lensa menjadi
kurang elastis dan daya akomodasinya pun berkurang. Keadaan ini disebut presbiopia,
pada orang Indonesia dimulai pada umur 40 tahun.

1
2
BAB II
KATARAK

A. DEFINISI
Katarak termasuk golongan kebutaan yang tidak dapat dicegah tetapi dapat
disembuhkan. Definisi katarak menurut WHO adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa
mata, yang menghalangi sinar masuk ke dalam mata. Katarak terjadi karena faktor usia,
namun dapat juga terjadi pada anak-anak yang lahir dalam kondisi tersebut. Katarak juga
dapat terjadi setelah trauma, inflamasi, atau penyakit lainnya. Katarak senilis adalah
semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun. 1

B. EPIDEMIOLOGI
Berbagai studi cross-sectional melaporkan prevalensi katarak pada individu
berusia 65-74 tahun adalah sebanyak 50% dan meningkat hingga 70% pada individu di
atas 75 tahun. Jelas dapat disimpulkan insiden tertinggi pada katarak terjadi pada populasi
yang lebih tua. Diketahui kebutaan di Indonesia berkisar 1,5 % dari jumlah penduduk
Indonesia. Dari angka tersebut presentasi angka kebutaan utama ialah :
 Katarak 0,78 %
 Kelainan kornea 0,13 %
 Penyakit glaukoma 0,20 %
 Kelainan refraksi 0,14 %
 Kelainan retina 0,03 %
 Kelainan nutrisi 0,02 %

C. ETIOLOGI
Tak jarang katarak timbul pada saat lahir atau pada anak usia dini sebagai akibat
dari cacat keturunan, trauma parah pada mata, operasi mata, atau peradangan intraokular.
Faktor lain yang dapat menyebabkan perkembangan katarak pada usia lebih dini meliputi
paparan berlebihan cahaya ultraviolet, diabetes, merokok, atau penggunaan obat-obatan
tertentu, seperti steroid oral, topikal, atau inhalasi.

3
Etiologi katarak kongenital yang paling umum termasuk infeksi intrauterin,
gangguan metabolisme, dan sindrom genetik ditransmisikan. Sepertiga dari katarak
pediatrik sporadis, mereka tidak berhubungan dengan penyakit sistemik atau mata.
Namun, mereka mungkin mutasi spontan dan dapat menyebabkan pembentukan katarak
pada keturunannya pasien. Sebanyak 23% dari katarak kongenital adalah familial. Cara
transmisi yang paling sering adalah autosomal dominan dengan penetrasi yang lengkap.
Jenis katarak mungkin muncul sebagai katarak total, katarak polar, katarak lamelar, atau
opasitas nuklear. Semua anggota keluarga dekat harus diperiksa. Infeksi penyebab
katarak termasuk rubella (yang paling umum), rubeola, cacar air, cytomegalovirus, herpes
simplex, herpes zoster, poliomyelitis, influenza, virus EpsteinBarr, sifilis, dan
toksoplasmosis.2
Penyebab terjadinya katarak senilis hingga saat ini belum diketahui secara pasti. Patofisiologi
di balik terjadinya katarak senilis amat kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti.
Namun ada beberapa kemungkinan di antaranya terkait usia lensa mata yang membuat
berat dan ketebalannya bertambah, sementara kekuatannya menurun.3

D. KLASIFIKASI
Katarak dapat diklasifikasikan menurut beberapa aspek, yaitu :

i. Menurut usia :
1) Katarak kongenital ( terlihat pada usia dibawah 1 tahun )
2) Katarak juvenil ( terlihat sesudah usia 1 tahun )
3) Katarak senile ( setelah usia 50 tahun )
ii. Menurut lokasi kekeruhan lensa :
1) Nuklear
2) Kortikal
3) Subkapsular (posterior/anterior)  jarang
iii. Menurut derajat kekeruhan lensa :
1) Insipien
2) Imatur
3) Matur
4) Hipermatur

4
iv. Menurut etiologi :
1) Katarak primer
2) Katarak sekunder

a. Katarak Menurut Usia


i. Katarak Kongenital
Katarak Kongenital katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah
lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Kekeruhan sebagian pada lensa yang
sudah didapatkan pada waktu lahir umumnya tidak meluas dan jarang sekali
mengakibatkan keruhnya seluruh lensa. Letak kekeruhan tergantung pada saat
mana terjadi gangguan pada kehidupan janin.
ii. Katarak Juvenil
Katarak juvenil adalah katarak yang lunak dan terdapat pada orang muda,
yang mulai terbentuknya pada usia lebih dari 1 tahun dan kurang dari 50 tahun.
Merupakan katarak yang terjadi pada anak-anak sesudah lahir yaitu kekeruhan
lensa yang terjadi pada saat masih terjadi perkembangan serat-serat lensa
sehingga biasanya konsistensinya lembek seperti bubur dan disebut sebagai soft
cataract. Biasanya katarak juvenil merupakan bagian dari suatu gejala penyakit
keturunan lain. Pembedahan dilakukan bila kataraknya diperkirakan akan
menimbulkan ambliopia.
Tindakan untuk memperbaiki tajam penglihatan ialah pembedahan.
Pembedahan dilakukan bila tajam penglihatan seduah mengganggu pekerjaan
sehari-hari. Hasil tindakan pembedahan sangat bergantung pada usia penderita,
bentuk katarak apakah mengenai seluruh lensa atau sebagian lensa apakah disertai
kelainan lain pada saat timbulnya katarak, makin lama lensa menutupi media
penglihatan menambah kemungkinan ambliopia.
iii. Katarak Senil
Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia
lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun kadang-kadang pada usia 40 tahun. Perubahan
yang tampak ialah bertambah tebalnya nukleus dengan berkembangnya lapisan
korteks lensa. Secara klinis, proses ketuaan lensa sudah tampak sejak terjadi

5
pengurangan kekuatan akomodasi lensa akibat mulai terjadinya sklerosis lensa
yang timbul pada usia dekade 4 dalam bentuk keluhan presbiopia.

b. Katarak Menurut Lokasi Kekeruhan


Dikenal 3 bentuk katarak senil, yaitu katarak nuklear, kortikal, dan subkapsular
posterior.
i. Katarak Nuklear
Inti lensa dewasa selama hidup
bertambah besar dan menjadi sklerotik.
Lama kelamaan inti lensa yang mulanya
menjadi putih kekuningan menjadi cokelat
dan kemudian menjadi kehitaman.
Keadaan ini disebut katarak brunesen atau
nigra.

ii. Katarak Kortikal


Pada katarak kortikal terjadi penyerapan
air sehingga lensa menjadi cembung dan
terjadi miopisasi akibat perubahan indeks
refraksi lensa. Pada keadaan ini penderita
seakan-akan mendapatkan kekuatan baru
untuk melihat dekat pada usia yang
bertambah.

iii. Katarak Subkapsular Posterior


Katarak subkapsular posterior ini
sering terjadi pada usia yang lebih muda
dibandingkan tipe nuklear dan kortikal.
Katarak ini terletak di lapisan posterior
kortikal dan biasanya axial. Indikasi awal
adalah terlihatnya gambaran halus seperti

6
pelangi dibawah slit lamp pada lapisan posterior kortikal. Pada stadium lanjut
terlihat granul dan plak pada korteks subkapsul posterior ini. Gejala yang
dikeluhkan penderita adalah penglihatan yang silau dan penurunan penglihatan
di bawah sinar terang. Dapat juga terjadi penurunan penglihatan pada jarak dekat
dan terkadang beberapa pasien juga mengalami diplopia monokular.

c. Katarak Menurut Derajat Kekeruhan


Katarak berdasarkan kekeruhan yang sudah terjadi dapat dibedakan menjadi 4
macam, yaitu:
i. Katarak Insipien
Kekeruhan yang tidak teratur seperti bercak-bercak yang membentuk gerigi
dasar di perifer dan daerah jernih membentuk gerigi dengan dasar di perifer dan
daerah jernih di antaranya. Kekeruhan biasanya teletak di korteks anterior atau
posterior. Kekeruhan ini pada umumnya hanya tampak bila pupil dilebarkan.
Pada stadium ini terdapat keluhan poliopia karena indeks refraksi yang tidak
sama pada semua bagian lensa. Bila dilakukan uji bayangan iris akan positif.
ii. Katarak Imatur
Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak
atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang
jernih pada lensa.
Pada stadium ini terjadi hidrasi korteks yang mengakibatkan lensa menjadi
bertambah cembung. Pencembungan lensa ini akan memberikan perubahan
indeks refraksi dimana mata akan menjadi miopik. Kecembungan ini akan
mengakibatkan pendorongan iris ke depan sehingga bilik mata depan akan lebih
sempit.
Pada stadium intumensen ini akan mudah terjadi penyulit glaukoma. Uji
bayangan iris pada keadaan ini positif.
iii. Katarak Matur
Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air
bersama-sama hasil disintegrasi melalui kapsul. Di dalam stadium ini lensa akan
berukuran normal. Iris tidak terdorong ke depan dan bilik mata depan akan

7
mempunyai kedalaman normal kembali. Kadang pada stadium ini terlihat lensa
berwarna sangat putih akibat perkapuran menyeluruh karena deposit kalsium. Bila
dilakukan uji bayangan iris akan terlihat negatif.
iv. Katarak Hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa sehingga korteks mengkerut dan
berwarna kuning. Akibat pengeriputan lensa dan mencairnya korteks, nukleus
lensa tenggelam ke arah bawah (katarak morgagni). Lensa yang mengecil akan
mengakibatkan bilik mata menjadi dalam. Uji bayangan iris memberikan
gambaran pseudopositif.
Akibat masa lensa yang keluar melalui kapsul lensa dapat menimbulkan
penyulit berupa uveitis fakotoksik atau glaukom fakolitik.

Insipien Imatur Matur Hipermatur


Visus 6/6 ↓ (6/6 – 1/60) ↓↓ (1/300-1/~) ↓↓ (1/300-1/~)
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan Lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik Mata Normal Dangkal Normal Dalam
Depan
Sudut Bilik Normal Sempit Normal Terbuka
Mata
Shadow Test Negatif Positif Negatif Pseudopositif
Penyulit - Glaukoma - Uveitis +
Glaukoma
Tabel 2. Perbedaan derajat kekeruhan katarak

8
KESIMPULAN

Katarak adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, yang menghalangi sinar masuk
ke dalam mata. Katarak masih merupakan penyebab kebutaan paling banyak di Indonesia.
Terjadinya kekeruhan pada lensa ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain usia,
trauma, lingkungan, obat-obatan, dan infeksi. Biasanya para penderita katarak kerap kali
mengeluhkan pandangan berkabut seperti tertutup asap atau pandangannya mulai kabur.
Patofisiologi terjaidnya kekeruhan lensa pada katarak, secara garis besar disebabkan oleh
perubahan struktur korteks lensa yang mengakibatkan perubahan komponen lensa dan pada
akhirnya terjadi kekeruhan lensa.

Satu-satunya terapi untuk katarak adalah dengan jalan operasi. Saat ini dikenal 3 model
operasi, yaitu ICCE, ECCE, dan fakoemulsifikasi. Katarak yang didiagnosis dan ditangani
dengan tepat dan segera akan memberikan prognosis yang lebih baik bagi fungsi penglihatan
penderitanya.

9
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2007. Hlm 172-3, 199,
200-13.
2. Bashour M, Roy H. Congenital Cataract. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/1210837-clinical#showall. Updated on: 7 August 2012.
Accessed on: 19 July 2014.
3. Ocampo VVD, Roy H. Senile Cataract. Available at: http://emedicine.medscape.com/article/1210914-
overview. Updated on: 22 January 2013. Accessed on: 19 July 2014.
4. Butterwick R. Cataract and Your Eyes. Available at: http://www.webmd.com/eye-
health/cataracts/health-cataracts-eyes. Updated on: 5 July 2012. Accessed on: 20 July 2014.
5. Hiller R, Sperduto RD, Ederer F. Epidemiologic Associations With Cataract in The 1971-1972
National Health and Nutrition Examination Survey. Am J Epidemiol 1983; 118 : 239-49.
6. Berson, Frank G. Basic Ophtalmology for medical students and Primary Care Residents. Sixth
Edition. American Academy of Ophtalmology. 1993.
7. Kanski, Jack J. Clinical Ophtalmology, A Systemic Approach, second edition. Oxford: Butterworth-
Heinemann, 1993, 234-251.
8. Gerhard, Lang. Ophtalmology A Short Textbook. New York :Thieme stutrgart, 2000.
9. Johns J.K Lens and Cataract. Basic and Clinical Science Section 11. American Academy of
Ophthalmology. 2011.
10. Vaughan, Daniel G., Taylor Asbury, Paul Riordan-Eva. Oftalmologi Umum, edisi 17. Jakarta: EGC,
2007, p169-176.
11. Ilyas, Sidarta. Katarak (Lensa Mata Keruh) cetakan ketiga. Jakarta: Balai penerbit FKUI,2003.
12. Husain R, Tong L, Fong A, Cheng JF, How A, Chua WH, Lee L, Gazzard G, Tan DT, Koh D, Saw
SM. Prevalence of Cataract in Rural Indonesia. Ophthalmology, Jul 2005; 112(7): 1255-62
13. Cataract Surgery. Available at: http://www.webmd.com/eye-health/cataracts/extracapsular-surgery-
for-cataracts. Updated on: 24 August 2011. Accessed on: 19 July 2014.

10

Anda mungkin juga menyukai

  • B 7
    B 7
    Dokumen2 halaman
    B 7
    andyr42
    Belum ada peringkat
  • DEFINISI
    DEFINISI
    Dokumen1 halaman
    DEFINISI
    andyr42
    Belum ada peringkat
  • B 11
    B 11
    Dokumen2 halaman
    B 11
    andyr42
    Belum ada peringkat
  • D2
    D2
    Dokumen21 halaman
    D2
    andyr42
    Belum ada peringkat
  • B 10
    B 10
    Dokumen2 halaman
    B 10
    andyr42
    Belum ada peringkat
  • B 7
    B 7
    Dokumen2 halaman
    B 7
    andyr42
    Belum ada peringkat
  • B 9
    B 9
    Dokumen2 halaman
    B 9
    andyr42
    Belum ada peringkat
  • B 10
    B 10
    Dokumen2 halaman
    B 10
    andyr42
    Belum ada peringkat
  • B 7
    B 7
    Dokumen2 halaman
    B 7
    andyr42
    Belum ada peringkat
  • K Matur2
    K Matur2
    Dokumen4 halaman
    K Matur2
    andyr42
    Belum ada peringkat
  • B 6
    B 6
    Dokumen2 halaman
    B 6
    andyr42
    Belum ada peringkat
  • B 6
    B 6
    Dokumen2 halaman
    B 6
    andyr42
    Belum ada peringkat
  • C1
    C1
    Dokumen22 halaman
    C1
    andyr42
    Belum ada peringkat
  • A3
    A3
    Dokumen12 halaman
    A3
    andyr42
    Belum ada peringkat
  • D1
    D1
    Dokumen22 halaman
    D1
    andyr42
    Belum ada peringkat
  • C1
    C1
    Dokumen22 halaman
    C1
    andyr42
    Belum ada peringkat
  • K m3
    K m3
    Dokumen4 halaman
    K m3
    andyr42
    Belum ada peringkat
  • Jurnal 1
    Jurnal 1
    Dokumen17 halaman
    Jurnal 1
    andyr42
    Belum ada peringkat
  • K Matur2
    K Matur2
    Dokumen4 halaman
    K Matur2
    andyr42
    Belum ada peringkat
  • Tugas Referat Scabies
    Tugas Referat Scabies
    Dokumen12 halaman
    Tugas Referat Scabies
    Yuli Ratna Dewi
    Belum ada peringkat
  • Katarak Senilis Imatur 5678790c94e5e
    Katarak Senilis Imatur 5678790c94e5e
    Dokumen16 halaman
    Katarak Senilis Imatur 5678790c94e5e
    andyr42
    Belum ada peringkat
  • K Matur
    K Matur
    Dokumen5 halaman
    K Matur
    andyr42
    Belum ada peringkat
  • Jurnal 2
    Jurnal 2
    Dokumen17 halaman
    Jurnal 2
    andyr42
    Belum ada peringkat
  • Dump 2
    Dump 2
    Dokumen13 halaman
    Dump 2
    andyr42
    Belum ada peringkat
  • Bab II
    Bab II
    Dokumen4 halaman
    Bab II
    andyr42
    Belum ada peringkat
  • Dump
    Dump
    Dokumen14 halaman
    Dump
    andyr42
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen5 halaman
    Bab I
    andyr42
    Belum ada peringkat
  • 001 THT
    001 THT
    Dokumen3 halaman
    001 THT
    andyr42
    Belum ada peringkat
  • Arp 1
    Arp 1
    Dokumen14 halaman
    Arp 1
    andyr42
    Belum ada peringkat