Umar Bin Khottob masuk islam dalam usia 27 tahun. Pada awalnya Rasulluloh berdo’a
kepada Alloh agar agama islam diberi kekuatan dengan masuknya salah satu seorang dari dua
Umar yaitu Umar Bin Khottob dan Amr Bin Hasyim (Abu Jahal). Akhirnya Umar Bin
Khottob masuk islam.
Setelah keislamnya, sikap keras yang selama ini ditunjukkan kepada masyarakat muslim
melemah dan sebaliknya keras terhadap kaum Quarisy yang mengganggu keselamatan kaum
muslimin.
Bagi islam, keislaman Umar dalah kemenangan yang nyata bagi islam. Menurut Ibnu Mas’ud
bahwa islamnya Umar adalah suatu kemenangan, hijrohnya adalah suatu pertolongan dan
pemerintahannya adalah rohmat.
1) Sebelum sebuah perkara di putuskan, ia harus dipahami terlebih dahulu agar (hakim)
dapat bertindak adil.
c) Pengembangan Kekuasaan.
Umar Bin Khottob membagi daerah islam menjadi beberapa wilayah atau propinsi.
Masing-masing propinsi dibawah kekusaan gubernur. Seperti Kufah dibawah
kekuasaan saat Bin Abi Waqosh, Basrah di bawah kekuasaan Athbah Bin Khazwan,
dan Fustad di Mesir dibawah kekuasaan Amr bin Ash.
Antara lain masjid Al-Haram, masjid Al-Aqsha, masjid An-Nabawai, dan masjid Amr
Bin Ash di mesir.
3. Perluasan Islam dimasa Abu Bakar As-Shiddiq Umar Bin Khattab dan
Pertempuran yang dihadapi.
Usman bin Affan masuk islam atas ajakan Abu Bakar As Sidiq. Usman seorang pedagang
sukses.Di daerah Hijjas beliau di kenal sebagai pedagang yang jujur, memiliki intekgritas
yang tinggi, dan seorangyang soleh dan rendah hati.
Tentara islam berhasil membebaskan bangsa Afrika Utara dari penjajah bangsa Romawi. Dari
Afrika Utra tentara islam menuju ke daerah Raid an Azerbaijan serta ke Amuriah dan Cyprus.
Dengan demikian pada masa pemerintahan Usman Bin Affan telah meluas kesebelah timur
himgga ke Armenia dan Azerbaijan, sedangkan ke sebelah Barat wilayah islam telh sampai
ke Tripoli.
b) Kodifikasi al-qur’an.
Pekerjaan yang paling berat yang dirasakan oleh Usman Bin Affan pada masa
pemerintahannya adalah oengumppulan Al-Qur’an (Kodifikasi Al-Qur’an)yang
merupakan lanjutan kerja yang diawali oleh Abu Bakar As Siddiq atas inisiatif Umar
Bin Khottob. Sebai mana yang telah disinggung sebelumnya bahwa pengumpulan Al-
Qur’an pada zaman Abu Bakar dilatarbelakangi oleh Syahidnya 70 sahabat Rasulullah
yang hafal Al-Qur’an pada saat perang Zamamah.Sedangkan yang melatar belakangi
pengumpulan Al-Qur’an pada zaman Usman Bin Affan adalah berbedaan qiroat
(baca) Al-qur’an yang menimbulkan percecokan antara murid dan gurunya.
Pada saat penyalinan Al-Qur’an yang ke dua kalinya panitia (Lajnah) penyusunan
mushaf Al-Qur’an yang di bentuk olehUsman Bin Affan melakukan pengecekan
ulang dengan meneliti kembali mushaf yang sudah disimpan di rumah Hafsah dan
membanding bandingkannya denga mushaf-mushf yang lain. Selain itu tugas utama
panitia adalah menyalin mushaf Al-Qur’an yang di simpan di rumah Hafsah dan
menyeragamkan Qiroat atau bacaannya, yaitu dialek Quraidi.
Setelah behasil membuat salinannya, Zain Bin Tsabit mengembalikan nafkah yang di
salinnya kepada Hafsah. Khalifah Usman memerintahkan kepada Ziad Bin Tsabit
agar membuat sejumlah salinan mushaf dan dikirim kr Mekah, Madiah, Basroh,
Kufah, dan Syri’a dan salah satunya di simpan di rumah Usman Bin Affan yang
kemudian disebut dengan Mshaf Al Imam. Sedangkan mushaf lain selain mushaf
yang di susun oleh panitia yang dipimpin oleh Zaid Bin Tsabit diperintahksn untuk di
bakar. Penyusunan Mushaf Usmani telah berhasil menyelamatkan dan mengeluarkan
umat islam dari kemelut karena perbedaan qiraat
c) Otonomi daerah.
Pada zaman khalifah Abu Bakar dan Umar, wilayahnya dibedakan menjadi dua
yaitunwilayah yang pemimpinnya memiliki otonomi penuh dan pemimpinanya di
sebut Amir, dan wilayah yang tidak memiliki otonomi penuh yang pemimpinannya
disebut Wali. Pada zaman Usman bin Affan dilakukn perubahan setatus wilayah
sehingga semua wilayah memiliki otonomi penuh. Oleh karena itu seluruh pemimpin
wilayah bergelar Amin.
Sejak kecil Ali sudah terkenal dengan kebaikannya dan merupakan orang yang sabar.
Beliau telah merasakan pahit getirnya kehidupan bersama Rasullah. Ketika suku
Quraisy mengetahui adanya perjanjian antara Rasulullah dengan masyarakat Yastrib
dan adanya keinginan Rasulullah untuk hijroh ke Yastrib, tokoh-tokoh kafir Quraisy
telah membuat scenario besar untuk membunuh Rasulullah. Ali dengan hati tulus
mematuhi perintah Rasulullah untuk tidur menggantikan Rasulullah pada malam
keberangkatan hijroh ke Madinah. Begitulah seorang Ali Bin Abi Tholib telah rela
memertaruhkan jiwa raganya untuk menyelamatkan Rasulullah dari ancaman
pembunuh kafir Quraisy
Secara mayoritas umat islam memilih Ali sebagai pengganti Usman. Begitu besar
keinginan Ali untuk memulihkan keadaan umat islam agar segera selamat dari krisis
yang melanda umat islam. Tetapi kondisi semakin memprihatikan. Orang –orang
islam yang dulu bersatu padu dalam ikatan Ukhuwah Islamiyah untuk menegakkan
Islam telah hilang berubah menjadi permusuhan, akibat dari hasutan orang-orang
munafiq yang tidak ingin Islam berkembang. Orang-orang dulu dekat dengan Ali
telah menjadi lawan politik.Seorang Jalal-Din Al-Suyuti mengatakan bahawa
Thalhah, Zubair dan A’isyah telah berangkat ke Basrah untuk mengajukan tuntutan
kepada Ali agar menangkap pembunuh Usmman Bin Affan.Akibat dari tuntutan itu
Ali menyiapkan pasukan bereperang dengan pasukan Tholhah, Zubair, dan A’isyah.
Perang ini dalam sejarah dikenal dengan perang Jamal (Unta). Tholhah, Zubair
terbunuh dalam peperangan itu sedangkan A’isyah dapat diselamatkan.
Di lain pihak, pembangkangan yang dilakukan oleh Mu’awiyah Bin Abi Sofyan telaj
melahirkan konflik senjata antara pasukan Ali dengan pasukan Mu’awiyah yang
dipimpin oleh Amr Bin Ash.Perang ini kemudian dikenal dengan perang
shiffin.Dalam perang ini disebutkan bahwa pasukan Ali telah berhasil mematahan
pertahanan pasukan Mu’awiyah.Dalam situasi yang demikian pasukan Mu’awiyah
yang dipimpin oleh Amr Bin Ash mengangkat mushaf Al-Quran di atas tenbok
pertanda perang dihentikan denagn melakukan perdamaian.Perintiwa ini disebut
dengan peristiwa tahkim.
Akibat dari peristiwa Tahkim ini kubu Ali terpecah menjadi 2 yaitu golongan yang
keluar dari Ali disebut golongan Khawarij dan golongan yang setia kepada Ali disebut
golongan Syiah. Di luar golongan ini masihn ada golongan umat Islam yang lain
yaotu golongan yang mendukung Mu’awiyah dan golongan Murji’ah. Adanya friksi-
friksi ini semakin memperkeruh kondosi umat islam, sampai pada akhirnya Ali Bin
Abi Tholib terbunuh oleh seorang Khowarij yang bernama Abdur Rahman Bin
Muljam pada tanggal 17 Romadlon tahun 40 H.
Ali dilahirkan di Mekkah, daerah Hejaz, Jazirah Arab, pada tanggal 13 Rajab.
Menurut sejarawan, Ali dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya kenabian
Muhammad, sekitar tahun 599 Masehi atau 600(perkiraan).
Muslim Syi'ah percaya bahwa Ali dilahirkan di dalam Ka'bah. Usia Ali terhadap
Nabi Muhammad masih diperselisihkan hingga kini, sebagian riwayat menyebut
berbeda 25 tahun, ada yang berbeda 27 tahun, ada yang 30 tahun bahkan 32 tahun.
Beliau bernama asli Haydar bin Abu Thalib, paman Nabi Muhammad SAW. Haydar
yang berarti Singa adalah harapan keluarga Abu Thalib untuk mempunyai penerus
yang dapat menjadi tokoh pemberani dan disegani di antara
kalangan Quraisy Mekkah. Setelah mengetahui sepupu yang baru lahir diberi nama
Haydar,
1. Kehidupan Awal
Ali dilahirkan dari ibu yang bernama Fatimah binti As’ad, dimana As’ad merupakan
anak dari Hasyim, sehingga menjadikan Ali, merupakan keturunan Hasyim dari sisi
bapak dan ibu.
Kelahiran Ali bin Abi Thalib banyak memberi hiburan bagi Nabi SAW karena beliau
tidak punya anak laki-laki. Uzur dan faqir nya keluarga Abu Thalib memberi
kesempatan bagi Nabi SAW bersama istri beliau Khadijah untuk mengasuh Ali dan
menjadikannya putra angkat. Hal ini sekaligus untuk membalas jasa kepada Abu
Thalib yang telah mengasuh Nabi sejak beliau kecil hingga dewasa, sehingga sedari
kecil Ali sudah bersama dengan Muhammad.
2. Masa Remaja
Ketika Nabi Muhammad SAW menerima wahyu, riwayat-riwayat lama seperti bin
Ishaq menjelaskan Ali adalah lelaki pertama yang mempercayai wahyu tersebut atau
orang ke 2 yang percaya setelah Khadijah istri Nabi sendiri. Pada titik ini Ali berusia
sekitar 10 tahun.
Pada usia remaja setelah wahyu turun, Ali banyak belajar langsung dari Nabi SAW
karena sebagai anak asuh, berkesempatan selalu dekat dengan Nabi hal ini
berkelanjutan hingga beliau menjadi menantu Nabi. Hal inilah yang menjadi bukti
bagi sebagian kaum Sufi bahwa ada pelajaran-pelajaran tertentu masalah ruhani
(spirituality dalam bahasa Inggris atau kaum Salaf lebih suka menyebut istilah 'Ihsan')
atau yang kemudian dikenal dengan istilah Tasawuf yang diajarkan Nabi khusus
kepada beliau tapi tidak kepada Murid-murid atau Sahabat-sahabat yang lain.
Karena bila ilmu Syari'ah atau hukum-hukum agama Islam baik yang mengatur ibadah
maupun kemasyarakatan semua yang diterima Nabi harus disampaikan dan diajarkan kepada
umatnya, sementara masalah ruhani hanya bisa diberikan kepada orang-orang tertentu dengan
kapasitas masing-masing.
Didikan langsung dari Nabi kepada Ali dalam semua aspek ilmu Islam baik aspek zhahir
(exterior) atau syariah dan bathin (interior) atau tasawuf menggembleng Ali menjadi seorang
pemuda yang sangat cerdas, berani dan bijak..
Setelah Khalifah Usman ra. syahid, Ali ra. diangkat menjadi khalifah ke-4. Awalnya beliau
menolak, namun akhirnya beliau menerimanya. Imam Ahmad meriwayatkan dengan sanad
yang shahih dari Muhammad bin Al-Hanafiyah berkata: .....Sementara orang banyak datang
di belakangnya dan menggedor pintu dan segera memasuki rumah itu. Kata mereka: "Beliau
(Usman ra.) telah terbunuh, sementara rakyat harus punya khalifah, dan kami tidak
mengetahui orang yang paling berhak untuk itu kecuali anda (Ali ra.)". Ali ra. berkata kepada
mereka: "Janganlah kalian mengharapkan saya, karena saya lebih senang menjadi wazir
(pembantu) bagi kalian daripada menjadi Amir". Mereka menjawab: "Tidak, demi Allah,
kami tidak mengetahui ada orang yang lebih berhak menjadi khalifah daripada engkau". ‘Ali
ra. menjawab: "Jika kalian tak menerima pendapatku dan tetap ingin membaiatku, maka baiat
tersebut hendaknya tidak bersifat rahasia, tetapi aku akan pergi ke masjid, maka siapa yang
bermaksud membaiatku maka berbaiatlah kepadaku". Pergilah ‘Ali ra. ke masjid dan orang-
orang berbaiat kepadanya.
Dalam Tarikh Al-Ya’qubi dikatakan: ‘Ali bin Abi Thalib ra. menggantikan Usman sebagai
khalifah dan Ali bin Abi Thalib ra. dibaiat oleh Thalhah ra, Zubair ra, Kaum Muhajirin dan
Anshar. Sedangkan orang yang pertama kali membaiat dan menjabat tangannya adalah
Thalhah bin Ubaidillah ra.
STRATEGI KEPEMIMPINAN KHALIFAH ALI BIN ABI THALIB
Diantara strategi Ali Bin Abi Thalib dalam menegakkan kekhalifaan adalah memeranig
Khawarij. Untuk kepentingan agama dan negara, Ali Bin Abi Thali juga menggukan
potensi dalam usaha pengembangan Islam, baik perkembangan dalam bidang Sosial, politik,
Militer, dan Ilmu Pengetahuan. Berikut ini akan diuraikan tentang strategi tersebut;
Semula orang-orang yang kelak dikenal dengan khawarij ini turut membaiat Ali ra.,
dan Ali ra. tidak menindak mereka secara langsung mengingat kondisi umat belumlah
kembali stabil, di samping para pembuat makar yang berjumlah ribuan itu pun telah
berbaur di Kota Madinah, hingga dapat mempengaruhi hamba sahaya dan orang-
orang Badui. Jika Ali ra. bersegera mengambil tindakan, maka bisa dipastikan akan
terjadi pertumpahan darah dan fitnah yang tidak kunjung habisnya. Karenanya Ali ra,
memilih untuk menunggu waktu yang tepat, setelah kondisi keamanan kembali stabil,
untuk menyelesaikan persoalan yang ada dengan menegakkan qishash. Kaum
khawarij sendiri pada akhirnya menyempal dari Pasukan Ali ra. setelah beliau
melakukan tahkim dengan Muawiyah ra. setelah beberapa saat terjadi perbedaan
ijtihad di antara mereka berdua ra. (Ali ra. dan Muawiyah ra.). Orang-orang khawarij
menolak tahkim seraya mengumandangkan slogan:
“Tidak ada hukum kecuali hukum Allah. Tidak boleh menggantikan hukum Allah
dengan hukum manusia. Demi Allah! Allah telah menghukum penzalim dengan jalan
diperangi sehingga kembali ke jalan Allah.””Ungkapan mereka: ‘Tiada ada hukum
kecuali hukum Allah, dikomentari oleh Ali: “Ungkapan benar, tetapi disalahpahami.
Pada akhirnya ‘Ali ra. memerangi khawarij tsb., dan berhasil menghancurkan mereka
di Nahrawan, di mana hampir seluruh dari orang Khawarij tsb berhasil dibunuh,
sedangkan yang terbunuh di pihak Ali ra. hanya 9 orang saja.
Situasi ummat Islam pada masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib sudah
sangat jauh berbeda dengan masa-masa sebelumnya. Ummat Islam pada masa
pemerintahan Abu Bakar dan Umar bin Khattab masih bersatu, mereka memiliki
banyak tugas yang harus diselesaikannya, seperti tugas melakukan perluasan wilayah
Islam dan sebagainya.
Selain itu, kehidupan masyarakat Islam masih sangat sederhana karena belum banyak
terpengaruh oleh kemewahan duniawi, kekayaan dan kedudukan.
Namun pada masa pemerintahan Khalifah Usman bin Affan keadaan mulai berubah.
Perjuangan pun sudah mulai terpengaruh oleh hal-hal yang bersifat duniawi. Oleh
karena itu, beban yang harus dipikul oleh penguasa berikutnya semakin berat. Usaha-
usaha Khalifah Ali bin Abi Thalib dalam mengatasi persoalan tersebut tetap
dilakukannya, meskipun ia mendapat tantangan yang sangat luar biasa. Semua itu
bertujuan agar masyarakat merasa aman, tentram dan sejahtera. Usaha-usaha yang
dilakukannya diantaranya :
Khalifah Ali bin Abi Thalib memiliki kelebihan, seperti kecerdasan, ketelitian,
ketegasan keberanian dan sebagainya. Karenanya ketika ia terpilih sebagai Khalifah,
jiwa dan semangat itu masih membara didalam dirinya. Banyak usaha yang
dilakukan, termasuk bagaimana merumuskan sebuah kebijakan untuk kepentingan
negara, agama dan umat Islam kemasa depan yang lebih cemerlang. Selain itu, dia
juga terkenal sebagai pahlawan yang gagah berani, penasihat yang bijaksana,
penasihat hukum yang ulung, dan pemegang teguh tradisi, seorang sahabat sejati, dan
seorang kawan yang dermawan.
Khalifah Ali bin Abi Thalib sejak masa mudanya amat terkenal dengan sikap dan sifat
keberaniannya, baik dalam keadaan damai mupun saat kritis. Beliau amat tahu medan
dan tipu daya musuh, ini kelihatan sekali pada saat perang Shiffin. Dalam perang itu
Khalifah Ali bin Abi Thalib mengetahui benar bahwa siasat yang dibuat Muawiyah
bin Abi Sufyan hanya untuk memperdaya kekuatan Khalifah Ali bin Abi Thalib
menolak ajakan damai, karena dia sangat mengetahui bahwa Muawiyah adalah orang
yang sangat licik. Namun para sahabatnya mendesak agar menerima tawaran
perdamaian itu. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan istilah "Tahkim" di Daumatul
Jandal pada tahun 34 Hijriyah. Peristiwa itu sebenarnya merupakan bukti kelemahan
dalam system pertahanan pada masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib.
Usaha Khalifah terus mendapat tantangan dan selalu dikalahkan oleh kelompok orang
yang tidak senang terhadap kepemimpinannya.
Karena peristiwa "Tahkim" itu, timbullah tiga golongan dikalangan umat Islam, yaitu
Kelompok Khawarij, Kelompok Murjiah dan Kelompok Syi'ah (pengikut Ali). Ketiga
kelompok itu yang pada masa berikutnya merupakan golongan yang sangat kuat dan
yang mewarnai perkembangan pemikiran dalam Islam.
Pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib, wilayah kekuasaan Islam telah sampai Sungai
Efrat, Tigris, dan Amu Dariyah, bahkan sampai ke Indus. Akibat luasnya wilayah
kekuasaan Islam dan banyaknya masyarakat yang bukan berasal dari kalangan Arab,
banyak ditemukan kesalahan dalam membaca teks Al-Qur'an atau Hadits sebagai
sumber hukum Islam.
Khalifah Ali bin Abi Thalib menganggap bahwa kesalahan itu sangat fatal, terutama
bagi orang-orang yang akan mempelajari ajaran islam dari sumber aslinya yang
berbahasa Arab. Kemudian Khalifah Ali bin Abi Thalib memerintahkan Abu Al-
Aswad Al-Duali untuk mengarang pokok-pokok Ilmu Nahwu ( Qawaid Nahwiyah ).
Dengan adanya Ilmu Nahwu yang dijadikan sebagai pedoman dasar dalam
mempelajari bahasa Al-Qur'an, maka orang-orang yang bukan berasal dari masyarakat
Arab akan mendaptkan kemudahan dalam membaca dan memahami sumber ajaran
Islam.
Pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib, terdapat usaha positif yang dilaksanakannya,
terutama dalam masalah tata kota. Salah satu kota yang dibangun adalah kota Kuffah.
Semula pembangunan kota Kuffah ini bertujuao politis untuk dijadikan sebagai basis
pertahanan kekuatan Khalifah Ali bin Abi Thalib dari berbagai rongrongan para
pembangkang, misalnya Muawiyah bin Abi Sufyan. Akan tetapi, lama kelamaan kota
tersebut berkembang menjadi sebuah kota yang sangat ramai dikunjungi bahkan
kemudian menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan keagamaan, seperti
perkembangan Ilmu Nahwu, Tafsir, Hadits dan sebagainya.
Pembangunan kota Kuffah ini dimaksudkan sebagai salah satu cara Khalifah Ali bin Abi
Thalib mengontrol kekuatan Muawiyah yang sejak semula tidak mau tunduk terhadap
perintahnya. Karena letaknya yang tidak begitu jauh dengan pusat pergerakan
Muawiya bin Abi Sufyan, maka boleh dibilang kota ini sangat strategis bagi pertahanan
Khalifah.