Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN DESAIN TEKSTIL 1

DEKOMPOSISI KAIN ANYAMAN SATIN

Nama Mahasiswa : Rinayati Aprilia 14010056

Kelas : 2T3

Dosen : Siti Rohmah, AT

POLITEKNIK STTT BANDUNG


2015
1. Judul : DEKOMPOSISI KAIN ANYAMAN SATIN
2. Maksud Dan Tujuan
Maksud dan tujuan praktikum ini adalah agar praktikan memiliki pengetahuan
dekomposisi kain, yang meliputi :
 Memiliki kemampuan mengenali ciri-ciri dan karakteristik anyaman satin.
 Pengetahuan menentukan arah lusi dan pakan.
 Memiliki pengetahuan menghitung tetal benang dalam kain.
 Pengetahuan menghitung nomor benang.
 Pengetahuan menghitug mengkeret benang.
 Menghitung berat kain per m2 dan per meter linear.
 Pengetahuan menentukan nomor sisir.
 Kebutuhan menghitung kebutuhan benang.
 Pengetahuan menggambar anyaman kain contoh.
 Memiliki kemampuan menghitung berat kai per m2 dan per meter liener.
 Memiliki kemampuan mennetukan fabric cover factor.
3. Teori Dasar

Anyaman satin pada kain katun pada umumnya menggunakan 5 atau 6 gun.
Biasanya satin pakan. Satinet, istilah yang dipakai untuk kain imitasi sutera,
misalnya dari bahan katun yang dimercerisir, digunakan untuk kain lapis maupun
meubelstoffen. Satin, istilah yang umum dipakai pada kain-kain satin yang dibuat
dari sutera filamen atau benang sintetis filamen. Satinettes, dibuat dari benang lusi
kapas dan benang pakan wol.
Satijn de chine, dibuat dari benang sutera alam dengan tetal sedang, digunakan
untuk kain lapis. Belakangan dibuat juga dari benang rayon. Istilah satin sendiri
biasanya diperuntukkan pada kain yang bahannya dari benang filamen sutera atau
sintetis. Istilah satin berasal dari nama sebuah tempat di Tiongkok yang disebut
“Tsething”.
Anyaman satin memiliki ciri-ciri dan karakteristik sebagai berikut :
1. Pada 1 rapot anyaman, banyak benang lusi sama dengan banyak benang pakan.
2. Anyaman satin hanya menonjolkan salah satu efek pada permukaan kain, yaitu
efek lusi atau efek pakan.
3. Anyaman satin dengan efek lusi disebut satin lusi, sedangkan anyaman satin
dengan efek pakan disebut satin pakan.
4. Pada satin lusi, tetal lusi > tetal pakan, sedangkan pada satin pakan tetal pakan >
tetal lusi.
5. Pada kain dengan anyaman satin, suatu garis seperti pada anyaman keper tidak
tanpak jelas atau menonjol.
6. Pada umumnya digunakan tetal tinggi pada lusi atau pakan, sehingga kainnya
tampak padat (solid).
7. Tetal yang tinggi dan penggunaan benang yang arah twistnya bersamaan dengan
arah garis miring pada anyaman satin, maka permukaan kain akan tampak smooth,
rata, mengkilat dan padat.
8. Banyaknya gun minimun sama dengan jumlah benang lusi/pakan dalam 1 rapot
anyaman.
9. Anyaman satin dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu satin teratur dan satin
tidak teratur.
10. Anyaman satin digunakan pada semua jenis kain, tetapi tidak baik untuk kain
dengan kontruksi terbuka atau jarang.
11. Anyaman kain satin lebih sesuai daripada anyaman keper untuk kain dengan
kontruksi padat.
12. Pada anyaman satin, kombinasi dari faktor-faktor konstruksi kain lebih sedikit
digunakan daripada dalam anyaman keper.
13. Titik-titik silang pada anyaman satin letaknya tersebar tidak bersinggungan satu
sama lain.
14. Setiap benang lusi dalam satu rapot hanya mempunyai satu titik silang.
Angka loncat dalam anyaman satin
a. Besarnya angka loncat selalu lebih besar daripada 1 (V>1).
b. Angka loncat tidak sama dengan banyak benang lusi/pakan dalam 1 rapot
anyaman dikurangi 1.
c. Angka loncat tidak sama dengan bilangan yang menjadi pembagi persekutuan
terhadap bilangan yang menunjukan jumlah benang lusi atau pakan dalan satu rapot
anyaman.
d. Angka loncat dan jumlah benang lusi dalam 1 rapot masing-masing tidak boleh
terbagi oleh suatu angka yang sama.Cotoh dari anyaman kain keper adalah flanel,
kain denim, kain segre, kain surah, dll.

Berikut ini adalah contoh kain anyaman satin :


Keterangan :

Adalah kain anyaman satin pakan 5 gun dengan v= 3

Adalah kain anyaman satin pakan 5 gun dengan v = 2

Adalah kain anyaman satin lusi 5 gun dengan v= 3

Adalah kain anyaman satin lusi 5 gun dengan v = 2


Anyaman satin dibagi menjadi dua jenis, yaiti satin teratur yang dibuat memenuhi
angka loncat dengan gun minimal 5 buah dan satin tidak teratur yang tidak
memenuhi angka loncat atau biasa disebut dengan satinette.
Anyaman satin tidak teratur yang memenuhi arutan angka loncat yaitu satin 4 gun
dan satin 6 gun. Berikut ini gambar untuk satin tidak teratur :
Adalah satin tidak teratur 6 gun.

Adalah satin tidak teratur 4 gun.

4. Alat dan Bahan


 loop/ kaca pembesar.
Kegunaan loop pada praktikum ini adalah untuk :
o menghitung tetal lusi atau pakan.
o Mengidentifikasi jenis benang, apakah benang tunggal, gintir,
monofilamen, multifilamen, benang tekstur atau jenis benang
lainnya.

 Jarum
Kegunaan jarum pada praktikum ini adalah untuk :
o Alat bantu menghitung tetal lusi atau pakan pada lubang pemeriksa
loop bila loop tidak dilengkapi dengan jarum.
o Alat bantu mengeluarkan benang lusi dan pakan pada pinggir kain
dalam menentukan ukuran kain.
o alat bantu menentukan anyaman kain dengan jalan menjarangkan
tetalnya dengan jarum sehingga jalannya lusi dan paka terlihat
menjadi lebih jelas.
 Mistar dengan ketelitian 1 mm
Kegunaan mistar pada praktikum ini adalah untuk :
o Alat bantu membuat ukuran pada kain contoh dengan ukuran
tertentu sesuai dengan prosedur pada dekomposisi kain tenun.
o Alat bantu megukur panjang lusi dan pakan setelah ditiras dan
dikeluarkan dari kain.

 Kertas design
Kegunaan kertas design pada praktikum ini adalah untuk :
o Tempat menggambar anyaman atau desain anyaman kain tenun yang
sedang dianalisa.
o Tempat menggambar rencana kain tenun (menggambar hubungan
antaran anyaman, cucukan,ikatan,, dan pengaturan pengangkatan
gun)
 Guting
Kegunaan gunting pada praktikum ini adalah untuk memotong kain atau
benang.
 Timbangan
Ada dua macam timbangan yang diperlukan yaitu :
o Timbangan biasa dengan satuan gram untuk menimbang kain
sempel.
o Timbangan microbalance dengan satuan miligram untuk menimbang
sejumlah helai benang.
 Kain sempel.

5. Cara Kerja

1. Menentukan Arah Lusi dan pakan pada kain uji (arah lusi diberi tanda panah), dimana
lusi dicari dengan merasakan benang yang kaku dan keras karena telah diberi kanji.
Dapat juga dengan melihatnya ke arah cahaya. Yang terlihat lurus-lurus (dan ada
bagian-bagian yang tebal) adalah benang lusi.
2. Menghitung tetal lusi dan tetal pakan pada 5 bagian/tempat yang berbeda dan dicatat tiap
bagiannya, serta hitung harga rata-ratanya.
3. Menimbang kain contoh uji dengan ukuran 10 x 10 cm, kemudian catat beratnya.
4. Mengambil benang lusi dari 2 (dua) sisi yang berbeda pada kain contoh uji tersebut
sebanyak 5 (lima) helai – 5 (lima) helai, sehingga total benang yang diperolehnya
sebanyak 10 helai, Lalu menimbangnya. Demikian pula untuk benang pakannya.
5. Mengukur panjang benang lusi helai demi helai lalu rata-ratakan (diluruskan), lalu
mencatat panjang dari masing-masing benang tersebut. Demikian pula untuk benang
pakannya, lalu nilai yang telah diperoleh dari 10 (sepuluh) benang tersebut dirata-
ratakan. Nilai tersebut digunakan untuk menghitung mengkeret lusi dan pakan.
6. Menghitung nomor benang lusi dan pakan dari masing-masing dari data yang sudah
diperoleh.
7. Melalukan perhitungan terhadap berat lusi dan pakan untuk memperoleh selisih berat.
8. Menggambar anyaman dari hasil yang diuji (contoh uji).
6. Data dan Perhitungan

a. Data percobaan
No Tetal Helai/inch Panjang (cm) Berat
Lusi Pakan Lusi Kain Pakan Lusi
(g) (g) (g)
1 137 69 20,1 20,2 3,8 0,036 0,0645
2 132 66 20,0 20,1
3 141 63 20,0 20,1
4 20,0 20,2
5 20,0 20,0
6 20,0 20,0
7 20,0 20,0
8 20,1 20,0
9 20,0 20,1
10 20,0 20,2
11 20,2 20,3
12 20,2 20,3
13 20,3 20,3
14 20,0 20,0
15 20,0 20,0
16 20,0 20,1
17 20,1 20,2
18 20,0 20,4
19 20,0 20,4
20 20,0 20,2
Rata-rata Rata-rata Rata- Rata-
137helai/inch 66helai/inch rata rata
Sama dengan 54 Sama dengan 26 20,05cm 20,15cm
helai/cm helai/cm ⅀= 401 ⅀= 403
cm cm
Sama Sama
dengan dengan
4,01 m 4,03 m

b. Perhitungan

1. menghitung mengkeret lusi dan mengkeret pakan

𝑝𝑏−𝑝𝑘
m= 𝑥 100 %
𝑝𝑏

keterangan : panjang rata-rata benang kain contoh = Pk

panjang rata-rata benang setelah diluruskan = Pb

20,05−20,0
a. Mengkeret lusi : m = 𝑥 100 % = 0,24 %
20,05

20,15−20,0
b. mengkeret pakan : m = 𝑥 100 % = 0,7 %
20,15

2. menghitung nomor benang lusi dan pakan.

𝑝 (𝑚)
Nm = 𝑏 (𝑔)

Ne1 = 0,59 x Nm

Tex = 1000 : Nm

Td = 9000 : Nm

4,01𝑚
Nomor benang lusi : Nm = 0,036𝑔 = 111,38 m/g
Ne1 = 0,59 x 111,38 = 65,71

Tex = 1000 : 111,38 = 8,97

Td = 9000 : 111,38 = 80,8

4,03𝑚
Nomor benang pakan : Nm = 0,0645𝑔 = 62,48 m/g

Ne1 = 0,59 x 62,48 = 36,48

Tex = 1000 : 62,48 = 16

Td = 9000 : 62,48 = 144,04

3. menghitung berat kain / m2

a. Dengan cara penimbangan

(100 𝑥 100 )𝑐𝑚


Berat kain / m2 = berat contoh x 𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑚𝑝𝑒𝑙

(100 𝑥 100 )𝑐𝑚


= 3,8 g x = 95 g
(20 𝑥 20)𝑐𝑚

b. Dengan cara perhitungan

lusi :

ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖
𝑡𝑒𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑠𝑖 ( ) 𝑥 𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑘𝑎𝑖𝑛 𝑥 100%
2 𝑐𝑚
berat kain / m = 1000 %−𝑚𝑒𝑛𝑔𝑒𝑘𝑒𝑟𝑒𝑡 x 100 cm
𝑚
𝑁𝑚 ( )𝑥 100 𝑐𝑚/𝑚
𝑔

ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖
54 ( ) 𝑥 100 𝑐𝑚/𝑚 𝑥 100%
𝑐𝑚
berat kain / m2 = 1000 %−0,24% x 100 cm = 48,59 g
𝑚
111,38 ( )𝑥 100 𝑐𝑚/𝑚
𝑔

pakan

ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖
𝑡𝑒𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 ( ) 𝑥 𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑘𝑎𝑖𝑛 𝑥 100%
2 𝑐𝑚
berat kain / m = 1000 %−𝑚𝑒𝑛𝑔𝑒𝑘𝑒𝑟𝑒𝑡 x 100 cm
𝑚
𝑁𝑚 ( )𝑥 100 𝑐𝑚/𝑚
𝑔

ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖
26 ( ) 𝑥 100 𝑐𝑚/𝑚 𝑥 100%
𝑐𝑚
berat kain / m2 = 1000 %−0,7% x 100 cm = 41,9 g
𝑚
62,48 ( )𝑥 100 𝑐𝑚/𝑚
𝑔
4. menghitung selisih berat penimbangan (B1) dan perhitungan (B4)

𝐵2−𝐵4
Selisih (%) = 𝑋 100%
𝐵1

Keterangan :

B1 : berat kain / m2 = 95 g

B4 : (berat perhitungan lusi + berat perhitungan pakan)

B4 : (48,59 + 41,9)

B4 : 90,49 g

95−90,49 g
Selisih (%) = 𝑋 100%
95

Selisih (%) = 4,74 %

5. Menghitung cover foctor

Lusi : Cw = nw x dw

Pakan : Cf = nw x df

Cover factor : Cf = (Cw + Cf ) – (Cw x Cf) x 100 %

Keterangan :

1 1
Dw = diameter benang = 28 = 28 = 4,4 x 10-3
√𝑁𝑒1 √65,71

1 1
DF = diameter benang = 28 = 28 = 5 x 10-3
√𝑁𝑒1 √36,86

Nw = Tetal (helai/inch) = 137 helai/inch

Nf = Tetal (helai/inch) = 66 helai/inch

Jawab :

Cw = 137 helai/inch x 4,4 x 10-3 = 0,6

Cf = 66 helai/inch x 5 x 10-3 = 0,38

Cover factor (Cf) = (0,6 + 0,38) – (0,6 x 0,38) x 100 % = 74,7 %


6. Gambar anyaman keper

4
Anyaman satin lusi 1 rapor 1\1

7. Diskusi

Berdasarkan ciri-ciri yang ditemukan diketahui bahwa kain sempel yang diteliti
merupakan kain anyamana satin lusi. Anyaman satin yang diteliti merupakan
4
pengulangan dari anyamaan satin satu rapor 1\1.Pada kain yang diteliti terdapat

jumlah tetal lusi lebih besar dibandingkan jumlah tetal pakan hal ini menunjukkan
bahwa kain yang diteliti merupakan kain anyaman satin lusi. Selain halus, kain
satin juga mempunyai penampakan permukaan yang licin dan mengkilap, hal ini
disebabkan oleh bennang yang digunakan pada anyaman kain satin tidak
dilakukan proses twisting dan hal itu sudah dibuktikan pada saat praktikum ini
bahwa praktikan melihat benang yang digunakan terbukti tidak di twisting. Selain
itu pada praktum ini didapatkan bahwa mengkeret sangat kecil dengan hasil
mengkeret lusi 0,24 % sedangkan mengkeret pakan adalah 0,7 %, hal ini
menunjukkan bahwa kain memiliki mulur/ elastis yang kecil.
Persentase selisih berat serata penimbangan (experiment) dan berat secara
perhitungan (teori ) adalah 4,74% artinya percobaan yang dilakukan baik, apabila
hasil selisih yang dihasilkan lebih dari 5% maka praktikum dianggap kurang baik
karena, selisih antara experimen dan teori sangat jauh hal itu dapat dikarenakan
oleh beberapa faktor seperti penimbangan yang kurang teliti, pengukuran benang
yang kurang teliti, pemootongan benang yang kurang tepat dan faktor lainnya.
Berikut ini adalah beberapa faktor yang harus diperhatikan :
o Menentukan benang lusi dan benang pakan anyaman satin
Benang yang arahnya vertikal disebut benang lusi sedangkan benang yang
ke arah horizontal disebut benang pakan.
Benang yang sejajar dengan panjang kain dan digulung diatas beam tenun
merupakan benang lusi.
Apabila kita raba permukaan kain satin dengan berbeda arah maka kita
dapat menemukan permukaan yang halus dan kasar. Arah permukaan yang
halus menunjukkan arah benang lusi sedangkan arah yang menunjukkan
permukaan kasar menunjukkan arah benang pakan.
o Menghitung tetal kain.
Penghitungan tetal ini harus dilakukan seteliti mungkin bila perlu dilakukan
pengulangan untuk mendapatkan perhitungan yang tepat karena kesalahan pada
penghitungan tetal sangat berpengaruh terhadap hasil perhitungan dekomposisi
kain. Biasanya jumlah tetal lusi lebih banyak daripada tetal pakan. Menghitung
tetal kain dapat dilakukan dengan :
o memakai lup (kaca pembesar) yang telah dilengkapi dengan ukuran 1 inchi.
Untuk mendapatkan data yang akurat, cara ini perlu dilakukan berulang kali dan
diambil nilai rata – rata tetalnya . (pada praktikum dekomposisi anyaman kain
satin digunakan metode ini)
o cara manual dengan meniras tiap helai benang 1 inchi2 kain. Cara ini cukup
dilakukan sekali namun harus seteliti mungkin untuk mendapatkan hasil yang
tepat.

8. Kesimpulan

 Kain sempel yang diteliti merupakan kain anyaman satin lusi.


 Tetal lusi : 137 helai/inch = 54 helai/ cm
 Tetal pakan : 66 helai/inch = 26 helai/cm
 Mengkeret lusi : 0,24 %
 Mengkeret pakan : 0,7 %
 Nm lusi : 111,38 m/g ~ Ne1 65,71 ~ 8,97 Tex~ 80,8 Td
 Nm pakan : 62,48 m/g~ Ne1 36,86 ~ 16 Tex~ 144,04 Td
 Berat kain cara penimbangan dan cara perhitungan yaitu 95 dan 90,49
dengan selisih 4,47 %.
 Cover factor : 74,7 %
9. Daftar pustaka

Rohmah,siti & giarto.Bahan ajar Praktikum Desain Tekstil. 2013. Bandung


Lampiran

Anda mungkin juga menyukai