KAJIAN PUSTAKA
Hipertensi atau tekanan darah tinggi terjadi pada sekitar 8-10% kehamilan.
Tekanan darah tinggi dalam kehamilan dapat merupakan tanda awal dari
dan sebagai faktor penyebab dari sekitar 16% kematian ibu secara global
kali lipat. Preeklampsia bahkan kadang tidak menunjukkan gejala dan dapat
(Gibson, 2009).
6
7
sistolik dan ≥ 15 mmHg untuk diastolik (kendati pada pengukuran tekanan darah
tidak melebihi 140/90 mmHg) tidak digunakan lagi sebagai kriteria diagnostik
yang ditemukan pertama kali pada usia kehamilan > 20 minggu dan tidak kembali
et al., 2010).
yang signifikan, maka diperlukan pengawasan yang lebih ketat, karena kejadian
al., 2010).
mmHg disertai adanya proteinuria (300 mg/24 jam atau +1 pada pemeriksaan
dipstick). Edema tungkai yang sebelumnya menjadi salah satu kriteria diagnostik,
kini tidak lagi digunakan, karena banyak dijumpai pada wanita hamil normal.
sistolik ≥ 160 mmHg dan diastolik ≥ 110 mmHg yang disertai proteinuria ≥ +2.
Pada preeklampsia berat, sejumlah penanda laboratorium seperti fungsi ginjal dan
peningkatannya hanya minimal atau bahkan tidak ada peningkatan sama sekali.
preeklampsia yang tidak disebabkan oleh hal lain. Kejang pada eklampsia bersifat
general dan dapat terjadi sebelum, saat, atau sesudah persalinan (Cunningham et
al., 2010).
untuk pertama kali (≥ 300 mg/24 jam) di usia kehamilan ≥ 20 minggu, pada
kronis). Apabila seorang wanita menderita hipertensi dan proteinuria sebelum usia
2.3 Preeklampsia
2.3.1 Epidemiologi
et al, 2007). Pada penelitian yang dilakukan di RSUP Sanglah Denpasar tahun
10
ginjal)
Hingga saat ini, belum ada satu teori yang pasti, yang menjadi dasar
terjadinya preeklampsia. Namun dari sejumlah studi yang telah dilakukan, etiologi
preklinis yang ditandai dengan gagalnya remodeling arteri spiralis oleh sel-sel
11
pasien masuk ke dalam tahap II yang ditandai dengan respon inflamasi sistemik
Gambar 2.1 Gambar skematik preeklampsia sebagai sindrom penyakit dengan 2 tahap
(Cunningham et al., 2010).
dari sejumlah faktor yang melibatkan ibu, plasenta, dan janin. Berikut adalah
arteri spiralis.
2. Maladaptasi dari respon imun ibu terhadap jaringan ayah (plasenta) dan
jaringan janin.
12
yang terjadi.
4. Faktor-faktor genetik.
endotel pada arteri spiralis beserta tunika medianya. Remodeling ini menyebabkan
lumen arteri spiralis menjadi lebih besar daripada sebelumnya dan memiliki
tahanan yang lebih kecil, sehingga memungkinkan terjadinya perfusi yang lebih
Namun hal ini rupanya tidak terjadi pada kasus preeklampsia. Remodeling
yang terjadi pada preeklampsia ternyata hanya sebatas pada pembuluh darah di
pada kehamilan normal. Ini menyebabkan kondisi hipoksia pada plasenta yang
sirkulasi ibu, dan menimbulkan respon inflamasi sistemik pada ibu (Cunningham
et al., 2010).
immune response atau respon imun bawaan dan adaptive immune response atau
13
respon imun adaptif/yang didapat. Respon imun adaptif ini yang banyak berperan
tidak mengekspresikan antigen HLA-A atau HLA-B (MHC tipe 1a) atau HLA-D
(MHC tipe 2). Ketiga antigen ini merupakan stimulator utama dari respon
penolakan jaringan (dalam hal ini penolakan hasil konsepsi) yang diperantarai
tipe 1a) dan sejumlah MHC klas 1b non-klasikal yaitu HLA-E dn HLA-G
Disebutkan bahwa uterus (desidua) adalah suatu jaringan yang unik, yang
berbeda dengan jaringan lain dalam hal imunitas. Selama fase luteal, desidua akan
diinfiltrasi oleh leukosit, dimana 75% dari leukosit tersebut adalah Natural Killer
Cells. Natural Killer Cells yang ada di uterus (uNK) membawa receptor yang
(KIR) yang diekspresikan oleh uNK sendiri. HLA-G akan berikatan dengan
imun ibu dalam patofisiologi preeklamsia. Pada awal kehamilan yang ditakdirkan
jumlah yang lebih kecil daripada kehamilan normal. Hal ini berkontribusi
perubahan tahap I yang disebabkan oleh remodeling arteri spirales yang tidak
Sel endotel adalah adalah sel yang melapisi pembuluh darah, terletak di
antara otot polos pembuluh darah dan darah yang bersirkulasi di dalamnya. Sel
masuk ke dalam sirkulasi dan menyebar ke seluruh organ. Sel endotel berfungsi
dari sel-sel imun. Tonus vaskular dipertahankan oleh endotel di bawah pengaruh
menjadi tanda dan gejala dari ibu dengan preeklampsia. (Taylor et el., 2009).
15
yang dilakukan oleh Ward dan Lindheimer pada tahun 2009 menyatakan bahwa
risiko insiden preeklampsia pada seorang putri dari ibu yang mengalami
yang saudarinya mengalami preeklampsia adalah 11-37 persen; dan 22-47 persen
pada wanita kembar yang saudari kembarnya mengalami preeklampsia. Ward dan
Lindheimer pada tahun 2009 juga menemukan ada sekitar 70 gen yang berperan
2.3.4 Patogenesis
penyakit yang terdiri dari 2 tahap. Tahap pertama ditandai dengan kegagalan
remodeling arteri spiralis dan tunika medianya oleh sel-sel sitotrofoblas yang
ekspresi reseptor adhesi yang merupakan karakteristik dari sel epitel, yaitu
integrin α6β4 dan E-cadherin; dan lebih meningkatkan ekspresi dari reseptor
adhesi yang biasanya ada pada sel endotel, yaitu integrin α1β1, αVβ3 dan VE-
ini, sel-sel sitotrofoblas menjadi lebih motil dan invasif. Efek akhir yang
aliran darah yang mensuplai plasenta dan terjadilah hipoksia plasenta. Selain itu,
kegagalan remodeling ini juga membawa dampak yang lebih luas, yaitu sel-sel
trofoblas tidak mampu berfungsi dengan baik sebagai sel endotel sebagaimana
masuk ke dalam tahap kedua, yaitu aktivasi endotel yang ditandai dengan
yang menyebabkan keluarnya cairan dari ruang intravaskular. Lebih jauh, aktivasi
plasenta dapat memicu aktivasi endotel pada ibu, dan menyebabkan ibu jatuh ke
madiator tertentu. Sitokin seperti TNFα akan dilepaskan dan dapat masuk ke
sirkulasi ibu kemudian akan memicu aktivasi endotel. Hipoksia plasenta juga akan
aktivasi endotel.
adalah sinyal utama yang menjembatani tahap I dan tahap II dari perjalanan
penyakit preeklampsia. Biomarker stress oksidatif yang berasal dari lipid dan
protein banyak ditemukan dalam sirkulasi ibu yang menderita preeklampsia serta
Tabel 2.2 Daftar Biomarker yang Ditemukan Pada Wanita dengan Preeklampsia
(Lyall dan Belfort, 2007)
secara sistemik. Selain itu, juga ditemukan produk-produk darah yang teraktivasi
18
(Roberts, 2007).
oksidan dan antioksidan. Stres oksidatif timbul ketika pembentukan radikal bebas
(substansi reaktif yang memiliki 1 atau lebih elektron yang tidak berpasangan)
(O2-), radikal hidroksil (OH•), Nitrit Oksida (NO), dan Reactive Oxigen
oksigen, baik itu radikal bebas maupun yang non-radikal seperti Hidrogen
Peroksida (H2O2). ROS secara terus menerus diproduksi oleh berbagai macam sel
Ada sejumlah jalur metabolik yang dapat menghasilkan radikal bebas turunan
oksidasi pada komponen transfer elektron. Radikal bebas juga dihasilkan dari
19
P450. Nitrit Oksida sintase dapat menghasilkan anion superoksid dan hydrogen
Reactive Oxygen Species yang paling banyak dihasilkan oleh tubuh adalah
peroksida (H2O2), yang kemudian memisah menjadi anion hiroksil (OH•), yang
sangat reaktif. Ada banyak sumber biologis dari O 2•. Pada rantai oksidasi (siklus
krebs) yang terjadi di dalam mitokondria, sejumlah elektron (1-3%) terlepas dan
proses penuaan (aging process) dan penyakit yang berkaitan dengan usia, serta
Pada neutrofil, sel endotel, sel otot polos vaskular, dan trofoblas, sumber
utama dari O2• adalah golongan NADPH oksidase. Aktivasi dari enzim-enzim
Peningkatan produksi O2• oleh NADPH oksidase membawa dampak pada kondisi
Poston, 2007).
oksidatif serta secara tidak langsung meningkatkan jumlah radikal bebas melalui
20
menjadi H2O2 dan oksigen. Sedangkan GPx memegang peran penting dalam
hidroperoksida organik lainnya. Ada dua GPx intraseluler utama di dalam tubuh,
yaitu GPx-1 dan GPx-4. GPx-1 yang juga disebut GPx klasik, tersedia dalam
jumlah banyak di hampir seluruh jaringan dan terdistribusi secara luas di dalam
kecil dalam hal jumlahnya, namun terdapat di dalam pusat kontrol redoks.
asam askorbat, glutathione, dan ubiquinone (Raijmakers dan Poston, 2007; Boutet
et al., 2009).
21
darah dan plasma ibu. Jaringan plasenta dari ibu yang menderita preeklampsia
remodeling arteri spirales oleh sitotrofoblas) dan tahap II (aktivasi endotel dan
2.5 Selenium
Selenium adalah suatu unsur kimia, yang di dalam tabel periodik memiliki
singkatan Se dan nomor atom 34. Selenium banyak didapatkan di dalam menu
diet sehari-hari. Dalam jumlah besar, dapat bersifat toksik bagi makhluk hidup,
Pertama kali ditemukan oleh peneliti bernama Jons Jacob Berzelius pada
tahun 1817 saat meneliti penyebab dari banyaknya pekerja pada pabrik asam
sulfat di Swedia yang mendadak menjadi sakit. Nama selenium diambil dari kata
‘Selene’ yang merupakan dewi bulan dari mitologi Yunani (Mistry, et al., 2012).
22
tergantung dari kandungan Selenium yang terdapat di dalam diet harian. Di dalam
tubuh manusia, sebanyak 30% selenium disimpan di dalam hati, 15% di dalam
ginjal, 30% di dalam otot, dan 10% di dalam plasma darah. Sisanya tersebar di
dalam jaringan lain dalam jumlah yang sangat kecil (Gambling dan McArdle,
sejumlah hasil bumi lainnya. Sementara di daratan Eropa Utara, hasil laut seperti
ikan, kerang, dan kepiting menjadi sumber utama dari selenium. Sedangkan di
daratan Inggris, daging yang difortifikasi, unggas, dan ikan menjadi sumber utama
status selenium seseorang. Akan tetapi, ketersediaannya di alam jauh lebih sedikit
bila dibandingkan dengan selenite atau selenate. Sebaliknya selenite atau selenate
perlu direduksi terlebih dahulu menjadi selenide untuk kemudian diubah menjadi
23
dalam usus halus untuk kemudian berinteraksi dengan protein karier dalam suatu
proses komplek yang hingga saat ini masih belum jelas. Selenite (SeO32-) akan
menembus membran plasma dan bereaksi dengan gugus thiol yang ada di dalam
Keterangan :
GS-SeH : Gluthation
102 pria usia di atas 16 tahun, menunjukkan bahwa kadar normal selenium darah
untuk wanita dewasa berkisar antara 74 – 125 µg/L, sedangkan untuk pria berkisar
antara 75 – 134 µg/L (Safaralizadeh et al, 2005). Sementara itu, penelitian yang
kadar selenium pada darah adalah 55,0 µg/L, sedangkan pada pria adalah
60,9 µg/L.
normal selenium pada darah adalah 63,8 µg/L, sedangkan pada pria adalah
69,2 µg/L.
Hingga saat ini, belum ada kesepakatan tentang kebutuhan harian dari
bagi wanita hamil, dengan batas maksimum 400 µg selenium per harinya. Inggris
al., 2012).
Tabel 2.3 Rekomendasi Harian Asupan Selenium Amerika Serikat, Inggris Raya, dan
WHO (Mistry, et al., 2012).
Keterangan :
RDA : Recommended Daily Allowance
RNI : Reference Nutrient Intakes
NR : Normative Requirement Estimate
26
Keshan disease, suatu kardiomiopati yang ditandai dengan nekrosis fokal pada
seperti reproduksi dan imunitas (Mistry, et al., 2012; Rayman M. P.; 2000).
selenium yang ditandai dengan rontoknya rambut dan terlepasnya kuku, gangguan
Hingga saat ini, telah diketahui sejumlah peran selenium bagi manusia.
Tabel 2.5 Fungsi Sejumlah Selenoprotein di Tubuh Manusia (Mistry, et al., 2012).
pada penurunan sistem kekebalan tubuh. Fungsi sel T dan sel B didapati menurun
stimulasi dari antigen dan peningkatan kemampuan untuk berubah menjadi sel T
Interleukin-2 yang terdapat pada permukaan sel limfosit dan NKC. Hal ini
penting bagi proliferasi sel T dan diferensiasi menjadi sel T sitotoksik (Rayman,
2000).
Selenium, yang sangat esensial bagi manusia, adalah komponen utama dari
metabolisme hormon tiroid, sintesis DNA, dan fungsi penting dari enzim-enzim.
Selenium pada tubuh manusia dapat bertindak sebagai anti oksidan sekaligus
kardiovaskular. Hal ini didasari oleh kemampuan GPx untuk melawan oksidasi
dari lipid dan agregasi dari platelet. GPx4 mengurangi hidroperoksida dari
fosfolipid dan gugus ester yang berkaitan dengan lipoprotein dan karenanya
bahwa risiko morbiditas karena kardiovaskular meningkat dua sampai tiga kali
pada individu dengan kadar selenium serum di bawah 45 µg/L bila dibandingakan
dengan individu dengan kadar selenium serum yang lebih tinggi. Sementara itu
Virtamo dkk menemukan tidak ada perbedaan yang signifikan antara kadar
selenium di bawah dan di atas 45 µg/L kecuali pada kasus mortalitas karena
stroke. Sementara itu studi yang dilakukan oleh Susdicani dkk terhadap pria paruh
baya di Denmark dengan kadar selenium serum kurang dari 79 µg/L menunjukkan
adanya peningkatan risiko yang signifikan untuk penyakit jantung iskemik. Akan
tetapi, sekitar 6 studi lain tidak menunjukkan adanya hubungan yang jelas antara
(Rayman, 2000).