Anda di halaman 1dari 32

KARYA TULIS ILMIAH

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN BAHASA DAN


KOMUNIKASI BAGI ANAK TUNARUNGU DI SMP-LB PUTRA JAYA
MALANG

Untuk memenuhi tugas matakuliah


Pendidikan Anak dengan Hambatan Pendengaran
Yang dibina Oleh Bapak Dimas Arif Dewantoro, M.Pd.

Oleh:

 Auliya Eril Klarissa (170154603506)


 Duwi Wijayati (170154603614)
 Ika Nur Rahmawati (170154603522)
 Ilham Akbar Haqiqi (170154603604)
 Silvita (170154603601)
 Yosie Metta Dhammayanti (170154603527)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN LUAR BIASA
November 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena karya
tulis ilmiah ini dapat terselesaikan, dalam bentuk dan isi yang sederhana. Dalam
karya tulis ilmiah ini penulis membahas tentang “Peran Guru dalam
Mengembangkan Bahasa dan Komunikasi Bagi Anak Tunarungu di SMP-LB
Putra Jaya Malang”. Karya tulis ilmiah ini dibuat dalam rangka untuk memenuhi
tugas matakuliah Pendidikan Anak dengan Hambatan Pendengaran.
Dalam penulisan materi ini, penulis berterima kasih kepada:
 Dimas Arif Dewantoro, M.Pd., selaku dosen matakuliah Pendidikan Anak
dengan Hambatan Pendengaran, yang mana beliau telah mengarahkan
penulis dalam penulisan karya tulis ilmiah ini agar penulis lebih paham
dan mengerti tentang Pendidikan Anak dengan Hambatan Pendengaran.
 Selaku kepala sekolah SMP-LB PUTRA JAYA MALANG, yang telah
mengizinkan kami untuk melakukan observasi di sekolah yang dikelola
beliau.
 Ester Diyah Puspitasari, selaku pengajar di SMP-LB PUTRA JAYA
MALANG yang telah menerima dan membimbing kami dalam
menyelesaikan karya tulis ini.
 Orang tua yang selalu mendukung dan memberikan semangat disetiap
waktu.
Penulis menyadari karya tulis ilmiah ini masih banyak kekurangan-
kurangan baik dalam isi ataupun sumber rujukan.Olehkarena itu, penulis selalu
menantikan sumbangan pikiran dan kritikan-kritikan dalam penyempurnaan
selanjutnya.

Malang, November 2018

i
Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 2
C. Tujuan ..................................................................................................... 2
D. Pertanyaan Penelitian .............................................................................. 2
E. Manfaat ................................................................................................... 2
BAB II : KAJIAN TEORI
A. Kajian Tentang Anak Tunarungu ............................................................ 4
1. Pengetian Tunarungu ........................................................................ 4
2. Klasifikasi Tunarungu ....................................................................... 4
3. Karakteristik Tunarungu ................................................................... 6
4. Penyebab Tunarungu ......................................................................... 9
B. Kajian Tentang Perkembangan Bahasa dan Komunikasi ..................... 12
1. Pengertian Kemampuan .................................................................. 12
2. Pengertian Bahasa ........................................................................... 12
3. Pengertian Komunikasi ................................................................... 12
4. Pengertian Kemampuan Bahasa ...................................................... 13
5. Pengertian Kemampuan Komunikasi.............................................. 13
C. Mailstone Perkembangan Bahasa dan Komunikasi .............................. 13
D. Program Perkembangan Bahasa dan Komunikasi ................................ 15
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A. Deskriptif .............................................................................................. 16
B. Kualitatif ............................................................................................... 16
C. Observasi ............................................................................................... 17
D. Wawancara ............................................................................................ 17
E. Dokumentasi ......................................................................................... 17
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

iii
A. Profil Subjek ......................................................................................... 18
B. Profil Guru ............................................................................................ 18
C. Hasil Psikologi ...................................................................................... 18
D. Komunikasi Sehari-hari Peserta Didik .................................................. 22
E. Komunikasi Guru dengan Peserta Didik ............................................... 23
F. Upaya Guru Mengembangkan Bahasa dan Komnukasi........................ 23
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 24
B. Saran ...................................................................................................... 24
LAMPIRAN ..................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 27

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan kegiatan sadar dalam upaya untuk
mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan merupakan sebuah proses dari
tidak tahumenjadi tahu. Pendidikan merupakan suatu proses yang
sistematik untukmengembangkan pengetahuan dan kemampuan peserta
didiknya. Pendidikankepada anak-anak atau peserta didik dilalui dari
beberapa jenjang pendidikan.Peserta didik dalam pendidikan bukan hanya
seseorang yang berintelegensinormal dan berfisik normal, namun juga
seluruh individu berhak memperolehpendidikan yang layak. Begitu pula
dengan anak-anak yang tergolong anakberkebutuhan khusus. Anak
berkebutuhan khusus berhak mendapatkanlayanan pendidikan yang layak
sesuai dengan tingkat kebutuhan dankekhususan. Salah satu bentuk
layanan pendidikan untuk anak berkebutuhankhusus adalah
terselenggaranya program pendidikan bagi anak tunarungu.
Tunarungu merupakan anak yang mempunyai gangguan
padapendengarannya sehingga tidak dapat mendengar bunyi dengan
sempurna.Tunarungu mempunyai keterbatasan dalam fungsi
pendengarannya, olehkarena itu anak tunarungu sangat terhambat dalam
aspek bahasa dankomunikasi. Namun demikian, tunarungu masih
memiliki potensi untukmengembangkan kemampuan akademik lain yang
akan mempengaruhi kemampuan berbahasa dan berkomunikasi, salah
satunya adalah kemampuanmembaca pemahaman.
Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
matapelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa
Tunarungu(SDLB-B) bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan
intelektual,sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang
keberhasilandalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa
diharapkanmembantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan
budaya orang lain, dan mengemukakan gagasan dan perasaan,

1
berpartisipasi dalam masyarakatyang menggunakan bahasa tersebut dan
menemukan serta menggunakankemampuan analitis dan imaginatif yang
ada dalam dirinya. Pembelajaranbahasa Indonesia diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan peserta didikuntuk berkomunikasi dengan
bahasa Indonesia yang baik dan benar, baiksecara lisan maupun tulis, serta
menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karyakesastraan manusia
Indonesia. Dalam pengaplikasian di SMPLB Putra Jaya, peserta didik
tunarungu dalam kegiatan pembelajaran menggunakan bahasa isyarat SIBI
secara dominan. Sehingga, peserta didik harus memahami bahasa isyarat
yang menjadi bahasa pengantar di sekolah tersebut dan oral. Oleh karena
itu, penulis ingin membahas bagaimana peran guru khususnya di SMLB
Putra Jaya dalam mengembangkan bahasa dan komunikasi anak
tunarungu.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran guru dalam mengembangkan bahasa dan komunikasi
di SMP LB Putra Jaya?

C. Tujuan
1. Memaparkan peran guru dalam mengembangkan bahasa dan
komunikasi di SMPLB Putra Jaya.

D. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana kemampuan bahasa dan komunikasi siswa tunarungu di
SMP-LB Putra Jaya Malang?
2. Bagaimana metode komunikasi yang digunakan siswa tunarungu di
SMP-LB Putra Jaya Malang?
3. Bagaimana upaya guru dalam mengembangkan kemampuan bahasa
dan komunikasi di SMP-LB Putra Jaya Malang?

E. Manfaat
1. Melatih untuk mengembangkan keterampilan membaca yang efektif.

2
2. Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber .
3. Mengenalkan kegiatan dengan kepustakaan.
4. Meningkatkan pengorganisasian fakta atau data secara jelas dan
sistematis.
5. Memperoleh kepuasan intelektual.
6. Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan.
7. Sebagai bahan acuan atau penelitian pendahuluan untuk penelitian
selanjutnya.

3
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Kajian Tentang Anak Tunarungu


1. Pengertian Tunarungu
Menurut Moores (1981: 6), tunarungu adalah seseorang yang
mengalami ketidakmampuan mendengar (biasanya pada tingkat 70 dB
atau lebih) yang menghambat pemahaman bicara melalui
pendengarannya dengan atau tanpa menggunakan alat bantu dengar,
sedangkan orang yang kurang dengar (a hard of hearing person)
adalah seseorang yang mengalami ketidakmampuan mendengar
(biasanya pada tingkat 35 sampai 69 dB) sehingga mengalami
kesulitan, tetapi tidak menghambat pembicaraan melalui
pendengarannya, tanpa atau dengan menggunakan alat bantu dengar.
Menurut Hanahan dan Kauffman (1991: 266), tunarungu
(hearing impairment) merupakan satu istilah umum yang
menunjukkan ketidakmampuan mendengar dari yang ringan sampai
yang berat sekali yang digolongkan kepada tuli (deaf) dan kurang
dengar (a hard of hearing).
2. Klasifikasi Tunarungu
Ketunarunguan dapat diklasifikasikan berdasarkan empat hal,
yaitu tingkat kehilangan pendengaran, saat terjadinya ketunarunguan,
letak gangguan pendengaran secara anatomis, serta etiologi.
a. Berdasarkan tingkat kehilangan pendengaran yang diperoleh
melalui tes dengan menggunakan audiometer, ketunarunguan
dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
1) Tunarungu ringan (mild hearing loss)
Siswa yang tergolong tunarungu ringan mengalami
kehilangan pendengaran antara 27-40 dB.Ia sulit mendengar
suara yang jauh sehingga membutuhkan tempat duduk yang
letaknya strategis. Apabila di kelas Anda ada siswa yang
mengalami tunarungu ringan, hendaknya ia ditempatkan

4
paling depan agar lebih mudah menangkap suara guru. Siswa
yang sejak lahir mengalami ketunarunguan ringan mengalami
sedikit hambatan dalam perkembangan bahasanya sehingga
memerlukan terapi bicara.
2) Tunarungu sedang (moderate hearing loss)
Siswa yang tergolong tunarungu sedang mengalami
kehilangan pendengaran antara 41-55 dB.Ia dapat mengerti
percakapan dari jarak 3-5 feet secara berhadapan (face to
face), tetapi tidak dapat mengikuti diskusi kelas. Ia
membutuhkan alat bantu dengar serta terapi bicara.
3) Tunarungu agak berat (moderately severe hearing loss)
Siswa yang tergolong tunarungu agak berat
mengalami kehilangan pendengaran antara 56-70 dB.Ia hanya
dapat mendengar suara dari jarak dekat sehingga ia perlu
menggunakan hearing aid. Kepada siswa tersebut perlu
diberikan latihan pendengaran serta latihan untuk
mengembangkan kemampuan bicara dan bahasanya.
4) Tunarungu berat (severe hearing loss)
Siswa yang tergolong tunarungu berat mengalami
kehilangan pendengaran antara 71-90 dB sehingga ia hanya
dapat mendengar suara-suara yang keras dari jarak dekat.
Siswa tersebut membutuhkan pendidikan khusus secara
intensif, alat bantu dengar, serta latihan untuk
mengembangkan kemampuan bicara dan bahasanya.
5) Tunarungu berat sekali (profound hearing loss)
Siswa yang tergolong tunarungu berat sekali
mengalami kehilangan pendengaran lebih dari 90dB.
Mungkin ia masih mendengar suara yang keras, tetapi ia
lebih menyadari suara melalui getarannya (vibrations) dari
pada melalui pola suara. Ia juga lebih mengandalkan
penglihatannya dari pada pendengarannya dalam

5
berkomunikasi, yaitu melalui penggunaan bahasa isyarat dan
membaca ujaran.
b. Berdasarkan saat terjadinya, ketunarunguan dapat diklasifikasikan
sebagai berikut.
1) Ketunarunguan prabahasa (prelingual deafness), yaitu
kehilangan pendengaran yang terjadi sebelum kemampuan
bicara dan bahasa berkembang.
2) Ketunarunguan pascabahasa (post lingual deafness), yaitu
kehilangan pendengaran yang terjadi beberapa tahun setelah
kemampuan bicara dan bahasa berkembang.
c. Berdasarkan letak gangguan pendengaran secara anatomis,
ketunarunguan dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
1) Tunarungu tipe konduktif, yaitu kehilangan pendengaran
yang disebabkan oleh terjadinya kerusakan pada telinga
bagian luar dan tengah yang berfungsi sebagai alat konduksi
atau pengantar getaran suara menuju telinga bagian dalam.
2) Tunarungu tipe sensorineural, yaitu tunarungu yang
disebabkan oleh terjadinya kerusakan pada telinga dalam
serta saraf pendengaran (nervus chochlearis).
3) Tunarungu tipe campuran yang merupakan gabungan tipe
konduktif dan sensorineural, artinya kerusakan terjadi pada
telinga luar/tengah dengan telinga dalam/saraf pendengaran.
d. Berdasarkan etiologi atau asal usulnya ketunarunguan
diklasifikasikan sebagai berikut.
1) Tunarungu endogen, yaitu tunarungu yang disebabkan oleh
faktor genetik (keturunan).
2) Tunarungu eksogen, yaitu tunarungu yang disebabkan oleh
faktor nongenetik (bukan keturunan).
3. Karakteristik Tunarungu
a. Dalam segi intelegensia
Pada umumnya anak tunarungu memiliki intelegensi
normal atau rata-rata, akan tetapi karena perkembangan

6
intelegensi sangat dipengaruhi oleh perkembangan bahasa, maka
anak tunarungu akan menampakkan intelegensi yang rendah
disebabkan oleh kesulitan memahami bahasa.
Kesulitan dalam pemahaman bahasa hanya akan membuat
tunarungu kesulitan dalam menerima pelajaran yang bersifat
verbal. Pendidikan dini yang tepat, sangat membantu
perkembangan intelegensi anak tunarungu dengan baik, sehingga
anak tunarungu dapat memiliki intelegensi yang sama atau
mungkin melebihi anak dengar.
b. Dalam segi bahasa dan bicara
Gangguan dalam pendengaran tentu saja membuat anak
tunarungu mengalami hambatan yang berarti dalam segi
berbahasa dan berbicara. Perkembangan berbahasa dan bicara
anak tunarungu sampai masa meraban tidak mengalami hambatan
karena meraban merupakan kegiatan alami pernafasan dan pita
suara.
Untuk tahap selanjutnya yaitu masa meniru, anak
tunarungu berbeda dengan anak dengar yang dapat meniru segala
jenis bahasa dari berbagai segi, bisa visual dan audio.
Anak tunarungu hanya dapat melakukan peniruan yang sifatnya
visual saja.
c. Dalam segi emosi dan sosial
Selain bahasa dan bicara, karakteristik tunarungu yang
agak menonjol adalah dalam segi emosi dan sosial. Karakteristik
ini muncul biasanya saat anak tunarungu mulai melakukan
aktivitas pertemanan. Karena pada saat inilah anak tunarungu
mulai merasakan bahwa dirinya memiliki perbedaan.
Karakteristik dalam segi emosi dan sosial yang biasa
muncul pada anak tunarungu pada umumnya adalah egosentrisme
yang melebihi anak normal, mempunyai rasa takut akan
lingkungan yang lebih luas, ketergantungan tergantungan

7
terhadap orang lain, perhatian sukar dialihkan, memiliki sifat
polos, dan lebih cepat marah.
1) Egosentrisme yang melebihi anak normal
Anak tunarungu disebut “pemata” karena daerah pengamatan
mereka hanya terbatas pada kemampuan pengelihatan saja.
Tentu hal ini membuat anak tunarungu memiliki dunia yang
lebih sempit, dan hal ini mengakibatkan egonya semakin
besar karena membuat mereka sadar dan tidak tahu akan
keadaan lebih luas disekelilingnya.
2) Mempunyai rasa takut akan lingkungan yang lebih luas
Untuk menghadapi lingkungan yang lebih luas, yang artinya
anak tunarungu berada diluar lingkungan rumah, menjadi
ketakutan yang cukup besar bagi mereka. Karena
keterbatasan pendengaran dan pemahaman serta penguasaan
bahasa yang rendah mengakibatkan anak tunarungu terkesan
tidak siap menguasai keadaan dan takut menghadapi
lingkungan yang lebih luas.
3) Ketergantungan terhadap orang lain
Dalam hal ini, anak tunarungu biasanya memiliki
ketergantungan terhadap orang-orang yang sudah mereka
kenal dengan baik. Banyak hal yang anak tunarungu tidak
dapat atau belum dapat lakukan karena keterbatasannya tadi,
maka bantuan orang lain akan sangat dibutuhkan oleh
mereka.
4) Perhatian sukar dialihkan
Hal ini terjadi apabila anak tunarungu telah mendapati
sesuatu yang membuat mereka nyaman dan senang. Biasanya
perhatian mereka akan sukar dialihkan. Ini disebabkan karena
alam fikiran mereka yang sempit karena keterbatasan bahasa.
5) Memiliki sifat polos dan tanpa banyak masalah
Penerimaan bahasa yang kurang maksimal mengakibatkan
anak tunarungutidak memiliki banyak kosakata. Kosakata

8
yang mereka miliki pun umumnya terbatas pada hal-hal yang
konkrit. Sehingga dalam mengungkapkan keinginan,
biasanya mereka langsung saja mengatakan apa yang ada
difikirannya tanpa memperhatikan hal-hal lain. Maka kesan
polos dan tanpa banyak masalah sering muncul pada anak
tunarungu.
6) Lebih mudah marah dan cepat tersinggung
Komunikasi yang baik bisanya membuat pengertian yang
baik pula antara seseorang dengan orang lain. Hal ini sulit
terjadi pada tunarungu karena kemampuan komunikasi
mereka yang terbatas. Sehingga, seringkali anak tunarungu
mengalami kekecewaan atas ketidak pahaman orang lain
akan sesuatu yang ada dalam fikiran mereka. Hal ini biasanya
diekspresikan lewat kemarahan, karena tunarungu juga
miskin ekspresi
d. Dalam segi fisik dan kesehatan
Pada sebagian tunarungu ada yang mengalami gangguan
keseimbangan, cara berjalannya kaku dan agak membungkuk.
Gerakan mata lebih cepat, hal ini menunjukkan bahwa ia ingin
menangkap atau mengetahui keadaan lingkungan sekitarnya.
Pernapasannya pendek karena tidak terlatih melalui kegiatan
berbicara.
4. Penyebab Tunarungu
a. Penyebab Terjadinya Tunarungu Tipe Konduktif
1) Kerusakan/gangguan yang terjadi pada telinga luar yang dapat
disebabkan, antara lain oleh hal-hal berikut.
 Tidak terbentuknya lubang telinga bagian luar (traesia
meatus akustikus externus) yang dibawa sejak lahir
(pembawaan).
 Terjadinya peradangan pada lubang telinga luar (otitis
externa).

9
5. Kerusakan/gangguan yang terjadi pada telinga tengah, yang
dapat disebabkan antara lain oleh hal-hal berikut.
 Ruda paksa, yaitu adanya tekanan/benturan yang keras
pada telinga seperti karena jatuh, tabrakan, tertusuk, yang
mengakibatkan perforasi membran timpani (pecahnya
selaput gendang dengar) dan lepasnya rangkaian tulang
pendengaran.
 Terjadinya peradangan/infeksi pada telinga tengah (otitis
media).
 Otosclerosis, yaitu terjadinya pertumbuhan tulang pada
kaki tulang stapes, yang mengakibatkan tulang tersebut
tidak dapat bergetar pada oval window (selaput yang
membatasi telinga tengah dan telinga dalam) sehingga
getaran tidak dapat diteruskan ke telinga dalam
sebagaimana mestinya.
 Tympanisclerosis, yaitu adanya lapisan kalsium/zat kapur
pada gendang dengar (membran timpani) dan tulang
pendengaran sehingga organ tersebut tidak dapat
mengantarkan getaran ke telinga dalam dengan baik untuk
diubah menjadi kesan suara. Gangguan ini biasanya terjadi
pada orang yang sudah lanjut usia.
 Anomaly congenital dari tulang pendengaran atau tidak
terbentuknya tulang pendengaran yang dibawa sejak lahir
tetapi gangguan pendengarannya tidak bersifat progresif.
 Disfungsi tuba eustachius (saluran yang menghubungkan
rongga telinga tengah dengan rongga mulut), akibat alergi
atau tumor pada nasopharynx.
b. Penyebab Terjadinya Tunarungu Tipe Sensorineural
Tunarungu tipe sensorineural, dapat disebabkan oleh faktor
genetik (keturunan) dan nongenetik.Keduafaktor tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut.

10
1) Ketunarunguan yang disebabkan oleh faktor genetik
(keturunan), maksudnya bahwa ketunarunguan tersebut
disebabkan oleh gen ketunarunguan yang menurun dari orang
tua kepada anaknya.
2) Penyebab ketunarunguan faktor non genetik, antara lain
sebagai berikut
 Rubella Campak Jerman, yaitu penyakit yang disebabkan
oleh virus yang sering berbahaya dan sulit didiagnosis
secara klinis. Penyakit ini lebih berbahaya jika terjadi pada
ibu hamil terutama pada usia kandungan tri semester
pertama (3 bulan pertama) karena dapat menimbulkan
kelainan pada janin. Virus tersebut dapat membunuh
pertumbuhan sel-sel dan menyerang jaringan-jaringan
pada mata, telinga, dan atau organ lainnya.
 Ketidaksesuaian antara darah ibu dan anak. Apabila
seorang ibu yang mempunyai darah dengan Rh-
mengandung janin dengan Rh+ maka sistem pembuangan
antibodi pada ibu sampai pada sirkulasi janin dan merusak
sel-sel darah Rh+ pada janin yang mengakibatkan bayi
mengalami kelainan(yang salah satunya adalah
tunarungu).
 Meningitis, yaitu radang selaput otak yang disebabkan
oleh bakteri yang menyerang labyrinth (telinga dalam)
melalui sistem sel-sel udara pada telinga tengah.
Meningitis menjadi penyebab yang tetap untuk
ketunarunguan yang bersifat acquired (ketunarunguan
yang didapat setelah lahir).
 Trauma akustik, yang disebabkan oleh adanya suara bising
dalam waktu yang lama (misalnya suara mesin di pabrik).

11
B. Kajian Tentang Perkembangan Bahasa dan Komunikasi
1. Pengertian Kemampuan
Dalam kamus lengkap bahasa indonesia(Hasan
Alwi,2002:707/708) kemampuan berasal dari kata mampu yang
berarti yang pertama kuasa (bisa/sanggup) melakukan sesuatu dan
kedua berada. Kemampuan sendiri mempunyai arti
kesanggupan,kecapakan,kekuatan, kekayaan. Sedangkan kemampuan
menurut bahasa berarti kemampuan seseorang menggunakan bahasa
yang memadai dilihat dari sistem bahasa,antara lain mencakup sopan
santun, memahami guiliran dalam bercakap-cakap.
2. Pengertian Bahasa
Bahasa pada hakikatnya adalah ucapan pikiran dan perasaan
manusia secara teratur, yang mempergunakan bunyi sebagai
alatnya(depdiknas,2005:3). Sementara itu menurut Harun Rasyid,
Mansyur dan Suratno (2009:126) bahasa merupakan struktur dan
makna yang bebas dari penggunanya, sebagai tanda yang
menyimpulkan suatu tujuan. Sedangkan bahasa menurut kamus besar
bahasa indonesia Hasan Alwi(2002:88) bahasa berarti sistem lambang
bunyi arbitren, yang digunakan oleh semua orang atau anggota
masyarakat untuk bekerja sama berinteraksi, dan mengidentifikasi diri
dalam bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik,sopan
santu yang baik.
3. Pengertian Komunikasi
Pengertian komunikasi menurut RIyono Praktiko (1990:21)
bahwa komunikasi adalah suatu pernyataan antara manusia yang
bersifat umum dengan menggunakan lambang yang di mengerti.
Sedangkan pengertian komunikasi menurut Onong Uehjena
Effendi(1988:6) bahwa komunikasi adalah penyampaian suatu pesan
oleh seseorang kepada orang lain. Untuk memberitahu atau untuk
mengubah sikap, pendapat atau pikiran, baik langsung secara lisan
maupun tidak langsung.

12
4. Pengertian kemampuan bahasa
Kemampuan bahasa merupakan kesanggupan, kecakapan,
kekayaan ucapan pikiran dan perasaan manusia melaui bunyi yang
arbiter, digunakan untuk bekerja sama, berinteraksi, dan diidentifikasi
diri dalam percakapan yang baik.
5. Pengertian Kemampuan Komunikasi
Kemampuan komunikasi adalah kecakapan atau
kesanggupan penyampaian pesan, gagasan, atau pikiran kepada orang
lain dengan tujuan orang lain tersebut memahami apa yang
dimaksudkan dengan baik, secara langsung lisan atau tidak langsung.

C. Mailstone Perkembangan Bahasa dan Komunikasi


1. 0-6 bulan :
 Bayi mengeluarkan ekspresi pada wajahnya dan mengeluarkan
suara.
 Bayi sudah mulai merespon apa yang dienteraksi apa yang
disekitarnya.
 Bayi mulai mendengarkan suara disekitar lingkungannya dan
mampu memahami dan mengenal perbedaan suara dan dapat
menirukannya.
2. 7-12 bulan :
 Ocehan bayi mulai bertingkat yang awalnya 2 huruf menjadi
beragam huruf.
 Bayi sudah mualai mengenal namanya sendiri.
 Mampu mengikuti perintah sederhana.
3. 1-2 tahun :
 Anak mulai menyatakan perasaan dirinya terhadap sesama.
 Anak sudah mulai mengucapkan kata-kata yang sederhana tetapi
sulit mengucapkan huruf-huruf tertentu yang susah
dikombinasikan.
 Anak mulai mengenal lingkungan dan sebaya.
4. 2-3 tahun :

13
 Anak sudah menyusun kata terdiri dari 4-5 kata.
 Anak mulai tertarik terhadap permainan imajinatif.
 Anak mulai mendengarka cerita yang dibacakan oleh orangtua
atau orang dewasa.
5. 3-4 tahun :
 Anak mulai meningkatkan bentuk kalimat yang terdiri dari 6-8
kata dan menirukan kalimat yang disampaikan secara sederhana.
 Anak sudah mengenal identitas sendiri.
 Anak sudah mengerti bentuk pertanyaan dengan menggunakan
apa, mengapa, siapa, bagaimana dan kapan serta dapat
mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan sederhana.
6. 4-6 tahun :
 Anak berani mengungkapkan pendapatnya dengan orang lain.
 Anak dapat menyebutkan berbagai bunyi atau suara dan
mengelompokkan macam-macam gambar yang mempunyai bunyi
atau huruf awal yang sama.
 Anak membuat kalimat dari kata yang sudah diketahuinya
sehingga dapat melengkapi kalimat sederhana.
7. 6-8 tahun :
 Anak mendengarkan dan menceritakan cerita secara urut dan
bercerita tentang gambar yang disediakan atau dibuat sendiri.
 Anak sudah menghafal nama sendiri dengan lengkap.
 Anak mampu menceritakan banyak hal mulai dari kejadian dan
keadaan.
8. 8-12 tahun :
 Anak sudah mengenal kosa kata meliputi etika, warna, bilangan,
kata-kata populer, dan kata-kata makian.
 Anak mulai mengurangi berbicara karena saat sekolah hanya
boleh bicara saat diizinkan oleh guru.

14
D. Program perkembangan Bahasa dan Komunikasi Anak Tunarungu
1. Layanan Umum
Layanan umum merupakan layanan pendidikan yang biasa
diberikan kepada anak mendengar atau normal yang meliputi layanan
akademik, latihan dan bimbingan. Layanan akademik bagi anak
tunarungu pada dasarnya sama dengan layanan akademik bagi anak
mendengar, yaitu mencakup mata-mata pelajaran yang biasa diberikan
di SD biasa, tetapi terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan berkaitan
dengan ciri khas layanan bagi anak tuna rungu. Layanan bimbingn
trutama diperlukan dalam mengatasi dampak kelainan terhadap aspek
psikologisnya, serta pengembangan sosialisai siswa.
2. Layanan Khusus
Layanan khusus merupakan layanan yang khusus diberikan
kepada anak tunarungu dalam mengurangi dampak ketunarunguannya
atau melatih kemampuan yang masih ada, yang meliputi layanan bina
bicara serta layanan bina persepsi bunyi dan irama.
3. Layanan Bina Bicara
Merupakan layanan upaya untuk meningkatkan kemampuan
anak tunarungu dalam mengucapkan bunyi-bunyi bahasa dalam
rangkaian kata-kata, agar dapat dimengerti atau diinterpretasika oleh
orang yang mengajak atau diajak bicara.
Latihan bina bicara bertujuan antara lain agar anak tuna rungu
memiliki dasar ucapan yang benar sehingga dapat dimengerti orang
lain, memberi keyakinan pada anak tuna rungu bahwa bunyi atau
suara yang yang diproduksi melalui organ bicaranya harus mempunyai
makna, membedakan ucapan yang satu dengan ucapan yang lainnya,
serta memfungsikan organ-organ bicaranya yang kaku.
4. Layanan bina persepsi bunyi dan irama
Layanan bina persepsi bunyi dan irama merupakan layanan
untuk melatih kepekaan terhadap bunyi dan irama melalui sisa
pendengaran atau merasakan vibrasi ( getaran bunyi ) bagi siswa yang
hanya memiliki sedikit sekali sisa pendengaran.

15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Deskriptif
Metode Deskriptif adalahdapat diartikan sebagai prosedur
pemecahan masalah yang diselidiki dengan mengambarkan keadaan
subjek atau objek dalam penelitian dapat berupa orang, lembaga,
masyarakat, dan yang lainnya yang pada saat sekarang berdasarkan fakta-
fakta yang tampak atau apa adanya.
Menurut Sugiono (2005:21), menyatakan bahwa metode deskripsi
adalah suatu metode yang digunakan untuk mengambarkan atau
menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat
kesimpulan yang lebih luas.
Jenis penelitian deskripsi
Menurut Nazir (1988: 64-65),memukakan bahwa ditinjau dari jenis
masalah yang diselidiki, teknis dan alat yang digunakan, serta tempat dan
waktu, maka penelitian dibagi menjadi beberapa jenis yaitu:
a. Survei
Metode survey adalah penyelidikan yang diadakan untuk
memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari
keterangan-keterangan secara factual, baik tentang institusisosial,
ekonomi atau politik dari suatu kelompok atau suatu daerah. (Nazir,
1988 : 65).
Kerlinger mengemukakan bahwa metode survey adalah penelitian
yang digunakan pada populasi besar maupun kecil, tetai data yang
dipelajari adalah data dari sample yang diambil dari populasi tersebut,
sehingga ditemukan kejadian-kejadian relative destribusi, dan
hubungan antar variable, sosiologi, maupun sosiologis.

B. Kualitatif
Kualititaf adalah penelitian tentang riset yang yang bersifat
deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna lebih di

16
tonjolkan dalam penelitian kualititaf. Landasan teori dimanfaatkan sebagai
pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta dilapangan.Macam-
macam metode kualitatif.

C. Observasi
Observasi langsung adalah cara pengambilan data dengan
menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk
keperluan tersebut. Dalam kegiatan sehari-hari, kita selalu menggunakan
mata untuk mengamati sesuatu.Observasi ini digunakan untuk penelitian
yang telah direncanakan secara sistematik tentang apakah penggunaan
modal kerja sudah efektif pada usaha konveksi.

D. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si
penanya dengan si penjawab dengan menggunakan alat yang
dinamakan interview guide (panduan wawancara).

E. Dokumentasi
Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis baik berupa karangan,
memo, pengumuman, instruksi, majalah, buletin, pernyataan, aturan suatu
lembaga masyarakat, dan berita yang disiarkan kepada media massa.

17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Subjek
No. Nama
No Nama Siswa Kelas TTL Alamat
Induk Ortu
Malang, 19 Jalan Mawar
Arif
1 092 VII Desember Rudiyati Gg. 1 Nomor
Ramadhani
2000 17A Malang
Farhan Risky Jalan Letjen
Malang, 07 Sugeng
2 Putra 087 VIII Sutoyo V/33
April 2001 Riyanto
Yusriyanto Malang

B. Profil Guru
Nama : Ester Diyah Puspitasaryi
Tempat, Tanggal Lahir : Surabaya, 1 Juli 1982
Alamat : Perum. Graha Valensia A1/29,
Saptorenggo, Pakis
Pendidikan Terakhir : S1 Pendidikan Luar Biasa IKIP PGRI
Jember
Status : Non PNS (Guru Kelas)
No. telp : 081233155582

C. Hasil Pemeriksaan Psikologis


1. Arif Ramadhani
Arif Ramadhani merupakan seorang anak berusia 17 tahun sedang
menempuh jenjang pendidikan SMP di Sekolah Luar Biasa Putra
Jaya.Berdasarkan keterangan dan data dari sekolah, ananda mengalami
tunarungu.Berdasarkanketerangan orangtua, ananda Dani pernah
mengalami sakit radang paru-paru.Orangtua juga menyebutkan jika
ada genetik dari Bapak.Ananda Dani memiliki kelebihan yaitu pernah

18
juara 1 lari dan jura 2 lomba menggambar.Ia bisa menulis dan hobi
bersih-bersih.
Pada saat tes ia mampu mengikuti tes dengan kooperatif sesuai
waktu yang telah ditentukan. Ia mampu memahami petunjuk yang
diberikan oleh pemeriksa atau tester.
Berdasarkan hasil tes yang dilakukan, ananda Dani memiliki taraf
kecerdasan terhadap pada gradelll, yakni berada pada kapasitas
intelektual rata-rata batas atas. Sedangkan berdasarkan penyesuaian
sosialnya, ananda Dani memiliki umur sosial (sosial age) setara dengan
anak dengan usia 12 tahun 3 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa
penyesuaian ananda Dani dibawah usi kronologisnya (17 tahun).
Adapun uraian yang terdapat pada tes tersebut meliputi:
a. Kemampuan mengurus diri sendiri: ananda Dani mampu
menggerakkan tubuh, duduk, berdiri, menyeret kereta bayi, dan
mengurus dirinya di toilet dan memahami waktu.
b. Kemampuan untuk makan sendiri: ananda Dani mampu melayani
dirinya sendiri di meja makan, seperti dapat membedakan
substansi makanan yang bisa dimakan, minum dari cangkir tanpa
dibantu, makan dengan sendok garpu, mampu membuka bungkus
makanan, menggunakan pisau untuk menyayat dan memotong.
c. Kemampuan berpakaian sendiri: ananda Dani mampu dalam hal
berpakaian sendiri, seperti membuka kaos kaki, mambuka
pakaian, mengancingkan bajunya sendiri, ananda Dani bisa mandi
sendiri, mencuci tangan dan mukanya sendiri, serta menyisir
rambut.
d. Kemampuan mengarahkan diri: ananda Dani bisa mengarahkan
diri seperti memahami nilai mata uang serta berbelanja ringan.
e. Kemampuan dalam menggunakan keterampilan motorik halus:
ananda Dani mampu memindahkan benda-benda, mencoret-coret
dengan pensil dan kapur gambar, mengambil barang yang
dikenal, seperti menggunakan gunting untuk memotong.

19
f. Kemampuan berkomunikasi: ananda Dani mampu menuruti
petunjuk-petunjuk meski dengan isyarat.
g. Kemampuan bergerak: ananda Dani mampu berpindah-pindah
posisi, berjalan-jalan di sekitar ruangan, pergi ke tetangga, dan
sekolah tanpa pengawasan.
h. Kemampuan bersosialisasi: ananda Dani mampu dalam hal
bersosialisasi, seperti mendekati orang yang dikenalnya, mencari
perhatian orang lain, bisa bermain dengan anak yang lain, ikut
serta dalam permainan pra remaja.
Kesimpulan dan saran: berdasarkan hasil tes yang telah dilakukan,
didapatkan hasil bahwa ananda Dani memiliki kemampuan rata-rata
pada skala CPM. Sementara itu, penyesuaian sosial ananda masih
setara dengan anak-anak usia dibawahnya. Oleh karena itu,
diharapkan bagi orangtua dan guru untuk memberikan keterampilan
yang visual atau yang bisa dilihat oleh ananda Dani.Melibatkan dalam
kegiatan sehari-hari pada potensi yang dimiliki dan ditekuni. Karena
ananda Dani memiliki kemampuan yang berada di level rata-rata atas,
maka ia mudah untuk diarahkan dnegan mengoptimalkan seluruh
panca insera yang dimiliki.
2. Farhan Risky Putra Yusriyanto
Farhan Risky Putra Yusriyanto merupakan seorang anak berusia 17
tahun yang sedang menempuh jenjang pendidikan SMP di Sekolah
Luar Biasa Putra Jaya.Berdasarkan keterangan dan data dari sekolah
ananda mengalami tunarungu. Berdasarkan riwayat perkembangannya
orangtua menyebutkan pada usia 1 tahun terkena panas. Pada usia 4
tahun terlihat lambat bicara. Ananda memiliki kelebihan dalam
keterampilan dan mewarnai namun kesulitan dalam
berkomunikasi.Saatini, ananda sudah bisa mengendarai sepeda motor
sendiri. Pada malam hari ia juga bekerja sebagai tukang parkir, uang
yang dihasilkan di tabung untuk membeli sepeda motor.
Pada saat proses tes ananda mampu mengikuti tes dengan baik
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Ketika mengerjakan ia

20
mencocokkan antara soal dengan pilihan jawaban yang tersedia.
Seperti menghitung jumlah garis dan kotak baru kemudian
menentukan jawaban yang sesuai.Saattes, ananda membawa HP dan
bisa menggunakan alat untuk komunikasi.
Berdasarkan hasil tes yang dilakukan, ananda Farhan memiliki
taraf kecerdasan gradelll, yakni berada pada kapasitas intelektual rata-
rata batas atas.Sedangkanberdasarkan penyesuaian sosialnya Farhan
memiliki umur (sosial age) setara dengan anak 17 tahun 3 bulan. Hal
ini menunjukkan bahwa penyesuaian ananda setara dengan usia
kronologisnya 17 tahun. Adapun uraian yang terdapat dalam tes
tersebut meliputi:
a. Kemampuan mengurus diri: ananda Farhan mampu
menggerakkan tubuh, duduk, berdiri, menyeret kereta bayi,
mengatasi rintangan, mengurus dirinya di toilet, dan mampu
memahami waktu.
b. Kemampuan untuk makan sendiri: ananda Farhan mampu
melayani dirinya di meja makan, seperti membedakan substansi
makanan yang bisa dimakan, minum dari cangkir tanpa dibantu,
makan dengan sendok garpu, ammpu membuka bungkus
makanan, menggunakan pisau untuk menyayat dan memotong.
c. Kemampuan berpakaian sendiri: ananda Farhan sudah mampu
membuka kancing sendiri, membuka kaos kaki, mandi sendiri,
mencuci tangan dan mukanya, serta menyisir rambut.
d. Kemampuan mengarahkan diri: ananda Farhan bisa mengarahkan
diri sendiri seperti memahami nilai mata uang, bisa berbelanja
ringan, dapat melayani diri sendiri, punya uang saku dari
penghasilan diri, membeli perlengkapan dengan uangnya sendiri.
e. Kemampuan dalam menggunakan keterampilan motorik halus:
ananda Farhan mampu menulis dan menggambar dengan pensil,
mengerjakan pekerjaan ringan yang menguntungkan,
mengerjakan pekerjaan yang kreatif sederhana, melaksanakan
tugas rutin yang bertanggungjawab.

21
f. Kemampuan berkomunikasi: ananda Farhan mengalami kesulitan
dan berkomunikasi secara verbal dengan orang lain, ia mampu
menulis, dan dapat menggunakan telepon.
g. Kemampuan bergerak: ananda Farhan mampu berpindah-pindah
posisi, berjalan-jalan disekitar ruangan, menaiki dan menuruni
tangga, pergi ke tetangga, berkeliling di daerah dekat tanpa
pengawasan namun pergi ke sekolah masih dalam pengawasan.
h. Kemampuan bersosialisasi: ananda Farhan dalam hal
bersosialisasi mendekati orang yang dikenalnya, mencari
perhatian orang lain, bisa bermain dengan anak lain, dan dapat
juga bersibuk dengan kelompok remaja.
Kesimpulan dan saran:berdasarkan hasil tes yang telah dilakukan
ananda Farhan memiliki kemampuan yang berada pada level rata-rata
jika diukur pada anak dibawah usianya. Namun jika disesuaikan
dengan usia levelnya berada pada taraf rata-rata. Hal ini juga didukung
oleh kemampuan penyesuaian sosial yang setara bahkan melebihi
usianya saat ini. Oleh karena itu diharapkan kepada orangtua dan guru
untuk mengarahkan dan mengkontrol ananda, agar tetap bisa
mengarahkan kegiatannya pada hal-hal yang bersifat positif.

D. Komunikasi Sehari-hari Peserta Didik


1. Arif Ramadhani
Dani memiliki sisa pendengaran yang bagus, sehingga pengucapan
oralnya cukup jelas dan tidak begitu sulit berkomunikasi. Dani
memiliki ibu yang sedikit mengalami gangguan fisik dan motoriknya,
ayahnya normal. Dan adiknya perempuan juga mengalami hambatan
pendengaran yang sekarang duduk di kelas 3 SD. Dani tidak pernah
mengikuti komunitas. Dani lebih mudah berkomunikasi menggunakan
SIBI dan sekarang ia masih belajar BISINDO melalui teman
sekelasnya di sekolah. Dan menurutnya SIBI lebih mudah dipelajari
daripada BISINDO.
2. Farhan Risky Putra Yusriyanto

22
Farhan memiliki sisa pendengaran yang tidak bagus, sehingga
pengucapan oralnya masih belum jelas, sangat sulit berkomunikasi,
dan jika berbicara suara hidung Farhan sangat jelas. Farhan lebih suka
menggunakan BISINDO karena menurutnya lebih mudah daripada
SIBI.Farhan mahir BISINDO karena mengikuti komunitas di luar
sekolah.Farhan inilah yang mengajarkan BISINDO kepada
Dani.Orangtua Farhan normal dan adiknya laki-laki juga normal.

E. Komunikasi Guru dengan Peserta Didik


1. Arif Ramadhani
Guru lebih mengutamakan oral dan dibantu bahasa isyarat (SIBI)
ketika berkomunikasi dengan Dani. Dani lebih cepat memahamiucapan
guru. Oral guru harus jelas dan pelan.Ketika pembelajaran guru harus
menggunakan media papan tulis untuk memperjelas materi yang
disampaikan kepada Dani.
2. Farhan Risky Putra Yusriyanto
Guru lebih mengutamakan bahasa isyarat (SIBI) dan disertai oral.
Farhan cukup lambat memahami ucapan guru, sehingga guru harus
mengulangi yang disampaikan. Bahasa isyarat dan oral guru harus
pelan dan jelas. Ketika pembelajaran guru harus menggunakan media
papan tulis untuk memperjelas materi yang disampaikan kepada
Farhan.

F. Upaya Guru Mengembangkan Bahasa dan Komunikasi Kepada


Peserta Didik
1. Arif Ramadhani
Untuk komunikasi dan bahasa guru lebih menekankan dan
memfokuskan pada oral dan bahasa isyarat (SIBI).
2. Farhan Risky Putra Yusriyanto
Untuk komunikasi dan bahasa guru lebih menekankan dan
memfokuskan pada oral dan bahasa isyarat (SIBI). Akan tetapi untuk
Farhan ada bimbingan lebih lanjut dalam berkomunikasi dengan oral.

23
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tunarungu adalah sebuah istilah yang ditunjukkan untuk seseorang
mengalami ketidakmampuan mendengar dari ringan sampai berat yang
digolongkan kepada tuli dan kurang dengar sehingga menghambat
pemahaman bicara. oleh karena itu, perlu adanya penanganan khusus
seperti layanan bina wicara dan bina persepsi bunyi dan irama. Dalam
layanan- layanan tersebut perlu peran seorang guru. Peran guru dalam
mengembangkan bahasa dan komunikasi bagi anak tunarungu khususnya
di SMPLB putra jaya malang sangatlah penting. Di SMPLB Putra Jaya,
para guru sangat mengoptimalkan fasilitas dan kemampuan mereka
dalam mengembangkan bahasa dan komunikasi bagi tunarungu
contohnya saja seperti menggunakan bahasa isyarat dalam menyanyikan
lagu Indonesia Raya saat upacara hari Senin, menggunakan bahasa
isyarat sibi saat pembelajaran berlangsung, dan menggunakan bahasa
bisindo saat istirahat.

B. Saran
Kami berharap pihak penyelenggara pendidikan kkusus (sekolah
luarbiasa) kepada anak dengan hambatan pendengaran memberikan
fasilitas yang menunjang kebutuhan belajar anak dan mengadakan
program intervansi secara intens agar anak menunjukkan progresivitas
dalam perkembangan bekomunikasi dan berbahasa. Selain itu, meskipun
penggunaan tatabahasa tidak terlalu diperhatikan dalam berkomunikasi
vebal namun anak tetap diajarkan untuk terbiasa berbahasa sesuai kaidah
kebahasaan yang benar karena berpengaruh kepada kemampuan
memahami informasi tertulis(membaca) dan nantinya berpengaruh pula
dalam daya pemmrosesan informasi dan berdampak pada kondisi kognisi
anak, terlebih bagi anak dengan hambatan pendengaran. Selain itu, juga

24
berdampak pada kemampuan menulisyamg berperan penting sebagai
sarana komunikasi nonverbal.

25
LAMPIRAN

Observer dengan murid tunarungu dan Observer melakukan observasi


guru kelas

Hasil karya murid tunarungu Observer mewawancarai guru kelas

Guru melakukan pembelajaran di kelas Murid mendapatkan mata


pelajaranberbeda di jam yang sama

26
DAFTAR PUSTAKA

Sunardi, M. Sc., Dr. 1997. Menangani Kesulitan Belajar Membaca. Jakarta:


Pusbangkurrandik, Balitbang- Dikbud.

27

Anda mungkin juga menyukai