Disusun oleh:
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini. Dalam penyusunan laporan
ini penulis berusaha menyajikan laporan sefaktual mungkin sesuai apa yang terjadi di
lapangan, sehingga mudah dicerna isinya oleh para pembaca.
Dan kami mengucapkan terima kasih kepada kedua dosen pembimbing yang telah
membantu penyusun agar dapat menyelesaikan laporan ini, pihak sekolah yang telah
memberikan izin melakukan observasi, dan teman-teman yang telah memberikan dukungan
kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna, masih terdapat kekurangan
dan kekeliruan, maka kami senantiasa menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun
dan dapat memperbaiki serta melengkapi laporan ini.
Harapan kami semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
BAB I ............................................................................................................................ 5
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 5
1.3 Tujuan............................................................................................................. 6
BAB II ........................................................................................................................... 7
3. 2 Waktu Asesmen............................................................................................ 12
3. 3 Metode.......................................................................................................... 12
BAB IV ....................................................................................................................... 14
HASIL ......................................................................................................................... 14
3
BAB V ........................................................................................................................ 28
PENUTUP................................................................................................................... 28
5. 1 Kesimpulan................................................................................................... 28
LAMPIRAN ................................................................................................................ 29
4
BAB I
PENDAHULUAN
Asesmen merupakan bagian yang sangat penting dan tidak bisa dipisahkan dari
kegiatan pembelajaran. Tujuan utama dari asesmen adalah untuk meningkatkan
kualitas belajar siswa, bukan sekedar untuk penentuan skor (grading). Oleh karena
itu asesmen dimaksudkan sebagai suatu strategi dalam pemecahan masalah
pembelajaran melalui berbagai cara pengumpulan dan penganalisisan informasi untuk
pengambilan keputusan (tindakan) berkaitan dengan semua aspek pembelajaran (Cole &
Chan, 1994). Proses dari asesmen biasanya memerlukan tingkat pemikiran analitis
lebih tinggi daripada pengukuran kemampuan.
Di lain pihak, asesmen dipandang sebagai kegiatan yang biasa dilakukan terpisah dari
pembelajaran dan umumnya dilakukan melalui tes pencapaian (achievement test). Tes
seperti ini biasanya dilakukan di akhir kegiatan pembelajaran untuk mengukur hasil
belajar siswa. Banyak argumen yang menyatakan bahwa tes pencapaian sampai sekarang
ini masih relevan untuk mengukur hasil dari proses belajar dan menentukan siswa dalam
kegiatan remediasi sebagai upaya penuntasan belajar.
5
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana hakikat dari anak tunagrahita?
2. Bagaimana hakikat dari pembelajaran matematika?
3. Bagaimana asesmen pengembangan matematika dapat digunakan untuk mengukur
kemampuan dan ketidakmampuan seorang anak?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa memiliki pengetahuan tentang hakikat dari anak tunagrahita.
2. Mahasiswa mampu memahami hakikat pembelajaran matematika.
3. Mahasiswa memiliki pengetahuan mengenai asesmen pengembangan matematika
untuk mengukur kemampuan dan ketidakmampuan seorang anak.
6
BAB II
KAJIAN TEORI
Secara harafiah kata tuna adalah merugi, sedangkan grahita adalah pikiran.
Dengan demikian ciri utama dari anak tunagrahita adalah lemah dalam berpikir atau
bernalar. Kurangnya kemampuan anak dalam berpikir dan bernalar mengakibatkan
kemampuan belajar, dan adaptasi sosial berada di bawah rata-rata (Abdurrachman,
1994:19).
Edgar Doll berpendapat seseorang dikatakan tunagrahita jika: (1) secara sosial
tidak cakap, (2) secara mental di bawah normal, (3) kecerdasannya terhambat sejak
lahir atau pada usia muda, dan (4) kematangannya terhambat (Kirk, 1970). Batasan
tentang seseorang dikategorikan memiliki hambatan mental-intelektual atau
tunagrahita, jika ia memiliki tingkat kecerdasan yang sedemikian rendahnya (di
bawah normal), sehingga untuk meniti tugas perkembangannya memerlukan bantuan
atau layanan secara spesifik, termasuk dalam program pendidikannya. Tingkat
kecerdasan yang rendah tersebut merujuk pula pada kemampuan kognitif, bahasa,
motorik, dan sosial yang dimanifestasikan selama periode perkembangan (Pawlyn dan
Carnaby, 2009:4).
7
Belajar merujuk pada aktivitas yang dilakukan oleh seseorang yang disadari
atau disengaja. Aktivitas ini menunjuk pada keaktifan seseorang dalam melakukan
aspek mental yang memungkinkan terjadinya perubahan pada dirinya. Belajar
merupakan proses yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan
tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Sugihartono, 2007:
74).
Senada dengan pendapat tersebut, belajar menurut Sardiman (2011:21) adalah
berubah. Dalam hal ini yang dimaksudkan belajar berarti usaha mengubah tingkah
laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang
belajar.
Kegiatan belajar juga dimaknai sebagai interaksi individu dengan
lingkungannya. Lingkungan dalam hal ini adalah obyek-obyek lain yang
memungkinkan individu memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan,
baik pengalaman atau pengetahuan baru maupun sesuatu yang pernah diperoleh
atau ditemukan sebelumnya tetapi menimbulkan perhatian kembali bagi individu
tersebut sehingga memungkinkan terjadinya interaksi.
Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses
memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku
dan kebiasaan yang relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi
individu dengan lingkungan dan dunia nyata. Melalui proses belajar seseorang
akan memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang lebih baik.
Sedangkan pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses
mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar peserta didik sehingga
dapat menumbuhkan dan mendorong peserta didik melakukan proses belajar.
Pembelajaran juga dikatakan sebagai proses memberikan
bimbingan atau bantuan kepada peserta didik dalam melakukan proses
belajar.
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003
tantang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pembelajaran adalah proses
interaksi pendidik dengan peserta didik dan sumber belajar yang
berlangsung dalam suatu lingkungan belajar.
Sehingga, dapat disimpulkan pembelajaran adalah serangkaian proses dari
belajar dengan komponen-komponen seperti pengajar, pebelajar, sumber belajar,
dan lain sebagainya yang menunjang proses belajar.
8
2. Hakikat Matematika
Kata matematika berasal dari perkataan Latin mathematika yang mulanya
diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan
itu mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu
(knowledge, science). Kata mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya
yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar (berpikir).
Jadi, berdasarkan asal katanya, maka perkataan matematika berarti ilmu
pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar). Matematika lebih
menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil
eksperimen atau hasil observasi matematika terbentuk karena pikiran-pikiran
manusia, yang berhubungan dengan idea, proses, dan penalaran (Russeffendi ET,
1980 :148).
Selanjutnya, Johnson dan Rising dalam bukunya yang dikutip oleh Erman
Suherman (2003:17) mengatakan bahwa matematika adalah pola berpikir, pola
mengkoordinasikan, pembuktian yang logik, matematika itu adalah bahasa yang
menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat,
presentasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide
daripada mengenai bunyi.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan kumpulan ide-ide
yang bersifat abstrak dengan struktur-struktur deduktif, mempunyai peran yang
penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Pembelajaran Matematika
Menurut National Research Council (Cowan, 2006: 25), dalam rangka
mengembangkan pemikiran matematika dan kemampuan untuk
memecahkan masalah, siswa perlu untuk “melakukan” matematika. Hal ini
berarti bahwa siswa perlu menggabungkan kegiatan seperti memecahkan
masalah yang menantang, memahami pola, merumuskan dugaan dan
memeriksanya, menarik kesimpulan melalui penalaran serta mengkomunikasikan
ide-ide, pola, dugaandan kesimpulan tersebut. Berdasarkan pendapat
tersebut, matematika penting dan harus dikuasai oleh siswa secara komprehensif
dan holistik, artinya bahwa pembelajaran matematika sebaiknya mengoptimalkan
keberadaan dan peran siswa sebagai pelajar.
9
Pembelajaran matematika bagi para siswa merupakan pembentukan pola pikir
dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran suatu hubungan
diantara pengertian-pengertian itu. Dalam pembelajaran matematika, para siswa
dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat
yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek (abstraksi).
Siswa diberi pengalaman menggunakan matematika sebagai alat untuk
memahami atau menyampaikan informasi misalnya melalui persamaan-
persamaan, atau tabel-tabel dalam model-model matematika yang merupakan
penyederhanaan dari soal-soal cerita atau soalsoal uraian matematika lainnya
NCTM (National Coucil of Teachers of Mathematics) merekomendasikan 4
(empat) prinsip pembelajaran matematika, yaitu :
a. Matematika sebagai pemecahan masalah.
b. Matematika sebagai penalaran.
c. Matematika sebagai komunikasi, dan
d. Matematika sebagai hubungan (Erman Suherman, 2003:298).
10
Keterampilan matematika merupakan suatu hirarki, berbagai keterampilan
dibangun di atas keterampilan yang lain. Sifat perkebangan mateatika dapat dilihat
pada kurikulum sekolah reguler. Reid & Hresko (1981) memberikan definisis sebagai
berikut:
Matematika: mengacu pada pembelajaran mengenai pembuatan hubungan,
keeraturan struktur atau skema organisasi yang berhubungan dengan ruang, waktu,
berat, massa, isi,geometri dan angka.
Aritmatika: mengacu pada metode penghitungan yang digunakan terutama
ketika hendak memecahkan masalah angka. Aritmatika lebih mengedepankan
keterampilan berhitung. Hal ini berhubungan dengan penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian berbagai algoritma yang dipakai dalam kegiatan ini.
Algoritma: adalah langkah prosedur bertahap guna memecahkan masalah
penghitungan (Ashlock, 1982)
Jadi dapat disimpulkan asesmen matematika adalah proses pengumpulan
informasi tentang ketrampilan matematika yang mencakup ruang, waktu, berat,
massa, isi, geometri, angka, ketrampilan berhitung, atau operasi bilangan, dan
pemecahan masalah.
Asesmen matematika perlu dilakukan untuk melihat level pencapaian siswa
terhadap tuntutan kurikulum dan untuk melihat level kemampuan siswa dalam
menerapkan keterampilan matematikanya. Beberapa alasan melakukan asesmen
matematika adalah:
1. Mengevaluasi kompetensi siswa dalam matematika
2. Mengajarkan fakta dan konsep matematika
3. Mengetahui apakah siswa telah memahami fakta dan konsep tersebut
4. Memberikan informasi yang memadai kepada guru dan kelompok intervensi
untuk merncanakan dan mengevaluasi program pembelajaran.
11
BAB III
METODE PENGUMPULAN
3. 1 Tempat Asessmen
3. 2 Waktu Asessmen
3. 3 Metode
Pengamataan (Observasi)
Melakukan pengamatan-pengamatan langsung terhadap kegiatan yang
berhubungan dengan masalah yang diambil. Hasil dari pengamatan tersebut
langsung dicatat, kegiatan observasi dapat diketahui dengan mengetahui perilaku
anak. Dengan observasi diharapkan mendapatkan informasi yang berkaitan
dengan permasalahan dalam pembelajaran matematika anak.
12
Wawancara
Kegiatan wawancara dilaksanakan pada guru kelas anak untuk
memperoleh informasi terkait kemampuan anak. Guru kelas adalah narasumber
yang paling memahami kemampuan anak dalam matematika karena setiap hari
membersamai anak belajar.
Tes
Kegiatan tes dilakukan untuk mengetahui kemampuan anak dan
ketidakmampuan anak dalam aspek matematika untuk kemudian dapat disusun
program layanannya.
13
BAB IV
HASIL ASESMEN
4. 1 Data Diri
Biodata
Nama Siswa : M. Latif
Tempat, Tanggal Lahir : Malang, 4 Maret 2010
Kelas : 1 SD
Usia : 10 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Jenis Hambatan : Tunagrahita ringan
Karakteristik Anak
Karateristik
Komunikasi Memahami apa yang dikomunikasikan dengan orang lain,
tetapi masih kesulitan ketika untuk memberikan jawaban
ketika membicarakan hal yang bersifat abstrak.
Interaksi Sosial Mampu melakukan aktivitas sosial seperti anak pada
umumnya.
Mampu berinteraksi dengan teman sebayanya.
Memiliki hubungan yang baik dan dapat berinteraksi
dengan keluarga di rumah.
Perilaku Tidak menunjukkan perilaku maladaptif.
Pemrosesan Tidak menunjukkan adanya gangguan dalam merespon.
Sensori
Pemrosesan Menunjukkan adanya kesulitan dalam beberapa hal
Informasi yang belum ia ketahui dan pahami.
Memerlukan waktu yang cukup lama ketika diberikan
informasi baru.
Keterampilan Ananda tidak memiliki masalah dalam motorik halus dan
Motorik motorik kasar.
14
Membaca soal Ananda sudah dapat membaca tetapi terbata-bata, sehingga
dalam membaca soal cerita memerlukan waktu yang cukup
lama.
Menulis lambang Ananda mampu menulis lambang bilangan 1-100 dan
bilangan nominal uang sampai puluhan ribu.
Membilang angka Ananda dapat membilang angka 1-50 secara jelas dan
lancar.
Ananda dapat membilang 51-100 secara jelas tetapi
pada beberapa angka terbalik urutannya seperti 86, 87,
89, 88.
Aritmatika Ananda dapat memfungsikan operasi hitung
penjumlahan dan pengurangan yang kedudukannya
setingkat, seperti 5+9 dan 12+21 dengan baik.
Ananda masih bingung memfungsikan operasi hitung
penjumlahan dan pengurangan yang kedudukannya
tidak setingkat, seperti 17+5 dan 22-7.
Mengenali Waktu Ananda dapat memahami dan membedakan konsep
waktu pagi, siang, dan malam.
Ananda dapat menceritakan kegiatan sehari-hari sesuai
dengan waktu.
Ananda sudah dapat membaca jam apabila menitnya
tepat pada 00, misal 8.00.
Ananda belum dapat membaca jam apabila menitnya
tidak tepat pada 00, missal 9.15.
Mengenali Ananda dapat memahami dan membedakan nominal
Nominal Uang uang Rp 100 – Rp 20.000.
Ananda dapat menuliskan nominal uang sampai
dengan Rp 20.000 tanpa melihat contoh
Ananda dapat menuliskan nominal di atas Rp 20.000
dengan melihat contoh
15
4. 3 Analisis Asessmen
16
dengan tepat, namun dengan
sedikit bantuan.
5. Berapa hasil dari 12+24? √ Anak mampu mengerjakan √
dengan tepat secara
penjumlahan bersusun dengan
sedikit bantuan.
6. Berapa hasil dari 25+6? √ Anak mampu mengerjakan √
dengan tepat secara
penjumlahan bersusun, namun
dengan bantuan penuh.
7. Berapa hasil dari 9-4? √ Anak mampu mengerjakan √
dengan tepat, namun dengan
sedikit bantuan.
8. Berapa hasil dari 19-10? √ Anak mampu mengerjakan √
dengan tepat secara
penjumlahan bersusun, namun
dengan sedikit bantuan
9. Berapa hasil dari 18-6? √ Anak mampu mengerjakan √
dengan tepat secara
penjumlahan bersusun, namun
dengan bantuan penuh.
Penilaian
Skor =
17
Kesimpulan:
Latif sudah memahami dengan baik konsep abstrak dasar dari angka baik secara lisan maupun tulisan. Selain itu, dalam penjumlahan dan
pengurangan juga sudah sangat baik jika satuan dan satuan, puluhan dan puluhan, tetapi masih perlu bantuan penuh jika berbeda tingkat
seperti satuan dan puluhan.
18
2. Perhatikan gambar jam di samping. Berdasarkan √ Latif mampu √
gambar jam tersebut, Andi berangkat ke sekolah pada mengerjakan soal dengan
pukul … tepat tetapi memerlukan
sedikit bantuan dalam
a. 09.00 membaca soal.
b. 07.00
c. 12.00
a. Malam hari
b. Pagi hari
c. Siang hari
4. Perhatikan gambar jam di √ Latif mampu √
samping. Berdasarkan mengerjakan soal dengan
gambar jam tersebut, Ali tepat tetapi memerlukan
dan Ani pulang sekolah sedikit bantuan dalam
pukul…. membaca soal
a. 12.00
b. 07.00
c. 10.00
19
5. Sesuai gambar di atas, Adi √ Latif mampu √
tidur di… mengerjakan soal dengan
a. pagi hari tepat tetapi memerlukan
b. siang hari sedikit bantuan dalam
c. malam hari. membaca soal
6. Hubungkan dengan garis, gambar jam dan kegiatan √ Latif mampu menjawab √
yang dilakukan pada jam tersebut! dengan benar tanpa
bantuan, dalam soal
gambar ini latif tidak
meminta penjelasan
tentang soal dan langsung
menjawab dengan benar
tidur malam
bermain bola
20
berangkat sekolah
mengerjakan PR
7. Coba tuliskan pukul yang ditunjukkan oleh jam di √ Pada saat mengerjakan √
bawah ini! Latif dengan cekatan
menulis angka yang sama
dengan arah jarum jam,
soal dijawab dengan satu
angka saja dan sudah
benar dan tanpa bantuan.
8. Sebutkan nominal uang di bawah ini! (media uang asli) √ Dalam pengerjaan Latif √
mampu menyebutkan
bilangan dengan tepat
tanpa bantuan, bahkan
sampai nominal di atas
Rp 2.000 sekalipun.
21
9. Tuliskan nominal uang Rp 100, Rp 200, Rp 500, Rp √ Latif mampu √
1.000, dan Rp 2.000! (soal lisan) menyebutkan bilangan
dengan tepat tanpa
bantuan
10. Tuliskan jumlah uang yang dimiliki Latif di bawah ini! √ Dalam pengerjaan latif √
menggunakan teknik
menghitung bersusun dan
+ =… mampu melakukan tanpa
bantuan. Ia memahami
konsep penjumlahan
bersusun dalam satuan
yang sama.
11. Berapa hasil pengurangan berikut ini! √ Dalam pengerjaan latif √
22
menggunakan teknik
menghitung bersusun dan
mampu melakukannya
- =… tanpa bantuan. Ia
memahami konsep
pengurangan bersusun
dalam satuan yang sama.
12. Latif memiliki uang Rp 500 kemudian diberi uang saku √ Pada penggunaan teks √
lagi oleh ibunya sebesar Rp 200, berapa uang Latif cerita, maupun gambar
sekarang? Latif memahami dan
mengerjakan
penjumlahan bersusun
selama berada dalam
satuan yang sama dan
tanpa bantuan.
13. √ Masih dibimbing penuh √
dalam melakukan
penjumlahan bersusun
beda tingkat. Latif akan
menghitung sederajat,
sehingga hasil
penjumlahan salah.
14. √ Dapat melakukan √
penjumlahan bersusun
sama tingkat tanpa
bantuan.
15. √ Masih dibimbing penuh √
dalam melakukan
penjumlahan bersusun
beda tingkat. Latif akan
menghitung sederajat,
sehingga hasil
23
penjumlahan salah.
16. Coba sebutkan pukul berapakah sekarang? (media jam √ Belum mampu √
asli pukul 10.15) menyebutkan pukul walau
sudah diberi bantuan.
Latif belum memahami
konsep jarum panjang
pada jam. Sehingga, Latif
belum bisa
mengidentifikasi jam
yang tidak tepat menit 00.
17. Pada pukul berapakah latif masuk sekolah? (08.00) √ Latif mampu menjawab √
pertanyaan dengan tepat
sesuai dengan kondisi
sehari-hari tanpa bantuan.
18. Dalam satu hari berapakah uang yang diberikan ibu √ Latif mampu menjawab √
kepada Latif? Digunakan untuk apa saja uang itu? pertanyaan dengan baik
Tersisa berapa uang Latif? sesuai dengan kondisi
sehari-haria tanpa
bantuan.
Penilaian
Skor =
Kesimpulan:
a. Dalam memahami konsep dasar tentang waktu yaitu membedakan waktu pagi, siang, dan malam Latif sudah sangat mampu.
b. Perihal pukul pada jam, Latif mampu menyebutkan pukul dengan menit 00 dengan jelas dan tepat, tetapi belum memahami konsep
jarum panjang jam.
c. Dalam materi pemahaman konsep mata uang, Latif sudah sangat mampu menjawab nominal uang tersebut.
24
d. Penjumlahan dan pengurangan nominal masih kesulitan membedakan ratusan, ribuan, juga memahami fungsi nol di belakang angka
yang beberapa kali terlewatkan baik secara abstrak, semi konkret, maupun konkret.
25
4. 4 Laporan Singkat Komprehensif Matematika
Nama : M. Latif
Usia : 10 tahun
Asesmen 2: 77.78%
Keterangan:
SKOR KEMAMPUAN
90%-100% Sangat Baik
70%-89% Baik
50%-69% Cukup Baik
30%-49% Kurang
<30% Sangat Kurang
Sehingga kemampuan peserta didik masuk dalam kategari baik dan cukup baik.
26
d. Kesulitan membedakan ratusan, ribuan, juga memahami fungsi nol di
belakang angka nominal mata uang.
............................... ..................................
27
BAB V
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Asesmen dilakukan untuk mengetahui kemampuan anak saat ini sekaligus
kesulitan apa yang dialaminya, sehingga guru atau pendidik mampu menyusun
program pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak. Selama proses asesmen
yang dilakukan, penulis tidak ditemui banyak kendala. Peserta didik mampu
memahami instruksi berkaitan dengan proses asesmen dengan baik. Kemampuan anak
dalam penguasaan aspek yang diasesmen juga terbilang cukup baik.
Dari hasil asesmen ini, dapat dikerucutkan kemampuan apa saja yang perlu
diberikan intervensi dan ditindaklanjuti. Di antaranya secara garis besar ada dua,
yakni, kemampuan pemahaman kedudukan bilangan dan penguasaan materi menit
pada jam. Melalui asesmen ini pula, dapat diketahui kemampuan apa saja yang sudah
dikuasai anak saat ini. Maka dari itu diharapkan setelah diketahui kemamuan dan
kesulitan yang dihadapi peserta didik, dapat disusun program pembelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
28
Lampiran 1:
KUNCI JAWABAN INSTRUMEN TES TULIS
Pilihan Ganda
1. a
2. b
3. c
4. a
5. c
Mencocokkan
7 pagi – berangkat sekolah
8 malam – tidur malam
2 siang – bermain bola
6 sore – mengerjakan PR
Isian
03.00 atau 3
08.00 atau 8
01.00 atau 1
29
Lampiran 2:
GAMBAR INSTRUMEN TES TULIS
30
Lampiran 3:
DOKUMENTASI
31