Anda di halaman 1dari 19

MINI RISET

Menganalisis Kemampuan Berpikir Siswa Pada Pembelajaran Statistika


Untuk Mencari Nilai Rata-Rata Ditinjau Dari Kemampuan Metakognitif

Dosen Pengampu : Prihatin Ningsih Sagala,S.Pd.,M.Si.

Disusun Oleh Kelompok 6

Nurhayatun Nupus ( 4193311025 )

Sabrina Aisyah Putri Barus (4193311022)

Semi Syaina Amanda ( 4193311005 )

Mata Kuliah : Statistika Dasar

Prodi : Pendidikan Matematika

Kelas : PSPM E 2019

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat nya kepada kita
semua serta memberikan kita nikmat kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Mini
Riset ini , adapun tugas ini dikerjakan untuk memenuhi mata kuliah Statistika Dasar dengan
dosen pengampu yaitu Ibu Prihatin Ningsih Sagala,S.Pd.,M.Si.Kami telah menyusun Mini Riset
ini dengan sebaik-baiknya tetapi kami akui mungkin masih ada beberapa kekurangan untuk
mencapai kesempurnaan. Kami selaku reviewer menerima berbagai kritik yang sifatnya
membangun agar Mini Riset ini menjadi lebih baik lagi.
Selanjutnya, kami berharap semoga Mini Riset ini bisa memberikan manfaat serta
menambah wawasan bagi para pembaca. Semoga Mini Riset ini dapat dipahami bagi siapapun
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kata-kata
yang kurang berkenan.

Medan , Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................................i

DAFTAR ISI ................................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................2

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................................ 2

1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................................... ..2

1.5 Luaran ...................................................................................................................... ..2

BAB II TINJAUAN TEORITIS ...................................................................................................... 4

BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................................................7

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian....................................................................................... 7

3.2 Subjek Penelitian ........................................................................................................ 7

3.3 Metode Penelitian ........................................................................................................ 7

3.4 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................................... 7

3.5 Teknik Analisis Data.................................................................................................... 7

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................................... 9

4.1 Hasil Penelitiam............................................................................................................. 9


4.2 Pembahasan ................................................................................................................... 9

BAB V PENUTUP… ..................................................................................................................... 12

5.1 Kesimpulan................................................................................................................ 12

5.2 Saran ......................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 13

LAMPIRAN ................................................................................................................................ 14
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembelajaran matematika yang diberikan pada semua jenjang pendidikan sebagaimana
tercantum dalam Kurikulum 2006, dilaksanakan untuk membekali peserta didik kemampuan
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta membentuk kemandirian dan
kemampuan bekerjasama. Kemampuan tersebut diperlukan agar peserta didik dapat
memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan pengetahuan yang dimilikinya untuk bertahan
hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Untuk mencapai maksud
tersebut, maka ditentukan fokus pembelajaran matematika di sekolah mulai dari tingkat
sekolah dasar hingga sekolah menengah atas adalah pendekatan pemecahan masalah. Melalui
pemecahan masalah matematika, siswa diarahkan untuk mengembangkan kemampuannya
antara lain membangun pengetahuan matematika yang baru, memecahkan masalah dalam
berbagai konteks yang berkaitan dengan matematika, menerapkan berbagai strategi yang
diperlukan, dan merefleksikan proses pemecahan masalah matematika. Semua kemampuan
tersebut dapat diperoleh bila siswa terbiasa melaksanakan pemecahan masalah menurut
prosedur yang tepat, sehingga cakupan manfaat yang diperoleh tidak hanya terikat pada satu
masalah yang dipecahkan saja, tetapi juga dapat menyentuh berbagai masalah lainnya serta
mencakup aspek pengetahuan matematika yang lebih luas.
Pengetahuan metakognisi merujuk pada pengetahuan umum tentang bagaimana seseorang
belajar dan memproses informasi, seperti pengetahuan seseorang tentang proses belajarnya
sendiri. Anderson dan Krathwohl (2001) mengemukakan bahwa pengetahuan metakognisi
adalah pengetahuan tentang kognisi secara umum, seperti kesadaran-diri dan pengetahuan
tentang kognisi diri sendiri. Pengetahuan kognitif cenderung diterima sebagai pengetahuan
tentang proses kognitif yang dapat digunakan untuk mengontrol proses kognitif. Sedangkan
Mohammad Nur (2000) mengemukakan bahwa pengetahuan tentang kognitif terdiri dari
informasi dan pemahaman yang dimiliki seseorang pebelajar tentang proses berpikirnya
sendiri disamping pengetahuan tentang berbagai strategi belajar untuk digunakan dalam
situasi pembelajaran tertentu. Misalnya, seseorang dengan tipe belajar visual mengetahui
bahwa membuat suatu peta konsep merupakan cara terbaik baginya untuk memahami dan
meningat sejumlah besar informasi baru.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dikemukakan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana cara kemampuan berpikir siswa pada pembelajaran statistika dalam mencari
nilai rata-rata yang ditinjau dari kemampuan metakognitif.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahaui cara kemampuan berpikir siswa pada pembelajaran statistika dalam
mencari nilai rata-rata yang ditinjau dari kemampuan metakognitif.
1.4 Manfaat Penelitian
Review ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik yang bersifat teoritis maupun yang
bersifat praktis.
a. Manfaat teoritis
Penelitian ini dapat memberikan sumbangan terhadap pembelajaran matematika terutama
dalam hal mengetahui cara kemampuan berpikir siswa pada pembelajaran statistika untuk
mencari nilai rata-rata yang ditinjau dari kemampuan metakognitif
b. Manfaat praktis
Dilihat dari segi praktis, penelitian ini memberikan manfaat antara lain:.
 Bagi peneliti, penelitian ini untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran
matematika melalui metode drill sehingga mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada
bangun datar. Selain itu sebagai wahana uji kemampuan terhadap bekal teori yang
diterima di bangku kuliah.
 Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dimanfaatkan sebagai perbandingan atau sebagai
referensi untuk peneletian yang relevan.
1.5 Luaran
Hasil penelitian ini akan dijurnalkan dalam jurnal nasional tak terakreditasi.
BAB 2. TINJAUAN TEORITIS.

Istilah prilaku metakognitif digunakan untuk menguraikan pernyataan-pernyataan


yang dibuat siswa tentang permasalahan atau proses pemecahan suatu masalah. Konsep dari
metakognisi digambarkan dalam banyak cara, namun Sperling, Howard dan Staley (Panaoura,
A. & Philippou, G. : 2004) menyarankan untuk fokus pada bagian dari komponen yang ada
pada metakognisi tersebut, yaitu mengenai pengetahuan tentang kognisi dan pengaturan dari
kognisi. Pengetahuan tentang kognisi mengacu pada tingkat pemahaman siswa terhadap
memori, sistim kognitif, dan cara belajar yang dimilikinya. Sedangkan pengaturan dari
kognisi mengacu pada seberapa baik siswa dalam mengatur sistim belajarnya, yaitu:
menentukan tujuan, memilih dan menerapkan strategi, dan memonitor tindakannya. Meskipun
demikian pengetahuan metakognitif dan pengaturan metakognitif bersifat saling bergantung,
sehingga pengetahuan metakognisi yang lebih banyak akan menuntun ke arah pengontrolan
yang lebih baik dan kemajuan kontrol akan menuntun ke arah konstruksi dari pengetahuan
metakognitif yang baru.(Raras,2018).

Secara khusus, pengetahuan metakognitif adalah pernyataan tentang kognisi, yang


diperoleh dari long-term memory. Hal ini meliputi pengetahuan implisit ataupun eksplisit atau
ide, kepercayaan, dan teori tentang diri sendiri dan orang lain sebagai suatu kognisi, dan
hubungannya dengan berbagai tugas kognisi, tujuan, aktivitas atau strategi (seperti cara umum
dari proses tugas). Pengetahuan metakognitif meliputi (kepercayaan, ide, teori) tentang
berbagai fungsi kognisi, seperti memori atau berpikir, mengenai apa yang dapat dilakukan dan
bagaimana melakukan sesuatu, contohnya metamemory, metaattention dan lain-lain. Ini juga
meliputi pengetahuan dari kriteria validitas pengetahuan, apa yang disebut dengan ’epistemic
cognition’. Satu hal yang dapat dijadikan argumen bahwa teori berpikir juga merupakan suatu
peningkatan dari pengetahuan metakognisi. Pentingnya pengetahuan metakognisi adalah
menyediakan suatu kerangka untuk pengertian seseorang sebaik kognisi yang lainnya dan
juga membimbing interpretasi dari situasi data sehingga mengontrol pembuatan keputusan
secara mandiri. Evaluasi Metakognitif mengacu pada keputusan yang dibuat mengenai proses
pemikiran seseorang, kapasistas dan pembatasan seperti yang dikerjakan pada suatu situasi
tertentu atau sebagai self-attributes. Sebagai contoh, seseorang dapat membuat suatu
keputusan mengenai efektivitas dari pemikirannya atau dari pilihan strateginya. Selain itu
evaluasi diri juga mengacu pada penilaian seseorang terhadap kesulitan dari berbagai tugas
dan ketercukupan atau kesuksesan penyelesaian yang diperoleh(Risnanosanti,2008)

Metakognisi berhubungan, salah satu diantaranya, dengan pemonitoran aktif dan


pengendalian yang konsekwen serta pengorganisasian proses pemonitoran dan pengendalian
ini dalam hubungannya dengan tujuan kognitif, pada mana proses-proses tersebut menunjang,
umumnya dalam mendukung sejumlah tujuan konkret. Pengetahuan metakognisi merujuk
pada pengetahuan umum tentang bagaimana seseorang belajar dan memproses informasi,
seperti pengetahuan seseorang tentang proses belajarnya sendiri. Anderson dan Krathwohl
(2001) mengemukakan bahwa pengetahuan metakognisi adalah pengetahuan tentang kognisi
secara umum, seperti kesadaran-diri dan pengetahuan tentang kognisi diri sendiri.
Pengetahuan kognitif cenderung diterima sebagai pengetahuan tentang proses kognitif yang
dapat digunakan untuk mengontrol proses kognitif. Sedangkan Mohammad Nur (2000)
mengemukakan bahwa pengetahuan tentang kognitif terdiri dari informasi dan pemahaman
yang dimiliki seseorang pebelajar tentang proses berpikirnya sendiri disamping pengetahuan
tentang berbagai strategi belajar untuk digunakan dalam situasi pembelajaran tertentu.
Misalnya, seseorang dengan tipe belajar visual mengetahui bahwa membuat suatu peta konsep
merupakan cara terbaik baginya untuk memahami dan meningat sejumlah besar informasi
baru(Romli,2010).

Mahasiswa dengan kategori “aware use” memilki kesadaran dan mengetahui tentang
proses berpikir yang telah mereka lakukan, menghasilkan ide, dan menemukan bukti, tetapi
proses berpikir tidak disengaja atau direncanakan. Mahasiswa dengan kategori “strategic use”
mengatur pemikiran mereka dengan menggunakan pemecahan masalah, pengelompokan dan
penggolongan, pencarian bukti, dan pengambilan keputusan. Mereka tahu dan menerapkan
strategi yang membantu mereka belajar. Mahasiswa dengan kategori “reflective use” tidak
hanya strategis dalam proses pemikiran mereka tetapi juga merefleksikan pembelajaran,
mengingat keberhasilan atau tidak dari strategi apa pun yang mereka gunakan dan kemudian
merevisinya sebagaimana mestinya. Tacit use adalah jenis metakognitif dimana pada proses
membuat keputusan tidak menimbang dan memikirkan tentang keputusan tersebut.
Mahasiswa dengan metakognitif tacit use menyelesaikan soal dengan hanya mencoba dan asal
menjawab (Misu, 2018). Mahasiswa kategori metakognitif tacit use memiliki ciri-ciri belajar
sebagai berikut, mempunyai penjelasan yang tidak konsisten dan tidak menentu, tidak
memahami bahwa yang dikatakan kurang bermakna, tidak mengetahui beberapa
kelemahannya, menyelesaikan soal hanya dengan melakukan coba-coba, dan tidak
mengetahui, tidak mengetahui apa yang tidak dan kurang diketahui (Laurens, 2010).

Tujuan pendidikan matematika adalah mengaktualisasikan belajar siswa pada tingkat


yang tertinggi (Ciltas & Tatar, 2011). Metakognisi dalam pemecahan masalah dapat
membantu siswa menyadari keberadaan masalah yang perlu dipecahkan, melihat seperti apa
masalah yang sebenarnya, dan mengerti bagaimana untuk bisa mencapai tujuan atau solusi
dari masalah tersebut (Kuzle, 2013). Menurut Nizlel dkk, (2018) bahwa ada tiga aktivitas
metakognitif yang terlibat ketika siswa menyelesaikan masalah matematika, yaitu kesadaran
metakognitif, regulasi metakognitif, dan evaluasi metakognitif. Kesadaran metakognitif
didefinisikan sebagai kemampuan dalam melakukan refleksi, memahami, dan mengontrol
pembelajaran. Kesadaran metakognitif berkaitan dengan kesadaran individu akan proses
menyelesaikan masalah, pengetahuan khusus tentang masalah yang dihadapi, dan
pengetahuan tentang strategi untuk menyelesaikan masalah. Kesadaran metakognitif juga
mencakup pengetahuan tentang apa yang perlu dilakukan, apa yang telah dilakukan, dan apa
yang mungkin dilakukan dalam proses menyelesaikan masalah matematika (Mustamin,2010).

Penelitian tentang kesadaran metakognisi siswa dalam menyelesaikan masalah


matematika dilakukan oleh beberapa peneliti, termasuk (Sengul & Yasemin, 2012) hasil
penelitiannya menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara menyelesaikan
masalah dan keterampilan metakognitif. Ahmad, dkk, (2018) hasil penelitiannya bahwa
kemampuan metakognitif siswa secara umum tidak berkembang secara optimal karena ruang
lingkup materi yang terbatas, pengajaran strategi kognitif yang digunakan guru secara verbal
saat memberikan pemahaman dan menyelesaikan masalah. Sedangkan menurut
(Kusumaningtyas, 2018) menyatakan bahwa metakognisi muncul pada subjek saat pertemuan
ke tujuh, sehingga dengan kemampuannya tersebut mereka sendiri mampu menyelesaikan
masalah matematika. Dari beberapa penelitian tersebut belum ada yang meneliti tentang
kesadaran metakognisi dalam menyelesaikan masalah(sukiyanto, 2020)

Metode Statistika adalah teknik tentang pengumpulan data, penyajian data, analisis
data, dan pengambilan kesimpulan dari data yang berhasil dihimpun tersebut. Istilah
“statistika” berasal dari kata “status” (= state), yang berarti “negara”, karena pada awal mula
perkembangannya Statistika digunakan untuk mengurus hal-hal yang berkaitan dengan
penyelenggaraan negara. Statistika dibedakan menjadi: 1. Statistika Matematika: mempelajari
dasar-dasar matematika bagi berbagai analisis statistik serta mengembangkan teknik-teknik
baru Statistika secara matematik. 2. Statistika Terapan: mempelajari penerapan dan
penggunaan Statistika dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Statistika Terapan terbagi
atas dua bagian, yaitu: a. Statistika Deskriptif: serangkaian teknik yang meliputi
pengumpulan, penyajian, dan peringkasan data. b. Statistika Inferensi: serangkaian teknik
untuk mengkaji, menaksir, dan mengambil kesimpulan berdasarkan sebagian data (data
sampel) yang dipilih secara acak dari seluruh data yang menjadi subjek kajian (populasi).
Populasi adalah himpunan seluruh objek yang ingin diketahui besaran karakteristiknya.
Sampel adalah himpunan bagian populasi yang memiliki karakteristik yang sama dengan
karakteristik populasinya (Laurens, 2010).
BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui penyebaran angket dan soal dalam bentuk google
form yang disebarkan kepada siswa-siswi SMA pada hari Jumat, 26 Maret 2021. Alasan
peniliti melakukan penelitian dengan menggunakan Google Form adalah dikarenakan
disesuaikan dengan kondisi saat ini yang dimana masih banyak sekolah yang sistem belajar
nya daring.

3.2 Subjek Penelitian

Subjek dari penilitian ini adalah siswa-siswi SMA

3.3 Metode Penelitian

Metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dimana
peneliti akan menyebarkan angket serta soal yang dibuat pada Google Form mengenai.
Menganalisis kemampuan berpikir siswa pada pembelajaran statistika untuk mencari nilai
rata-rata ditinjau dari kemampuan metakognitif .

3.4 Teknik Pengumpulan Data


1. Kuisoner (Angket)

Kuisoner adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang memungkinkan analisis


mempelajari sikap-sikap,keyakinan, perilaku, dan karakteristik beberapa orang utama didalam
organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem yang diajukan atau oleh sistem yang sudah ada.
Kuisoner dilakukan dengan memberikan pertanyaan kepada beberapa responden yaitu siswa
SMA terkait dengan penelitian yang akan diteliti oleh peneliti. Pertanyaan yang diajukan akan
disebarkan secara online melalui penyebaran link dari Google Form.

3.5 Teknik Analisis Data


a. Pengumpulan Data

Data-data yang diproleh dari pembagian angket pada Google Form dicatat dalam bentuk
naratif, yaitu uraian data yang diperoleh dari lapangan apa adanya tanpa adanya komentar
peneliti yang berbentuk catatan kecil. Dari catatan deskriptif ini, kemudian dibuat catatan
refleksi yaitu catatan yang berisi komentar, pendapat atau penafsiran peneliti terhadap
jawaban responden pada angket yang telah disebar.

b. Penyajian Data
Pada tahapan ini disajikan hasil temuan pada angket yang diisi melalui Google Form
dalam bentuk teks deskriptif naratif.
c. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Penarikan kesimpulan dan verifikasi merupakan upaya memaknai data yang disajikan
dengan mencermati pola-pola keteraturan, penjelasan, konfigurasi, dan hubungan sebab
akibat. Dalam melakukan penarikan kesimpulan dan verifikasi selalu dilakukan peninjauan
terhadap penyajian data dan catatan terhadap jawaban yang diberikan oleh para responden
melalui diskusi tim peneliti.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Kegiatan penelitian terhadap menganalisis kemampuan berpikir siswa pada


pembelajaran statistika untuk mencari nilai rata-rata ditinjau dari kemampuan metakognitif.
Telah diperoleh respon dari beberapa siswa SMA , dimana setelah kami membagikan angket
penelitian yaitu beupa link google form , kami mendapat 6 responden siswa SMA, dimana
kelima siswa tersebut berada dikelas yang bervariasi yaitu kelas X,XI,dan XII. Dimana
setelah dianalasis jawaban yang mereka didapat hasil nya sebagai berikut

No Soal Jumlah Benar Jumlah salah


1 6 0
2 6 0
3 6 0
4 6 0
5 5 1
4.2 Pembahasan

Untuk soal pertama pada angket yaitu mengenai data tunggal dengan data kelompok,
disini para siswa sudah mampu dalam hal mengenai data tunggal dan data kelompok, dimana
jika dikaitkan dengan kemampuan metakognitif maka siswa sudah mampu untuk menganilisis
bagaimana bentuk dari data tunggal dan data kelompok. Maka disaat memberikan jawaban
pada angket mereka sudah sampai pada tahap proses berpikir serta diwaktu yang bersamaan
saat akan menuliskan jawaban nya hal itu sudah dipandang sebagai pemikiran keras secara
tertulis. Dimana dengan menulis bisa dijadikan sebagai suatu alat untuk mendukung kerangka
metakognitif dan proses ini lebih efektif dibandingkan dengan pemakaian proses berpikir
keras.

Untuk soal yang kedua yaitu Dari hasil pengukuran diperoleh data tinggi badan kesepuluh
siswa tersebut sebagai berikut.172, 167, 180, 170, 169, 160, 175, 165, 173,170 , maka carilah
nilai mean dari data tersebut”. Setelah menganalisa jawaban para siswa tidak ada terjadi
kesalahan dalam menjawab nya dapat disimpulkan bahwa siswa sudah mampu memahami
konsep mencari nilai rata-rata pada suatu data tunggal. Dengan kata lain siswa yang mampu
menyelesaokan soal serta suatu permasalahan matematika dengan baik maka dia sudah
memanfaatkan metakognitifnya dengan baik.

Untuk soal yang ketiga yaitu “Diberikan data sebagai berikut: 4, 3, 5, 4, 6, 3, 6, 7, 8, 7, 8,


8 Hitunglah rata-ratanya”. Sama hal nya dengan soal yang sebelum nya setelah menganlisa
jawaban siswa tidak terdapat kesalahan dalam menjawab soal tersebut maka dapat dikatakan
siswa dapat memanfaatkan metakognotif nya dengan bail dalam menjawab soal mengenai
mencari nilai rata-rata pada data tunggal.

Untuk soal yang keempat yaitu “Berikut ini adalah data nilai siswa untuk pembelajaran
matematika , nilai siswa diurutkan dari yang terendah ke yang tertinggi:4, 4, 4, 5, 5, 5, 5, 5,
6, 6, 6, 6, 7, 7, 7, 7, 7, 7, 8, 9 Menurut pertimbangan guru, siswa harus mengulang ujian
kembali untuk memperbaiki nilai apabila nilai yang mereka dapatkan berada di bawah rata-
rata. Berapa orangkah yang harus memperbaiki nilainya tersebut?”. Maka kita akan ambil
satu jawaban dari siswa untuk kita analisis

Pada jawaban siswa tersebut terlihat bahwa siswa sudah memhami konsep dalam
mean yang permasalahan nya dalam bentuk suatu cerita. Terlihat bahwa siswa terlebih dahulu
mendata nilai yang ada sesuai dengan frekuensi nilai tersebut. Dimana jika dikaitkan dengan
aspek kesadaran metakognitif maka dari hasil yang diperoleh dapat dikatakan bahwa aspek
kesadaran metakognitif nya sudah baik, terlihat pada hasil jawaban yang diberikan oleh siswa
dimana dia sudah mampu memahami pokok permasalahan sehingga dia memahami langkah
selanjutnya untuk menyelesaikan persoalan tersebut.

Dan untuk soal terakhir yaitu “Rata-rata nilai ujian matakuliah statistika 29 orang
mahasiswa adalah 70. Ketika nilai ujian matakuliah statistika milik Andi digabungkan
dengan nilai-nilai mahasiswa tersebut, rata-rata nilai naik menjadi 71. Berapakah nilai Andi
tersebut?”. Maka kita akan mengambil sampel yaitu satu jawaban siswa untuk dianalisis.

Sama seperti soal nomor empat ada jawaban siswa tersebut terlihat bahwa siswa sudah
memhami konsep mencari nilai rata-rat yang permasalahan nya dalam bentuk suatu cerita.
Dimana jika dikaitkan dengan aspek kesadaran metakognitif maka dari hasil yang telah kami
peroleh dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa aspek kesadaran metakognitif siswa dalam
menyelesaikan suatu permasalahn matematika sudah baik .

Maka jika dianalisis secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa kesadaran


metakognitif siswa sudah muncul dengan cukup baik dimana siswa sudah mampu
menemukan serta menyelesaikan permasalahan matematika yang ada dengan kemampuan dan
pengetahuan yang mereka miliki. Hal ini dapat kita ketahui karena metakognitif sangat
berperan penting dalam kegiatan menyelesaikan suatu maalah yang ada terutama permaslahan
matematika. Dan beberapa ahli menyatakan bahwa metakognitif juga dapat meningkatkan
keterampilan siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan matematika salah satu contoh
nya ada pada penyelesaian soal nomor 4 dimana siswa terlebih dahulu membuat tabel untuk
data yang dia miliki. Selain meningkatkan keterampilan metakognitif juga memiliki peran
penting dalam mendukung kesuksesan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah terutama
permasalahan matematika. Dan dapat disimpulkan bahwa munculnya keasadaran metakognitif
memiliki hubungan keterkaitan dengan penyelesaian suatu permasalahan yang dilakukan
siswa dimana siswa yang dapat memanfaatkan metakognisinya dengan baik maka siswa
tersebut dapat menyelesaikan permasalahan matematika dengan baik. Sebaliknya, jika siswa
yang tidak dapat memanfaatkan metakognisinya dengan baik maka siswa tersebut kurang
dapat menyelesaikan permasalahan matematika yang ada dengan baik.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pengetahuan metakognitif adalah pernyataan tentang kognisi, yang diperoleh dari


long-term memory. Hal ini meliputi pengetahuan implisit ataupun eksplisit atau ide,
kepercayaan, dan teori tentang diri sendiri dan orang lain sebagai suatu kognisi, dan
hubungannya dengan berbagai tugas kognisi, tujuan, aktivitas atau strategi (seperti cara umum
dari proses tugas). Metakognisi berhubungan, salah satu diantaranya, dengan pemonitoran
aktif dan pengendalian yang konsekwen serta pengorganisasian proses pemonitoran dan
pengendalian ini dalam hubungannya dengan tujuan kognitif, pada mana proses-proses
tersebut menunjang, umumnya dalam mendukung sejumlah tujuan konkret. Berdasarkan hasil
penelitian, maka dapat disimpulkan pada aspek munculnya kesadaran metakognitif siswa
memahami pokok permasalahan sebelum menyelesaikan masalah matematika, sehingga siswa
memahami langkah selanjutnya yang akan dilakukan dalam menyelesaikan masalah
matematika dan pada aspek evaluasi, bahwa siswa mengetahui kemampuan yang dimilikinya
dalam menyelesaikan soal.

5.2 Saran

Saran dari kami adalah diharapkan agar Guru dapat membangun kesadaran
metakognisi siswa, sehingga siswa mengetahui dan menyadari kekurangan maupun kelebihan
dan dapat merencanakan, mengontrol dan mengevaluasi apa yang akan dan telah dikerjakan.
Dalam pembelajaran matematika seorang guru perlu melakukan strategi agar siswanya dapat
merancang, memonitor, mengontrol dan mengevaluasi apa yang mereka lakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Anggo,Mustamin.2011.PELIBATAN METAKOGNISI DALAM PEMECAHAN


MASALAH MATEMATIKA.Jurnal Edumatika.1(1):25-32.
Gagne, Robert M. 1988. Prinsip-Prinsip Belajar Untuk Pengajaran (Essential of learning for
Instruction). (Terjemaha oleh Hanafi & Manan). Surabaya: Usaha Nasional.
Risnanosanti.2008.KEMAMPUAN METAKOGNITIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA.Jurnal PYTHAGORAS.1(4):86-98
Romli,Muhammad.2010.STRATEGI MEMBANGUN METAKOGNISI SISWA SMA
DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA.Jurnal AKSIOMA : Jurnal
Matematika dan Pendidikan Matematika.2(1):1-17.
Sari,Raras Kartika.2018.ANALISIS NEWMAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL
STATISTIKA DITINJAU DARI METAKOGNITIF TACIT USE.Jurnal Tadris
Matematika.1(2):157-166.
Solso, R. L., Maclin, O. H., dan Maclin, M. K..2008.Psikologi Kognitif Edisi Kedelapan
(terjemahan). Jakarta : Erlangga
Sukiyanto.2020.MUNCULNYA KESADARAN METAKOGNISI DALAM
MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA.Jurnal AKSIOMA : Jurnal
Matematika dan Pendidikan Matematika.1(9):126-132.
LAMPIRAN
Soal Pada Angket

Jawaban Dari Responden

Anda mungkin juga menyukai