Anda di halaman 1dari 29

KETERAMPILAN MENYIMAK

PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah:


Pembelajaran Bahasa ABK

Dosen pengampu:
Dra. Wiwik Hastuti, M.pd

Oleh:
Annisa Yasmien Divianty 170154603501
Asna Istikmalatul Muktamaroh 170154603596
Nadya Deshinta Rizki Amanda 170154603505
Rafika Ayu Masruroh 170154603583
Yosie Metta Dhamayanti 170154603527

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA
Agustus 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
tentang Keterampilan Menyimak ini dengan lancar. Penulis sangat berharap
makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan dan pengetahuan
kita terhadap keterampilan menyimak.

Semoga makalah ini dapat dipahami oleh pembaca. Sebelumnya penulis mohon
maaf apabila terjadi kesalahan dalam penulisan. Serta penulis menerima kritik dan
saran yang membangun untuk perbaikan ke arah yang lebih baik.

Malang, 21 Agustus 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................1

1.1 Latar Belakang .....................................................................................1

1.2 Tujuan .................................................................................................4

1.3 Manfaat ...............................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................5

2.1 Pengertian Menyimak ..........................................................................5

2.2 Tujuan Menyimak ............................................................................... 5

2.3 Unsur-Unsur Menyimak ......................................................................7

2.4 Proses Menyimak .................................................................................8

2.5 Tahap-Tahap Menyimak ......................................................................9

2.6 Metode Menyimak ...............................................................................1

2.7 Kaitan Menyimak Dengan Keterampilan Berbahasa Lain ........11

2.8 Jenis-JenisMenyimak .........................................................................14

2.9 Faktor Yang Mempengaruhi Menyimak ............................................19

2.10 Kesulitan Penyimak Dan Penyebabnya ...........................................20

2.11 Permasalahan Menyimak pada ABK ...............................................21

iii
BAB III PENUTUP .......................................................................................24

3.1 Kesimpulan ...............................................................................................24

3.2 Saran ..........................................................................................................24

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keterampilan berasal dari kata dasar terampil. Soemarjadi (2001: 2)


berpendapat bahwa keterampilan sama artinya dengan kata kecekatan.
Terampil atau cekatan adalah kepandaian melakukan sesuatu pekerjaan
dengan cepat dan benar. Akan tetapi dalam pengertian sempit biasanya
keterampilan lebih ditujukan pada kegiatan yang berupa perbuatan, karena
terampil itu lebih dari sekedar memahami. Oleh karena itu, untuk menjadi
yang terampil diperlukan latihan- latihan praktis yang bisa memberikan
rangsangan pada otak, agar semakin terbiasa.

Poearwadarminta (2002: 1088), menyatakan bahwa keterampilan


adalah kecekatan; atau kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik
dan cermat (dengan keahlian). Keterampilan pada dasarnya potensi manusia
yang dapat dikembangkan melalui pendidikan dan pelatihan yang
berkelanjutan untuk memaksimalkan semua fungsi perkembangan manusia
sehingga menjadikan manusia yang utuh. Setiap orang tentunya mempunyai
kemampuan dan keterampilan yang berbeda-beda.

Menyimak adalah mendengar secara khusus dan terpusat pada objek


yang disimak (panduan bahasa dan sastra Indonesia, Natasasmita Hanapi,
Drs.; 1995: 18) Menyimak dapat didefinisikan suatu aktivitas yang mencakup
kegiatan mendengar dan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menilik, dan
mereaksi atas makna yang terkandung dalam bahan simakan. (Djago Tarigan;
1991: 4).“Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambing
lisan- lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi
untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna
komunikasi yang tidak disampaikan oleh sipembicara melalui ujaran atau
bahasa lisan”.

1
Proses menyimak memerlukan perhatian serius dari siswa. Ia berbeda
dengan mendengar atau mendengarkan. Menurut pendapat Tarigan (1994:27),
“Pada kegiatan mendengar mungkin sipendengar tidak memahami apa yang
didengar. Pada kegiatan mendengarkan sudah ada unsure kesengajaan, tetapi
belum diikuti unsure pemahaman karena itu belum menjadi tujuan.” Kegiatan
menyimak mencakup mendengar, mendengarkan, dan disertai usaha untuk
memahami bahan simakan. Oleh karena itu dalam kegiatan menyimak ada
unsure kesengajaan, perhatian dan pemahaman, yang merupakan unsure
utama dalam setiap peristiwa menyimak. Penilaiannya pun selalu terdapat
dalam peristiwa menyimak, bahkan melebihi unsure perhatian.
Menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi
bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasikan, dan mereaksi atas makna
yang terkandung di dalamnya”. (Sabarti –at all: 1992).

Dari pengertian keterampilan, menyimak dan cerita di atas maka dapat


disimpulkan bahwa keterampilan menyimak cerita adalah kemampuan untuk
mendengarkan lambang- lambing bahasa lisan dengan sungguh-sungguh,
penuh perhatian, pemahaman, apresiasi serta interpretasi untuk memperoleh
informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi
yang disampaikan secara nonverbal pada sebuah cerita.

Logan dan Loban (dalam Henry Guntur Tarigan, 2008: 63) menyatakan
bahwa menyimak adalah suatu kegiatan yang merupakan suatu proses. Dalam
proses menyimak pun terdapat tahap-tahap, antara lain: a. Tahap Mendengar;
dalam tahap ini kita baru mendengar segala sesuatu yang dikemukakan oleh
pembicara dalam ujaran atas pembicaraannya, b. TahapMemahami; setelah
kita mendengar maka ada keinginan bagikit untuk mengerti atau memahami
dengan baik isi pembicaraan yang disampaikan oleh pembicara, c. Tahap
Menginterpretasi; penyimak yang baik, yang cermat dan teliti, belum puas
kalau hanya mendengar dan memahami isi ujaran sang pembicara, dia ingin
menafsirkan atau menginterpretasikan isi, butir- butir pendapat yang terdapat
dan tersirat dalam ujaran itu, d. Tahap Mengevaluasi; setelah memahami atau
dapat menafsir atau menginterpretasikan isi pembicaraan, penyimak pun

2
mulailah menilai atau mengevaluasi pendapat serta gagasan pembicara
mengenai keunggulan dan kelemahan serta kebaikan dan kekurangan
pembicara, e. Tahap Menanggapi; tahap ini merupakan tahap terakhir dalam
kegiatan menyimak. Penyimak menyambut, mencamkan, dan menyerap serta
menerima gagasan atau ide yang dikemukakan oleh pembicara dalam ujaran
atau pembicaraannya.

Untuk meningkatkan keterampilan menyimak, maka diperlukan metode


metode yang tepat.Adapun metode-metode pembelajaran menyimak antara
lain: a. Simaktulis, b. Simakterka, c.Simakcerita, d. Bisikberantai, e.
Identifikasi kata kunci, f. Identifikasi kalimat topik, g. Merangkum, h.
Parafrase, i. Menjawab pertanyaan.

Menurut Hunt (dalam Henry Guntur Tarigan, 2008: 59) ada empat
fungsi utama menyimak, yaitu: a. Memperoleh informasi yang berkaitan
dengan profesi, b. Membuat hubungan antar pribadi lebih efektif., c.
Mengumpulkan data agar dapat membuat keputusan yg masuk akal, d. Agar
dapat memberikan responsi yang tepat.

Beberapa Keterampilan untuk Kegiatan Menyimak Terdapat beberapa


keterampilan yang penting untuk dimiliki sebagai syarat untuk melaksanakan
kegiatan menyimak. Keterampilan- keterampilan yang dimaksud antara lain
sebagai berikut : 1. Kemampuan mengidentifikasi bunyi suara. 2.
Kemampuan mengidentifikasi komponen- komponen kebahasaan seperti kata,
dan sebagainya. 3. Kemampuan untuk memahami maknanya dengan cara
menghubungkan bunyi yang didengar dengan kata-kata yang sudah diketahui.
Terutama kemampuan untuk memperkirakan arti kata yang belum diketahui
dari konteks sebelum dan sesudahnya. 4. Kemampuan untuk memahami arti
secara gramatikal. 5. Kemampuan menangkap intisari – Menangkap inti sari
per alinea. – Kemampuan memperkirakan alur alinea berikutnya. 6.
Kemampuan membuat catatan- catatan sambil mendengar. Cara-Cara
Pengajaran Keterampilan Menyimak 1. Menyimak Selektif
(sentakutekikikitori) , 2. Menyimak Intisari (tai’i no kikitori), 3. Dikte
(komakainaiyoo o kikitoru), 4. Analisis dan koreksi.

3
1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana pengertian menyimak?


b. Apa saja tujuan menyimak?
c. Apa saja unsur-unsur menyimak?
d. Bagaimana proses menyimak?
e. Bagaimana tahap-tahap menyimak?
f. Bagaimana metode menyimak?
g. Bagaimana Kaitan Menyimak Dengan Keterampilan Berbahasa Lain?
h. Bagaimana jenis jenis menyimak?
i. Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi menyimak?
j. Apa Kesulitan Penyimak Dan Bagaimana Penyebabnya?
k. Bagaimana permasalahan menyimak pada anak berkebutuhan khusus?

1.3 Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui bagaimana pengertian menyimak


b. Untuk mengetahui tujuan menyimak
c. Untuk mengetahui apa saja unsur- unsur menyimak
d. Untuk mengetahui bagaimana proses menyimak
e. Untuk mengetahui apa saja tahap- tahapan dalam menyimak
f. Untuk mengetahui apa itu metode menyimak
g. Untuk mengetahui Kaitan Menyimak Dengan Keterampilan Berbahasa
Lain
h. Untuk mengetahui jenis-jenis menyimak
i. Untuk mengetahui factor-faktor apa saja yang mempengaruhi menyimak
j. Untuk Mengetahui Kesulitan Penyimak Dan Penyebabnya
k. Untuk mengetahui apa saja permasalahan menyimak pada anak
berkebutuhan khusus

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Menyimak

Menurut Henry Guntur Tarigan (1991: 4) menyimak adalah suatu


proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi,
menginterpretasi, menilai, dan mereaksi atas makna yang terkandung di
dalamnya. Menyimak melibatkan penglihatan, penghayatan, ingatan,
pengertian, bahkan situasi yang menyertai bunyi bahasa yang disimak pun
harus diperhitungkan dalam menentukan maknanya.

“Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang lisan-


lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk
memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi
yang tidak disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan”.
(Tarigan: 1983)

Kamidjan dan Suyono (2002) menyimak adalah suatu proses


mendengarkan lambang-lambang bahasa lisan dengan sungguh- sungguh
penuh perhatian, pemahaman, apresiatif yang dapat disertai dengan
pemahaman makna komunikasi yang disampaikan secara nonverbal.

Berdasarkan pengertian menyimak di atas dapat disimpulkan bahwa


menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan
lambang-lambang bahasa lisan dengan sungguh-sungguh, penuh perhatian,
pemahaman, apresiasi serta interpretasi untuk memperoleh informasi,
menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang
disampaikan secara nonverbal.

2.2 Tujuan Menyimak

Menurut Hunt (dalam Henry Guntur Tarigan, 2008: 59) ada empat
fungsi utama menyimak, yaitu:

a. Memperoleh informasi yang berkaitan dengan profesi.

5
b. Membuat hubungan antar pribadi lebih efektif.

c. Mengumpulkan data agar dapat membuat keputusan yg masuk akal.

d. Agar dapat memberikan responsi yang tepat.

Logan dan Shrope (dalam Henry Guntur Tarigan, 2008: 60-61) tujuan
menyimak seperti berikut.

a. Ada orang yang menyimak dengan tujuan utama agar dia dapat memperoleh
pengetahuan dari bahan ujaran pembicara; dengan perkataan lain, dia
menyimak untuk belajar.

b. Ada orang yang menyimak dengan penekanan dan penikmatan terhadap


sesuatu dari materi yang diujarkan atau yang diperdengarkan atau
dipagelarkan (terutama sekali dalam bidang seni); pendeknya, dia
menyimak untuk menikmati keindahan audial.

c. Ada orang yang menyimak dengan maksud agar dia dapat menilai sesuatu
yang dia simak (baik-buruk, indah-jelek, tepat-ngawur, logis-tak logis, dan
lain-lain); singkatnya, dia menyimak untuk mengevaluasi.

d. Ada orang yang menyimak agar dia dapat menikmati serta menghargai
sesuatu yang disimaknya itu (misalnya, pembicaraan cerita, pembacaan
puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi panel, dan perdebatan); pendek kata,
orang itu menyimak untuk mengapresiasi materi simakan.

e. Ada orang yang menyimak dengan maksud agar dia dapat


mengomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, ataupun perasaan-
perasaannya kepada orang lain dengan lancer dan tepat. Banyak contoh dan
ide yang dapat diperoleh dari sang pembicara dan semua ini merupakan
bahan penting dan sangat menunjang dalam mengomunikasikan ide-idenya
sendiri.

f. Ada pula orang yang menyimak dengan maksud dan tujuan agar dia dapat
membedakan bunyi-bunyi dengan tepat; mana bunyi yang membedakan arti
(distignif), mana bunyi yang tidak membedakan arti; biasanya, ini terlihat

6
nyata pada seseorang yang sedang belajar bahasa asing yang asyik
mendengarkan ujaran pembicara asli (native speaker).

g. Ada lagi orang yang menyimak dengan maksud agar dia dapat memecahkan
masalah secara kreatif dan analisis, sebab dari pembicara, dia mungkin
memperoleh masukan berharga.

h. Selanjutnya, ada lagi orang yang tekun menyimak pembicara untuk


meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini
diragukan; dengan perkataan lain, dia menyimak secara persuasif.

2.3 Unsur- Unsur Menyimak

1. Pembicara

Pembicara ialah orang yang menyampaikan pesan yang. berupa informasi


yang dibutuhkan oleh penyimak. Dalam komunikasi lisan, pembicara ialah
narasumber pembawa pesan, sedang lawan bicara ialah orang yang
menerima pesan (penyimak).

2. Penyimak

Penyimak yang baik ialah penyimak yang memiliki pengetahuan dan


pengalaman yang banyak dan luas. Jika penyimak memiliki pengetahuan
dan pengalaman yang banyak dan luas, ia dapat melakukan kegiatan
menyimak dengan baik. Selain itu, penyimak yang baik ialah penyimak
yang dapat melakukan kegiatan menyimak dengan intensif. Penyimak
seperti itu akan selalu mendapatkan pesan pembicara secara tepat. Hal itu
akan lebih sempurna jika ia ditunjang oleh, pengetahuan dan
pengalamannya. Kamidjan (2001:6) rnenyatakan bahwa penyimak yang
baik ialah penyimak yang memiliki dua sikap, yaitu sikap objektif dan
sikap kooperatif.

3. Bahan simakan

Bahan simakan merupakan unsur terpenting dalam komunikasi lisan,


terutama dalam menyimak. Yang dimaksudkan dengan bahan simakan

7
ialah pesan yang disampaikan pembicara kepada penyimak. Bahan
simakan itu dapat berupa konsep, gagasan, atau informasi. Jika pembicara
tidak dapat menyampaikan bahan simakan dengan baik, pesan itu tidak
dapat diserap oleh penyimak yang mengakibatkan terjadinya kegagalan
dalam komunikasi.

2.4 Proses Menyimak

Logan dan Loban (dalam Henry Guntur Tarigan, 2008: 63) menyatakan bahwa
menyimak adalah suatu kegiatan yang merupakan suatu proses. Dalam proses
menyimak pun terdapat tahap-tahap, antara lain:

a. Tahap Mendengar; dalam tahap ini kita baru mendengar segala sesuatu yang
dikemukakan oleh pembicara dalam ujaran atas pembicaraannya.

b. Tahap Memahami; setelah kita mendengar maka ada keinginan bagi kita
untuk mengerti atau memahami dengan baik isi pembicaraan yang
disampaikan oleh pembicara.

c. Tahap Menginterpretasi; penyimak yang baik, yang cermat dan teliti, belum
puas kalau hanya mendengar dan memahami isi ujaran sang pembicara, dia
ingin menafsirkan atau menginterpretasikan isi, butir-butir pendapat yang
terdapat dan tersirat dalam ujaran itu.

d. Tahap Mengevaluasi; setelah memahami atau dapat menafsir atau


menginterpretasikan isi pembicaraan, penyimak pun mulailah menilai atau
mengevaluasi pendapat serta gagasan pembicara mengenai keunggulan dan
kelemahan serta kebaikan dan kekurangan pembicara.

e. Tahap Menanggapi; tahap ini merupakan tahap terakhir dalam kegiatan


menyimak. Penyimak menyambut, mencamkan, dan menyerap serta
menerima gagasan atau ide yang dikemukakan oleh pembicara dalam ujaran
atau pembicaraannya.

8
2.5 Tahap Menyimak

Strickland dan Dawson (dalam Henry Guntur Tarigan, 2008: 31-32)


menyatakan, dari pengamatan yang dilakukan terhadap kegiatan menyimak
pada para siswa sekolah dasar, Ruth G. Strickland menyimpulkan adanya
Sembilan tahap menyimak, mulai dari yang tidak berketentuan sampai pada
yang amat bersungguh-sungguh. Kesembilan tahap itu, dapat dilukiskan
sebagai berikut:

a. Menyimak berkala, yang terjadi pada saat-saat sang anak merasakan


keterlibatan langsung dalam pembicaraan mengenai dirinya;

b. Menyimak dengan perhatian dangkal karena sering mendapat gangguan


dengan adanya selingan-selingan perhatian kepada hal-hal di luar
pembicaraan;

c. Setengah menyimak karena terganggu oleh kegiatan menunggu


kesempatan untuk mengekspresikan isi hati serta mengutarakan apa yang
terpendam dalam hati sang anak;

d. Menyimak sarapan karena sang anak keasyikan menyerap atau


mengabsorbsi hal-hal yang kurang penting, hal ini merupakan
penjaringan pasif yang sesungguhnya;

e. Menyimak sekali-sekali, menyimpan sebentar-sebentar apa yang


disimak; perhatian secara saksama berganti dengan keasyikan lain; hanya
memperhatikan kata-kata sang pembicara yang menarik hatinya saja;

f. Menyimak asosiatif, hanya mengingat pengalaman-pengalaman pribadi


secara konstan yang mengakibatkan sang penyimak benar-benar tidak
memberikan reaksi terhadap pesan yang disampaikan sang pembicara;

g. Menyimak dengan reaksi berkala terhadap pembicara dengan membuat


komentar atau mengajukan pertanyaan;

h. Menyimak secara saksama, dengan sungguh-sungguh mengikuti jalan


pikiran sang pembicara;

9
i. Menyimak secara aktif untuk mendapatkan serta menemukan pikiran,
pendapat, dan gagasan sang pembicara.

2.6 Metode Menyimak

Untuk meningkatkan keterampilan menyimak, maka diperlukan metode


metode yang tepat. Adapun metode-metode pembelajaran menyimak antara
lain:

a. Simak tulis Dalam teknik ini, guru membacakan atau memperdengarkan


sebuah wacana singkat (diperdengarkan cukup satu kali). Siswa
mendengarkan dengan baik.

b. Simak terka Guru mempersiapkan deskripsi tentang suatu benda tanpa


menyebutkan nama benda tersebut. Deskripsi itu dibacakan guru, siswa
mendengarkan dengan baik kemudian siswa diminta menerka benda
tersebut

c. Simak cerita Guru mempersiapkan sebuah cerita yang menarik, kemudian


membacakan cerita tersebut. Siswa mendengarkan dengan baik cerita yang
dibacakan guru, kemudian siswa diminta menceritakan kembali cerita
tersebut dengan katakatanya sendiri.

d. Bisik berantai Bisik berantai ini dapat digunakan untuk menguji


kemampuan daya simak siswa dan kemampuan untuk menyimpan dan
menyampaikan pesan kepada orang lain. Bisik berantai ini dapat dilakukan
secara berkelompok. Pertamatama guru membisikkan suatu pesan kepada
seorang siswa. Siswa yang bersangkutan diminta untuk membisikkan
kepada siswa yang kedua dan 27 seterusnya, siswa terakhir yang menerima
pesan menuliskan pesan yang diterima di papan tulis atau mengucapkan
pesan tadi dengan nyaring di hadapan teman sekelas.

e. Identifikasi kata kunci Dalam menyimak suatu kalimat, paragraph atau


wacana yang panjang, kita tidak perlu menangkap semua kata-kata tetapi
cukup diingat kata-kata kuncinya saja. Kata kunci merupakan inti dari
suatu kalimat, paragraf atau wacana yang panjang.

10
f. Identifikasi kalimat topik Setiap paragraf dalam wacana minimal
mengandung dua unsur yaitu kalimat topik dan kalimat pengembang.
Kalimat topik bisa terdapat di awal, tengah dan akhir paragraf. Setelah
selesai menyimak siswa disuruh mencari kalimat topiknya.

g. Merangkum Mendengarkan bahan simakan yang agak panjang dapat


dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu caranya adalah melalui
merangkum. Merangkum berarti merangkum bahan yang panjang menjadi
sesedikit mungkin. Namun, kalimat yang singkat tersebut dapat mewakili
kalimat yang panjang.

h. Parafrase Suatu cara yang digunakan orang dalam memahami isi puisi
yaitu dengan cara mengartikan isi puisi dengan kata-kata sendiri dalam
bentuk prosa. Siswa mendengarkan puisi yang dibacakan oleh guru.
Setelah selesai, siswa mengartikan kembali isi puisi dalam bentuk prosa.

2.7 Kaitan Menyimak Dengan Keterampilan Berbahasa Lain

Menyimak sebagai salah satu keterampilan berbahasa tidak dapat berdiri


sendiri. Artinya, menyimak memiliki kaitan yang erat dengan keterampilan

berbahasa yang lain. Kaitan tersebut dapat dilihat pada uraian berikut ini.

1. Menyimak dan Berbicara

Menyimak dan berbicara memiliki kaitan yang sangat erat. Hal ini
mungkin disebabkan kedua keterampilan berbahasa ini memiliki banyak
kesamaan. Kesamaan ini dapat ditunjukkan pada proses komunikasi yang
terjadi. Ketika seseorang menyimak harus ada bahan yang disimak, yaitu
pembicaraan. Sebaliknya jika seseorang berbicara, dia sangat
mengharapkan dan kemungkinan akan menuntut harus ada orang yang
akan menyimak pembicaraannya. Apabila tidak, dia tidak akan mau
melakukan kegiatan berbicara.

Beberapa waktu yang lalu, sebelum teknologi berkembang dengan sangat


pesat, seperti sekarang ini, menyimak dan berbicara dilakukan dengan cara

11
tatap muka atau penyimak dan pembicara saling berhadapan. Setelah
kemajuan bidang teknologi, menyimak dan berbicara dapat dilakukan
melalui jarak jauh atau tanpa tatap muka, seperti menyimak drama radio,
siaran berita di televisi, rekaman dengan media kaset, dan komunikasi
melalui telepon.

Hal lain yang membuktikan bahwa kedua keterampilan ini memiliki


hubungan yang erat adalah:

a. Suatu ujaran diperoleh seseorang/anak melalui menyimak yang


dilanjutkan dengan meniru cara pengucapannya. Ujaran-ujaran atau
kekayaan kata ini akan dimanfaatkan atau digunakan di dalam
berbicara;

b. Kedua keterampilan ini membutuhkan kerja sama yang baik. Bila ada
dua orang melakukan komunikasi, keduanya tidak dapat melakukannya
secara bersamaan, yaitu keduanya berbicara atau keduanya menyimak.
Kegiatan ini harus dilakukan secara bergantian (resiprokal), apabila
yang seorang berbicara maka yang lain menyimak atau mendengarkan
dengan penuh perhatian demikian sebaliknya.

2. Menyimak dan Membaca

Menyimak dan membaca juga memiliki persamaan dalam hal sifat, yaitu
sama-sama bersifat aktif reseptif atau menerima secara aktif. Bedanya,
menyimak bersumber pada bahasa lisan, sedangkan membaca
bersumberpada bahasa tulis. Kesamaan sifat ini pun berlanjut pada
kesamaan tujuan dari kegiatan keterampilan berbahasa ini, yaitu sama-sama
bertujuan memperoleh informasi atau pengetahuan. Menyimak dan
membaca juga memiliki persamaan dalam hal prosesnya, yaitu
mengidentifikasi bunyi-bunyi (fonem), memahami dan menafsirkan
maknanya. Untuk dapat memahami pembicaraan dan bacaan
keduanyamemerlukan persiapan yang sama, yaitu penyimak dan pembicara
memerlukan kemampuan linguistik yang berhubungan dengan kebahasaan

12
dan kemampuan nonlinguistik yang berhubungan dengan
pengalaman,wawasan, dan penalaran.

3. Menyimak dan Menulis

Menyimak dan menulis memang dua keterampilan berbahasa yang


memiliki sifat berbeda. Menyimak bersifat aktif reseptif, sedangkan menulis
bersifat produktif. Namun, keduanya tetap memiliki hubungan yang dapat
dilihat pada kontribusi atau dukungan yang diberikan keterampilan
menyimak terhadap keterampilan menulis. Artinya, hubungan antara
menyimak dengan berbicara tidak seerat hubungan menyimak dengan
keterampilan berbahasa yang lain (berbicara dan membaca). Hubungan
antarkedua keterampilan berbahasa ini lebih pada manfaat hasil menyimak
terhadap kegiatan menulis. Seorang penulis memerlukan pengetahuan
mengenai berbagai hal yang dapat diperolehnya tidak hanya melalui
membaca, tetapi juga melalui menyimak berbagai pembicaraan atau
pertemuan-pertemuan ilmiah, kemasyarakatan, kebudayaan, pengetahuan
populer, dan lain-lain.

Kesimpulannya sebagai berikut:

a. Keterampilan menyimak akan memberi kontribusi pada keterampilan


berbicara, membaca, dan menulis seseorang

b. Keterampilan membaca akan memberi kontribusi pada keterampilan


menyimak, berbicara, dan menulis seseorang.

c. Keterampilan berbicara berjalan seiring dengan keterampilan menulis.

Artinya, apabila seseorang terampil menulis dia tidak akan kesulitan


dalam melakukan kegiatan berbicara asal rajin berlatih dan mau
menerima masukan dari orang lain. Demikian pula sebaliknya jika
seseorang terampil berbicara, dia juga akan mudah memperoleh
keterampilan menulis.

d. Satu yang sangat penting, bahwa kemampuan/keterampilan berbahasa

13
produktif yang dimiliki seseorang, diperoleh melalui kemampuan

berbahasa reseptif yang dimilikinya terlebih dahulu

2.8 Jenis-Jenis Menyimak

Henry Guntur Tarigan (2008: 37-59) membagi jenis menyimak dalam


dua macam,

a. Menyimak ekstensif

Menyimak ekstensif (extensive listening) adalah kegiatan menyimak


mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran,
tidak perlu dibawah bimbingan langsung dari seorang guru. Pada umumnya
menyimak ekstensif dapat dipergunakan untuk dua tujuan yang berbeda.
Menyimak ekstensif bisa juga disebut sebagai proses menyimak yang
dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti mendengarkan siaran radio,
televisi, percakapan orang di jalan, di pasar, kotbah di masjid dan
sebagainya.

Beberapa jenis kegiatan menyimak ekstensif antara lain:

1) Menyimak sosial (social listening) yaitu kegiatan menyimak yang


dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupan sosial, di pasar, di jalan, dan
sebagainya.

2) Menyimak sekunder (secondary listening) adalah kegiatan menyimak


yang dilakukan secara kebetulan. Contoh menyimak sekunder yaitu pada
saat kita belajar dan tiba-tiba kita mendengar suara anggota keluarga kita
bercanda di ruang tamu, suara radio, televisi, atau suara-suara lain yang
ada disekitar tempat tinggal kita.

3) Menyimak estetik (aesthetic listening) ataupun yang disebut menyimak


apresiatif adalah kegiatan menyimak untuk menikmati atau menghayati
sesuatu. Misalnya menyimak pembacaan puisi.

14
4) Menyimak pasif adalah kegiatan menyimak suatu bahasan yang
dilakukan tanpa sadar

b. Menyimak intensif

Menyimak intensif adalah menyimak yang dilakukan untuk memahami


makna yang dikehendaki. Beberapa hal yang perlu diketahui dalam
menyimak intensif diantaranya yaitu menyimak intensif pada dasarnya
menyimak pemahaman, menyimak intensif memerlukan tingkat konsentrasi
pemikiran dan perasaan yang tinggi, menyimak intensif pada dasarnya
memahami bahasa formal dan menyimak intensif memerlukan produksi
materi yang disimak.

Jenis-jenis yang termasuk dalam menyimak intensif diantaranya adalah

1) Menyimak kritis (critical listening) adalah sejenis kegiatan menyimak


berupa pencarian kesalahan atau kekeliruan bahkan juga butir-butir yang
baik dan benar dari ujaran seorang pembicara dengan alasan-alasan yang
kuat yang dapat diterima oleh akal sehat. Pada umumnya menyimak
kritis lebih 16 cenderung meneliti letak kekurangan, kekeliruan, dan
ketidaktelitian yang terdapat dalam ujaran atau pembicaraan seseorang.

2) Menyimak konsentratif (concentrative listening) sering juga disebut


menyimak sejenis telaah. Menurut Dawson (dalam Tarigan: 2008: 49)
kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam menyimak konsentratif yaitu:

(a) Mengikuti petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam pembicaraan;

(b) Mencari dan merasakan hubungan-hubungan, seperti kelas, tempat,


kualitas, waktu, urutan, serta sebab-akibat;

(c) Mendapatkan atau memperoleh butir-butir informasi tertentu;

(d) Memperoleh pemahaman dan pengertian yang mendalam;

(e) Merasakan serta menghayati ide-ide sang pembicara, sasaran,


ataupun pengorganisasiannya;

15
(f) Memahami ide-ide sang pembicara;

(g) Mencari dan mencatat fakta-fakta penting.

3) Menyimak kreatif (creative listening) adalah sejenis kegiatan dalam


menyimak yang mengakibatkan kesenangan rekonstruksi imajinatif para
penyimak terhadap bunyi, penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan
kinestetik yang disarankan atau dirangsang oleh sesuatu yang disimaknya.
Dalam kegiatan menyimak kreatif ini tercakup kegiatan-kegiatan:

(a) Menghubungkan makna-makna dengan segala jenis pengalaman


menyimak;

(b) Membangun atau merekonstruksikan imaji-imaji visual dengan baik


sementara menyimak;

(c) Menyesuaikan atau mengadaptasikan imaji dengan pikiran imajinatif


untuk menciptakan karya baru dalam tulisan, lukisan, dan pementasan;

(d) Mencapai penyelesaian atau pemecahan masalah-masalah 17 serta


sekaligus memeriksa dan menguji hasil-hasil pemecahan atau
penyelesaian tersebut.

4) Menyimak eksplorasif, menyimak yang bersifat menyelidik, atau


exploratoty listening adalah sejenis kegiatan menyimak intensif dengan
maksud dan tujuan menyelidiki sesuatu lebih terarah dan lebih sempit.
Dalam kegiatan menyimak seperti ini sang penyimak menyiagakan
perhatiannya untuk menjelajahi serta menemukan hal-hal baru yang
menarik perhatian, informasi tambahan mengenai suatu topik dan isu,
penggunjingan atau buah mulut yang menarik.

5) Menyimak interogatif (interrogative listening) adalah sejenis kegiatan


menyimak intensif yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi,
pemusatan perhatian dan pemilihan butir-butir dari ujaran sang pembicara
karena penyimak akan mengajukan banyak pertanyaan. Dalam kegiatan
menyimak interogatif ini sang penyimak mempersempit serta

16
mengarahkan perhatiannya pada pemerolehan informasi dengan cara
menginterogasi atau menanyai sang pembicara. Dawson (dalam Tarigan,
2008: 52).

6) Menyimak selektif adalah menyimak secara cerdas dan cermat aneka


ragam ciri-ciri bahasa yang berurutan (nada suara, bunyi, bunyi asing,
bunyi-bunyi yang bersamaan, kata dan frase, serta bentuk-bentuk
ketatabahasaan). Satusatunya cara yang mungkin membuat kita terbiasa
dengan bentuk akustik bahasa ialah mendengarkannya atau menyimaknya
secara selektif.

Salah satu keuntungan utama menyimak secara selektif pada struktur-


struktur ketatabahasaan ialah struktur-struktur yang diserap oleh proses ini
cenderung 18 membuat kebiasaan-kebiasaan dalam otak kita. Bahkan
setelah kita berhenti menyimak pun, terutama bagi susunan kata-kata
seperti itu, otak kita terus melanjutkan proses pengklasifikasian secara
otomatis segala sesuatu yang telah kita dengar itu.

Beberapa bahasa menuntut adaptasi atau penyesuaian tertentu terhadap


urutan prosedur yang disarankan berikut ini, tetapi bagi sebagian besar
ciri-ciri bahasa yang berurutan ini, hendaklah disimak secara selektif
dalam urutan sebagai berikut:

a) Nada suara Nada suara, apakah turun atau naik ataupun tetap
mendatar, jelas merupakan salah satu dari hal-hal pertama yang harus
diperhatikan oleh seorang anak mengenai suatu bahasa baru. Kalau
seseorang pertama kali mendengarkan suatu bahasa asing dia biasanya
memperoleh kesan bahwa benar-benar tiada limit variasi-variasi
puncak atau nada suara pada aneka ragam kata, frasa, dan kalimat.
Akan tetapi, secara berangsur-angsur, semakin banyak seseorang
menyimak suatu bahasa maka semakin tinggi pula kesadarannya
bahwa sebenarnya ada sejumlah batas yang amat tegas tempat orang
(sebagai pembicara) berbuat dengan suaranya.

17
b) Bunyi-bunyi asing Begitu seseorang menyimak secara selektif pada
aneka variasi nada suatu bahasa yang biasanya memakan waktu paling
sedikit seminggu atau lebih, bunyi-bunyi asing tertentu, baik konsonan
maupun vokal, tentu sangat menarik perhatiannya. Oleh karena itu,
segi-segi berikutnya yang harus disimak secara selektif adalah bunyi-
bunyi asing dalam bahasa tersebut. 19 Kalau suatu bunyi agak sering
dipakai, cara yang baik serta bijaksana ialah hanya memusatkan
perhatian pada bunyi yang satu itu. Segala sesuatu yang lainnya akan
hilang dari perhatian seseorang selama perhatian dipusatkan untuk
mendengarkan setiap kejadian. Dalam waktu yang amat singkat akan
terlihat bahwa bunyi ini tidak selalu sama. Terdapat perbedaan-
perbedaan kecil tetapi cukup sebagai ciri-ciri dasar yang ditemukan
sehingga seseorang dapat menetapkan apa sebenarnya yang
menentukan bunyi distingtif yang sama itu (proses yang sama dapat
diikuti dalam menyimak bunyi-bunyi lain yang amat berbeda dengan
bunyi-bunyi bahasa Indonesia)

c) Bunyi-bunyi yang bersamaan Setelah menyimak secara selektif pada


bunyi-bunyi yang asing, kita hendaknya mulai mengarahkan perhatian
pada perangkat-perangkat bunyi yang bersamaan. Kalau kita mulai
membedakan antar bunyi-bunyi yang bersamaan, kita mulai
mendapati bahwa kesamaan-kesamaan yang serupa itu berjalan
berkelompok-kelompok.

d) Kata-kata dan frasa-frasa Setiap orang yang menyimak secara


saksama pada suatu bahasa asing akan segera melihat dan menemukan
kombinasi-kombinasi bunyi yang terjadi berulang-ulang. Kalau
seseorang mendengar berulang kali suatu gabungan identik dua atau
tiga suku kata maka besar sekali kemungkinannya merupakan suatu
kata atau akar kata. Bila seseorang mendengar berulang kali
kombinasi-kombinasi yang terdiri atas lima atau enam suku kata,
agaknya ini merupakan frasa. Salah satu dari frasa-frasa yang paling
penting dalam 20 menyimak kata-kata secara selektif, ataupun

18
menyimak frasa-frasa dan kalimat-kalimat secara selektif, ialah
mencoba memahami konteks apa makna yang dikandungnya.
Menyimak secara selektif terhadap kata-kata biasanya dimulai dengan
memperhatikan setiap kombinasi bunyi yang muncul berulang-ulang,
yang seolah-olah lebih menonjol dalam arus ujaran.

e) Bentuk-bentuk ketatabahasaan Dalam kebanyakan bahasa, yang kita


sebut “kata” itu tidak selalu muncul dan kelihatan dalam bentuk yang
sama. Kadang-kadang suatu tambahan dilekatkan pada kata itu.
Contoh dari bahasa Inggris: Walked : walk Roses : rose Contoh dari
bahasa Indonesia: Berlari : lari Melihat : lihat Makanan : makan
Dalam contoh lain terdapat suatu perubahan dalam kata itu sendiri.
Contoh dari bahasa Inggris: Ran : run Feet : foot Sedangkan dalam
kasus lain, kita mempunyai perbedaan yang sangat besar. Contoh
dalam bahasa Inggris: Go : went (bukan go-ed*) 21 Good : better
(bukan good-er*) Jadi, berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa jenis menyimak dibagi menjadi dua yaitu, menyimak intensif
dan menyimak ekstensif. Menyimak ekstensif terdiri dari menyimak
sosial, sekunder, estetik dan pasif. Sedangkan menyimak intensif
terdiri dari menyimak kritis, konsentratif, kreatif, eksplorasif,
interogatif dan selektif. Dalam pembelajaran menyimak cerita, jenis
menyimak yang digunakan adalah jenis menyimak konsentratif karena
sudah ditentukannya unsur-unsur yang perlu diidentifikasi siswa
dalam cerita yang disimak seperti penokohan, tema, latar, dan amanat
cerita.

2.9 Faktor Yang Mempengaruhi Menyimak

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan penyimak


tuturan bahasa kedua/asing adalah faktor usia, bakat, sosial psikologi,
kepribadian, aspek kognitif, belahan spesialisasi, dan strategi belajar
(Freeman dan Long, 1991:154-203).

19
1. Faktor usia mempengaruhi kesuksesan pebelajar bahasa asing
sebagaimana hasil penelitian Seright (dalam Freeman dan Long, 1991)
bahwa anak kecil lebih berhasil belajar aksen dan menirukan penampilan
berbahasa penutur asli daripada pebelajar dewasa, sedang pebelajar
dewasa lebih cepat memperoleh materi pembelajaran dari segi kuantitas.

2. Bakat bahasa terkait dengan kemampuan mengenal fonem, kepekaan


gramatikal, belajar materi bahasa, dan belajar bahasa secara induktif.

3. Aspek sosial psikologi mencakup motivasi dan sikap.

4, Aspek kepribadian meliputi kepribadian terbuka dan tertutup. Pebelajar


dengan kepribadian terbuka lebih cepat berrhasil dalam belajar bahasa
asing daripada pebelajar dengan kepribadian tertutup.

5. Aspek kognitif terkait tentang proses atau pendekatan belajar yang dipakai
misalnya pendekatan holistic atau analitik.

6. Spesialisasi belahan otak pebelajar juga mempengaruhi kesuksesan


pebelajar bahasa kedua/asing.

7. Adapun strategi belajar merupakan teknik yang digunakan pebelajar


dalam belajar.

2.10 Kesulitan Penyimak Dan Penyebabnya

Underwood (1989:16-20) menyatakan bahwa masalah mendasar yang


dihadapi pebelajar menyimak adalah:

(1) Ketidakmampuan mengontrol kecepatan tuturan pembicara,

(2) Tidak ada kesempatan mengulang tuturan,

(3) Keterbatasan kosakata pebelajar,

(4) Kegagalan mengenali tanda-tanda penutur,

(5) Kesulitan menginterpretasikan wacana,

(6) Ketidakmampuan berkonsentrasi, dan

20
(7) Kebiasaan belajar.

Ketujuh hal tersebut dijelaskan berikut. Kesulitan pertama berhubungan


dengan kecepatan tuturan. Kecepatan tuturan merupakan masalah pokok
yang dihadapi penyimak, karena tidak ada kesempatan untuk mengulang
teks sebagaimana ketika membaca. Kadangkala penyimak disibukkan untuk
memahami makna bagian tertentu sehingga lengah untuk menyimak bagian
berikutnya. Kesulitan kedua berkaitan dengan tidak ada kesempatan untuk
mengulang pesan yang disimak. Misalnya, jika siswa harus menyimak pesan
yang ada pada radio atau televisi secara langsung maka tidak ada
kesempatan bagi penyimak untuk memutar ulang tuturan yang disimak

2.11 Permasalahan Menyimak Pada Anak Berkebutuhan Khusus

a. Tunarungu

Permasalahan yang dialami anak tunarungu adalah kesulitan dalam


mengakses bunyi bahasa sehingga menghambat proses informasi yang
masuk. Akibat dari terhambatnya perkembangan bicara dan bahasa anak
tunarungu, akan berdampak pula dalam hubungannya dengan
komunikasi. Hal ini disebabkan indera pendengarannya tidak berfungsi
seperti pada umumnya yang menyebabkan kemampuan berbahasa anak
tunarungu terbatas.

Anak tunarungu dalam mengakses setiap kejadian yang terjadi di


sekelilingnya lebih dominan menggunakan aspek visual, untuk itu dalam
membantu meningkatkan motivasi belajar dan meningkatkan
kemampuan kosa kata dan membaca siswa, media yang dipakai dalam
kegiatan pembelajarannya harus lebih banyak melibatkan aspek visual
dibandingkan aspek lainnya.

Kurangnya penguasaan kosakata anak tunarungu menyebabkan


kesulitan memahami ide-ide bacaan, sehingga berdampak pada proses
pemahaman bacaan, gaya , cara, metode, media yang diberikan oleh guru

21
dalam proses pembelajaran akan mempengaruhi daya tangkap siswa
dalam menerima materi pembelajaran.

b. Tunanetra

Anak tunanetra mengalami hambatan pada penglihatannya, oleh


karena itu anak tunanetra sangat mengandalkan kemampuan auditorinya
saat menyimak. Dalam pemakaian metode proses belajar mengajar
tunanetra lebih baik menggunakan buku bicara. Penggunaan buku bicara
sangat efektif khususnya bagi tunanetra,karena dengan buku bicara siswa
akan lebih berkonsentrasi pada pelajaran yang diberikan.

c. Tunagrahita

Tunagrahita adalah anak yang mengalami kesulitan dalam hal


intelektual . Oleh karena itu anak tunagrahita dalam hal menyimak lebih
efektif jika menggunakan kemampuan visual dan auditori. Dengan
mengandalkan kemampuan visual dan auditori anak menjadi lebih mudah
untuk berkonsentrasi dan memahami saat menyimak. Dengan bantuan
media konkret anak tunagrahita mampu untuk memperoleh informasi
dibandingkan dengan harus membaca atau mendengarkan saja.

d.Tunadaksa

Tunadaksa adalah keadaan yang terganggu atau rusak sebagai


akibat dari gangguan bentuk atau hambatan pada otot, sendi dan tulang
dalam fungsinya yang normal namun tidak mengalami gangguan pada
intelektualnya.

Pada kegiatan menyimak anak tunadaksa, bisa mengandalkan


kemampuan visual dan auditorinya. Untuk mengefektifkan kegiatan
menyimak bisa menggunakan media konkret agar lebih mudah dipahami
oleh anak.

e. Autis

22
Autis adalah keadaan dimana gangguan perkembangan otak anak
yang mempengaruhi kemampuan penderita dalam berkomunikasi dan
berinteraksi dengan orang lain. Akibat dari sulitnya berinteraksi dengan
orang lain maka menyebabkan anak autis sulit menerima informasi.
Kemampuan menyimak anak autis dalam melaksanakannya harus
menggunakan media visual dan audio serta dilakukan secara berulang-
ulang agar mampu dipahami oleh anak.

23
BAB II

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kegiatan menyimak merupakan kegiatan yang cukup kompleks karena sangat


bergantung kepada berbagai unsur yang mendukung. Yang dimaksudkan dengan
unsur dasar ialah unsur pokok yang menyebabkan timbulnya komunikasi dalam
menyimak. Menyimak dengan berkonsentrasi adalah memusatkan pikiran,
perasaan, dan perhatian terhadap bahan simakan yang disampaikan pembicara.
Untuk dapat memusatkan perhatian terhadap bahan simakan yang disampaikan
pembicara dengan baik, penyimak harus dapat menghindari gangguan menyimak,
baik yang berasal dari diri sendiri maupun yang berasal dari luar, penyimak harus
betul-betul memusatkan perhatian kepada materi yang disimak.
Penyimak yang ideal harus bermotivasi mempunyai tujuan tertentu sehingga
untuk menyimak kuat, menyimak secara menyeluruh materi secara utuh dan padu,
menghargai pembicara, penyimak yang baik harus selektif, artinya harus memilih
bagian-bagian yang inti, sungguh-sungguh, penyimak tidak mudah terganggu,
penyimak harus cepat menyesuaikan diri, penyimak harus kenal arah
pembicaraan, penyimak harus kontak dengan pembicara, Kontak dengan
pembicara, merangku, menilai, merespon

B.Saran
Dalam pembelajaran sangat erat kaitannya antara keterampilan yang satu dengan
keterampilan yang lainnya, maka tingkatkanlah semua keterampilan-keterampilan
tersebut diantaranya keterampilan membaca, berbicara, menyimak, dan menulis
supaya lebih efisien dan efektif.

24
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/36767873/MENYIMAK_PROSES_DAN_JEN
ISNYA

25

Anda mungkin juga menyukai