Anda di halaman 1dari 20

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PERAWATAN KOLOSTOMI

OLEH:
UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

RUANG 17
SAIFUL ANWAR MALANG
TAHUN 2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Perawatan Kolostomi


Sasaran : Keluarga dan Pengunjung ruang 17 RSSA Malang
Tempat : Ruang 17 RSSA Malang
Hari/Tanggal : Jum’at, 24 Januari 2020
Waktu : 10.00

1. Latar Belakang
Kolostomi merupakan pembuatan stoma atau lubang pada kolon
atau usus besar (Smeltzer & Bare, 2002). Indonesian Ostomy
Association (INOA) mengatakan bahwa jumlah kasus yang
menggunakan stoma terus meningkat, dan penyebab tersering di
Indonesia sendiri adalah karena keganasan (Indonesian Ostomy
Association, 2010). Kurnia (2012) memaparkan, sekitar 100.00 orang
yang dilakukan indikasi pemasangan stoma pada umumnya
disebabkan oleh kanker kolorektal, kanker kandung kemih, kolitis
ulseratif, penyait Crohn, diverticulitis, obstruksi, inkontinensia urin dan
fekal, dan trauma. Indikasi pemasangan kolostomi pada neonatus dan
dewasa tentu berbeda. Lukong, Jabo, dan Mfuh (2012) melakukan
penelitian terhadap 38 neonatus, dan indikasi pemasangan kolostomi
yang ditemukan adalah karena malformasi anorektal (97,4%) dan
atresia kolon (2,6%).
Penyebab terbanyak dari indikasi pembuatan kolostomi adalah
karena kanker atau keganasan. The Union for International Cancer
Control (UICC) mengumumkan adanya hari kanker sedunia pada tahun
2005, seiring dengan tingginya angka kejadian kanker di dunia. Jenis
kanker, menurut UICC kebanyakan dapat dicegah dengan cara
menjaga gaya hidup sehat masyarakat perkotaan, yaitu menjaga pola
makan sehat dan berat badan ideal, melakukan olahraga secara rutin,
teratur dan terukur, serta mengurangi asupan alkohol (Anna, 2011).
Dalam, merawat pasien kolostomi membutuhkan ketelitian
kebersihan dan kesiapan yang baik karena jika tidak maka akan
menimbulkan komplikasi infeksi yang mengakibatkan penyembuhan
menjadi lama bahkan bertambah parah (Bets, 2002). Kontaminasi
feses merupakan faktor yang paling sering menjadi penyebab
terjadinya infeksi pada luka sekitar stoma. Oleh karena itu pemantauan
yang terus menerus sangat diperlukan dan tindakan segera mengganti
balutan luka dan mengganti kantong kolostomi sangat bermakna untuk
mencegah infeksi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merawat klien dengan
kolostomi ialah terkait perubahan pada eliminasi BAB klien, meliputi
perubahan konsistensi serta frekuensi BAB klien. Klien akan
merasakan adanya perubahan tersebut, dan disinilah fungsi perawat
sebagai edukator untuk menjelaskan perubahan-perubahan tersebut
agar klien dapat menerima dengan baik. Edukasi yang diberikan tidak
hanya berupa cara perawatan kolostomi, namun juga meliputi apa yang
harus dilakukan klien terkait dietnya agar pengeluaran fesesnya tidak
mengganggu kegiatannya.
2. Tujuan Intruksional
2.1. Tujuan Instruksional Umum
Pada akhir proses penyuluhan, peserta penyuluhan dapat
mengetahui perawatan kolostomi.
2.2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti proses pembelajaran selama 30 menit, keluarga
dan pasien dapat :
i. Menyebutkan pengertian dari kolostomi
ii. Mengerti tujuan perawatan kolostomi
iii. Mengetahui masalah kesehatan yang terjadi akibat kolostomi

3. Sub Pokok Bahasan


i. Pengertian kolostomi
ii. Jenis-jenis kolostomi
iii. Masalah kesehatan akibat kolostomi
iv. Prinsip diet ostomet
v. Perawatan kolostomi

4. Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan Kegiatan
Tahap Wkt Metode Media
Penyuluh Peserta
Pendahulua 3  Membuka  Menjawab - -
n menit kegiatan salam
dengan
mengucapkan
salam
 Memperkenalk  Mendengar –
an diri kan
 Menjelaskan  Memperhati-
tujuan dari kan
penyuluhan
 Menyebutkan  Memperhati-
materi yang kan
akan diberikan
Penyajian 20  Menjelaskan  Mendengarka Ceramah - PPT/
menit Pengertian n dan LCD
kolostomi memperhati-kan - Leaflet
 Menjelaskan
jenis-jenis
kolostomi
 Menyebutkan
masalah
kesehatan
akibat
kolostomi
 Menyebutkan
prinsip diet
kolostomi
 Menjelaskan
perawatan
kolostomi
 Mendemonstr
asikan meteri
cuci tangan
dan etika
batuk
Evaluasi 5  Menanyakan  Menjawab Tanya -
menit kepada pertanyaan jawab
peserta
tentang materi
yang telah
diberikan, dan
reinforcement
kepada
peserta
penyuluhan
yang dapat
menjawab
pertanyaan
Penutup 2  Mengucapkan  Mendengarka - -
menit terima kasih n
atas peran
serta perserta
 Mengucapkan  Menjawab
salam penutup salam

5. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1) Peserta yang terdiri dari pasien dan keluarga pasien ruang 17
RSSA (10-15 peserta)
2) Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan ruang tunggu
ruangan 17 RSSA Malang
3) Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan
sebelumnya
4) Kesiapan SAP.
5) Kesiapan media: PPT, LCD dan leaflet
b. Evaluasi Proses
1) Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
2) Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
3) Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan
secara benar
c. Evaluasi Hasil

6. Pengorganisasian
Moderator : Imaniyah

Penyaji : Fadilah Dwi Mariana


Farras Syafiqoh Fanani
Sandrina Ayu Gangga Komala
Fasilitator : Hafidhatur Rafiah
Lailatul Badriyah

Notulen : Himayah Sabibi


Hamidatul Khoiriyah
MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian Kolostomi

- Kolostomi adalah suatu operasi untuk membentuk suatu hubungan

buatan antara colon dengan permukaan kulit pada dinding perut.

Hubungan ini dapat bersifat sementara atau menetap

selamanya. (llmu Bedah, Thiodorer Schrock, MD).

- Kolostomi adalah pembuatan stoma (lubang) pada kolon atau

ususbesar (Smeltzer & Bare, 2002).

- Kolostomi merupakan tindakan pembedahan untuk membuka jalan

usus besar ke dinding abdomen anterior (Melville & Baker 2010).

- Akhir atau ujung dari usus besar yang dikeluarkan pada abdomen

disebut sebagai stoma.

B. Jenis – Jenis Kolostomi

a. Loop Stoma atau transversal

Merupakan jenis kolostomi yang dibuat dengan membuat

mengangkat usus ke permukaan abdomen, kemudian membuka

dinding usus bagian anterior untuk memungkinkan jalan keluarnya

feses. Biasanya pada loop stoma selama 7 – 10 hari pasca

pembedahan disangga oleh semacam tangkai plastik agar mencegah

stoma masuk kembali ke dalam rongga abdomen. (Sumber: Melville &

Baker, 2010)
b. End Stoma

Merupakan jenis kolostomi yang dibuat dengan memotong usus

dan mengeluarkan ujung usus proksimal ke permukaan abdomen

sebagai stoma tunggal. Usus bagian distal akan diangkat atau dijahit

dan ditinggalkan dalam rongga abdomen. (Sumber: Melville & Baker,

2010)

c. Fistula Mukus

Fistula mukus merupakan bagian usus distal yang dikeluarkan

kepermukaan abdomen sebagai stoma non-fungsi. Biasanya fistula

mukus terdapat pada jenis stoma double barrel dimana segmen

proksimal dan distal usus di keluarkan ke dinding abdomen sebagaidua

stoma yang terpisah. (Sumber: Melville & Baker, 2010)


d. Kolostomi Permanen

Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila

pasien sudah tidak memungkinkan untuk defekasi secara normal

karena adanya keganasan, perlengketan, atau pengangkatan kolon

sigmoid atau rectum sehingga tidak memungkinkan feses melalui anus.

Kolostomi permanen biasanya berupa kolostomi single barrel ( dengan

satu ujung lubang).

e. Kolostomi Temporer (sementara)

Pembuatan kolostomi biasanya untuk tujuan dekompresi kolon

atau untuk mengalirkan feses sementara dan kemudian kolon akan

dikembalikan seperti semula dan abdomen ditutup kembali. Kolostomi

temporer ini mempunyai dua ujung lubang yang dikeluarkan melalui

abdomen yang disebut kolostomi double barrel.Lubang kolostomi yang

muncul dipermukaan abdomen berupa mukosa kemerahan yang

disebut STOMA. Pada minggu pertama post kolostomi biasanya masih

terjadi pembengkakan sehingga stoma tampak membesar.

C. Masalah Kesehatan yang Terjadi akibat Kolostomi


Masalah yang banyak terjadi pasca pembuatan kolostomi adalah

1. Iritasi

Biasanya terjadi pada kulit di sekitar stoma pada area kulit

peristomal. Hal ini banyak terjadi pada lansia, oleh karena lapisan epitel

dan lemak subkutan yang semakin tipis karena proses penuaan

sehingga kulit menjadi semakin mudah mengalami iritasi (Smeltzer &

Bare, 2002).

2. Infeksi Candida Albicans

Individu yang memiliki stoma memiliki resiko terkena infeksi

Candida albicans yang biasa dikenal sebagai infeksi ragi atau jamur.

Hal ini dikarenakan kulit peristomal memilikikarakteristik hangat,

lembap dan tertutup (oleh kantong kolostomi)dimana lingkungan ini

kondusif terhadap pertumbuhan jamur. Kulityang terkena infeksi ini

akan berubah menjadi kemerahan dan terasa gatal. (Eucomed, 2012)

3. Pengeluaran gas dan bau dari stoma

Pengeluaran gas dan bau pada stoma menjadi masalah pada

ostomate karena berbeda dengan pengeluaran melalui anus,

pengeluarannya melalui stoma tidak dapat dikontrol. Gas yang terdapat

pada saluran pencernaan didapatkan dari beberapa jenis makanan

seperti makanan berpengawet, brokoli, kubis, jagung, timun, bawang,

dan lobak. Gas juga didapatkan dari menelan udara (secara tak

sengaja) pada saat berbicara, makan, merokok dan sebagainya. Oleh

karena itu ostomate dianjurkan untuk mengunyah makanan secara


perlahan untuk meminimalkan udara yang masuk. Bau pada gas atau

feses yang dikeluarkan juga dapat diakibatkan oleh beberapa

makananseperti telur, keju, ikan, bawang, dan kubis (Canada Care

Medical, n.d).

4. Konstipasi

Konstipasi dapat terjadi pada ostomate akibat diet yang tidak

seimbang, serta intake makanan berserat ataupun cairan yang kurang

(Gutman, 2011). Apabila ostomate mengalami konstipasi maka perlu

peningkatan asupan makanan berserat seperti gandum, sayur dan

buat, serta asupan cairan. Konsumsi air minimal yang

direkomendasikan adalah 8-10 gelas air per hari, atau 1,5 hingga 2 liter

air per hari (dapat termasuk teh, kopi ataupun jus) (Hampton 2007).

Melakukan aktivitas fisik ringan seperti bersepeda, jogging juga dapat

membantu meningkatkan pergerakan bowel dan mengatasi konstipasi.

5. Diare

Diare umumnya terjadi pada pasien dengan ileostomi namun dapat

terjadi juga pada klien dengan kolostomi. Individu dengan pembuatan

stoma di kolon asenden dan transversal akan mengalami perubahan

konsistensi feses seperti diare, namun hal ini normal karena

penyerapan air pada kolon asenden dan transversal masih minimal.

Penatalaksanaan diare, seperti halnya konstipasi, meliputi manajemen

diet. Pada saat diare terjadi, individu akan beresiko kehilangan banyak

kalium, sehingga butuh asupan makanan mengandung kalium seperti

pisang, jeruk, tomat, ubi, kentang, dan gandum (Canada Care Medical,
n.d).

D. Prinsip Diet Pada Ostomet

Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait nutrisi pada pasien dengan

kolostomi ialah (Canada Care Medical, n.d; Gutman, 2011) :

1. Mengurangi makanan yang menimbulkan bau, dapat

meningkatkan produksi gas, meningkatkan jumlah feses, dapat

menyebabkan sumbatan pada stoma

2. Perbanyak makanan yang dapat mengatasi gangguan

pencernaan seperti diare (menambah makanan yang

mengandung potassium) ataupun konstipasi (menambah

makanan tinggi serat), dan yang dapat mengurangi bau pada

feses.

3. Mengembalikan aktivitas usus dan mencegah produksi gas

dengan makan tiga kali sehari.

4. Gangguan pada pencernaan dapat juga berasal dari tekanan

emosional, stress, atau kurangnya aktivitas fisik

5. Usahakan disertai banyak minum.

Contoh makanan – makanan yang :

1. Mengandung potassium (rendah/non lemak, tinggi serat) : pisang,

daging (non lemak), jeruk, tomat, kentang (jika mengalami diare,

kurangi konsumsi keju, selai kacang, dan susu).

2. Mengandung gas : brokoli, kubis, bawang, timun, jagung dan lobak.


3. Dapat mengurangi bau pada feses: daun sup, mentega yang

terbuat dari susu, yogurt, jus tomat, jeruk, dan cranberi.

4. Dapat menyebabkan sumbatan : kelapa parut, kacang-kacangan,

buah yang dikeringkan, jagung, apel tanpa kulit,dll.

5. Dapat meningkatkan jumlah feses : gandum dan biji – bijian, kismis,

buah prun, sayuran mentah.

6. Dapat merubah warna feses : bit, vitamin untuk meningkatkan zat

besi,dll.

7. Dapat menimbulkan bau : kubis,kol, keju, telur, ikan, kacang

polong, bawang, jengkol, pete.

E. Perawatan Kolostomi

1. Pengertian :

Mengganti kantong kolostomi dan membersihkan stoma kolostomi,

serta kulit sekitar stoma,secara berkala dan sesuai kebutuhan.

Kolostomi akan mulai berfungsi optimal sekitar 3-6 hari pasca

pembedahan (Smeltzer & Bare, 2002).

2. Prinsip Umum dan Tujuan :

Prinsip umum :

a. Ganti kantong kolostomi secara berkala dan sesuai

kebutuhan.

b. Bersihkan stoma secara dengan menggunakan NaCL atau air

hangat,lalu keringkan..
c. Perhatikan kondisi stoma dan kulitsekitar stoma setiap

membukakantong kolostomi dan setelah membersihkan

stoma.

d. Pastikan lubang kantong kolostomi terpasang pas dengan

stoma.

Tujuan :

- Menjaga kebersihan pasien

- Mencegah terjadinya infeksi

- Mencegah iritasi kulit sekitar stoma

- Mempertahankan kenyamanan pasien dan lingkungannya

3. Waktu penggantian kantong kolostomi :

- Kantong kolostomi harus dikosongkan jika sudah ⅓ atau ½

penuh (Truven Health Analytics Inc.2012).

- Burch (2013) menyatakan mayoritas pasien dengan kolostomi

mengganti kantong kolostominya 3 kali sehari hingga 3 kali

seminggu, dengan rata-rata penggantian kolostomi secara rutin

selama satu hari sekali.

4. Alat – alat

Untuk mengganti kantong kolostomi :

a. Colostomy bag atau cincin tumit

b. Bantalan kapas.

c. Kain berlubang, dan kain persegi empat.

d. Kapas sublimate/kapas basah, NaCl.

e. Kapas kering atau tissue.


f. 1 pasang sarung tangan bersih.

g. Kantong plastic untuk balutan kotor.

h. Baju ruangan / celemek.

i. Zink salep.

j. Perlak dan alasnya.

k. Plester dan gunting.

l. Bila perlu obat desinfektan.

m. Bengkok.

n. Set ganti balut

Untuk Irigasi kolostomi (Burch, 2013).:

a. Kontainer atau wadah air,

b. Tube (selang untuk mengalirkan cairan),

c. Cone dan plastic sleeve plastic sleeve berguna untuk

mengalirkan keluaran feses dan cairan irigasi ke dalam toilet.

5. Langkah – langkah perawatan kolostomi

a. Penggantian kantong kolostomi dimulai dengan :

1) Cuci tangan, keringkan,lalu gunakan sarung tangan.

Letakkan perlak dan alasnya di bagian kanan atau kiri

penderita sesuai letak stoma. Letakkan bengkok di atas

perlak dan didekatkan ke tubuh ostomate.

2) Buka kantong dengan melepaskan perlekatan kantong

kolostomi dengan kulit abdomen secara perlahan sambil

sedikit menekan kulit abdomen yang menempel dengan


kantong. Letakkan colostomy bag kotor dalam bengkok /

kantong plastic untuk sampah yang telah disiapkan.

3) Bersihkan stoma dengan menggunakan kapas yang di

basahi dengan air hangat atau NaCl. Jika ingin

menggunakan sabun, gunakan sabun yang tidak

mengandung minyak ataupun parfum karena dapat

mengiritasi (Truven Health Analytics Inc,2012). Kemudian

keringkan kulit sekitar colostomy dengan sangat hati-hati

menggunakan kassa steril.

4) Observasi kulit dan stoma. Stoma yang normal akan terlihat

merah atau pink terang, lembap, tidak mengerut dan tampak

seperti membran mukosa oral, tidak ada sumbatan serta

tidak ada nyeri,dan memiliki produksi feses (Borwell, 2011).

Stoma yang tidak sehat atau mengalami nekrosis

ditunjukkan dengan warna hitam atau biru kehitaman.

Permukaan stoma yang tidak sehat akan tampak kering,

terdapat darah yang terus keluar, stoma menonjol atau

masuk ke dalam sebanyak 5 cm, ujung stoma mengerut,

sedikit atau tidak ada produksi feses dan terdapat nyeri pada

area stoma.

5) Oleskan zink salep (tipis-tipis) jika terdapat iritasi pada kulit

sekitar stoma
6) Sesuaikan lubang colostomy dengan stoma colostomy,

tempelkan kantong kolostomi dengan posisi sesuai

kebutuhan, masukkan stoma melalui lubang kantong

kolostomi,dan rekatkan/memasang colostomy bag dengan

tepat tanpa udara didalamnya dengan plester hipoalergenik.

7) Bereskan alat – alat yang telah di pakai, rapihkan kembali

lingkungan sekitar ostomate. Lepas sarung tangan, lalu

buang ke kantong plastik untuk sampah yang telah

disiapkan, lalu cuci tangan.

b. Irigasi Kolostomi. Merupakan suatu cara untuk mengeluarkan

feses, yang dilakukan secara terjadwal dengan memasukkan

sejumlah air dengan suhu yang sama dengan tubuh (hangat)

(Putri, 2011). Pergerakan bowel baiknya dalam keadaan regular

dan bebas dari masalah saat akan dilakukan irigasi kolostomi.

Irigasi kolostomi tidak dapat dilakukan bila pasien mengalami

iritasi pada ususnya, prolaps stoma, hernia peristomal, dan pada

stoma yang terdapat pada kolon asenden dan tranversal (Putri,

2011).

c. Langkah – langkah irigasi kolostomi sebagai berikut (Burch,

2013; Putri, 2011; Smeltzer & Bare, 2002) :

1) Isi wadah dengan air hangat, tinggikan setinggi bahu (posisi

duduk di toilet).

2) Alirkan cairan irigasi hingga ke ujung selang (membuang

udara yang ada di sepanjang selang)


3) Posisikan kantong stoma (plastic sleeve) ke toilet

4) Olesi pelumas atau pelicin cone (jelly) sebelum masuk

kestoma

5) Masukkan cone kedalam stoma dengan perlahan,

kemudianalirkan cairan sebanyak 300-500cc.

6) Untuk hasil yang maksimal, alirkan kembali 500cc-

1000cc,tahan selama 10 detik setelah cairan mengalir.

7) Biarkan feses, cairan dan flatus keluar dari stoma

menujutoilet melalui sleeve selama 10-15 menit.

8) Tutup kantong atau ganti kantong dengan kantong

kolostomibiasa dan bereskan alat.


DAFTAR HADIR
PESERTA PENYULUHAN
Nama Alamat Tanda tangan

Anda mungkin juga menyukai

  • Askep Minggu 3 Obstruksi Ileus
    Askep Minggu 3 Obstruksi Ileus
    Dokumen16 halaman
    Askep Minggu 3 Obstruksi Ileus
    Farras Syafiqah Fanani
    Belum ada peringkat
  • Fraktur
    Fraktur
    Dokumen8 halaman
    Fraktur
    Farras Syafiqah Fanani
    Belum ada peringkat
  • LP Paraplegia Minggu 6
    LP Paraplegia Minggu 6
    Dokumen16 halaman
    LP Paraplegia Minggu 6
    Farras Syafiqah Fanani
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen7 halaman
    Bab Iv
    Farras Syafiqah Fanani
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen15 halaman
    Bab Ii
    Farras Syafiqah Fanani
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen1 halaman
    Bab V
    Farras Syafiqah Fanani
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen4 halaman
    Bab Iii
    Farras Syafiqah Fanani
    Belum ada peringkat
  • LP R 19
    LP R 19
    Dokumen8 halaman
    LP R 19
    Farras Syafiqah Fanani
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen4 halaman
    Bab I
    Farras Syafiqah Fanani
    Belum ada peringkat