Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti akan memaparkan berbagai data yang merupakan hasil
wawancara pada tanggal 2 dan 23 November 2019 mengenai pengalaman keluarga
dalam merawat anak autis di Desa Awar-awar Kabupaten Situbondo.

4.1 Informasi Umum Partisipan

Informasi umum partisipan dapat digali dan dijelaskan sebagaimana


pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.1 Data Umum Partisipan


No Nama Jenis Usia Tingkat Keterangan
Kelamin Pendidikan
1 Ny. N Perempuan 39 Tahun SD Ibu
(P1)
2 Ny. M Perempuan 59 Tahun SD Nenek
(P2)
3 Tn. T Laki-laki 74 Tahun SD Kakek
(P3)
Sumber : Partisipan di Desa Awar-awar Asembagus Situbondo
Keterangan :
P1 : Partisipan 1
P2 : Partisipan 2
P3 : Partisipan 3

Partisipan pertama atau P1 adalah Ny. N yang berumur 39 tahun dengan


pendidikan terakhir SD atau sederajat, beliau adalah Ibu dari An. M (pasien)
yang menderita penyakit autis dan beliau juga yang telah merawat An. M sejak
kecil hingga saat ini.
Partisipan kedua atau P2 adalah Ny. M yang berumur 59 tahun dengan
pendidikan terakhir SD atau sederajat, beliau merupakan nenek dari An. M.
Beliau yang sering membantu partisipan pertama dalam merawat An. M ketika

24
25

partisipan pertama tidak ada dirumah atau sedang melakukan kegiatan yang
lain.
Partisipan ketiga atau P3 adalah Tn. T yang berumur 74 tahun dengan
pendidikan terakhir SD atau sederajat, beliau adalah kakek dari An. M. Beliau
juga terkadang membantu dalam merawat An. M bersama dengan partisipan
kedua.
4.2 Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilaksanakan pada tanggal 2


dan 23 November 2019 terhadap 3 partisipan didapatkan hasil tentang
pengalaman keluarga dalam merawat anak autis di Desa Awar-awar dan telah
dilakukan pada tempat yang telah disepakati sebelumnya.
Penelitian ini menghasilkan 3 tema berdasarkan analisa data yang telah
dilakukan oleh peneliti pada 3 partisipan. Analisa tema dibentuk melalui
mengutip kata partisipan, kemudian mencari kata kunci lalu akhirnya
menentukan tema yang sesuai dengan tujuan. Penelitian ini mengemukakan
berbagai tema yaitu mengupayakan pendidikan agama dan umum, memberikan
pengobatan farmakologis dan non farmakologis, mengupayakan perawatan
kesehatan melalui medis dan tradisional.
Tabel 4.2 Tema
No Sub Tema Tema
1 Mengupayakan pendidikan agama
dan umum
2 - Terapi obat otak Mengupayakan pengobatan
- Terapi ke dokter spesialis farmakologis
3 - Terapi pijat Mengupayakan terapi non
- Terapi minyak sakalor farmakologi

4.2.1 Mengupayakan pendidikan agama dan umum


Keluarga telah mengupayakan memberikan pendidikan kepada
anak yang menderita autis. Dibuktikan dengan pernyataan partisipan
berikiut :

“...diajari ngaji ya walaupun dirumah kalo di tempat lain khusus apa


harus punya guru yang betul-betul telaten...” (P1)
“...ya aalhamdulillah disini sudah ada SLB jadinya anaknya saya
masukkan kesana...” (P1)
26

“...4 tahun sakola e MI iya 4 tahun...” (P2)

Hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti diperoleh


bahwa keluarga mengupayakan anak yang menderita autis menerima
atau mendapatkan pendidikan agama dan umum untuk meningkatkan
rasa bersosialisasi, pengetahuan anak serta dapat lebih mengenal agama
yang dianut.

4.2.2 Mengupayakan pengobatan farmakologis


Keluarga telah berusaha memberikan pengobatan terbaik untuk
anaknya. Dibuktikan dengan pernyataan partisipan berikut :
1. Terapi ke dokter spesialis
Keluarga membawa anak berobat ke dokter spesialis

“...usaha untuk kita ke dokter kan masih kecil itu mifta kalo ke
dokter biasa ndak mempan jadinya harus ke dokter spesialis baru
bisa di sembuh maksudnya gitu kalo sudah agak besar dia mau dah
ke dokter dokter biasa ke bidan bidan mau dah cocok napaan tuh,
kalo dulu masih bayi tuh sulit kalo dokter spesialis tuh harus
kesana pokoknya harus berobat kesana baru dia enak sudah
sembuh gitu...”(P1)
“Ya ke dokter” (P2)
“Ya menurut apa yang di apa yang dirasakan sakitnya anak itu,
memangnya ya kalo sakit bigini ya yang perlu ke dokter ya ke
dokter ...”(P3)
2. Terapi obat otak
Keluarga memberi obat otak sesuai resep dokter

“....Kalo mengenai obat otaknya itu pinginnya kita itu mifta bisa
merespon kata-kata dari orang tua ya...”(P1)
“Ya obat dari dokter itu, obat otak hampir lima botol, habis lima
botol.” (P2)
“...misalnya sakit kepala ya dikasih obat ini diminum dikasih obat
ini diminum ya memang kalo sakit batuk ya dikasih obat batuk ya
diminum pokoknya menurut sakit yang dirasakan diri sendiri...”
(P3)

Hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti diperoleh


bahwa keluarga memberikan pengobatan farmakologis sehingga dapat
membantu proses pertumbuhan anak agar anak tidak mengalami
keterlambatan pada pertumbuhannya.
27

4.2.3 Mengupayakan terapi non farmakologi


Keluarga membawa anak menjalani terapi alternatif untuk
kesembuhan serta proses pertumbuhan anak agar anak tumbuh dengan
normal. Dibuktikan dengan pernyataan partisipan berikut :
1. Terapi pijat
Karena melihat perkembangan An. M yang terlambat keluarga
kemudian membawa an. M ke terapis untuk di pijat.

“...Umur 27 bulan itu anaknya baru berlatih jalan ya usahanya ya


pijet itu ya kalo cuma obat-obatan itu dak mempengaruhi
perkembangannya maksudnya perkembangan jalannya itu dak
mempengaruhi dak, yang mempengaruhi pijet ya satu minggu
sekali ee dua kali, satu minggu dua kali mulai masih kecil itu
rutinlah pokoknya ke anu ke apa ya juga masih saudara mbahnya
kalo itu dia itu sakalor katanya...”(P1)
“Dukun, ke dukun anu dukun pijet apa iya, iya satu minggu dua
kali itu ke dukun pijet”(P2)
“...ya kalo memang ke yang tradisional istilahnya ke tukang pijet
misalnya ya dibawa menurut penyakit yang diderita anak begitu
ya.”(P3)

2. Terapi minyak sakalor


Selain membawa untuk terapi pijat keluarga juga memberi obat
herbal yaitu minyak sakalor untuk membantu proses pertumbuhan
anak.

“...cuma dikasih minyak kan ada disini obat ee apa minyak sakalor
tapi kalo umpamanya itu dak dipijet...” (P1)
“Dukun, ke dukun anu dukun pijet apa iya, iya satu minggu dua
kali itu ke dukun pijet”(P2)
“...ya kalo memang ke yang tradisional istilahnya ke tukang pijet
misalnya ya dibawa menurut penyakit yang diderita anak begitu
ya.”(P3)

Hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti bahwa


keluarga telah mengusahakan merawat anak yang menderita autis
dengan membawanya ke pengobatan tradisional.
28

4.3 Pembahasan

Pembahasan ini dilakukan dengan tujuan sebagai bentuk pengalaman


keluarga dalam merawat anak autis :
4.3.1 Mengupayakan Pendidikan agama dan umum
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa keluarga telah mampu
mengupayakan pendidikan agama maupun umum kepada anak.
sehingga anak dapat mengetahui berbagai hal selain itu anak juga dapat
bersosialisasi dengan teman yang lain. Selain dengan menyekolahkan
anak di SLB keluarga juga memberikan anak lagu-lagu karena anak
tersebut lebih cepat menghafal dengan menggunakan lagu yang sering
didengarkan.
Penyandang autisme memiliki gangguan perkembangan yang
ditandai dengan adanya abnormalitas dan kelainan yang muncul
sebelum anak berusia tiga tahun, yaitu terganggunya perkembangan,
sehingga anak tidak mampu membentuk hubungan sosial dan
komunikasi dengan baik/secara normal, dan tidak memiliki kontak
mata dengan orang lain. Kelainan ini menyebabkan mereka mengalami
bermacam-macam hambatan, salah satunya bidang akademik, oleh
kerena itu, perlu diberikan pelayanan pendidikan yang sesuai dengan
kondisinya (Marienzi, 2012) . Menurut hasil penelitian (Ballerina,
2016) anak autis memerlukan metode belajar yang sesuai dengan
dirinya sendiri, oleh karena itu perlu dilakukan asesmen terlebih dahulu
untuk mengetahui kelebihan, kekurangan, karakter serta minat lainnya.
Musik merupakan sebuah media yang dapat mengembangkan aspek
afektif, kognitif, dan psikomotorik seorang anak autis ini karena dari
musik kita dapat memasuki fikiran dan karakter seseorang tanpa di
sengaja ketika kita menghayati sebuah musik. Musik yang bersifat
umum juga dapat mengolah emosi, pikiran merupakan sumber dari
timbulnya emosi seseorang, hal ini salah satu cara untuk mengolah
perasaan seorang anak autis dengan media musik (Anggraini, Nabila,
Hemliati, & Yeni, 2018).
29

4.3.2 Mengupayakan Pengobatan Farmakologis


Hasil penelitian keluarga telah melakukan perawatan secara
farmakologi berupa :
1. Terapi obat otak
Karena saat kecil pertumbuhan anak terlambat maka
keluarga memberikan obat otak untuk merangsang pertumbuhan
anak agar anak dapat tumbuh seperti anak normal lainnya. Obat ini
juga sudah diresepkan oleh dokter.
Menurut (Septiyana, Abidin, & Fatonah, 2019) ada beberapa
terapi untuk penyandang autis salah satunya adalah Biological
Treatment yaitu terapi dengan cara memberikan vitamin, diet dan
pemberian obat-obatan untuk mengurangi perilaku-perilaku tertentu
(agresivitas, hiperaktif, melukai diri sendiri dan sebagainya). Asam
lemak omega 3 telah diteliti sebagai pengobatan potensial untuk
gangguan autis, khusus untuk gejala terkait hiperaktif. Suplemen
omega 3 telah ditoleransi dengan relatif baik dan tampaknya menjadi
intervensi yang aman untuk perkembangan pada anak-anak dengan
gangguan autis (Vismara et al., 2010).
2. Terapi ke dokter spesialis
Sejak kecil An. M sering sakit-sakitan keluarga membawa
an. M berobat ke dokter umum namun tidak membuahkan hasil.
Kemudian keluarga membawanya berobat ke dokter spesialis meski
jaraknya gak jauh dari rumah, namun setelah ke dokter spesialis An.
M berangsur sembuh.
Keterlibatan orang tua atau keluarga dalam membantu
perkembangan anak autis merupakan hal penting dalam proses terapi
untuk mencapai perkembangan yang optimal. Keterlibatan ini dapat
terwujud dalam proses penanganan pemberian terapi, memilih
dokter, psikolog atau ahli lain yang sesuai kebutuhan anak (Yuwono,
2011).
30

4.3.3 Mengupayakan Terapi Nonfarmakologi


Hasil penelitian yang telah dilakukan keluarga telah secara
optimal berupaya memberikan terapi non farmakologis dengan
membawa anak ke tukang pijat dan memberikan minyak sakalor untuk
kesembuhan anaknya.
1. Terapi pijat
Ketika pertumbuhan anak terlambat keluarga langsung
membawanya untuk pijat ke terapis. Terapi ini dilakukan selama
sekitar 3 bulan dalam seminggu 2 kali terapi pijat.
Sudah sejak tahun 1997, terapi pijat untuk anak autis telah
diselidiki. Beberapa teknik pijat diberikan oleh terapis pada anak
autis dalam waktu 15 sampai 30 menit selama 5 bulan. Hasil dari
pijat tersebut yaitu adanya peningkatan terkait pola tidur, bahasa,
komunikasi sosial dan bahasa dan secara signifikan menguragi
gejala ASD, dan mengurangi perilaku mengangu, masalah sensori
serta kecemasan (Konaç et al., 2016).
2. Terapi minyak sakalor
Selain melakukan terapi pijat diberikan minyak atau obat
herbal untuk diminumkan kepada anak, obat itu gunanya untuk
membantu proses pertumbuhan anak.
Pengoobatan alternatif untuk anak autis biasanya berupa
diet, mengonsumsi suplemen vitmin dan obat-obatan herbal lain.
Para peneliti telah menunjukka efek dari pengobatan ini berupa
menghilangkan racun logam dari darah sementara HBOT bertujuan
untuk meningkatkan kadar oksigen dalam darah untuk menentukan
dampak positif pada beberapa fungsi neurologis seperti, bahasa,
memori dan pengetahuan (Brondino et al., 2015).

Anda mungkin juga menyukai