Pada bab ini peneliti akan memaparkan berbagai data yang merupakan hasil
wawancara pada tanggal 2 dan 23 November 2019 mengenai pengalaman keluarga
dalam merawat anak autis di Desa Awar-awar Kabupaten Situbondo.
24
25
partisipan pertama tidak ada dirumah atau sedang melakukan kegiatan yang
lain.
Partisipan ketiga atau P3 adalah Tn. T yang berumur 74 tahun dengan
pendidikan terakhir SD atau sederajat, beliau adalah kakek dari An. M. Beliau
juga terkadang membantu dalam merawat An. M bersama dengan partisipan
kedua.
4.2 Hasil Penelitian
“...usaha untuk kita ke dokter kan masih kecil itu mifta kalo ke
dokter biasa ndak mempan jadinya harus ke dokter spesialis baru
bisa di sembuh maksudnya gitu kalo sudah agak besar dia mau dah
ke dokter dokter biasa ke bidan bidan mau dah cocok napaan tuh,
kalo dulu masih bayi tuh sulit kalo dokter spesialis tuh harus
kesana pokoknya harus berobat kesana baru dia enak sudah
sembuh gitu...”(P1)
“Ya ke dokter” (P2)
“Ya menurut apa yang di apa yang dirasakan sakitnya anak itu,
memangnya ya kalo sakit bigini ya yang perlu ke dokter ya ke
dokter ...”(P3)
2. Terapi obat otak
Keluarga memberi obat otak sesuai resep dokter
“....Kalo mengenai obat otaknya itu pinginnya kita itu mifta bisa
merespon kata-kata dari orang tua ya...”(P1)
“Ya obat dari dokter itu, obat otak hampir lima botol, habis lima
botol.” (P2)
“...misalnya sakit kepala ya dikasih obat ini diminum dikasih obat
ini diminum ya memang kalo sakit batuk ya dikasih obat batuk ya
diminum pokoknya menurut sakit yang dirasakan diri sendiri...”
(P3)
“...cuma dikasih minyak kan ada disini obat ee apa minyak sakalor
tapi kalo umpamanya itu dak dipijet...” (P1)
“Dukun, ke dukun anu dukun pijet apa iya, iya satu minggu dua
kali itu ke dukun pijet”(P2)
“...ya kalo memang ke yang tradisional istilahnya ke tukang pijet
misalnya ya dibawa menurut penyakit yang diderita anak begitu
ya.”(P3)
4.3 Pembahasan