Anda di halaman 1dari 18

TUGAS HOLISTIK

HYPNOPARENTING:
APLIKASI HYPNOSIS UNTUK ANAK MALAS BELAJAR

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 KELAS A:

1. KHOIRUN NISAK (J210140001)


2. MUTIA C.P.S. (J210140010)
3. AZEIS RIANANG (J210140020)
4. DWI SAFITRI (J210140030)
5. ENDAH KENCANA (J210140039)
6. NANFIA BELLA K. (J210140048)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN S-1 KEPERAWATAN


UNNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatNya penyusun
diberi kesehatan sehingga makalah yang berjudul Hypnoterapi: Aplikasi Hypnosis untuk Anak
Malas Belajar dapat selesai dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.

Makalah ini disusun untuk memnuhi tugas kelompok mata kuliah Holistik, dimana sumber
materi disadur dari sumber-sumber yang relevan guna menunjang keakuratan materi yang
nantinya akan di sampaikan.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, mengingat
keterbatasan waktu dan kemampuan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun.

Akhir kata penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini.

DAFTAR ISI

Cover..
Kata Pengantar.2
Daftar Isi..3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang..4
B. Tujuan..4
C. Manfaat4
BAB II LANDASAN TEORI

2
A. Pengertian5
B. Tanda dan Gejala.6
C. Manfaat dan Tujuan Hypnoparenting..6
D. Penatalaksanaan...6
BAB III MEKANISME PENATALAKSANAAN
A. Waktu yang Tepat untuk Melakukan Hypnoparenting8
B. Media yang Tepat untuk Menunjang Hypnoparenting..10
C. Langkah-langkah Hypnoparenting.11
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan19
B. Saran..19
DAFTAR PUSTAKA20

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Semakin berkembangnya anak, maka problem-problem yang mereka timbulkan pun
semakin banyak. Problem-problem itu seperti: anak malas belajar, bosan sekolah, prestasi
menurun, anak kurang nafsu makan, suka menggigit jari, ngompol, dan masalah-masalah lain
yang tidak dikehendaki orang tuanya.
Orang tua pastinya akan mengalami kebingungan terhadap tingkah pola anak seperti yang
disebutkan di atas. Misalnya saja ketika seorang kakak dan adik memperebutkan mainan
sampai keduanya menangis, orang tua pasti bingung bagaimana memberikan pemahaman
kepada kedua anak tersebut tentang siapa yang seharusnya mengalah serta alasan apa mereka
harus mengalah.
Orang tua sudah mencoba memberi nasehat, tapi anak masih saja nakal. Terkadang dalam
keadaan seperti ini orang tua mulai berpikir, sebenarnya siapa yang salah, anak atau orang
tua?. Apakah orang tua kurang lengkap dalam mendidik anaknya atau memang anak itu
benar-benar susah diatur?

3
Makalah ini menjelaskan sedikit uraian tentang pembelajaran dan pendidikan sederhana
yang bisa diterapkan oleh orang tua dan pendidik yang sangat peduli dengan kemandirian
anak, mengharapkan anak tumbuh dan berkembang menjadi seorang yang siap menghadapi
dunianya. Salah satu pembelajaran dan pendidikan itu adalah dengan hypnoparenting.
B. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian Hypnoparenting
2. Mengetahui penatalaksanaan Hypnoparenting
3. Mengetahui Mekanisme Hypnoparenting
C. MANFAAT
1) Mengetahui pengertian Hypnoparenting
2) Mengetahui penatalaksanaan Hypnoparenting
3) Mengetahui Mekanisme Hypnoparenting

BAB II

LANDASAN TEORI

A. PENGERTIAN
Kata Hypnoparenting terdiri dari 2 kata dasar yaitu hypnosis dan parenting. Sebelum
mengetahui hypnoparenting, kita hendaknya mengetahui bahwa di dunia ini terdapat dua
aliran besar hypnosis. Menurut Ariesandi Setyono dari Indonesia Hypnosis Center, Surabaya
dan penulis buku Hypnoparenting Menjadi Orangtua Efektif dengan Hipnosis (2007), dua
aliran itu yaitu aliran Timur dan Barat. Pada aliran Timur banyak dijumpai hal-hal yang
bersifat mistis atau magis, sedangkan pada aliran Barat dipengaruhi oleh teori-teori mengenai
pikiran dan struktur bahasa.
Dalam hypnoparenting tidak menganut ajaran hipnosis yang berat sampai objek tidak
sadarkan diri. Proses hipnosis adalah semua proses pemasukan informasi ke dalam pikiran.
Sedangkan parenting merupakan segala sesuatu yang berurusan dengan tugas-tugas orang tua
dalam mendidik dan membesarkan anak. Jadi hypnoparenting merupakan metode
peningkatan kualitas perilaku dan cara pandang anak dengan cara pemrograman ke alam
bawah sadar anak dengan metode hypnosis.
Hypnoparenting sangat sistematis dan sederhana. Penerapannya itu sangat mudah jika
orang tua tahu teknik yang benar dan tepat. Selain itu juga sangat efektif asalkan orangtua
menyediakan lingkungan kondusif bagi tumbuhnya program yang disugestikan. Ukuran

4
keberhasilan dari hypnoparenting bisa langsung terlihat dalam pola perilaku yang berubah
sesuai dengan yang disugestikan.
Hypnoparenting memiliki prinsip bahwa semua yang dikatakan dan dilakukan orangtua
pada hakikatnya adalah suatu proses hipnosis karena akan terpola pada pikiran bawah sadar
anak. Sebenarnya tidak ada sesuatu yang benar-benar baru di sini karena tanpa disadari
orangtua telah melakukan proses hipnosis pada anak sejak lama. Hanya saja apakah hipnosis
yang orang tua masukkan ke dalam pikiran bawah sadarnya positif atau negatif, inilah yang
perlu diluruskan. Contoh hipnosis negatif yaitu orangtua menakut-nakuti anak dengan hantu
gentayangan di tempat gelap yang pada akhirnya membuat anak menjadi penakut.

B. TANDA DAN GEJALA


1. Anak tiba-tiba mogok sekolah padahal sedang tidak sakit
2. Sering bangun kesiangan
3. Tidak mau mengerjakan PR
4. Membolos di tengah pelajaran
5. Malas membaca buku, bahkan menyentuh buku tidak mau
6. Lebih banyak menghabiskan waktu dengan bermain
C. MANFAAT DAN TUJUAN
Tujuan
Tujuan hypnoparenting ini adalah untuk dijadikan solusi atau metode orang tua dalam
mendidik anak dan menciptakan pendidikan karakter terhadap kehidupan anak sehingga
mewujudkan sikap anak yang rajin belajar, mempunyai kepribadian baik, mewujudkan sikap
anak yang terdidik dengan baik sehingga terwujudkan nilai karakter dan moral anak sesuai
kepribadian.
Manfaat
a. Menumbuhkan sikap persaingan pada anak sehingga terdorong sikap untuk rajin belajar
dan akhirnya mengembangkan kualitas dirinya.
b. Menghindari sikap ambivalensi atau perbedaan sikap antar kedua orang tua. Sehingga
anak hanya ingin menguji kesempatan untuk bisa mendapat keinginan.
c. Menekankan hubungan kausalitas dimana semua yang akan dilakukan anak pasti ada
reward bukan hukuman
d. Menghindari melakukan intervensi terlalu banyak yang akan menjadikan anak menjadi
over protective
e. Berkomunikasi secara sehat, hubungan yang baik antara orang tua dan anak akan
membngun komnukasi secara efektif
D. PENATALAKSANAAN

5
Solusi yang tepat bagi para orang tua dan anak yang selalu cenderung termotivasi untuk tidak
belajar hanyalah dengan memberikan kesempatan atau menyediakan waktu untuk belajar.
Sebagai orang tua kita juga harus mendukung bagaimanapun caranya anak itu belajar, dan
mencari tahu alas an anak menghindar dari tanggung jawabnya sebagai seorang siswa atau
siswi di sekolah (Lucy, B., 2012).
Hal penting yang perlu diperhatikan dalam Hypnoparenting:
1. Apabila teknologi games yang sudah tersedia dapat menjadi cobaan berat untuk anak-
anak, ada baiknya orang tua dapat mengawasi dan tidak terlalu memanjakan anak
dengan berbagai macam teknologi yang semakin membunuh minat belajar anak-
anak(Lucy, B., 2012).
2. Who am I as a parent
Mengenali diri sendiri selaku orang tua. Ada berbagai type orang tua, yaitu:
- Perfeksionis : menetapkan standar
- Ambivalent: tidak konsisten, moody
yang tinggi, banyak mengkritik.
- Overprotective: terlalu cemas, melindungi
- Easy going : serba boleh, tidak
- Mature: stabil, komunikatif, adaptif.
mau ambil pusing.
3. Knowing abaout your children:
- Mengetahui potensi dan kemampuan anak
- Mengetahui minat, kesukaan, kebiasaan, harapan, cita-cita, keinginan, tujuan hidup
tanpa harus membedakan (comparing) dan memberi stempel (labeling)
4. Manage your mind, body, and soul in a balance
- Beri kesempatan diri untuk rileks, sehat, dan tetap produktif
- Cukup aktif, cukup istirahat, cukup dapat mengembangkan minat pribadi maupun
minat sosial serta memiliki nilai spiritual
5. Kenali tumbuh kembang anak, masa transisi dalam perkembangan serta mampu
melakukan deteksi dini melalui berbagai media seperti buku, majalah, tabloid, seminar,
dll. Karena tidak ada sekolah khusus untuk menjadi orang tua.
6. Lakukan relaksasi
- Alamiah sehar-hari: olah raga, musik, tari, shopping, perawatan diri, dan rekreasi
bersama
- Relaksasi terprogram: relaksasi otot napas, pikiran yang dikemas dalam berbagai
program
7. Program positif
- Bersikap positif dalam menyikapi masalah - Optimistik
- Orientasi pada solusi - Pengertian dan toleran
- Mau belajar dari pengalaman
BAB III
MEKANISME PENATALAKSANAAN

6
A. WAKTU YANG TEPAT UNTUK MELAKUKAN HYPNOPARENTING
Menerapkan metode hypnosis dalam mengasuh dan mendidik anak tidak harus dilakukan
dalam ruang khusus dengan tahapan hypnosis yang khusus pula. Dalam hypnoparenting,
orang tua dapat melakukannya diberbagai kesempatan di antara aktivitas anak. Di bawah ini
ada beberapa waktu-waktu efektif yang bisa digunakan agar sugesti yang orang tua tanamkan
dapat menancap dan menetap pada anak, yaitu (Silawati, dan Yanti A., 2015) :
1) Saat mengajak anak berdoa
Saat berdoa, suasana relaks dan suara lirih sehingga tercipta ketenangan dan anak pun
mudah dihipnosis.
2) Saat anak bermain
Ketika bermain anak biasanya focus pada permainannya. Kondisi ini bias orangtua
manfaatkan untuk menanamkan sugesti-sugesti positif.
3) Saat sambil menggambar
Menggambar adalah media yang bias digunakan untuk menghipnosis anak. Gunakan
gambar sebagai awal masuk sugesti.
4) Saat sebelum tidur
Inilah waktu terbaik untuk menghipnosis anak. Ia berada dalam kondisi sangat relaks,
tenang, dan otaknya berada dalam gelombang alpha atau theta sehinggs RAS (Reticular
Analisys System) terbuka lebar dan sugesti lebih mudah ditanamkan. Sebaiknya untuk
menghindari anak-anak tidur di depan televisi yang masih hidup. Dikhawatirkan pada
waktu menjelang tidur yaitu saat anak-anak mulai memasuki kondisi alpha dan waktu
yang tepat dilakukan hypnosis, ternyata dimasuki tayangan televisi di depannya, yang
amat mungkin bermuatan negatif. Hingga bukan tak mungkin nilai itu diserap di alam
bawah sadarnya. Tidak menggunakan kata-kata negatif. Misalnya, Besok pagi kamu
bangun dan tidak rewel, tetapi ganti menjadi, Besok pagi kamu bangun dengan hati
senang, ya Nak!
Otak anak sudah masuk gelombang Alpha. Pastikan tidak sampai tertidur dengan cara
tetap mengelus-ngelus kepalanya atau senandungkan doa. Tanyakan pada anak,
Apakah kamu mendengar suara bunda? Jika iya, mengangguklah. Jika dia menjawab
dengan lemah atau tidak menjawab, dia sudah masuk ke gelombang alpha. Dalam
kondisi ini, anak seperti sedang dibius dan biasanya mendengar suara dengan sayup-
sayup. Selalu pantau kondisi fisiologis anak, pastikan anak tidak sampai tertidur.
Biasanya bola matanya masih bergerak, menelan ludah, dan tubuh tetap bergerak atau
berubah posisinya. Pada gelombang ini, 80-90% aktivitas otak kiri mulai melamban

7
sehingga penolakan menjadi berkurang dan anak menurut, tetapi belum bisa
dimasukkan sugesti.

Jika dia sudah tidak berkedip, tidak menelan ludah, dan tidak menggeser posisi
tubuhnya, saat itu berarti dia telah masuk dalam gelombang tetha. Dan ini merupakan
waktu yang tepat untuk memasukkan sugesti. Mulai masukkan sugesti positif, dengan
suara pelan dan semerdu mungkin.

Cegah anak tertidur atau masuk ke gelombang delta, karena sugesti yang
diberikan menjadi sia-sia. Begitu ia mulai mendengkur, minta dia menarik nafas dan
segera masukkan sugesti. Gunakan sugesti yang bernada menenangkan, gunakan suara
perut, dan tancapkan sugesti positif. Otak seseorang cerdas namun tidak mampu
menerjemahkan kata tidak atau jangan. Misalnya saat anak malas belajar. Anda
berkata Nak, jangan malas belajar. Yang terjadi, anak justru malas belajar.

5) Saat sebelum bangun


Kondisi ini mirip dengan kondisi anak pulas tertidur. Perhatikan ketika pagi hari ia mulai
terbangun, menggerak- gerakkan tubuhnya, dan ada gerakan bola mata. Dibalik matanya
yang terpejam, suntikkan sugesti yang orang tua kehendaki.
6) Saat anak makan
Anak yang sedang makan dalam keadaan yang relaks. Selain menikmati rasa dari
makanan itu, ia juga menikmati suasana yang tercipta di sekelilingnya. Saat inilah orang
tua bisa memasukkan sugesti positif dalam pikirannya.

7) Saat mendiamkan anak menangis


Ketika menangis, anak dalam keadaan tersakiti, tetapi saat tangisannya mereda, ia
justru sedang menciptakan ketenangan dalam dirinya sendiri. Sambil menenangkan
perasaan dan pikirannya, orang tua bisa menghipnosis anak secara perlahan.
8) Saat menggendong dalam bentuk buaian
Cara ini sangat efektif digunakan untuk menghipnosis anak. Anak berada dalam kondisi
sangat tenang. Pikiran dan perasaannya juga berada pada level yang rendah. Kondisi ini
sama dengan ketika ia hendak tidur.
9) Melalui nyanyian

8
Ada banyak nyanyian yang bias digunakan untuk menghipnosis anak. Nyanyian yang
lembut dan pelan bisa membuat anak terhipnosis dengan mudah. Orangtua juga bisa
mengubah syair-syair lagu yang familiar ditelinga anak dengan kalimat-kalimat yang
menggugah semangat anak melakukan sesuatu atau meningkatkan rasa percaya dirinya.
10) Melalui dongeng
Mendongeng bisa menjadi metode hypnosis yang sangat efektif. Anak akan duduk
terdiam dan menyimak dongeng yang orang tua ceritakan. Pilihlah dongeng yang
memotivasi.
11) Saat belajar
Ketika anak sedang fokus terhadap sesuatu, ia lebih mudah menerima sugesti dari luar.
Ucapkan sugesti dengan suara yang lembut dan nada yang rendah.
B. MEDIA YANG TEPAT UNTUK MENUNJANG HYPNOPARENTING
Agar lebih efektif dan mendapatkan hasil yang maksimal, orang tua juga bisa memanfaatkan
alat bantu dalam menghipnosis anak. Gunakan alat bantu yang lekat dengan keseharian anak
dan merupakan benda favoritnya. Alat bantu berfungsi sebagai pusat konsentrasi anak dan
pelengkap sugesti. Jenis alat bantu yang dapat digunakan, antara lain :
a. Boneka kesayangan
b. Mainan lego yang bewarna-warni
c. Alat gambar yang bewarna-warni
d. Kaset atau CD berisi lagu anak-anak
e. Kaset atau CD music klasik
f. Video cerita anak-anak, cerita tentang tokoh-tokoh, kisah-kisah nabi, dan sebagainya
g. Permainan jari tangan
h. Permainan jam dinding atau jam duduk
i. Boneka karet
j. Boneka tangan
k. Bola-bola karet
Alat bantu digunakan ketika orang tua memasukkan sugesti-sugesti positif. Dengan
alat bantu, anak akan menjadi lebih nyaman, tenang, dan tidak tertekan. Misalnya, biarkan
anak bermain-main dengan boneka kesayangannya. Kemudian, manfaatkan situasi dengan
bercerita tentang apa saja sembari melibatkan boneka tersebut. Dalam suasana yang tenang,
anak akan larut dalam permainan orang tua. Saat itulah, orang tua bisa memasukkan
sugesti-sugesti positif (Silawati, dan Yanti A., 2015).

C. LANGKAH-LANGKAH HYPNOPARENTING
1. Kenali penyebabnya
Pada dasarnya anak-anak SD-SMU sekarang mulai tidak dapat mengikuti
pelajaran di sekolah sehingga dengan mudah kita beranggapan bahwa anak itu malas

9
belajar. Itu sebabnya biasanya kita bereaksi dengan menegurnya dan pada akhirnya
meminta bantuan guru les. Sesungguhnya ada banyak alas an mengapa anak mengalami
kesukaran belajar walaupun anak telah berusaha dan dengan tekun belajar, tetapi
hasilnya tetap tidak memadai dan itu berarti tuntutan sekolah melampaui
kesanggupannya. Bila kita memaksakannya, anak akan tertekan dan perkembangan
dirinya akan terganggu. Hanya satu alas an kenapa anak bersikap demikian, yaitu
kemalasan.
Dengan alasan anak tidak dapat mengikuti pelajaran karena pelajaran
disampaikan dengan cara yang tidak sesuai dengan cara belajarnya. Anak mengalami
kesulitan belajar karena alas an pribadi yang berkaitan dengan pengajar. Misalnya, ada
anak yang tidak menyukai pelajaran tertentu karena ia tidak menyukai kepribadian
pengajarnya. Dapat pula ia tidak menyukai pengajar karena pernah diejek atau
dipermalukan. Bahkan, mereka mengalami kejenuhan dalam belajar akibat perlakuan
teman yang tidak bersahabat.
Akhirnya, ia tidak suka ke sekolah bahkan konsentrasi belajarnya menurun karena
ia seringkali merasa takut untuk sekolah dan bertemu dengan guru atau teman di
kelasnya. Anak mengalami kejenuhan juga karena akibat masalah rumah tangga.
Masalah orang tua pada akhirnya menjadi masalah anak juga dan sangat berpengaruh
dengan kondisi anak. Anak mengalami kesukaran belajar sebab baginya bermain jauh
lebih menyenangkan daripada belajar dengan teknologi membuat anak asyik bermain
dan lupa waktu dan tanggungjawab. Selain itu, anak menjadi malas belajar adalah karena
label yang diberikan orang di sekelilingnya sehingga menimbulkan keyakinan bahwa
dirinya malas belajar, yang akhirnya berdampak pada perilaku malas belajar (Lucy, B.,
2012).
2. Persiapan
Sebelum melakukan penanganan lebih lanjut, tanyakan terlebih dahulu kepada diri orang
tua anak hal-hal seperti:
Apakah gaya belajar anak terakomodir dikelasnya?
Apa yang paling menarik anak Anda lakukan selain belajar dan memotivasinya?
Apakah orang tua sang anak sering mengatakan kata-kata malas kepada anaknya?
Apa yang membuat anak menjadi malas dan tidak termotivasi dalam belajar?

3. Memakai kalimat yang positif dan menghindari kalimat negative

10
Segala sesuatu yang dilarang, penuh tekanan intonasi dan ada emosi di dalamnya,
itulah yang akan diingat terus oleh anak ketika ia mendengarnya. Apabila dalam
kesehariannya ia sering mendengar kata jangan atau tidak boleh atau nakal kamu,
ya! atau anak yang malas dan kata-kata negatif lainnya, hampir dipastikan, kata-kata
itulah yang selalu didengar dan ditanamkan dalam hati.
Ucapan ibu akan menjadi doa buat anaknya. Jadi jika si ibu mengucap kata-kata
negatif terhadap anaknya, maka bisa saja anak itu menjadi anak yang berperilaku negatif
pula.
Orang tua yang baik hendaknya memikirkan hal-hal yang positif saja terhadap
anaknya, juga berbicara dengan lembut (intonasi tidak meninggi). Kata-kata positif yang
diucapkan dengan intonasi yang positif akan ditangkap pikiran bawah sadar anak sebagai
kesan positif. Karena perkataan orang tua sangat menentukan proses kemandirian anak,
maka hendaknya orang tua mampu mengucapkan kata-kata positif saja di depan anak.
4. Menciptakan perasaan positif dan pikiran yang positif
Ketika anak mulai memasuki sekolah,baik itu kelompok bermain atau taman kanak-
kanak, orang tua pasti akan mulai khawatir. Hal seperti ini dapat membawa dampak
psikologis bagi anak.
Misalnya saja jika orang tua merasa takut kalau anaknya di sekolah akan jatuh,
bermain dengan temannya lalu bertengkar, atau anak belajar tidak sesuai dengan perintah
guru, maka secara psikologis akan mempengaruhi kepercayaan orang tua terhadap guru di
sekolah anak. Orang tua seakan-akan tidak percaya bahwa bapak-ibu gurunya tidak
mampu mendidik anak seperti didikan mereka.
Mungkin orang tua berpikir bahwa bapak-ibu guru kurang perhatian terhadap anak
karena banyaknya siswa yang harus diperhatikan. Pemikiran seperti ini akan
menimbulkan kecemasan yang tidak beralasan dan hanya akan menambah beban
masalah.
Sebagai orang tua yang baik, hendaknya selalu mempunyai perasaan yang positif
terhadap guru serta memberikan kepercayaan penuh terhadap guru bahwa guru juga
berpengalaman dalam mendidik anak serta pasti akan memperhatikan anaknya.

11
Dengan perasaan yang positif, kepercayaan penuh serta pikiran positif orang tua
terhadap guru, maka orang tua dan guru akan merasa tenang dan anak akan merasa
senang di sekolah (Setyono, A., 2007).
5. Menciptakan suasana rumah yang positif
Suasana rumah juga sangat menentukan kemandirian anak. Jika rumah itu
harmonis, maka anak akan dapat berperilaku positif. Misalnya saja dalam kamar anak
diberi ungkapan-ungkapan positif seperti Aku mau jadi anak pandai atau Aku suka
belajar, atau kata-kata lain yang apabila setiap dilihat dan dibaca terus menerus maka
akan tersimpan dalam memori anak dan akan masuk ke dalam pikiran bawah sadar anak.
Hal ini akan menumbuhkan sifat dan sikap yang diinginkan oleh orang tua dan
anaknya, karena secara otomatis kata-kata itu akan terpatri dalam sanubari dan
membentuk jiwa anak.

6. Menumbuhkan sifat persaingan pada anak


Sejak dini anak sudah harus ditumbuhkan sifat kompetitif. Ini penting karena sifat
kompetitif akan mengarah pada kedisiplinan, konsep mejadi yang terbaik, konsep unggul,
pengembangan diri yang optimal, dan berprestasi. Secara intuitif, anak selalu berusaha
mencari perhatian dari orang tuanya. Dengan adanya persaingan, anak akan terdorong
untuk berbuat lebih baik, memenuhi ekspektasi orang tua, dan pada akhirnya
mengembangkan kualitas dirinya. Di dalam persaingan konsep reward-and-punishment
sangatlah penting. Dalam setiap hal diberikan reward (hadiah) yang sepadan jika anak
berhasil melakukan sesuatu. Sementara itu, berikan dia punishment (hukuman) jika dia
melanggar sesuatu. Tidak perlu berpikir untuk memukul anak.

ada dua orang anak. Saat waktunya belajar, sang ibu dan ayah bertanya, Ayo
siapa yang mau belajar ?. Kedua anaknya berebut menjawab, Aku ! Aku !. si adik
langsung berlari ke kamar dan menyiapkan buku pelajaran. Kakaknya tertawa tenang.
Ah, dia kan belajarnya cuma sebentar. Aku tidak lihat adik dapat peringkat di kelas.
Melihat itu, ibu dan ayah hanya tersenyum, lalu berkata, Ayo adik dan kakak belajar
yang rajin dan serius supaya dapat peringkat di kelas, nanti ibu beri hadiah. Komentar
itu memberikan perasaan menang atas persaingan pada sang kakak. Sementara si adik
akan berusaha melakukan hal yang diminta oleh ibu karena dia juga menginginkan

12
hadiah dan persetujuan dari ibu dan ayahnya. Pada akhirnya, kakak mendapat hadiah dan
adik pun mendapat hadiah. Dalam benak mereka, itu hanyalah permainan, sementara
sesungguhnya ibu dan ayah telah mendidik kedua anaknya untuk bersaing dan
mengembangkan diri. Punishment-nya hanyalah hadiah kakak diberikan lebih dahulu
untuk menunjukkan siapa yang menang.
Satu hal penting lain yang terlihat dari contoh diatas adalah tidak boleh
membandingkan. Tidak boleh mengatakan, Adik bagaimana sih, kok seperti itu. Tidak
dapat peringkat di kelas. Ayo belajar yang rajin supaya dapat peringkat seperti kakak.
Komentar demikian adalah membanding-bandingkan. Persaingan tidaklah sama dengan
membandingkan. Sikap membandingkan hanya akan menciptakan perasaan dendam dan
ketersinggungan pada anak. Persaingan adalah melakukan sesuatu yang sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan orang tualah yang harus menjadi standar. Standar adik
bukanlah kakak. Demikian pula, standar kakak bukanlah adik. Akan tetapi, standar anak
adalah orang tua. Ini merupakan kesalahan klasik yang sering terjadi dan dilakukan
dengan tidak sadar. Ingin hati adalah untuk memotivasi anak agar menjadi lebih baik,
berprestasi, dan menjadi kepribadian yang lebih baik. Membandingkan antara dua anak,
kakak dan adik dapat menimbulkan permusuhan dan dendam. Intuisi dasar anak adalah
mencari perhatian orang tuanya. Akan tetapi, setelah ia menyadari bahwa saudaranya
mendapatkan perhatian lebih dari dirinya, dalam hati anak bisa muncul perasaan minder,
kesal dan bahkan dengki (Silawati, dan Yanti A., 2015).
7. Menghindari sikap ambivalensi
Idealnya orang tua adalah dua orang, ayah dan ibu. Ambivalensi atau ambiguitas
adalah sifat mendua antara orang tua. Ibu bilang A, sementara ayah bilang B. itu akan
membuat anak bingung, kehilangan orientasi, dan mengeksploitasi celah. Pada dasarnya
setiap anak manipulatif. Dia akan mampu membaca celah kelemahan dari orang-orang
sekitarnya untuk bisa mendapatkan keinginannya. Dia akan selalu menguji hingga batas
terakhir, semua cara yang mungkin untuk bisa meraih apa yang dia mau. Contohnya,
anak malas belajar karena sedang main game, ibu melarang main game karena game
dapat membuat anak malas belajar. Sementara ayah beranggapan, tidak apa sekali-sekali.
Besok atau lusa, anak akan selalu memanfaatkan perbedaan tersebut untuk hal yang lain
juga, seperti menghabiskan waktu dengan bermain, bolos sekolah, malas berangkat
sekolah dan sebagainya.

13
Terkadang anak tidak benar-benar ingin melakukan apa yang dia minta, tetapi dia
hanya ingin menguji seberapa besar kesempatannya untuk bisa mendapatkan
keinginannya. Permasalahannya, jika anak berhasil mendapatkannya, dia akan memiliki
toleransi uji yang sangat tinggi sehingga tidak aneh jika melihat ada anak yang menjerit-
jerit atau tantrum dipusat perbelanjaan karena ingin meminta sesuatu. Dia pernah
merasakan menang dari orang tuanya dan dia ingin selalu menang. Apapun yang terjadi,
selalu tampil solid didepan anak. Jika ayah dan ibu berbeda pendapat dan bertengkar,
lakukan itu diluar jangkauan anak. Tekankan konsep satu pendapat dalam rumah dan cara
mendidik anak (Silawati, dan Yanti A., 2015).

8. Menekankan hubungan kausalitas


Hukum sebab akibat atau kausalitas merupakan hal mendasar yang harus
diajarkan pada anak. Ini merupakan konsep konsekuensi tindakan. Anak harus memahami
bahwa setiap tindakan yang dia lakukan akan memiliki akibat, baik atau buruk. Konsep
ini akan membantu anak untuk berinteraksi dengan dunia di luar rumahnya, yang wajib
disiapkan orang tua sejak dini. Untuk menerapkannya, orang tua harus memiliki
peraturan didalam rumah. Semua orang didalam rumah harus patuh pada peraturan
tersebut. Akan ada saatnya anak akan menguji penerapan peraturan tersebut. Disinilah
sikap asertif orang tua dibutuhkan. Orang tua harus tegas, tidak memiliki double-standar,
dan tidak membeda-bedakan. Saat anak melakukan kesalahan atau pelanggaran, berikan
dia hukuman yang sesuai. Misalnya, anak bermain game terlalu lama sehingga tidur larut
malam dan besoknya terlambat bangun dan pergi sekolah. Terapkan hukuman yang sudah
disepakati, seperti tidak boleh bermain game lagi selama beberapa minggu.
Selain itu, peraturan tidak hanya berhubungan dengan hukuman, tetapi juga
reward. Anak yang berhasil mencapai sesuatu harus diberi penghargaan yang setimpal.
Contohnya, saat standar nilai rapor tujuh, dan anak mendapat nilai delapan, reward
merupakan suatu hal yang wajib diberikan. Setelah reward diberikan, katakan kepada
anak, Nah, kamu ternyata bisa kan dapat nilai delapan kalau belajar dengan giat. Rapor
besok ibu mau ada lebih banyak nilai delapannya, dan delapan yang sekarang jangan
sampai turun. Jangan katakan, Nah, awas ya kalau nilai delapannya turun jadi tujuh
lagi, apalagi enam. Pokoknya ibu mau rapor kamu banyak delapannya. Kalimat bernada
mengancam seperti ini akan membuat hati anak mengecil dan kontra produktif. Pertama

14
anak senang karena dia telah berhasil melakukan sesuatu yang diluar harapan, dan itu
pencapaian yang luar biasa. Akan tetapi mengapa ini kemudian menjadi beban pada
anak. Lebih baik saya tidak usah dapat delapan, tujuh saja sudah bagus. Kalau begini
hanya menyulitkan saya saja, pikir si anak. Dengan demikian anak akan enggan untuk
maju lagi dan hanya melakukan sesuai standar saja sehingga tidak akan pernah
berkembang (Silawati, dan Yanti A., 2015).
9. Menghindari melakukan intervensi terlalu banyak
Semua orang tua pasti ingin memberikan yang terbaik buat buah hatinya. Akan tetapi,
terkadang yang terbaik bukanlah yang paling indah. Demikian juga dengan mendidik
anak. Orang tua sering kali membesarkan anak dengan kekhawatiran tinggi. Kalau dia
begini, bagaimana dan kalau nanti ada itu, apa yang terjadi. Kekhawatiran- kekhawatiran
tersebut akan membuat orang tua membatasi ruang gerak anak, ruang gerak yang
seharusnya dia eksplorasi. Kecenderungan orang tua untuk selalu melindungi anaknya,
menjadi bumper, menyiapkan solusi, selalu menyediakan kenyamanan, sehingga anak
tidak lagi memiliki pertahanan diri. Selain itu, orang tua yang memiliki kekhawatiran
berlebih akan cenderung menjadi over- protective, yang pada akhirnya akan
menyebabkan anak menjadi lemah, terlalu bergantung, kurang mandiri, dan memiliki
sifat cepat menyerah. Ayah, Adik disuruh bu guru melukis pemandangan, adik tidak bisa
nih. Lantas ayahnya menjawab, Oh, tugas kesenian ya, disuruh membuat lukisan,
sudah nanti ayah lukiskan yang bagus. Adik pasti mendapat nilai A. tidak saja itu
mengajarkan anak berbohong, ayah baru saja mematikan kreatifitas dan daya juang anak.
Jika hal ini terus terjadi, psikomotorik anak tidak akan berkembang sehingga dia tidak
mampu mengembangkan rasa tanggung jawab sosial, empati, cenderung egosentris.
Biarkan anak menghadapi masalahnya, awasi dari jauh dan selalu siap memberikan
saran-saran jika dia memintanya atau membutuhkannya. Akan tetapi jangan pernah ambil
alih masalahnya. Jika dia berhasil mengatasinya, itu merupakan sebuah pencapaian dan
layak mendapatkan reward (Silawati, dan Yanti A., 2015).

10. Lakukan kontak tubuh


Lakukan kontak tubuh secara lembut, berulang dan monoton (dapat dilakukan saat ia
tertidur), seperti mengusap kepala atau dahi balita, mengusap punggungnya dengan

15
lembut. Pada kondisi memungkinkan, kontak tubuh yang disertai sugesti bisa dilakukan
seperti mengajak anak tos, jabat tangan atau genggam tangan.
11. Kalimat Sugesti Afirmasi Positif
Mulailah bicara dengan niat menanamkan sugesti positif, gunakan kalimat
afirmasi positif seperti, Anak manis, mimpilah yang indah dan besok pagi, bangun
segar, bersemangat untuk berangkat sekolah dan sehat.
Selalu gunakan kalimat-kalimat positif saat melakukan hipnosis. Seperti pada
contoh orangtua, rajin belajar yaa yang merupakan kalimat positif. Jangan ucapkan,
rajin belajar yaKalau tidak nanti kamu bisa bodoh Ini menandakan kecemasan
orangtua yang bias ditangkap anak sehingga malah bersugesti negatif. Sebab ada
kemungkinan daya kritis anak sedang turun, sehingga kata-kata negatif itulah yang
terserap.
Kata-kata tidak atau jangan sebaiknya juga dihindari, karena ada kemungkinan
anak tidak bisa merangkum keseluruhan kata dalam proses hipnosis dirinya. Misalnya,
kata tidak malas atau jangan malas. Jika tingkat kedalaman hipnosisnya sudah
dalam, otaknya tidak mampu lagi merangkum kedua kata jadi satu. Yang tertangkap
adalah kata tidak dan cemas yang justru berarti negative.
Gunakan kata yang membangun atau konstruktif saat memberikan sugesti.
Misalnya:

1. Sayang, mulai saat ini ketika Mama pegang bahu kananmu, maka kamu akan
bergembira dan bersemangat.
2. Saat kamu melihat logo sekolahmu, kamu akan naik kelas.

3. Saat kamu melihat video game-mu, kamu akan merasa sangat bosan.

4. Mulai saat ini, ketika kamu melihat lambang warna putih di meja belajarmu, maka
kamu ingin sekali membuka buku pelajaran dan belajar.

Untuk amannya, maka sebaiknya selalu gunakan kata atau kalimat positif karena
orangtua tak selalu tahu apakah si anak dalam kondisi hipnosis yang masih dangkal atau
sudah dalam. Jadi lebih baik gunakan kalimat semakin rajin dan semangat, daripada
kalimat tidak malas lagi.

16
Lalu hindari pula kata akan karena menyiratkan suatu proses atau sesuatu yang belum
terjadi. Kalimat kalau kamu bangun pagi kamu tidak akan terlambat. Sebaiknya
diganti dengan setiap kamu bangun tidur, kamu bersemangat .
12. Pengulangan
Lakukan pengulangan secara konsisten, orang tua melakukan hal sama berulang-
ulang, hingga terlihat hasil yang diharapkan. Ulangi semua proses itu berkali-kali secara
konsisten. Sebaiknya beri waktu dari satu sugesti ke sugesti untuk kasus berlainan.
Misalnya dua bulan ini orangtua menghipnosis anak agar jangan mengompol, baru
setelah dua bulan itu orangtua menghipnosis agar anak tidak malas belajar.

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Anak merupakan tanggung jawab orang tua. Jika orangtua mampu mendidik anaknya
dengan baik, maka anak pun akan tumbuh menjadi anak yang baik pula. Untuk
menghasilkan anak yang mempunyai sikap dan kepribadian yang baik, orang tua hendaknya
selalu memikirkan setiap tindakan, ucapan, dan pikiran mereka. Karena bagaimanapun
juga, anak akan bertindak dan bereaksi atas dasar reaksi orang tua padanya.
Model yang didapatkan dari rumah akan memunculkan pula pola komunikasi yang
digunakan anak dalam bersosialisasi. Selain pola komunikasi yang terbuka dan hangat juga
didukung adanya penerapan nilai-nilai pendidikan pada kehidupan sehari-hari, sehingga
menjadi pola sikap dan tindakan yang tertanam kuat. Nilai-nilai kedamaian, penghargaan,
cinta kasih, tanggung jawab, kebahagiaan, kerjasama, kejujuran, kerendahan hati, toleransi,
kesederhanaan dan persatuan merupakan nilai-nilai pokok yang harus ditanamkan sejak
awal. Tertanamnya nilai-nilai ini, secara berproses, akan membentuk konsep diri yang kuat
pada anak, yang pada intinya mampu membawa dirinya dengan baik.
Kemampuan anak mengamati, meniru, dan merasakan apa yang orang tua pikirkan
merupakan suatu sifat yang menakjubkan. Dengan hypnoparenting yang sederhana, orang
tua mampu membentuk sifat mandiri anak.

B. SARAN

17
Sebagai orang tua, hendaknya mampu mendidik anaknya agar menjadi anak yang
berkepribadian baik dan mandiri. Orang tua juga harus mampu memberikan contoh perilaku
yang positif terhadap anak, memberikan penanaman konsep diri yang sehat serta
menciptakan pikiran positif agar anak dapat mandiri dan berperilaku positif pula.

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas (Tim Broad Based Education). (2002). Kecakapan Hidup; Melalui Pendekatan

Pendidikan Berbasis Luas. Surabaya : SIC.

Gettinger, M. (2001). Development and Implementation of a Performance-Monitoring System

for Early Childhood Education. Early Childhood Education Journal,Vol 29, No. 1.

Lucy, B. 2012. 5 Menit Menguasai Hypnoparenting. Jakarta: Penebar Swadaya Grup

Pratomo, Dewi Yogo.___. Buku Hypnoparenting. Jakarta : Qanita.

Setyono, Ariesandi. 2007. Hypnoparenting: Menjadi Orang Tua yang Efektif dengan Hypnosis.

Jakarta : PT Gramedia.

Silawati, dan Yanti A. 2015. Pemanfaatan Hypnoparenting dalam Menanamkan Karakter Anak

di Lembaga Konseling dan Konsultasi Pekanbaru. Jurnal Risalah. Vol. 26, No. 2, Juni 2015:

77-85. Riau

18

Anda mungkin juga menyukai