Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS KEBAHAGIAAN SEORANG ANAK TUNARUNGU DI

SEKOLAH LUAR BIASA KUNCUP MAS BANYUMAS

PROPOSAL

Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Mencapai

Drajat Sarjana S-1 Bidang Psikologi

TASYA GITA FITRI

1907010154

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

NOVEMBER,2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebanyakan orang menganggap kebahagiaan sebagai salah satu


tujuan hidup mereka, yang bisa mereka dapatkan dengan mengadopsi
pandangan positif tentang segala sesuatu yang terjadi. Meskipun
kebenaran seringkali di luar aspirasi individu, kebahagiaan harus
diusahakan. Kebahagiaan, dalam berbagai bahasa seperti Inggris
(Happiness), Jerman (Gluck), Latin (Felicitas), Yunani (Eutychia,
Eudaimonia), Arab (Falah, Sa‘adah), menunjukkan arti sebagai berikut:
keberuntungan, peluang baik, dan kejadian yang baik. (1) Manusia
merupakan makhluk yang sempurna, oleh karna itu kebahagiaan adalah
sesuatu yang diharapkan oleh seorang manusia. Namun sebuah
kebahagiaan memiliki banyak definisi yang tidak dapat didefinisikan
dengan mudah. Pemahaman seseorang tentang kebahagiaan pasti berbeda-
beda dengan orang lain, kebahagiaan pasti berbeda dan memiliki kaitanya
dengan keadaan diri sendiri, kehidupan sehari-hari, dan perkembangannya.

Kebahagiaan didefinisikan sebagai keadaan damai dan ketenangan


yang dialami ketika seseorang bebas dari tekanan eksternal. Menurut
Aristoteles, kebahagiaan adalah suatu kesenangan yang dapat diperoleh
setiap orang sesuai dengan keinginannya masing-masing (2). Menurut
Hurlock (1994), kebahagiaan adalah sumber atau metode kenikmatan dan
hasil dari pemenuhan atau harapan. Ketika keinginan dan harapan
terpenuhi, kebahagiaan dapat dicapai. Individu akan mengalami
kesenangan sebagai simbol kebahagiaan melalui pemenuhan tuntutan
tersebut. Pria itu dikatakan dapat menikmati hidupnya dengan
menyenangkan dan tenang berkat kepuasannya.

Seseorang akan merasa nyaman dan puas, tersenyum, tertawa, dan


mengalami kegembiraan ketika mereka bahagia. Sudut pandang lain
tentang menyatakan bahwa kebahagiaan dan kesejahteraan subjektif
berkaitan dengan sentimen yang menyenangkan, khususnya sebagai peran
kebahagiaan atau ketenangan atau situasi menguntungkan lainnya seperti
mengambil bagian dalam kegiatan yang mengalir atau larut di dalamnya.
Menurutnya kebahagiaan sangat penting, membuat upaya untuk
mendapatkan perhatian dan tujuan orang terus-menerus. Oleh karena itu,
adalah mungkin untuk mendefinisikan kebahagiaan sebagai kenikmatan
dan ketenangan hidup pada tingkat tubuh dan mental, yang dicapai melalui
pemenuhan kebutuhan dan aspirasi dalam hidup. Menyadari bahwa
kesenangan remaja tidak dapat dipisahkan dari tanggung jawabnya sebagai
keluarga.

Kebahagiaan dan kesejahteraan subjektif adalah hal yang sama,


menurut Diener (1984). Emosi positif dan kepuasan hidup adalah
karakteristik yang menentukan kesejahteraan subjektif.umumnya
dirasakan oleh seorang individu (4).Penilaian kognitif dan emosional
seseorang tentang kehidupan mereka terkait dengan kesejahteraan
subjektif mereka. Sementara evaluasi afektif adalah penilaian pribadi dari
emosi baik dan negatif, evaluasi mengacu pada bagaimana perasaan
seseorang tentang tingkat kepuasan hidup mereka.

Secara umum, setiap pasangan suami istri pasti mengantisipasi


memiliki anak. Pasangan suami istri yang berencana untuk memiliki anak
secara alami akan berhasrat untuk memiliki anak yang ideal untuk tahap
perkembangan mereka. Namun, beberapa orang tua sebenarnya diberi
kesempatan untuk membesarkan anak-anak pada berbagai tahap
pertumbuhan anak yang khas. Anak-anak dengan kebutuhan luar biasa
didefinisikan sebagai mereka yang lahir dalam keadaan perkembangan
akhir.

Tidak dipungkiri bahwa setiap manusia mengaharapakan


kebahagiaan,dan dalam suatu kehidupan individu adalah keluarga.
Memiliki keluarga kecil yang harmonis. Memiliki anak yang sempurna
merupakan hal-hal yang didambakan oleh setiap orang tua.

Anak tunarungu (mengalami gangguan pendengaran), yang tingkat


keparahannya dari sedang hingga sangat parah, dikategorikan sebagai
tunarungu (memiliki gangguan pendengaran) dan tidak dapat mendengar.
Menurut Hallahan & Kauffman (3) penyandang tunarungu adalah
seseorang yang memiliki gangguan pendengaran, sehingga menyulitkan
mereka untuk menginterpretasikan informasi kebahasaan melalui
pendengarannya, baik yang memakai alat pendengaran maupun tidak.
AIDS. Pendengaran sangat mendukung untuk pengolahan informasi
linguistik yang tepat, sehingga meskipun seseorang dengan keterbatasan
pendengaran memakai alat bantu dengar, dia masih dapat memahami
pembicaraan. Orang yang tidak mendengar adalah orang yang biasanya
memakai alat bantu dengar.

IQ anak tunarungu hampir sama dengan anak tunarungu, yaitu rata-


rata dan tinggi badannya rendah. Anak tunarungu seringkali memiliki
kecerdasan rata-rata dan rata-rata. Karena dipengaruhi oleh kemampuan
anak tunarungu untuk memahami ajaran verbal, prestasi anak tunarungu
seringkali lebih rendah daripada prestasi anak tunarungu. Namun, untuk
pelajaran nonverbal, Anak-anak yang tuli berkembang secepat anak-anak
yang mendengar. Rendahnya kinerja anak tunarungu bukan karena
kurangnya kecerdasan mereka, melainkan karena ketidakmampuan mereka
untuk menggunakan kecerdasan mereka secara maksimal. Unsur
kecerdasan verbal seringkali kurang, sedangkan aspek kecerdasan motorik
dan visual akan berkembang pesat.

Konsekuensi terbesar dari menjadi tuli adalah memiliki kapasitas


terbatas untuk berbicara, yang melampaui ketidakmampuan untuk belajar
berbicara. Menurut Leigh (5), masalah utama penyandang tunarungu
bukanlah bahwa mereka tidak mampu menggunakan komunikasi lisan
secara efektif, melainkan bagaimana hal ini mempengaruhi perkembangan
kemampuan bahasa mereka secara umum, seperti ketidakmampuan
mereka untuk memahami simbol dan tata bahasa. aturan. Lebih khusus
lagi, mereka tidak dapat mengidentifikasi atau memahami simbol, kode,
atau "nama" yang digunakan lingkungan untuk menggambarkan berbagai
hal, kesempatan, aktivitas, dan emosi, serta hukum, sistem, dan bahasa.
Situasi ini sangat sulit bagi anak tunarungu yang mengalami gangguan
pendengaran sejak lahir atau pada usia muda (pra-bahasa).

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan melalui tahapan pencarian


data kasus anak tunarungu di Kabupaten Banyumas kemudian melakukan
wawancara kepada guru SLB yang mengampu kelas anak tunarungu
menungkapkan beberapa tentang orangtua yang memiliki anak tunarungu.

Fenomena yang terjadi diatas inilah yang melatarbelakangi peneliti


tertarik untuk mengkaji hal tersebut. Berdasarkan masalah tersebut maka
tampaklah bahwa ibu yang memiliki anak tunarungu memiliki gambaran
kebahagiaan yang berbeda antara satu dengan lainnya. Oleh karna
itu,gambaran kebahagiaan pada ibu yang memiliki anak tunarungu perlu
dikaji lebih dalam.

B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan
diatas,pertanyaan penelitian yang diajukan adalah : Bagaimana gambaran
kebahagiaan pada ibu yang memiliki anak tunarungu dilihat dari aspek-
aspek kebahagiaan.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian,maka penelitian ini bertujuan untuk
menggambarkan kebahagiaan pada ibu yang memiliki anak tunarungu
dilihat dari aspek-aspek kebahagiaan.
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pengetahuan dalam ilmu psikologi khususnya dalam psikologi
perkembangan dan psikologi keluarga.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Partisipan
Manfaat bagi partisipan penelitian adalah dapat memberikan
pengetahuan baru pada partisipan mengenai bagaimana gambaran
kebahagiaan ibu yang memiliki anak tunarungu dilihat dari aspek-
aspek kebahagiaan
b. Bagi Peneliti Selanjutnya
Manfaat peneliti bagi peneliti selanjutnya yaitu bisa menjadi
sumber informasi dan menjadi bahan referensi penelitian
selanjutnya agar dapat dikembangkan dengan materi materi lainnya
untuk meningkatkan kualitas penelitian selanjutnya.
E. Perbedaan Penelitian Sebelumnya
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ikha Diah Ayu Pratiwi yang
berjudul hubungan penerimaan diri dan kebahagiaan pada orang tua yang
memiliki anak difabel. hasil penelitian ini menunjukan bahwa penerimaan
diri orang tua yang memiliki anak difabel berada pada kategori sangat
tinggi. aspek paling berpengaruh dalam peneriman diri orang tua dengan
anak difabel adalah dapat menerima pujian atau celaan secara objektif.
selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh ane diana pratiwi yang
berjudul pengaruh pola asuh orang tua terhadap kepribadian anak di desa
gilang tunggal makarta kecamatan lambu kibang kabupaten tulang bawang
barat . pola asuh orang tua di desa gilang tunggal makarta kecamatan
lambu kibang kabupaten tulang bawang barat adalah baik. 2. kepribadian
anak di desa gilang tunggal makarta kecamatan Lambu Kibang Kabupaten
Tulang Bawang Barat adalah baik.
Studi tentang kebahagiaan pada ibu yang memiliki anak tunarungu
masih memiliki potensi untuk diteliti. Pada penelitian sebelumnya juga
menggunakan variable penerimaan diri dan kesabaran sedangkan
penelitian sebelumnya tidak dijelaskan secara spesifik ibu yang memiliki
anak tunarungu yang menjadi partisipan dalam penelitian tersebut.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KEBAHAGIAAN
1. Pengertian Kebahagiaan
BAB III

METODE PENILITIAN

A. Pendekatan Kualitatif
Penelitian ini berupaya untuk menemukan gambaran kebahagiaan
yang muncul pada remaja tunarungu di sekolah luar biasa Kuncup Mas
Kabupaten Banyumas. Maka, penelitian ini menggunakan rancangan
penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis, karena dalam
penelitian ini akan mencari hal- hal yang menggambarkan kebahagiaan
dari anak tunarungu. Metode penelitian yang digunakan adala pendekatan
kualitatif dengan model pendekatan fenomenologis.
Menurut Creswell (2016) penelitian kualitatif merupakan suatu
metode penelitian yang mengeksplorasi dan memahami makna di setiap
individu tau sejumlah kelompok. Penelitian kualitatif digunakan untuk
penelitian tentang kehidupan masyarakat,tingkah laku seseorang,konsep
atau fenomena.masalah sosial,dan lain-lain. Penggunaan penelitaian
kualitatif ini merupakan metode untuk dapat menemukan dan memahami
apa yang tersembunyi pada fenomena yang akan diteliti dan kadangkala
merupakan sesautu yang sulit untuk dipahami.
Meode tersebut disebut dengan penelitian lapangan yang
dharuskan peneliti terjun langsung ke lapangan dan terlibat langsung
dengan masyrakat setempat. Terlibat dengan partisipan atau masyarakat
setempat. Terlibat dengan partisipan merupakan suatu hal yang kita ikut
apa yang mereka rasakan dan sekaligs mendapatkan sebuah gambaran
yang lebih komperhensif tentang situasi dilapangan penlitian.
Jenis penelitian kualitatif yang digunakan oleh peneliti dalam
penelitian ini adalah fenomenologis. Fenomenologi merupakan salah satu
pendekatan yang digunakan dalam penelitian kualitatif. Metode kualitatif
hadir sebagi respons terhadap keberadaan metode kuantitatif yang dianggap
tidak mampu lagi menjawab berbagai persoalan kehidupan yang ada. Metode
ini memposisikan manusia sebagai subjek penelitian bukan sebagai objek
penelitian (metode kuantitatif) yang mendapat sedikit porsi di dalamnya.
Metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi berupaya untuk
menangkap berbagai persoalan yang ada di masyarakat dan mengungkap
makna yang terkandung di dalamnya.

Anda mungkin juga menyukai