Anda di halaman 1dari 5

ANAK JADI CERDAS DENGAN TERAPI MUSIK

 
Oleh: Dra. Hj. Iesye Widodo, SPsi (Psikolog dari RSAB Harapan Kita)
Senin, 25 Sep 2000 11:14:12
(Pdpersi, Jakarta - www.pdpersi.co.id)

I. Pendahuluan
 
Pada waktu saya mengandung (hamil) yang pertama sekitar 27 tahun lalu, saya aktif memberi
pelajaran piano klasik kepada anak-anak maupun dewasa. Kegiatan mengajar piano itu sudah
saya tekuni sejak masih menjadi mahasiswi di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia,
kemudian dilanjutkan sesudah berumah tangga dan juga setelah bekerja sebagai psikolog.

Saya sama sekali tidak mengetahui dan menyadari bahwa kegiatan musik yang saya lakukan
sejak awal kehamilan, sampai pada saat akan melahirkan, akan membawa dampak yang sangat
besar terhadap perkembangan kecerdasan anak saya.

Sebagai seorang ibu saya bahagia dan bangga melihat perkembangan mental putera saya yang
cepat, betapa tidak, sejak kecil ia sudah menunjukkan minat baca yang besar. Usia dua setengah
tahun, ia sudah masuk playgroup. Prestasi belajarnya sejak SD, SMP, SMA maupun di
Perguruan Tinggi lancar dan selalu mendapat ranking. Dalam bidang matematika prestasinya
menonjol, sehingga kadang-kadang timbul pertanyaan dalam hati saya:

“Darimana anak saya ini memperoleh bakat matematika, sebab saya sendiri tidak mungkin? Saya
paling tidak suka matematika atau jaman saya sekolah dulu disebut dengan ilmu berhitung!”

Jawaban terhadap pertanyaan saya mengenai prestasi belajar yang dicapai putera saya selama ini,
akhirnya saya peroleh ketika mendapat tugas belajar ke Jerman pada 1985-1987.

Saya mengambil training dalam bidang Terapi Musik dan juga bidang diagnostik Perkembangan
Psikologis bayi sampai dengan usia balita. Selama mengambil training dalam bidang Terapi
Musik tersebut, saya mendapatkan pengetahuan yang sangat penting dan berharga dari dosen
pembimbing saya, yaitu:
Menurut hasil penelitian ilmiah dari berbagai macam pakar seperti dokter ahli syaraf,
psikolog, dokter anak, dokter kebidanan, dan lain-lain menyampaikan bahwa:
 
1. Sudah ada proses belajar sejak dalam kandungan.
Rahim ibu lebih menyerupai “ruang kelas” dari pada anggapan selama ini hanya sebagai “ruang
tunggu”.
 
2. Janin telah dapat mendengar secara jelas pada usia enam bulan dalam kandungan,
sehingga ia dapat menggerak-gerakkan tubuhnya sesuai dengan irama nada suara ibunya atau
cara ibunya berbicara.
 
3. Janin juga mampu untuk belajar sedikit mengenai musik pada usia 4/5 bulan. Artinya:
secara pasti janin dapat bereaksi terhadap bunyi dan melodi dengan cara berbeda-beda terhadap
ritme atau irama musik. Misalnya: Jika kita memutar lagu berirama lembut, maka janin yang
sedang gelisah sekalipun akan merasa tenang atau relaks. sebaliknya jika kita memutar lagu-lagu
dengan irama cepat/ lagu-llagu Pop atau Rock, maka janin yang paling tenangpun akan mulai
menendang secara aktif bergerak.
 
4. Janin dalam kandungan sudah memiliki perasaan, kesadaran, dan daya ingat.
 
5. Janin dalam kandungan yang diberi rangsangan suara termasuk “Musik” secara teratur
dan terus-menerus ternyata mampu memacu kecerdasan bayi setelah lahir.

Atas dasar hasil penelitian dari para pakar tersebut maka musik telah digunakan sebagai salah
satu aktivitas dalam penatalaksanaan pengobatan berbagai penyakit fisik maupun fisik / mental
dan dikenal dengan nama “Terapi Musik”

II. Apakah Itu Terapi Musik?

Terbukanya misteri musik yang mampu mempengaruhi kondisi kesehatan seorang, baik fisik
maupun menta, sehingga timbullah beragam pengertian terapi musik tersebut seperti dibawah ini;
 
1. Terapi musik adalah suatu bentuk kegiatan yang mempergunakan musik dan
lagu/nyanyi secara terpadu dan terarah didalam membimbing ibu-ibu tersebut selama
masa kehamilan yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan:
- Relaksasi bagi ibu-ibu hamil.
- Stimulasi dini pada janin.
- Menjalin keterikatan emosional antara ibu hamil dan janinnya.

2. Terapi musik adalah suatu bentuk terapi dengan mempergunakan musik secara
sistimatis, terkontrol dan terarah didalam:
- Menyembuhkan.
- Merehabilitasi.
- Mendidik dan
- Melatih anak-anak dan orang dewasa yang menderita gangguan fisik, mental, atau
emosional.

3. Terapi musik adalah suatu kegiatan dalam belajar yang mempergunakan musik untuk
mencapai tujuan-tujuan seperti:
- Merubah tingkah laku.
- Menjaga/memelihara agar tingkah laku atau kemampuan yang telah dicapai tidak
mengalami kemunduran.
- Mengembangkan kesehatan fisik dan mental.

4. Terapi musik adalah suatu disiplin ilmu yang rasional yang memberi nilai tambah pada
musik sebagai dimensi baru secara bersama dapat mempersatukan seni ilmu pengetahuan
dan emosi (perasaan cinta, kasih sayang, dan lain sebagainya).

Jadi, dari pengertian-pengertian tersebut diatas terlihat bahwa adanya keterkaitan antara musik
dengan emosi atau mental seseorang. Khususnya untuk ibu-ibu hamil dan ibu-ibu sesudah
melahirkan seperti tertuang dalam pengertian pertama, terlihat bahwa terapi musik antara lain
bertujuan memberikan stimulasi pada janin / bayi agar kelak menjadi anak yang cerdas dan
berkualitas

III. Hubungan Musik dan Fungsi Otak

Otak manusia, termasuk otak bayi, terdiri dari belahan otak kanan dan belahan otak kiri.
Otak ini mulai terbentuk pada awal kehamilan dan berkembang dengan pesat sampai bayi
lahir.

Belahan otak kiri merupakan tempat untuk melakukan fungsi akademik yang terdiri dari
berbicara-kemampuan tata bahasa, baca-tulis-hitung, daya ingat (nama, waktu, peristiwa)
logika, angka, analisis, dll.

Belahan otak kanan berkaitan dengan perkembangan artistik dan kreatif, perasaan, gaya
bahasa, irama musik, imajinasi, lamunan, warna, pengenalan diri dan orang lain,
sosialisasi, dan pengembangan kepribadian.

Dari penjelasan mengenai fungsi otak kiri dan kanan, maka dapat diketahui belahan otak kanan
ada kaitannya dengan “musik”. Oleh sebab itu pada pelaksanaan terapi musik bagi ibu-ibu hamil
maka perangsangan atau stimuli mental (dengan musik atau cara-cara lainnya) haruslah
mencakup peningkatan perkembangan dari kedua belah otak tersebut. Agar bayi/anak kita kelak
tubuh dan berkembang menjadi individu atau manusia seutuhnya, harus ada keseimbangan antara
fungsi otak kiri dan fungsi otak kanannya. Sebab dalam kehidupan sehari-hari ada individu/orang
yang fungsi otak kiri lebih menonjol daripada otak kanan.
Contoh:
- Ahli matematika yang tidak suka musik
- Ahli bedah yang muak melihat isterinya membaca buku-buku novel atau membeli barang-
barang seni (lukisan dsb).

Disisi lain ada individu/orang yang kemampuan otak kanannya lebih menonjol.
Contoh:
- Ia lebih suka melamun, bermimpi
- Membuat novel
- Menulis lagu
- Ia akan merasa pusing bi;la dihadapkan pada angka-angka metematika atau hal-hal lain yang
berkaitan dengan kemampuan akademik.

“Mengapa….!” Kenyataan-kenyataan dalam kehidupan sehari-hari seorang anak/individu bisa


terjadi yaitu kecenderungan untuk si Harry lebih mengembangkan otak kiri, sedangkan si Sarah
lebih menonjol fungsi otak kanannya.

Salah satu sebabnya diduga akibat “kekurangtahuan” orangtua, guru, dll. Seperti juga
dikemukakan oleh seorang pakar “Parent Education” USA yaitu ”SUE TREFFEISSEN All
parents wants to be good parents but most parents just don’t have the information that they need
to know how their children are growing and developing”.

Jadi sebenarnya belahan otak kiri dan otak kanan bila bekerja sama akan saling memperkuat.
Oleh karenanya disarankan kepada orang tua untuk merangsang perkembangan otak anak tidak
hanya otak kiri saja, melainkan secara bersamaan juga otak kanannya.

Dengan kata lain orang tua perlu merangsang sejak dini kecerdasan mental (IQ) dan
kecerdasan emosi (EQ) anak-anaknya.
 

IV. Manfaat Terapi Musik Bagi Ibu hamil dan Ibu Sesudah Melahirkan

Banyak manfaat yang didapat dari terapi musik bagi ibu-ibu hami / ibu-ibu sesudah
melahirkan dalam mempersiapkan janin menjadi anak cerdas dan berkualitas

1. Bagi ibu hamil / ibu sesudah melahirkan maupun janin / bayi, terapi musik dapat
menimbulkan reaksi psikologis, karena musik dapat menenangkan (relaksasi) dan juga
memberikan rangsangan (stimulasi).

2. Melalui kegiatan terapi musik dapat menyongsong masa depan bayi / anak yang lebih
cemerlang, karena untuk menghadapi era globalisasi dibutuhkan individu-individu yang
memiliki ketrampilan “otak” akan lebih dihargai tinggi, dan sangat dibutuhkan bila
dibandingkan dengan indiividu yang hanya mengandalkan kekuatan “otot”.
 
3. Kegiatan terapi musik dapat membantu ibu-ibu hamil agar tetap dapat
mempertahankan keseimbangan antara kesehatan jasmani, pikiran, dan emosi. Musik
menurut pendapat “Yuliette Alvin” seorang pakar Terapi Musik adalah sebagai berikut “Music is
a means of communication and in this simple truth lies the tremendous therapeutic value of
music.

4. Melalui rangsangan-rangsangan musik yang diperdengarkan kepada janin / bayi secara


teratur, maka dapat memberikan pengaruh yang sangat besar bagi pertumbuhan dan
perkembangan bayi tersebut kelak dikemudian hari.
5. Dalam diri anak kelak akan tumbuh kepribadian yang kuat dan ia mampu menyerap
banyak hal.

6. Ia dapat meresapi musik, berarti ia juga mampu memahami perasaan orang lain.

V. Kesimpulan

Dalam proses kehidupan individu sejak dalam rahim sampai usia dewasa, maka salah satu
aspek perkembangan yang penting adalah perkembangan otak.

Upaya yang berkesinambungan untuk mamacu perkembangan otak kiri atau kanan perlu
dilakukan dengan berbagai cara atau metode yang bijaksana yaitu antara lain dengan
memberikan rangsangan suara, termasuk musik, dan dari hasil peneltian ternyata bahwa
janin dalam kandungan yang diberi rangsangan suara/musik dapat memacu kecerdasan
bayi setelah lahir. Partisipasi aktif dari ibu-ibu hamil dan ibu-ibu sesudah melahirkan
melalui terapi musik diharapkan ikut memacu perkembangan anak-anak menjadi individu
yang cerdas, kreatif, dan berkepribadian matang.

Anda mungkin juga menyukai