Anda di halaman 1dari 10

PEDOMAN

TRIASE INSTALASI GAWAT DARURAT

RSU BUNDA JEMBRANA

2015
PANDUAN TRIAGE

A. DEFINISI

Kata triase(triage) berarti memilih. Jadi triase adalah adalah proses skrining

secara cepat terhadap semua pasien segera setelah tiba di rumah sakit untuk

mengidentifikasi kedalam salah satu ketegori berikut:

- Dengan tanda kegawatdarurat (emergency signs):memerlukan penanganan

kegawatdaruratan segera..

- Dengan tanda prioritas (Priority signs):harus diberikan prioritas dalan antrean

untuk segera mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan tanpa ada

keterlambatan

- Tampa tanda kegawat darurat maupun prioritas :merupakan kasus non urgent

sehingga dapat menunggu sesuai gilirannya untuk mendapatkan pemeriksaan

dan pengobatan.

Triase berkembang dari kebutuhan akan prioritas penanganan cedera pada

prajurit dimedan perang.Konsep ini diperkenalkan di perancis pada awal abad ke

19.Kata triase sendiri berasal dari bahasa perancis ”Triage” (trier),yang berarti

pemilahan. Triase (triage) adalah usaha pemilahan korban sebelum

ditangani,berdasarkan tingkat kegawatdaruratan trauma atau penyakit dengan

mempertimbangkan prioritas penanganan dan sumber daya yang ada.Triase

berlaku untuk pemilahan korban baik dilapangan maupun di Rumah Sakit.


B. RUANG LINGKUP

1. TUJUAN

Melakukan pemeriksaaan dan penganan terbaik pada pasien yang datang

ke IGD RSU Bunda Jembrana sehingga dapat menurunkan angka kematian dan

kecacatan maupun resiko cidera bertambah parah.

Dengan triase tenaga kesehatan akan mampu:

1. melakukan penilaian yang cepat dan tepat kepada pasien

2. menetapkan diagnosa dan melaksanakan tindakan/pengobatan yang tepat

terhadap pasien

2. PRINSIP TRIASE

Pada keadaan bencana massal,korban timbul dalam jumlah yang tidak

sedikit dengan resiko cedera dan tingkat survive yang beragam.Pertolongan harus

disesuaikan dengan sumber daya yang ada,baik sumber daya manusia maupun

sumber daya lainnya.Hal tersebut merupakan dasar dalam memilah korban untuk

memberikan prioritas pertolongan.

Pada umumnya penilaian korban dalam triase dapat dilakukan dengan:

1. Menilai tanda vital dan kondisi Pasien

2. Menilai kebutuhan medis

3. Menilai kemungkinan bertahan hidup

4. Menilai bantuan yang memungkinkan

5. Memprioritaskan penanganan definitif

6. Tag warna
Triase dilakukan tidak lebih dari 60 detik/pasien dan setiap pertolongan harus

dilakukan sesegera mungkin.

Tanda kegawatdaruratan memakai konsep ABCD

- Airway,apakah jalan nafas bebas?sumbatan jalan nafas(stridor)

- Breating,apakah ada kesulitan bernafas?sesak nafas berat (retraksi dinding

dada,merintih,sianosis)?

- Circulation,tanda syok(akral dingin,capillary refil >3 detik,nadi cepat dan

lemah

Consciousness,apakah anak dalam keadaan kejang atau gelisah.

- Dehydration,tanda dehidrasi berat pada anak dengan diare(lemah,mata

cekung,turgor menurun)

Pasien dengan tanda gawat-darurat memerlukan tindakan

kegawatdaruratan segera untuk menghindari kematian.Jangan menggerakan leher

bila ada dugaan cidera leher dan tulang belakang.Bila tidak didapatkan tanda

kegawatan,periksa tanda prioritas

(konsep 4T3PRMOB)

- Tiny baby (bayi kecil < 2 bulan)

- Temperatur (anak sangat panas)

- Trauma (trauma atau kondisi yang perlu tindakan bedah segera

- Trimus

- Pallor (sangat pucat)

- Poisoning(keracunan)

- Pain(nyeri obat)
- Respiratory distress(distres pernafasan)

- Restless,irritable,or lethargic(gelisah,mudah marah,lemah)

- Referral (rujukan segera)

- Malnutrisi(gizi buruk)

- Oedema(edema kedua punggung kaki)

- Burns(luka bakar luas)

Anak dengan tanda prioritas harus didahulukan untuk mendapatkan

pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut dengan segera tampa menunggu giliran

3. TENAGA PELAKSANA

- Satu orang Dokter umum atau

- satu orang Perawat D3 yang sudah bersetifikat PPGD

4. PENGELOMPOKAN PASIEN BERDASARKAN KEGAWATANNYA

Setelah melakukan penilaian,korban dikategorikan sesuai dengan kondisinya dan

diberi tag warna. Ada 4 sistim pengelompokan triase secara internasional.Petugas

IGD harus mampu mengkaji dan menggolongkan pasien

a. Segera- Label Merah:

Setiap pasien dengan kondisi yang mengancam jiwanya dan dapat

mematikan dalam ukuran menit,harus ditangani segera.Pasien dibawa segera

ke ruang resusitasi,waktu tunggu nol menit

Contoh:

- Penderita tidak sadar

- Tension pneumothorax

- Distress pernafasan (RR > 30x/mnt)


- Perdarahan internal vasa besar

- Trauma berat

- Akut MCI

- Flail chest

- Shock hipovolemic derajat III – IV,nadi radial tidak teraba,

i. akral dingin,pengisian kapiler lebih dari 2 detik.

- Luka bakar lebih dari 30 %,luka bakar dengan trauma inhalasi

- Perdarahan hebat.

- Luka terbuka di abdomen atau thorax

- Trauma kepala berat.

- Komplikasi diabetes melitus

- Keracunan

- Persalinan patologis misalnya malpresentasi janin

- Fraktur terbuka dengan perdarahan tidak terkontrol

- Penderita strooke trombosis

- Asma bronchiale

1). Kasus sedang – label kuning

Setiap korban dengan kondisi cedera berat namun penanganannya

dapat ditunda, pasien ini mendapat pertolongan dengan prioritas penanganan

kedua

Contoh :

- Cedera tulang belakang

- Patah tulang terbuka dengan perdarahan terkontrol


- Trauma capitis tampa gangguan kesadaran

- Luka bakar < 30 %

- Apendisitis akut

- fraktur tertutup pada ekstremitas

- trauma thorax non asfiksia

- hipertensi

- penderita typoid

2). Kasus ringan - Label Hijau

Pasien tidak gawat dan tidak darurat, kondisi cukup ringan dan pasien

dapat berjalan.

- Luka lecet

- Luka memar

- Fraktur Extremitas atas

- Demam

- Luka bakar superficial

- Abses

- Common cold

3). Expextant - Label Hitam

Korban meninggal atau akan meninggal meski mendapat pertolongan

Contoh :

- Luka bakar derajat tiga hampir seluruh tubuh

- Kerusakan organ vital

- Tidak ada pernafasan spontan


- Tidak ada bukti aktivitas jantung

- Tidak ada respon pupil terhadap cahaya

C. TATA LAKSANA

1. Langkah triase gawat darurat dan penanganan

a. Periksa tanda kegawatdaruratan dalam 2 tahap

- Tahap 1 : periksa jalan napas dan pernapasan, bila terdapat masalah,

segera berikan tindakan untuk memperbaiki jalan napas dan berikan napas

bantuan.

- Tahap 2 : segera tentukan apakah pasien dalam keadaan syok, tidak sadar,

kejang, atau diare dengan dehidrasi berat.

b. Bila didapatkan tanda kegawatan daruratan :

- Panggil tenaga kesehatan professional terlatih bila memungkinkan, tetapi

jangan menunda penanganan. Tetap tenang dan kerjakan dengan tenaga

kesehatan lain yang mungkin diperlukan untuk membantu memberikan

pertolongan. Karena pada pasien dengan sakit berat seringkali

memerlukan beberapa tindakan pada waktu yang bersamaan. Tenaga

kesehatan professional yang berpengalaman harus melanjutkan penilaian

untuk menentukan masalah yang mendasarinya dan membuat rencana

penatalaksanaannya.

- Lakukan pemeriksaan laboratorium kegawatdaruratan (darah lengkap,

gula darah, malaria untuk daerah endemik). Kirimkan sampel darah untuk

pemeriksaan golongan darah dan cross-match bila pasien mengalami syok,

anemia berat, atau perdarahan yang cukup banyak.


- Setelah memberikan pertolongan kegawatdaruratan, lanjutkan segera

dengan penilaian, diagnosis dan penatalaksanaan terhadap masalah yang

mendasarinya.

c. Pasien dengan tanda prioritas harus dudahulukan untuk mendapatkan

pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut dengan segera(tampa menunggu

giliran).Bila ada trauma atau masalah bedah yang lain,pasien didorong

keruang tindakan untuk mendapatkan peertolongan bedah.

2. PEMERIKSAAN RADIOLOGI DAN LABORATORIUM

Pemeriksaan radiologi dan laboratorium memberikan data diagnostik penting

yang menuntun penilaian awal.Pastikan hemodinamik cukup stabil saat membawa

pasien ke ruang radiologi

Pemeriksaan laboratorium kegawatdarurat IGD:

- Darah lengkap

- Gula darah

- Malaria untuk daerah endemik

3. PENCATATAN DAN PELAPORAN

- Mengisi assement IGD dan memberi label distatus sesuai dengan

kegawatannya

- Menyertakan rekam medisnya

D. Dokumentasi
- Mengisi assement triage IGD dan memberi label distatus sesuai dengan
kegawatannya
- Menyertakan rekam medisnya
DAFTAR PUSTAKA

1. Buku seri Gawat Darurat, Basisc Trauma & Cardiac Life Support, Mahaputra
Press@2011.
2. Buku Panduan, Kursus Bantuan Hidup Jantung Lanjutan, ACLS Indonesia,
Perhiumpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular ( PERKI ), Tahun 2008.
3. Buku Advance Trauma Life Support (ATLS) Untuk Dokter, Edisi Ke-7, Ikatan Ahli
Bedah Indonesia (IKABI), 2004.
4. Australasian College For Emergency Medicine, 34 Jeffcott Street � West Melbourne
� Victoria 3003 � Australia � Telephone: (03) 9320 0444 � Fax: (03) 9320 0400

Anda mungkin juga menyukai