Anda di halaman 1dari 1

Menurut Sarma N.

Lumbanraja Department of Obstetrics and Gynecology, Faculty of Medicine University


of Sumatera Utara Medan, Indonesia, 2018

Bahwa pencegahan dan manajemen pada pre eklamsia yaitu pencegahan primer, sekunder,
tersier(tatalaksan). Pencegahan primer pre-eklamsia Pemeriksaan antenatal care dilakukan secara
rutin untuk deteksi awal faktor-faktor resiko.3Berdasarkan pengumpulan beberapa studi pada PNPK
tahun 2016 didapatkan 17 faktor yang terbukti meningkatkan risiko pre-eklamsia yang sebenarnya bisa
dinilai pada kunjungan antenatal pertama, umur >40 tahun, nulipara, multipara dengan riwayat
preeklampsia sebelumnya, multipara dengan kehamilan oleh pasangan baru, multipara yang jarak
kehamilan sebelumnya 10 tahun atau lebih, riwayat pre-eklamsia pada ibu atau saudara perempuan,
kehamilan multiple, IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus), Hipertensi Kronik, Penyakit Ginjal,
Sindrom antifosfolipid, kehamilan dengan inseminasi donor sperma, oosit atau embrio, obesitas sebelum
hamil; serta didapatkannya indeks massa tubuh >35, tekanan darah diastolic >80 mmHg, proteinuria
(dipstick >+1 pada 2 kali pemeriksaan berjarak 6 jam atau secara kuantitatif 300 mg/24 jam) pada
pemeriksaan fisik. Pecegahan tersier pre eklamsia yaitu Agen antitrombotik : aspirin dosis rendah 60 mg
per hari diberikan pada awal kehamilan pada pasien dengan resiko tinggi.Aspirin dosis rendah sebagai
prevensi pre-eklamsia sebaiknya mulai digunakan sebelum usia kehamilan 20 minggu. Penggunaan
aspirin dosis rendah dan suplemen kalsium direkomendasikan sebagai prevensi pre-eklamsia pada
wanita dengan risiko tinggi terjadinya pre-eklamsia

Manajemen Pre-eklamsia

Selama etiologi pre-eklamsia masih tidak jelas, pengobatan pre-eklamsia secara umum masih
berdasarkan pengobatan empirik dan simptomatik. Sementara pengukuran secara langsung melalui
pengobatan edema dan hipertensi belum ada terapi spesifik untuk proteinuria yang secara otomatis
berkurang dengan mengontrol hipertensi.3Pengelolaan kehamilan menurut HKFM (Himpunan
Kedokteran Fetomaternal) terbagi menjadi dua, yaitu :Manajemen aktif .Manajemen aktif / agresif
dilakukan jika usia kehamilan >37 minggu, kehamilan diakhiri setelah mendapat terapi medikamentosa
untuk stabilisasi ibu. Manajemen ekspektatif.Manajemen ekspektatif / konservatif dilakukan jika usia
kehamilan <37 minggu, maka kehamilan selama mungkin dipertahankan dengan memberikan terapi
medikamentosadengan syarat kondisi ibu dan janin yang stabil. Bagi wanita yang melakukan perawatan
ekspektatif pre-eklamsia berat, pemberian kortikosteroid direkomendasikan untuk membantu
pematangan paru janin

Anda mungkin juga menyukai