kuades
Berikan larutan tersebut secara perlahan IV
selama 20 menit
Jika akses intravena sulit, berikan masing-
Dosis awal
Diasepam 10 mg IV pelan-pelan selama 2 menit
Dosis pemeliharaan
Jika kejang berulang, ulangi pemberian sesuai dosis
awal Diasepam 40 mg dalam 500 ml larutan Ringer
laktat melalui infus Depresi pernafasan ibu baru
mungkin akan terjadi bila dosis > 30 mg/jam Jangan
berikan melebihi 100 mg/jam
Antihipertensi
Pemberian Antihipertensi pada Preeklampsia Berat
Rekomendasi:
Antihipertensi direkomendasikan pada preeklampsia
dengan hipertensi berat, atau tekanan darah sistolik ≥
160 mmHg atau diastolik ≥ 110 mmHg
Target penurunan tekanan darah adalah sistolik < 160
mmHg dan diastolik < 110 mmHg
Pemberian antihipertensi pilihan pertama adalah
nifedipin oral short acting, hidralazine dan labetalol
parenteral.
Alternatif pemberian antihipertensi yang lain adalah
nitogliserin, metildopa, labetalol.
Persalinan
Pada preeklampsia berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam,
sedangkan pada eklampsia dalam 6 jam sejak gejala eklampsia
timbul Jika terjadi gawat janin atau persalinan tidak dapat terjadi
dalam 12 jam (pada eklampsia), lakukan bedah Caesar Jika bedah
Caesar akan dilakukan, perhatikan bahwa: Tidak terdapat
koagulopati. Koagulopati kontra indikasi anestesi spinal. Anestesia
yang aman/terpilih adalah anestesia umum untuk eklampsia dan
spinal untuk PEB. Dilakukan anestesia lokal, bila risiko anestesi
terlalu tinggi.
Bahwa pencegahan dan manajemen pada pre eklamsia yaitu pencegahan primer,
sekunder, tersier(tatalaksan). Pencegahan primer pre-eklamsia Pemeriksaan
antenatal care dilakukan secara rutin untuk deteksi awal faktor-faktor resiko.
Berdasarkan pengumpulan beberapa studi pada PNPK tahun 2016 didapatkan
17 faktor yang terbukti meningkatkan risiko pre-eklamsia yang sebenarnya bisa
dinilai pada kunjungan antenatal pertama, umur >40 tahun, nulipara, multipara
dengan riwayat preeklampsia sebelumnya, multipara dengan kehamilan oleh
pasangan baru, multipara yang jarak kehamilan sebelumnya 10 tahun atau lebih,
riwayat pre-eklamsia pada ibu atau saudara perempuan, kehamilan multiple, IDDM
(Insulin Dependent Diabetes Melitus), Hipertensi Kronik, Penyakit Ginjal, Sindrom
antifosfolipid, kehamilan dengan inseminasi donor sperma, oosit atau embrio,
obesitas sebelum hamil; serta didapatkannya indeks massa tubuh >35, tekanan
darah diastolic >80 mmHg, proteinuria (dipstick >+1 pada 2 kali pemeriksaan
berjarak 6 jam atau secara kuantitatif 300 mg/24 jam) pada pemeriksaan fisik.
Pecegahan tersier pre eklamsia yaitu Agen antitrombotik :
aspirin dosis rendah 60 mg per hari diberikan pada awal
kehamilan pada pasien dengan resiko tinggi.Aspirin dosis rendah
sebagai prevensi pre-eklamsia sebaiknya mulai digunakan
sebelum usia kehamilan 20 minggu. Penggunaan aspirin dosis
rendah dan suplemen kalsium direkomendasikan sebagai
prevensi pre-eklamsia pada wanita dengan risiko tinggi
terjadinya pre-eklamsia
• Manajemen Pre-eklamsia
Selama etiologi pre-eklamsia masih tidak jelas, pengobatan pre-
eklamsia secara umum masih berdasarkan pengobatan empirik dan
simptomatik. Sementara pengukuran secara langsung melalui
pengobatan edema dan hipertensi belum ada terapi spesifik untuk
proteinuria yang secara otomatis berkurang dengan mengontrol
hipertensi.3Pengelolaan kehamilan menurut HKFM (Himpunan
Kedokteran Fetomaternal) terbagi menjadi dua, yaitu :Manajemen
aktif .Manajemen aktif / agresif dilakukan jika usia kehamilan >37
minggu, kehamilan diakhiri setelah mendapat terapi medikamentosa
untuk stabilisasi ibu.
Manajemen ekspektatif.Manajemen ekspektatif / konservatif
dilakukan jika usia kehamilan <37 minggu, maka kehamilan selama
mungkin dipertahankan dengan memberikan terapi
medikamentosadengan syarat kondisi ibu dan janin yang stabil.
Bagi wanita yang melakukan perawatan ekspektatif pre-eklamsia
berat, pemberian kortikosteroid direkomendasikan untuk
membantu pematangan paru janin
Sumber
Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K).Preeklamsia- Eklamsia. Diunduh pada 24/01/2020 pukul 16.54 WIB. Dept.
Obstetri dan ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RS. Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta.
Task Force on Hypertension in Pregnancy, American College of Obstetricians and Gynecologist. Hypertension
the Hypertensive Disorders of Pregnancy: Executive Summary. Journal of Obstetrics Gynecology Canada.
Tranquilli AL, Dekker G, Magee L, Roberts J, Sibai BM, Steyn W, Zeeman GG, Brown MA. The
classification, diagnosis and management of the hypertensive disorders of pregnancy: a revised statement from
the ISSHP. Pregnancy Hypertension: An International Journal of Women;s Cardiovascular Health 2014:
4(2):99-104.
POGI. 2016. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Diagnosis Dan Tata Laksana Pre-Eklamsia.
Kemenkes RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. AIPKIND
TERIMAKASIH