Anda di halaman 1dari 8

Home /

Jum'at, 30 Agu 2019

Pengaruh Ph Tanah Terhadap Pertumbuhan Tanaman Di Kecamatan Ringinarum

Pengaruh Ph Tanah Terhadap Pertumbuhan Tanaman Di Kecamatan Ringinarum

hasil analisa kesuburan tanah dari petrokimia di kec. ringinarum

PENGARUH pH TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN DI KECAMATAN RINGINARUM

Oleh ; SUBAEDAH, SP., PPL- BPP Kecamatan Ringinarum-Kendal

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ada dua, yakni faktor dalam (internal) dan faktor
luar(eksternal). Adapun faktor dalam meliputi gen, hormone dan cadangan makanan, sedangkan faktor
luar meliputi suhu, pH tanah, cahaya, kelembapan, air, oksigen, gaya gravitasi,dan unsur hara. pH tanah
merupakan derajat keasaman tanah yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman.

Harga pH dapat memberikan informasi tentang kekuatan suatu asam atau basa. Pada konsentrasi yang
sama, semakin kuat suatu asam semakin besar konsentrasi ion H+ dalam larutan , dan itu berarti
semakin kecil harga pH-nya. Jadi, semakin kuat suatu asam semakin kecil harga pH-nya. Sebaiknya,
semakin kuat suatu basa semakin besar konsentrasi ion OH– dalam larutan. Semakin besar ion OH–
berarti semakin kecil konsentrasi ion H+ dalam larutan. Jadi, semakin kuat suatu basa semakin besar
harga pH-nya.

Derajat keasaman atau pH tanah sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan suatu
tanaman. Contohnya tanah yang bersifat asam terhadap tanah padsolik merah kuning (PMK), agar
tanaman dapat tumbuh dengan baik.
Derajat pH dalam tanah juga menunjukkan keberadaan unsur-unsur yang bersifat racun bagi tanaman.
Jika tanah masam akan banyak ditemukan unsur alumunium (Al) yang selain meracuni tanaman juga
mengikat phosphor sehingga tidak bisa diserap tanaman. Selain itu pada tanah masam juga terlalu
banyak unsur mikro yang bisa meracuni tanaman. Sedangkan pada tanah basa banyak ditemukan unsur
Na (Natrium) dan Mo (Molibdenum)

Kondisi pH tanah juga menentukan perkembangan mikroorganisme dalam tanah. Pada pH 5,5 – 7 jamur
dan bakteri pengurai bahan organik akan tumbuh dengan baik. Demikian juga mikroorganisme yang
menguntungkan bagi akar tanaman juga akan berkembang dengan baik.

Sebenarnya setiap tanaman memerlukan pH tertentu yang spesifik untuk pertumbuahnnya yang optimal,
akan tetapi pH tanah yang ideal untuk semua jenis tanaman pangan, perkebunan dan hortikultura di
Indonesia adalah antara 6 sampai 7. Jika pH tanah kita sudah menyimpang dari kisaran tersebut maka
segeralah mengatasinya. Sebagai contoh jika pH tanah dibawah 6 itu berarti tanah masam dan jika lebih
dari 7 berarti basa.

Pengertian pH Tanah

pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang
dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut.
Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan
pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan
larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan internasional.

Air murni bersifat netral, dengan pH-nya pada suhu 25 °C ditetapkan sebagai 7,0. Larutan dengan pH
kurang daripada tujuh disebut bersifat asam, dan larutan dengan pH lebih daripada tujuh dikatakan
bersifat basa atau alkali. Pengukuran pH sangatlah penting dalam bidang yang terkait dengan kehidupan
atau industri pengolahan kimia seperti kimia, biologi, kedokteran, pertanian, ilmu pangan, rekayasa
(keteknikan), dan oseanografi. Tentu saja bidang-bidang sains dan teknologi lainnya juga memakai
meskipun dalam frekuensi yang lebih rendah.

Pentingnya pH Tanah
pH tanah atau tepatnya pH larutan tanah sangat penting karena larutan tanah mengandung unsur hara
seperti Nitrogen (N), Potassium/kalium (K), dan Pospor (P) dimana tanaman membutuhkan dalam
jumlah tertentu untuk tumbuh, berkembang, dan bertahan terhadap penyakit.

Jika pH larutan tanah meningkat hingga di atas 5,5; Nitrogen (dalam bentuk nitrat) menjadi tersedia bagi
tanaman. Di sisi lain Pospor akan tersedia bagi tanaman pada pH antara 6,0 hingga 7,0.

Beberapa bakteri membantu tanaman mendapatkan N dengan mengubah N di atmosfer menjadi bentuk
N yang dapat digunakan oleh tanaman. Bakteri ini hidup di dalam nodule akar tanaman legume (seperti
alfalfa dan kedelai) dan berfungsi secara baik bilamana tanaman dimana bakteri tersebut hidup tumbuh
pada tanah dengan kisaran pH yang sesuai.

Sebagai contoh, alfalfa tumbuh dengan baik pada tanah dengan pH 6,2 hingga 7,8; sementara itu kedelai
tumbuh dengan baik pada tanah dengan kisaran pH 6,0 hingga 7,0. Kacang tanah tumbuh dengan baik
pada tanah dengan pH 5,3 hingga 6,6. Banyak tanaman termasuk sayuran, bunga dan semak-semak serta
buah-buahan tergantung dengan pH dan ketersediaan tanah yang mengandung nutrisi yang cukup.

Jika larutan tanah terlalu masam, tanaman tidak dapat memanfaatkan N, P, K dan zat hara lain yang
mereka butuhkan. Pada tanah masam, tanaman mempunyai kemungkinan yang besar untuk teracuni
logam berat yang pada akhirnya dapat mati karena keracunan tersebut.

Herbisida, pestisida, fungsisida dan bahan kimia lainnya yang digunakan untuk memberantas hama dan
penyakit tanaman juga dapat meracuni tanaman itu sendiri. Mengetahui pH tanah, apakah masam atau
basa adalah sangat penting karena jika tanah terlalu masam oleh karena penggunaan pestisida,
herbbisida, dan fungisida tidak akan terabsorbsi dan justru akan meracuni air tanah serta air-air pada
aliran permukaan dimana hal ini akan menyebabkan polusi pada sungai, danau, dan air tanah.

Pengaruh pH Tanah Terhadap Pertumbuhan

Semasa pertumbuhan vegetatif, tanaman dipengaruhi oleh pH tanah (pH = tingkat keasaman).
Pengukuran dan deteksi pH sangat penting karena membantu kita dalam mengambil tindakan.Untuk
menyiapkan tanah yang baik dan dapat menyerap pupuk secara optimal, diperlukan netralisasi tanah.
Netralisasi bisa menggunakan campuran bahan kimia penetralisir seperti kapur dolomit dan lain-lain.
Sebagian besar tanah di Indonesia bersifat asam (5.5 sampai 6), atau pH dibawah 7. Maka netralisasi
tanah dilakukan dengan menaikan pH tanah mencapai pH 7 atau pH netral. Tapi pH 7 atau netral tidak
selalu merupakan kondisi terbaik, ada beberapa tanaman yang tumbuh optimal di tanah yang bersifat
sedikit asam atau sedikit basa.

Pengaruh tingkatan pH tanah terhadap tanaman adalah sebagai berikut:

- pH dibawah 4.5 (terlalu asam) menyebabkan akar rusak sehingga kualitas dan jumlah panen turun.
Terlihat pada saat perubahan tanaman dari fase vegetatif ke generatif.

- pH 5.5 sampai 6 (rata-rata tanah di Indonesia)

Terdapat unsur hara yang optimum untuk tanaman

- pH diatas 6

Pada tingkatan ini, tanaman akan terlalu vegetatif. Hal ini tidak berpengaruh pada kualitas buah karena
berada di musim yang tidak tepat.

Menaikan atau menurunkan pH tanah juga berguna untuk pengendalian penyakit, pH tanah diubah agar
tidak sesuai dengan kebutuhan pathogen, biasanya untuk tanaman umbi-umbian seperti kentang.

Uji pH Tanah Di Kecamatan Ringinarum

Pada tangal 1 Oktober 2018 telah dilakukan uji tanah di kecamatan Ringinarum oleh Departemen Riset
Dan Pengembangan Produk Hayati PT Petrokimia Gresik.
Sampel pertama diambil di lahan sawah milik bapak M Yafa’i kelompok tani Dewi Sri desa Mojo
kecamatan Ringinarum dengan hasil sebagai berikut :

pH = 7,62 Nitrogen = Sedang P =Rendah K= Sedang C-Organik= Rendah.

Rekomendasi pemupukannya adalah :

pH agak Basa maka perlu tambahan Petro-Cas 500 kg/Ha.

Pemupukan organik 1.000 kg/Ha

Phonska 300 kg/Ha

Urea 150 – 200 kg/Ha atau ZA 300-400 kg/Ha

Aplikasikan Petro-Cas sebelum tanam atau maximal seminggu sebelum pemupukan pertama.

Sampel kedua diambil di lahan sawah milik bapak Suharko kelompok tani Ngudi Makmur desa
Ringinarum kecamatan Ringinarum dengan hasil sebagai berikut :

pH = 7,56 Nitrogen = Rendah P =Rendah K= Sedang C-Organik= Rendah.

Rekomendasi pemupukannya adalah :

pH agak Basa maka perlu tambahan Petro-Cas 500 kg/Ha.

Pemupukan organik 1.000 kg/Ha

Phonska 300 kg/Ha

Urea 200 kg/Ha atau ZA 400 kg/Ha


Aplikasikan Petro-Cas sebelum tanam atau maximal seminggu sebelum pemupukan pertama.

Mengatasi Tanah Masam.

Pengapuran untuk meningkatkan pH dan mengatasi keracunan Al. Untuk mengatasi kendala kemasaman
dan kejenuhan Al yang tinggi dapat dilakukan pengapuran. Kemasaman dan kejenuhan Al yang tinggi
dapat dinetralisir dengan pengapuran. Pemberian kapur bertujuan untuk meningkatkan pH tanah dari
sangat masam atau masam ke pH agak netral atau netral, serta menurunkan kadar Al. Untuk menaikkan
kadar Ca dan Mg dapat diberikan dolomit, walaupun pemberian kapur selain meningkatkan pH tanah
juga dapat meningkatkan kadar Ca dan kejenuhan basa. Terdapat hubungan yang sangat nyata antara
takaran kapur dengan Al dan kejenuhan Al. Dosis kapur disesuaikan dengan pH tanah, umumnya
sekitar

3 t/ha, berkisar antara 1-5t/ha. Kapur yang baik adalah kapur magnesium atau dolomit yang

dapat sekaligus mensuplai Ca dan Mg.

Pemberian Bahan Organik.

Bahan organik selain dapat meningkatkan kesuburan tanah juga mempunyai peran penting dalam
memperbaiki sifat fisik tanah. Bahan organik dapat meningkatkan agregasi tanah, memperbaiki aerasi
dan perkolasi, serta membuat struktur tanah menjadi lebih remah dan mudah diolah. Bahan organik
tanah melalui fraksi-fraksinya mempunyai pengaruh nyata terhadap pergerakan dan pencucian hara.

Berdasarkan pengalaman bahwa pengusahaan tanaman semusim yang sebagian besar biomasanya tidak
dikembalikan, lebih cepat menguras zat makanan yang ada di tanah, mereka mulai belajar
mengembalikan sisa-sisa panen ke lahan.

Pemberian Pupuk Phospat. Kekahatan P merupakan salah satu kendala utama bagi kesuburan tanah
masam. Tanah ini memerlukan P dengan takaran tinggi untuk memperbaiki kesuburantanah dan
meningkatkan produktivitas tanaman. Untuk mengatasi kendala kekahatan P umumnya menggunakan
pupuk P yang mudah larut seperti TSP, SP-36, SSP, DAP. Pupuk tersebut mudah larut dalam air sehingga
sebagian besar P akan segera difiksasi oleh Al dan Fe yang terdapat di dalam tanah dan P menjadi tidak
tersedia bagi tanaman.

Untuk mengatasi tanah-tanah basa bisa dilakukan dengan cara pemberian sulfur atau belerang.
Pemberian belerang bisa dalam bentuk bubuk belerang atau bubuk sulfur yang mengandung belerang
hampir 100 % . Pemberian pupuk yang mengandung belerang kurang efektif jika digunakan untuk
menurunkan pH. Beberapa pupuk yang mengandung belerang yang bisa digunakan antara lain ZA
( Amonium sulfat ), Magnesium sulfat, Kalium sulfat, tembaga sulfat dan seng sulfat. Pemberian bahan
organik/ pupuk organik juga bisa membantu

menormalkan pH tanah.

Yang perlu diperhatikan oleh rekan-rekan petani dalam merubah pH tanah tidaklah semudah
membalikkan tangan, tidak akan selesai dalam waktu satu atau dua minggu saja akan tetapi harus
dilakukan terus - menerus dari musim kemusim secara terarah baik dalam

pengapuran maupun pemupukannya.

Kesimpulan

pH tanah atau tepatnya pH larutan tanah sangat penting karena larutan tanah mengandung unsur hara
seperti Nitrogen (N), Potassium/kalium (K), dan Pospor (P) dimana tanaman membutuhkan dalam
jumlah tertentu untuk tumbuh, berkembang, dan bertahan terhadap penyakit.

Jika pH larutan tanah meningkat hingga di atas 5,5; Nitrogen (dalam bentuk nitrat) menjadi tersedia bagi
tanaman. Di sisi lain Pospor akan tersedia bagi tanaman pada pH antara 6,0 hingga 7,0.
Beberapa bakteri membantu tanaman mendapatkan N dengan mengubah N di atmosfer menjadi bentuk
N yang dapat digunakan oleh tanaman. Bakteri ini hidup di dalam nodule akar tanaman legume (seperti
alfalfa dan kedelai) dan berfungsi secara baik bilamana tanaman dimana bakteri tersebut hidup tumbuh
pada tanah dengan kisaran pH yang sesuai.

Untuk menyiapkan tanah yang baik dan dapat menyerap pupuk secara optimal, diperlukan netralisasi
tanah. Netralisasi bisa menggunakan campuran bahan kimia penetralisir seperti kapur dolomit dan lain-
lain. Sebagian besar tanah di Indonesia bersifat asam (5.5 sampai 6), atau pH dibawah 7. Maka netralisasi
tanah dilakukan dengan menaikan pH tanah mencapai pH 7 atau pH netral. Tapi pH 7 atau netral tidak
selalu merupakan kondisi terbaik, ada beberapa tanaman yang tumbuh optimal di tanah yang bersifat
sedikit asam atau sedikit basa.

Pengaruh tingkatan pH tanah terhadap tanaman adalah sebagai berikut:

- pH dibawah 4.5 (terlalu asam)

menyebabkan akar rusak sehingga kualitas dan jumlah panen turun. Terlihat pada saat perubahan
tanaman dari fase vegetatif ke generatif.

- pH 5.5 sampai 6 (rata-rata tanah di Indonesia)

Terdapat unsur hara yang optimum untuk tanaman

- pH diatas 6

Pada tingkatan ini, tanaman akan terlalu vegetatif. Hal ini tidak berpengaruh pada kualitas buah karena
berada di musim yang tidak tepat.

Menaikan atau menurunkan pH tanah juga berguna untuk pengendalian penyakit, pH tanah diubah agar
tidak sesuai dengan kebutuhan pathogen, biasanya untuk tanaman umbi-umbian seperti kentang.

Anda mungkin juga menyukai