Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari penilaian status


kesehatan individu. Kesehatan adalah suatu kondisi yang ditandai dengan adanya
perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima
orang apa adanya, serta mempunyai sifat positif terhadap diri sendiri dan orang lain.
Manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari pasti akan selalu mempunyai
masalah. Setiap individu biasanya mempunyai cara sendiri untuk menyelesaikan
masalahnya, tapi jika ada sebagian individu yang tidak dapat menyelesaikan
masalahnya sendiri akan dapat mengakibatkan masalah kesehatan jiwa (Atika, 2018).

Berdasarkan data WHO (2015), prevalensi gangguan jiwa di dunia


diperkirakan mencapai 516 juta jiwa. Sedangkan di Indonesia, pravelensi gangguan
jiwa berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menyatakan
jumlah penderita gangguan jiwa mencapai 2,5 juta. Dari 150 juta populasi orang
dewasa Indonesia, berdasarkan data Departemen Kesehatan (Depkes), ada 1,74 juta
orang mengalami gangguan mental emosional. Sedangkan 4 % dari jumlah tersebut
terlambat berobat dan tidak tertangani akibat kurangnya layanan untuk penyakit
kejiwaan (Riskesdas, 2013).

Gangguan konsep diri harga diri rendah (HDR) merupakan salah satu masalah
kesehatan jiwa yang dapat muncul apabila individu sering mengalami kegagalan dan
tidak memiliki mekanisme koping yang adaptif. Harga diri rendah (HDR) adalah
perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat
evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri, dan sering juga disertai
dengan kurangnya perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan menurun, tidak
berani bertatap muka dengan lawan bicara, lebih banyak menundukan kepala,
berbicara lambat dan nada suara lemah (Keliat, 2012). Pada umumnya gambaran
utama individu yang mengalami gangguan harga diri rendah yaitu individu kurang
mengerti akan arti dan tujuan hidup, serta gagal menerima tanggung jawab untuk
dirinya sendiri. Ia akan tergantung pada orang lain dan gagal mengembangkan
kemampuan sendiri. Selain itu ia juga banyak menuntut diri sendiri karena ideal diri
yang ditetapkan terlalu tinggi sehingga tidak dapat dicapai (Reynaldi, 2016).

Meskipun masalah kesehatan jiwa salah satunya HDR tidak dianggap sebagai
gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung, namun gangguan tersebut
dapat menimbulkan ketidakmampuan individu dalam berkarya serta ketidaktepatan
individu dalam berperilaku yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta
dapat menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif. Adanya kondisi
HDR dapat memengaruhi fungsi kehidupan seseorang. Aktivitas penderita, kehidupan
sosial, ritme pekerjaan, serta hubungan dengan keluarga jadi terganggu karena gejala
ansietas, depresi, dan psikosis (Azizah, 2011). Seseorang dengan kondisi HDR
ataupun gangguan jiwa apa pun harus segera mendapatkan pengobatan.
Keterlambatan pengobatan akan semakin merugikan penderita keluarga, dan
masyarakat. Kondisi HDR yang tidak tertangani dengan cepat dan tepat akan dapat
mengakibatkan timbulnya masalah kesehatan jiwa yang lebih serius seperti individu
dapat menarik diri dari lingkungan dan orang-orang sekitarnya sehingga
menyebabkan terjadinya isolasi sosial, mengalami halusinasi bahkan dapat
menimbulkan terjadinya risiko bunuh diri (Reynaldi, 2016).

Menurut UU No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, tercantum bahwa


kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Pemerintah Indonesia menegaskan perlunya upaya peningkatan kesehatan jiwa,
seperti yang dituangkan dalam Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan
Bab IX pasal 144 yang menyatakan bahwa upaya kesehatan jiwa ditujukan untuk
menjamin setiap orang dapat menikmati kehidupan kejiwaan yang sehat, bebas dari
ketakutan, tekanan, dan gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa.
Komunikasi terapeutik dapat menjadi jembatan penghubung antara perawat
sebagai pemberi asuhan keperawatan dan pasien sebagai pengguna mengalami
gangguan asuhan keperawatan, karena komunikasi terapeutik dapat
mengakomodasikan perkembangan status kesehatan yang dialami pasien.
Komunikasi terapeutik memperhatikan pasien secara holistic meliputi aspek positif
yang masih dimiliki pasien, dengan cara mendiskusikan bahwa pasien masih
memiliki sejumlah kemampuan dan aspek positif seperti kegiatan pasien di
rumah,adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien (Atika, 2018). Selain itu
pemilihan intervensi yang tepat untuk diterapkan pada pasien dengan HDR yang
didasarkan oleh adanya evidence based practice juga harus dipertimbangkan oleh
perawat demi tercapainya tujuan yang ingin dicapai yaitu meningkatkan dan
mengembalikan harga diri individu kembali seperti sediakala.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui masalah gangguan jiwa khususnya gangguan harga diri rendah


(HDR)
2. Mengetahui intervensi jurnal yang dapat diterapkan pada pasien dengan HDR
3. Mengetahui hasil analisis SWOT dan implikasi jurnal dalam bidang
keperawatan jiwa

1.3 Manfaat

1. Dapat memperkaya ilmu pengetahuan yang didasarkan atas adanya evidence


based practice khususnya di bidang keilmuan keperawatan jiwa.
2. Dapat menjadi salah satu refrensi atau pertimbangan bagi pihak petugas
kesehatan dalam pemberian tindakan asuhan keperawatan pada pasien dengan
HDR.
3. Dapat meningkatkan motivasi pasien dan keluarga untuk berperan aktif
dalam tindakan asuhan keperawatan guna mengatasi gangguan HDR.
DAFTAR PUSTAKA

Atika, D. (2018). Asuhan keperawatan pada an.z dengan harga diri rendah situasional
dan manajemen kasus: pendidikan kesehatan tentang perilaku bullying di SD
Negeri 11 Padang RW VII Kelurahan Parak Gadang Timur Kota
Padang. Diploma thesis, Universitas Andalas.
Azizah, L . (2011). Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Keliat, B.A., & Akemat. (2012). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta : EGC.
Reynaldi, G. (2016). Upaya peningkatan aktualisasi diri pada klien dengan harga diri
rendah di RSJD Arif Zainudin Surakarta. Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2013). Diakses dari:
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%20
2013.pdf (30 Oktober 2019).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
Diakses dari: https://sireka.pom.go.id/requirement/UU-36-2009-
Kesehatan.pdf (30 Oktober 2019).
World Health Organization. (2015). Depression and other common mental disorders:
global health estimates. Diakses dari:
https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/254610/WHO-MSD-
MER2017.2-eng.pdf%20-
;jsessionid=EBA56ADBB16E7146138B0D9E55DEAA79?sequence=1 (30
Oktober 2019).

Anda mungkin juga menyukai