Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

DI RUANG PERAWATAN PENYAKIT DALAM PRIA (PDP) RSUD ULIN


BANJARMASIN

DI SUSUN OLEH :
INDRIA WIDYA ARDI (15.IK.426)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI MULIA BANJARMASIN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2018
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL KASUS : ANEMIA

TEMPAT PENGAMBILAN KASUS : PENYAKIT DALAM PRIA (PDP)

NAMA : INDRIA WIDYA ARDI

Banjarmasin, 2018

Menyetujui,

RSUD ULIN Banjarmasin Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK)


STIKES Sari Mulia
Preseptor Klinik (PK) Preseptor Akademik (PA)

NIK. NIK.
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL KASUS : ANEMIA

TEMPAT PENGAMBILAN KASUS : PENYAKIT DALAM PRIA (PDP)

NAMA : INDRIA WIDYA ARDI

Banjarmasin, 2018

Menyetujui,

RSUD ULIN Banjarmasin Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK)


STIKES Sari Mulia
Preseptor Klinik (PK) Preseptor Akademik (PA)

NIK. NIK.
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI DARAH

Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. Bahan interseluler adalah
cairan yang disebut plasma dan di dalamnya terdapat unsur-unsur padat, yaitu sel darah.
Volume darah secara keseluruhan kira-kira merupakan 1/2 berat badan atau kira-kira 5
liter. Sekitar 55 persennya adalah cairan, sedangkan 45% sisanya terdiri atas sel darah.
Angka ini dinyatakan dalam nilai hematokrit atau volume sel darah yang dipadatkan yang
berkisar antara 40-47. Diwaktu sehat volume darah adalah konstan dan sampai batas
tertentu diatur oleh tekanan osmotik dalam pembuluh darah dan dalam jaringan.
Kandungan yang ada di dalam darah :
Air : 91%
Protein : 3% (albumin, globulin, protombin, dan fibrinigen)
Mineral : 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam fosfat,
magnesium, kalsium dan zat besi.
Bahan Organik : 0.1% (glukosa, lemakasam urat, keratinin, kolesterol, dan asam
amino
Fungsi Darah :
a. Sebagai pertahanan tubuh
b. Menyebarkan panas keseluruh tubuh.
c. Menjaga kesetimbangan asam basa jaringan tubuh untuk menghindari kerusakan.
d. Mengambil oksigen / zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh
jaringan tubuh.
Bagian-Bagian Darah Sel-Sel Darah
a. Eritrosit (Sel darah merah)
Merupakan cakram bikonkaf yang tidak berinti, ukurannya 0.007 mm, tidak
bergerak, banyaknya kira-kira 4,5-5 juta/mm³, warnanya kuning kemerah-merahan karena
didalamnya mengandung hemoglobin (hemoglobin adalah protein pigmen yang meberi
warna merah pada darah. Hemoglobin terdiri atas protein yang di sebut globin dan pigmen
non-protein yang disebut heme). Setiap eritrosi mengandung sekitar 300 juta molekul
hemoglobin, sifatnya kenyal sehingga dapat berubah bentuk sesuai dengan pembuluh
darah yang dilalui.
Fungsi :
Mengikat oksigen dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh jaringan tubuh dan mengikat
karbon dioksida dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru-paru / melalui jalan
pernafasan.
b. Leukosit (Sel darah putih)
Berbentuk bening, tidak bewarna, memiliki inti, lebih besar dari sel drah merah
(eritrosit), dapat berubah dan bergerak dengan perantaraan kaki palsu
(psedoupodia),dalam keadaan normalnya terkandung 4x109 hingga 11x109 sel darah
putih di dalam seliter darah manusia dewasa yang sehat, sekitar 7000-25000 sel per tetes.
Dalam setiap milimeter kubil darah terdapat 6000 sampai 10000 (rata-rata 8000) sel darah
putih.
Leukosit selain berada di dalam pembuluh darah juga terdapat di seluruh jaringan
tubuh manusia. Pada kebanyakan penyakit di sebabkan oleh masuknya kuman / infeksi
maka jumlah leukosit yang ada di dalam darah akan lebih banyak dari biasanya. Hal ini
disebabkan sel leukosit yang biasanya tinggal di dalam kelenjar limfe, sekarang beredar
dalam darah untuk mempertahankan tubuh dari serangan penyakit tersebut.
Fungsi :
sebagai pertahan tubuh yaitu membunuh dan memakan bibit penyakit / bakteri yang
masuk kedalam jaringan RES (sistem retikuloendotel), tempat pembikannya didalam
limpa dan kelenjar limfe, sebagai pengangkut yaitu mengangkut membawa zat lemak dari
dinding usus melalui limpa terus ke pembuluh darah.
Macam-Macam Sel Darah Putih (Leukosit), meliputi :
1. Agranulosit
Sel leukosit yang tidak mempunyai granula di dalamnya, yang terdiri dari :
a) Limfosit yaitu macam leukosit yang dihasilkan dari jaringan RES dan
kelenjar limfe, bentuknya ada yang besar dan kecil, didalam sitoplasmanya
tidak terdapat glandula dan intinya besar, banyaknya kira-kira 15%-20%.
rentang hidupnya dapat mencapai beberapa tahun. Fungsi : membunuh
dan memakan bakteri yang masuk kedalam jaringan tubuh dan berfungsi
juga dalam reaksi imunologis.
b) Monosit terbanyak dibuat di sumsum merah, lebih besar dari limfosit,
mencapai 3%-8% jumlah total Fungsi sangat fagositik dan sangat aktif. Sel
ini siap bermigrasi melalui pembuluh darah. Jika monosit telah
meninggalkan aliran darah, maka sel ini menjadi hitosit jaringan (makrofag
tetap).
2. Granulosit
Disebut juga leukosit granular yang terdiri dari :
a) Neutrofil atau disebut juga polimorfonuklear leukosit banyaknya mencapai
50%-60%. Fungsi: pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri serta proses
peradangan kecil lainnya, serta biasanya juga juga yang memberikan
tanggapan pertama terhadap infeksi bakteri, aktivitas dan matinya neutrofil
dalam jumlah yang banyak menyebabkan adanya nanah.
b) Eusinofil mencapai 1%-3% jumlah sel darah putih. Fungsi : merupakan
fagosti lemah, jumlahnya akan mengikat saat terjadi alergi atau penyakit
parasit, tetapi akan berkurang selama stres berkepanjangan. Sel ini
berfungsi dalam detoksifikasi hestamin yang di produksi sel mast dan
jaringan yang cedera saat inflamasi berlangsung.
c) Basofil mencapai kurang dari 1% jumlah leukosit. Fungsi : bertanggung
jawab untuk memberi reaksi alergi dan antigen dengan jalan mengeluarkan
histamin kimia yang menyebabkan peradangan.
c. Trombosit (Sel pembeku darah)
Trombosit merupakan benda-benda kecil yang mati yang bentuk dan ukurannya
bermacam-macam, ada yang bulat dan lonjong, warnanya putih, normal pada orang
dewasa 200.000-300.000/mm³. Bagian inti yang merupakan fragmen sel tanpa nukleus
yang berasal dari sumsum tukang. Ukuran trombosit mencapai setengah ukuran sel darah
merah. Sitoplasmanya terbungkus suatu membran plasma dan mengandung berbagai
jenis granula yang berhubungan dengan proses koagulasi darah.
Trombosit lebih dari 300.000 disebut trombositosis. Trombosit yang kurang dari
200.000 disebut trombositopenia. Trombosit memiliki masa hidup dalam drah antara 5-9
hari. Trombosit yang tua atau mati di ambil dari sistem perdaran darah, terutama oleh
makrofag jaringan. Lebih dari separuh trombosit diambil oleh makrofag dalam limpa, pada
waktu darah melewati organ tersebut.
Fungsi : memegang peranan penting dalam pembekuan darah (hemostatis). Jika
banyaknya kurang dari normal, maka kalau ada luka darah tidak lekas membeku sehingga
timbul perdarahan yang terus-menerus.
d. Plasma Darah
Merupakan komponen terbesar dalam darah dan merupakan bagian darah yang
cair, tersusun dari air 91%, protein plasma darah 7%, asam amino, lemak, glukosa,
urea, garam sebanyak 0,9%, dan hormon, antibodi sebanyak 0,1%.
e. Protein Plasma
Mencapai 7% dari plasma dan merupakan satu-satunya unsur pokok plasma yang
tidak dapat menembus membran kapiler untuk mencapai sel. Ada 3 jenis protein
plasma yang utama :
a) Albumin adalah protein yang terbanyak, sekitar 55%-60% tetapi ukurannya paling
kecil. Albumin di sintesis di dalam hati dan bertanggung jawab untuk tekanan
osmotik koloid darah. Mempertahankan tekanan osmotik agar normal (25 mmHg).
b) Globulin membentuk sekitar 30% protein plasma. Alfa dan beta globulin disintesis
di hati, dengan fungsi utama sebagai molekul pembawa lipid, beberapa hormone,
berbagai subtrat, dan zat penting lainnya. Gamma globulin (immunoglobulin)
fungsi utama berperan sebagai antibody.
c) Fibrinogen membentuk sekitar 4% protein plasma. Disintesis di hati dan
merupakan komponen esensial dalam mekanisme pembekuan darah.
Fungsi : mengangkut sari makanan ke sel-sel serta membawa sisa pembakaran dari sel
ke tempat pembuangan selain itu plasma darah juga menghasilkan zat kekebalan tubuh
terhadap penyakit atau zat antibodi.
B. PENGERTIAN
Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin (Hb)
atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan kapasitas sel darah
merah dalam membawa oksigen (Badan POM, 2013)
Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar hemoglobin
(Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal. Jika kadar
hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari 41% pada pria, maka pria
tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada wanita, wanita yang memiliki kadar
hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang dari 37%, maka wanita itu dikatakan
anemia. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan
keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia
terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke
jaringan.
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai
di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. Anemia adalah gejala dari
kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tidak adekuat atau
kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang mengakibatkan
penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan
beragam penyebabnya. (Marilyn E, Doenges, Jakarta, 2013)
C. KLASIFIKASI ANEMIA

Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:

1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan
oleh defek produksi sel darah merah, meliputi :
a. Anemia aplastik
Gejala-gejala:
a) Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
b) Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran
cerna, perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat.
c) Morfologis: anemia normositik normokromik
b. Anemia pada penyakit ginjal
Gejala-gejala:
a) Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
b) Hematokrit turun 20-30%
c) Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
d) Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah
maupun defisiensi eritopoitin
c. Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia
jenis normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna
yang normal). Kelainan ini meliputi artristis rematoid, abses paru, osteomilitis,
tuberkolosis dan berbagai keganasan
d. Anemia defisiensi besi
Gejala-gejalanya:
a) Atropi papilla lidah
b) Lidah pucat, merah, meradang
c) Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
d) Morfologi: anemia mikrositik hipokromik
e. Anemia megaloblastik
Penyebab:
a) Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
b) Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor
c) Infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik,
infeksi cacing pita, makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu alkohol.
2. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh
destruksi sel darah merah:
a) Pengaruh obat-obatan tertentu
b) Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik kronik
c) Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
d) Proses autoimun
e) Reaksi transfusi
f) Malaria

Pembagian derajat anemia menurut WHO dan NCI (National Cancer Institute)

DERAJAT WHO NCI

Derajat 0 (nilai normal) > 11.0 g/Dl Perempuan 12.0 - 16.0


g/dL

Laki-laki 14.0 - 18.0 g/dL


Derajat 1 (ringan) 9.5 - 10.9 g/dL
10.0 g/dL - nilai normal
Derajat 2 (sedang) 8.0 - 9.4 g/dL
8.0 - 10.0 g/dL
Derajat 3 (berat) 6.5 - 7.9 g/dL
6.5 - 7.9 g/dL
Derajat 4 (mengancam < 6.5 g/Dl
jiwa) < 6.5 g/dL
D. ETIOLOGI
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)

Penyebab anemia yaitu:


1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, asam
folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan sel darah
merah.
2. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan
terkena anemia karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak dan
dia tidak memiliki cukup persediaan zat besi.
3. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap zat
besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.
4. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di
saluran pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat menyebabkan
anemia.
5. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan
lambung (aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan masalah
dalam penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil KB, antiarthritis, dll).
6. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini dapat
menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan vitamin B12.
7. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal, masalah
pada kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya dapat
menyebabkan anemia karena mempengaruhi proses pembentukan sel darah
merah.
8. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang, malaria,
atau disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.
E. PATOFISIOLOGI
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (misalnya
berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi
tumor atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui
perdarahan atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam
system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah
bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah
(hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal
≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada
kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin
plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya,
hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi
biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2.
derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya,
seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan
hemoglobinemia.
G. TANDA DAN GEJALA
1. Lemah, letih, lesu dan lelah
2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
3. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan
menjadi pucat. Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb,
vasokontriksi
4. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina
(sakit dada)
5. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang)
6. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan
berkurangnya oksigenasi pada SSP
7. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau
diare)

H. KOMPLIKASI YANG MUNCUL


1. gagal jantung,
2. kejang.
3. Perkembangan otot buruk ( jangka panjang )
4. Daya konsentrasi menurun
5. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
2. Radiologi
3. Pemeriksaan biologi molekuler
4. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serum
5. Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis
serta sumber kehilangan darah kronis.
J. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti
darah yang hilang:
1. Anemia aplastik :
a. Transplantasi sumsum tulang
b. Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
2. Anemia pada penyakit ginjal
a. Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam
folat
b. Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan
penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan
yang mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat
darah, sehingga Hb meningkat.
4. Anemia pada defisiensi besi
a. Dicari penyebab defisiensi besi
b. Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan
fumarat ferosus.
5. Anemia megaloblastik
a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila
difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor
intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
b. Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus
diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa
atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
c. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan
penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan
gangguan absorbsi.
K. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Konseling untuk membantu memilih bahan makanan dengan kadar besi
yang cukup secara rutin pada usia remaja.
2. Meningkatkan konsumsi besi dari sumber hewani seperti daging, ikan,
unggas, makanan laut disertai minum sari buah yang mengandung vitamin
C (asam askorbat) untuk meningkatkan absorbsi besi dan menghindari
atau mengurangi minum kopi, teh, teh es, minuman ringan yang
mengandung karbonat dan minum susu pada saat makan.
3. Suplementasi besi. Merupakan cara untuk menanggulangi ADB di daerah
dengan prevalensi tinggi. Pemberian suplementasi besi pada remaja dosis
1 mg/KgBB/hari.
4. Untuk meningkatkan absorbsi besi, sebaiknya suplementasi besi tidak
diberi bersama susu, kopi, teh, minuman ringan yang mengandung
karbonat, multivitamin yang mengandung phosphate dan kalsium.
5. Skrining anemia. Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit masih
merupakan pilihan untuk skrining anemia defisiensi besi
L. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Biodata pasien
2. Keluhan utama
3. Riwayat kesehatan sekarang
4. Riwayat kesehatan dahulu
Pernah mengalami kehilangan darah kronik, (perdarahan GI kronis,
menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan).
Riwayar endocarditis infektif kronis, palpitasi (takikardia kompensasi)
5. Riwayat kesehatan keluarga
6. Pemeriksaan fisik
a) Aktivitas/Istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan
produktivitas, penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap
latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae, dispnea pada waktu bekerja atau
istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada
sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh
tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan
tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.
a. Keadaan umum
Pucat, keletihan, kelemahan, nyeri kepala, demam, dispnea, vertigo,
sensitif terhadap dingin, berat badan menurun.
b. Kulit
Kulit kering, kuku rapuh, turgor kulit jelek, tampak kisut/hilang
elastisitas
c. Kepala dan leher
d. Penglihatan dan Mata
Penglihatan kabur, perdarahan retina, konjungtiva anemis
e. Penciuman dan Hidung
f. Pendengaran dan Telinga
g. Mulut dan Gigi
Pucat dan kering pada mukosa bibir, kesulitan menelan (ulkus pada
faring), lidah tampak memerah, stomatitis
h. Dada, Pernapasan dan Sirkulas
takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat, TD :
peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar,
hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST
dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung :
murmur sistolik
i. Abdomen
Anoreksia.
j. Genetalia dan Reproduksi
k. Ekstremitas Atas dan Bawah, Kelemahan otot, dan penurunan
kekuatan, Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai,
berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.
Mulut.
l. Muskuloskletal
Nyeri pinggang, nyeri sendi.

M. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan konsentrasi Hb dan
darah, suplai oksigen berkurang
2. Resiko infeksi b.d penurunan hemoglobin
3. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen, proses metabolism yang terganggu
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang
kurang, anoreksia
5. Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan
6. Keletihan b.d anemia
N. INTERVENSI
No. DIAGNOSA NOC NIC
1. Ketidakefektifan  Circulation Status Peripheral Sensation Management
perfusi jaringan perifer  Tissue Perfusion : Cerebral (Manajemen Sensasi Perifer)
b.d penurunan Kriteria Hasil : - Monitor adanya daerah tertentu
konsentrasi Hb dan Mendemonstrasikan status yang hanya peka terhadap
darah, suplai oksigen sirkulasi yang ditandai dengan : panas/dingin/tajam/tumpul
berkurang  Tekanan systole dan diastole - Batasi gerakan pada kepala, leher
dalam rentang normal dan punggung
 Tidak ada tanda peningkatan - Monitor adanya tromboplebitis
intracranial - Diskusikan mengenai penyebab
Mendemonstrasikan kemampuan perubahan sensasi
kognitif yang ditandai dengan ; - Kolaborasi pemberian analgetik
 Berkomunikasi dengan jelas dan
sesuai dengan kemampuan
 Menunjukkan perhatian,
konsentrasi dan orientasi
 Memproses informasi
 Membuat keputusan dengan
benar
Menunjukkan fungsi sensori motori
cranial yang utuh : tingkat
kesadaran membaik, tidak ada
gerakkan involuter
2. Ketidakseimbangan  Nutritional Status Nutrition Management
nutrisi kurang dari  Nutritional Status : food and fluid - Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh b.d  Intake - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
intake yang kurang,  Nutritional Status : nutrient intake menentukan jumlah kalori dan
anoreksia  Weight control nutrisi yang dibutuhkan pasien
Kriteria Hasil : - Anjurkan pasien untuk
 Adanya peningkatan berat badan meningkatkan intake
sesuai dengan tujuan
 Berat badan ideal sesuai dengan - Anjurkan pasien untuk
tinggi badan meningkatkan protein dan vitamin
 Mampu mengidentifikasi C
kebutuhan nutrisi - Berikan subtansi gula
 Tidak ada tanda malnutrisi - Berikan informasi tentang
 Menunjukkan peningkatan fungsi kebutuhan nutrisi
pengecapan dari menelan Nutrition Monitoring
 Tidak terjadinya penurunan berat - BB pasien dalam batas normal
badan yang berarti - Monitor adanya penurunan berat
badan
- Monitor tipe dan jumlah aktivitas
yang bisa dilakukan
- Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan, rambut kusam,
dan mudah patah
- Monitor mual dan muntah
- Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
- Monitor pucat, kemerahan dan
kekeringan jaringan konjungtiva
- Monitor kalori dan intake nutrisi
3. Intoleransi aktifitas b.d  Energy conservation Activity Therapy
ketidakseimbangan  Activity tolerance - Kolaborasikan dengan tenaga
antara suplai dan  Self Care : ADLs rehabilitasi medic dalam
kebutuhan oksigen, Kriteria Hasil : merencanakan program terapi yang
proses metabolism  Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tepat
yang terganggu tanpa disertai peningkatan - Bantu klien untuk mengidentifikasi
tekanan darah, nadi dan RR aktivitas yang mampu dilakukan
 Mampu melakukan aktivitas - Bantu untuk memilih aktivitas
sehari-hari secara mandiri konsisten yang sesuai dengan
 Tanda-tanda vital normal kemampuan fisik, psikologi dan
social
 Mampu berpindah : dengan atau - Bantu untuk mendapatkan alat
tanpa bantuan alat bantu aktivitas seperti kursi roda,
 Sirkulasi status baik krek
 Status respirasi : pertukaran gas - Monitor respon fisik, social dan
dan ventilasi adekuat spiritual
4. Keletihan b.d anemia Kriteria Hasil : Energy Management
 Kemampuan aktivitas adekuat - monitor respon klien terhadap
 Mempertahankan nutrisi adekuat aktivitas takikardi, disritmia,
 Keseimbangan aktivitas dan dispneu, pucat dan RR
istirahat - Monitor dan catat jumlah tidur klien
 Mengunakan teknik energy - Monitor ketidak nyamanan atau
konservasi nyeri selama bergerak dan aktivitas
 Mempertahankan interaksi social - Monitor intake nutrisi
 Mengidentifikasi factor fisik dan - Instruksikan klien untuk mencatat
psikologis yan menyebabkan tanda dan gejala kelelahan
kelelahan - Jelaskan kepada klien hubungan
 Mempertahankan kemampuan kelelahan dengan proses penyakit
untuk konsentrasi - Catat aktivitas yang dapat
meningkatkan kelelahan
- Anjurkan klien melakukan yang
meningkatkan relaksasi
- Tingkatkan pembatasan bedrest
dan aktivitas
5. Resiko infeksi b.d  Immune Status Infection Control (Kontrol Infeksi)
penurunan  Knowledge : infection control - Bersihkan lingkungan setelah
hemoglobin  Risk control dipakai pasien lain
Kritera Hasil : - Pertahankan tehnik isolasi
 Klien bebas dari tanda dan gejala - Ganti letak IV perifer dan line
infeksi central dan dressing sesuai dengan
 Mendeskripsikan proses petunjuk umum
penularan penyakit factor yang - Gunakan kateter intermiten untuk
mempengaruhi penularan serta menurunkan infeksi kandung
penatalaksanaannya kencing
- Tingkatkan intake nutrisi
 Menunjukkan kemampuan untuk - Berikan terapi antibiotic bila perlu
mencegah timbulnya infeksi Infection Protection (proteksi
 Jumlah leukosit dalam batas terhadap infeksi)
normal - Monitor tanda dan gejala infeksi
 Menunjukkan perilaku hidup sehat sistemik dan local
- Monitor kerentanan terhadap infeksi
- Dorong masukan cairan
- Ajarkan pasien/keluarga tehnik
pencegahan infeksi
- Laporkan kecurigaan infeksi
- Laporkan kultur positif
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2012. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC

Carpenito, L.J. 2011. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6. Jakarta: EGC

Johnson, M., et all. 2014. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey:
Upper Saddle River

Marlyn E. Doenges, 2013. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC

Mc Closkey, C.J., et all. 2000. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River

Patrick Davay, 2009, At A Glance Medicine, Jakarta, EMS

Santosa, Budi. 20012. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta: Prima Medika

Smeltzer & Bare. 2010. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai