Larisa Sabrina Rahadiyanti-FKIK PDF
Larisa Sabrina Rahadiyanti-FKIK PDF
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
Larisa Sabrina Rahadiyanti
NIM: 110103000081
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan nikmat yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
penelitian ini yang berjudul “HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA
JALAN KAKI DENGAN KONTROL TEKANAN DARAH PADA PASIEN
HIPERTENSI” dengan lancar dan tepat pada waktunya. Laporan penelitian ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk memperolehgelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) di
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
v
6. Ibu Nurlaely mida R, S.Si, M.Biomed,Ph.D selaku dosen penguji 2 sidang
skripsi atas kesediaannya menjadi penguji, serta masukan dan saran yang telah
diberikan agar laporan penelitian ini menjadi lebih baik.
7. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D selaku penanggungjawab modul Riset yang
tidak pernah lelah selalu mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan
penelitian.
8. Prof. Dr.dr.Rianto Setiabudy,SpFK selaku Ketua Komite Etik Penelitian
Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang telah memberikan
izin dan memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
9. Dr.dr.Jusuf Rachmat, SpB, SpBTKV, MARS selaku Kepala Unit Pelayanan
Jantung Terpadu RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo yang telah memberikan
izin dan memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di
Unit Pelayanan Jantung Terpadu Dr. Cipto Mangunkusumo.
10. Seluruh Dosen dan Staff Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis
11. Papa Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, SpKFR dan Mama dr.Trisepta Saraswati atas
limpahan kasih sayang dan bantuan yang telah diberikan, pengorbanan tanpa
pamrih dan doa-doa panjang yang selalu dipanjatkan. Terimakasih atas segala
kebaikan dan pelajaran hidup yang luar biasa hingga kini penulis telah beranjak
dewasa.
12. Adik Risyad dan Adik Sasha Terimakasih atas doa dan dukungan yang telah
diberikan.
13. Lettu Mar Huda Prawira yang selalu memberikan dukungan untuk
menyelesaikan penelitian ini.
14. Teman-teman satu kelompok penelitian, Anissa, Almira dan Puspa. Terimakasih
atas kerja sama yang luar biasa 1 tahun belakangan. Semoga kerja sama kita
dapat berlanjut hingga batas waktu yang tidak ditentukan.
15. Teman-teman, kakak-kakak dan adik-adik di PSPD, dan teman-teman lain yang
penulis kenal namun tidak sempat tersebutkan.
vi
Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu saran dan kritik dari berbagai pihak sangat penulis harapkan.Demikian
laporan penelitian ini penulis susun, semoga bermanfaat bagi kemajuan ilmu
pengetahuan. Dan semoga Allah SWT berkenan memasukkannya sebagai amal jariyah
di Akhirat kelak. Amiin.
Penulis
vii
ABSTRAK
Larisa Sabrina Rahadiyanti. Program studi Pendidikan dokter. Hubungan Kebiasaan
Berolahraga Jalan Kaki dengan Kontrol Tekanan Darah Pada pasien Hipertensi.
Latar Belakang : Jalan kaki merupakan olah raga yang bersifat aerobik dan mampu
laksana dilakukanuntuk meningkatkan daya tahan kardiovaskular. Metode: Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kebiasaan berolahraga jalan kaki dengan
kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi di unit pelayanan jantung terpadu yang
menjadi anggota kelompok senam jantung sehat di RSUPN Cipto mangunkusumo
Jakarta. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan desain potong
lintang yang menggunakan sampel sebanyak 102 pasien di Unit Pelayanan Jantung
Terpadu RSUPN Cipto mangunkusumo Jakarta. Hasil:Hasil penelitian didapatkan
sebanyak 63 orang responden memiliki tekanan darah terkontrol dengan presentase
61,8 % ,dan 39 orang responden dengan tekanan darah tidak terkontrol dengan
presentase 38,2 %. Pada penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara kebiasaan
berolah raga jalan kaki dengan kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi.(p=0,001).
ABSTRACT
Larisa Sabrina Rahadiyanti. Medical Study Program Islamic State University Syarif
Hidayatullah Jakarta. The relation between walking excercise habitation with
controlled blood pressure in hypertensive patients.
viii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah ..................................................................................... 3
1.3 Hipotesis............................................................................................. 3
Tujuan penelitian ......................................................................................... 3
1.3.1 Tujuan umum .................................................................................. 3
1.3.2 Tujuan khusus ................................................................................. 4
1.4 Manfaat penelitian .................................................................................... 4
1.4.1 Bagi peneliti..................................................................................... 4
1.4.2 Bagi masyarakat ............................................................................. 4
1.4.3 Bagi instansi ................................................................................... 4
1.4.4 Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ............................................. 5
BAB V PENUTUP 47
5.1 Simpulan .................................................................................................... 48
5.2 Saran ...........................................................................................................
49
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 54
LAMPIRAN .............................................................................................................
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
. DAFTAR GRAFIK
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
1
2
Centers for Disease Control12 telah mengeluarkan pernyataan yang mendukung peran
aktivitas fisik atau olahraga sebagai pengobatan non farmakologis pada hipertensi.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Fernando dimeo dkk di Brasil tahun 2012
yang menyatakan bahwa berolahraga secara teratur dapat menurunkan tekanan darah
sistolik sebesar 6±12 mmHg dan diastolik sebesar 3±7 mmHg pada penderita hipertensi
yang resisten.14. Kelley dkk pada tahun 2000 menyatakan bahwa latihan resistensi
progresif bermanfaat untuk mengurangi tekanan darah sistolik dan diastolik sebesar 2%
dan 4%.15 Sedangkan menurut Augustine J. Sohn dkk di Afrika didapatkan penurunan
tekanan darah sistolik sebesar 9,0 % dan diastolik sebesar 7,42% pada pasien hipertensi
yang mendapatkan intervensi berjalan kaki selama 30 menit setiap harinya, dan proporsi
pada kelompok yang tidak melakukan berjalan kaki sebesar 0,5.16 Penelitian lain
dilakukan oleh Mughal dkk pada tahun 2000 menyatakan bahwa latihan aerobik berupa
berjalan kaki cepat selama 30 menit 3 sampai 5 kali perminggu pada penderita
hipertensi primer dapat mengurangi tekanan darah sistolik dan diastolik istirahat sebesar
1,4 mmHg.17
usia.16,19 Dalam penelitian sebelumnya telah membuktikan bahwa olahraga yang paling
tepat untuk menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi adalah kombinasi antara
berjalan kaki, jogging dan bersepeda.19 Tetapi terdapat beberapa resiko mungkin terjadi
apabila melakukan olahraga yang seperti jogging dan bersepeda.20 Selain itu
kebanyakan pasien hipertensi memiliki berat badan yang berlebih sehingga untuk
melakukan olahraga berat bukan suatu hal yang mudah untuk dilakukan.21
Oleh karena beberapa hal di atas, peneliti merasa perlu untuk melakukan
penelitian tentang Hubungan Kebiasaan Berolahraga Jalan Kaki dengan Kontrol
Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi. Dimana penelitian tentang hubungan kebiasaan
berolahraga jalan kaki dengan tekanan darah pada penderita hipertensi belum banyak
dilakukan di Indonesia, terutama di Jakarta yang mana merupakan daerah urban yang
masyarakatnya memiliki keterbatasan waktu dan ruang untuk melakukan olahraga.
1.2.Rumusan masalah
1.3.Hipotesis
1.4.Tujuan Penelitian
1.4.1 TujuanUmum
1.5.Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Darah berfungsi sebagai pengangkut masal jarak jauh berbagai bahan antara sel
dan lingkungan eksternal atau antara sel-sel itu sendiri. Darah sangat diperlukan untuk
homeostasis tubuh. Darah terdiri dari cairan yang kompleks, yaitu plasma tempat
unsur-unsur sel eritrosit, leukosit dan trombosit terbenam di dalamnya. Darah
membentuk sekitar 8% dari berat tubuh total dan memiliki volume rata-rata 5 liter pada
wanita dan 5,5 liter pada pria.22
Laju aliran darah yang melintasi suatu pembuluh berbanding lurus dengan
gradien tekanan dan berbanding terbalik dengan resistensi vaskuler. Apabila pembuluh
darah memberikan suatu resistensi yang lebih besar terhadap aliran darah, maka jantung
harus bekerja lebih keras untuk mempertahankan sirkulasi agar adekuat. Terdapat tiga
faktor yang mempengaruhi resistensi terhadap aliran darah, yaitu : (1) kekentalan darah;
(2) panjang pembuluh darah; (3) jari-jari pembuluh.23
Tekanan darah merupakan hasil dari cardiac output dan resistensi perifer total.
Cardiac output merupakan hasil dari volume sekuncup (stroke volume) dan denyut
jantung. Stroke volume ditentukan oleh tiga hal yaitu kontraktilitas jantung, preload dan
afterload.23
6
7
Respons Vasopresin
miogenik
terhadap
peregangan
Angiotensin II
Kompres panas,
dingin
(pemakaian Epinefrin dan
terapetik) norepinefrin
Tekanan darah merupakan gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding
pembuluh, bergantung pada volume darah yang terkandung di dalam pembuluh darah
dan daya regang dinding pembuluh darah tersebut.22 Selama sistol ventrikel, volume
sekuncup darah masuk arteri-arteri dari ventrikel, sementara hanya sekitar sepertiga
darah dari jumlah tersebut yang meninggalkan arteri untuk masuk ke arteriol-arteriol.
Selama diastol, tidak ada darah yang masuk ke arteri-arteri, sementara darah terus
meninggalkan mereka terdorong oleh daya regang pada arteri.23 Tekanan maksimum
yang ditimbulkan di arteri sewaktu darah disemprotkan masuk ke dalam arteri selama
sistol, atau tekanan sistolik, rata-rata adalah 120 mmHg. Tekanan minimum di dalam
arteri sewaktu darah mengalir keluar pembuluh di hilir selama diastol, yakni tekanan
diastolik, rata-rata 80 mmHg. Tekanan arteri tidak turun menjadi 0 mmHg karena
timbul kontraksi jantung berikutnya dan mengisi kembali arteri sebelum semua darah
keluar.22,23
2.1.2 Hipertensi
Sampai saat ini, data hipertensi yang lengkap sebagian besar berasal dari
negara-negara yang sudah maju. Data dari The National Health and Nutrition
Examination Survey (NHNES) menunjukkan bahwa dari tahun 1999-2000, insiden
hipertensi pada orang dewasa adalah sekitar 29-31%, yang berarti terdapat 58-65
juta orang hipertensi di Amerika, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHNES
III tahun 1988-1991.1,25 WHO memperkirakan terdapat 7,5 juta kematian yang
diakibatkan oleh hipertensi, sekitar 12,8% dari total seluruh kematian dan
menyumbang sekitar 57 juta angka kecacatan hidup.2
Hipertensi primer
Merupakan hipertensi yang belum diketahui penyebabnya dengan jelas. dan
tidak memiliki penyebab tunggal namun merupakan sebuah interaksi yang
kompleks antara faktor genetik dan lingkungan, termasuk asupan garam,
alkohol dan obesitas.22
Oleh karena itu,beberapa faktor dapat diduga berperan dalam defek primer
pada hipertensi esensial, dan mencakup, baik pengaruh genetik maupun
lingkungan.26,27:
EKSKRESI
NATRIUM KURANG
MEMADAI
PENINGKATAN PENINGKATAN
RETENSI KETEBALAN DINDING
REAKTIVASI VASKULAR
GARAM PEMBULUH
DAN AIR
PENINGKATAN CURAH
JANTUNG (autoregulasi) HIPERTENSI
Sebaiknya alat yang dipakai adalah sfigmomanometer air raksa, alat ini terdiri
dari sebuah pompa, sumbat udara yang dapat diputar, kantong karet yang
terbungkus kain dan pengukur tekanan air raksa.31 Suatu manset yang dapat
disambungkan, dipakai secara eksternal dan dihubungkan dengan pengukur
tekanan. Apabila manset dilingkarkan mengelilingi lengan atas dan kemudian
dikembungkan dengan udara, tekanan manset disalurkan melalui jaringan ke arteri
brakialis di bawahnya yaitu pembuluh darah utama yang mengangkut darah ke
lengan bawah.23 Balon dipompa 20-30 mmHg diatas tekanan sistolik yaitu saat
pulsasi nadi tidak teraba lagi, kemudian udara dalam maset dikeluarkan secara
perlahan.30 Pengukuran tekanan darah paling tidak dilakukan sebanyak 2 kali.31
Pengukuran ulang hampir selalu diperlukan untuk menilai apakah peninggian
tekanan darah menetap sehingga memerlukan intervensi segera atau kembali ke
normal sehingga hanya memerlukan kontrol yang periodik.30 Selain itu diperlukan
pemeriksaan penunjang untuk menilai adanya faktor resiko kardiovaskular lain.
Tentu saja sebelum melakukan pemeriksaan lain diperlukan anamnesis yang baik
untuk mengetahui riwayat hipertensi dalam keluarga, riwayat penggunaan obat
hipertensi, gejala yang berhubungan dengan gangguan organ target, kebiasaan serta
gaya hidup serta faktor psikososial.31
Menurut The seventh Report of The Joint National Committe on Prevetion,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) yang
dikatakan hipertensi adalah apabila dimana tekanan darah sistolik lebih dari atau
sama dengan 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih atau sama dengan 90 mmHg.12
memiliki tekanan darah terkontrol apabila tekanan sistolik dibawah 130 mmHg dan
tekanan diastolik dibawah 85 mmHg.33
Individu dengan tekanan darah yang tidak terkontrol yaitu dimana tekanan
darah sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik diatas 90 mmHg
memiliki resiko tinggi mengalami komplikasi kardiovaskular.35 Sehingga The
17
Aktivitas fisik pada dasarnya adalah segala kegiatan fisik yang dilakukan
seseorang, apakah itu dalam kegiatan yang sifatnya berolahraga, bekerja ataupun
berekreasi.36 Aktivitas fisik apapun hanya dapat dilakukan apabila terdapat energi
yang diperlukan untuk kegiatan tersebut. Makin berat atau makin lama aktivitas
fisik maka makin banyak pula energi yang dibutuhkan, kebalikannya semakin
ringan dan makin singkat aktivitas fisik maka makin sedikit energi yang
dibutuhkan.37 Sebagai kesimpulan untuk menilai aktivitas fisik salah satu caranya
adalah dengan mengukur energi yang diperlukan atau dihasilkan untuk kegiatan
tersebut.37
Perbedaan olahraga yang bersifat aerobik dan anaerobik antara lain sebagai
berikut :
19
Klasifikasi Energi
Durasi Observasi
(aerobik/anaerobik) yang disediakan
Jenis latihan yang dapat diberikan pada usia di atas 40 tahun adalah latihan
submaksimal.42 Melalui latihan yang bersifat aerobik dan dengan frekuensi 3
sampai 4 kali seminggu, durasi selama 30 sampai 60 menit, dengan intensitas yang
disesuaikan dengan kondisi individual.43
Suatu siklus berjalan adalah aktivitas yang terjadi antara saat tumit
menyentuh lantai atau heel strike dari suatu ekstremitas dan heel strike berikutnya
pada ekstremitas yang sama.44 Siklus berjalan terdiri dari 2 fase yaitu fase strance
22
yang merupakan 60% dari keseluruhan siklus dan fase swing meliputi 40%.
Diantara fase stance dan swing, terdapat saat dimana kedua kaki menumpu berat
badan yang disebut sebagai double stance.46 Saat tersebut akan lebih singkat apabila
jalan semakin cepat. Fase stance terbagi atas 15% periode pertama dari siklus
berjalan dimulai saat tumit menyentuh lantai disebut heel strike, diikuti dengan
foot flat dimana seluruh telapak kaki menyentuh lantai. Terlihat fleksi pada lutut
dan pinggul sebagai persiapan untuk fase swing.46 Sebelum fleksi lutut, tungkai
yang berlawanan telah selesai fase swing dan kontak dengan lantai mulai
mempersiapkan untuk transfer berat badan ke tungkai yang lain.44 Lima persen
terakhir fase stance yang disebut sebagai akselerasi, dari fleksi lutut sampai toe off,
dengan demikian fase stance telah selesai dan dimulailah fase swing.44
Fase swing yang merupakan 40% dari siklus berjalan, terbagi atas 3 periode
yaitu initial swing dimulai saat toe off dan dilanjutkan dengan mengangkat kaki
dalam hubungan dengan fleksi lutut dan dilanjutkan dengan gerakan tungkai ke
depan dimulai oleh fleksi pinggul pada periode akselerasi stance, midswing, yang
merupakan 80% fase swing dimulai saat tungkai mengayun ke depan melewati
tungkai yang lain. 10% terakhir terjadi deselerasi, ayunan tungkai yang cepat ada di
depan tubuh dan secara perlahan turun karena gravitasi dan otot tungkai
melengkapi keseluruhan siklus berjalan dengan kontak terhadap lantai pada heel
strike.47
Respons fisiologis berbagai sistem tubuh terhadap latihan tergantung dari jenis
intensitas latihan dan keadaan lingkungan.39
Terdapat beberapa adaptasi aerobik yang utama, terjadi pada otot skeletal yang
dihasilkan oleh latihan berjalan kaki.48 yaitu :
Peningkatan kadar mioglobin
Mioglobin merupakan pigmen yang mengikat oksigen dengan hemoglobin.
Mioglobin merupakan tempat persediaan oksigen. Fungsi minor memperbaiki
sistim aerobik. Fungsi pokok adalah menambah difusi oksigen membran sel ke
mitokondria yang digunakan.
Peningkatan oksidasi karbohidrat (glikogen)
Latihan dapat meningkatkan kapasitas otot skeletal terhadap pemecahan
glikogen pada proses oksidasi dengan hasil ATP. Dengan kata lain kapasitas otot
menghasilkan energi aerobik yang meningkat. dibuktikan dengan peningkatan
tenaga aerobik maksimal (Vo2 maks)
Perubahan relatif pada serabut otot tipe I dan II
Perubahan serabut otot pada latihan kontinyu terjadi terutama pada serabut tipe
I yang mempunyai kapasitas aerobik yang lebih tinggi dari tipe II.
Kegagalan dari latihan untuk menurunkan tekanan darah pada beberapa individu
telah menimbulkan kemungkinan terdapat kelompok individu yang memberikan
respons baik dan kelopok individu yang memberikan respons negatif.17
24
Terdapat respons akut tekanan darah saat latihan, respons akut ini tergantung
dari jenis latihan yang digunakan.42 Pada latihan berjalan kaki yang merupakan
latihan aerobik terdapat respons awal berupa peningkatan secara linier tekanan
darah sistolik yang terjadi bersamaan dengan peningkatan intensitas kerja yang
secara sekunder disebabkan oleh peningkatan curah jantung. Penurunan resistesi ini
lebih jelas terjadi pada tekanan darah diastolik.39 Setelah melakukan latihan
berjalan kaki untuk waktu tertentu pasien hipertesi akan mengalami penurunan
tekanan darah dan juga peningkatan fungsi jangtung.49
Penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi setelah latihan jalan kaki
disebabkan karena terjadinya beberapa mekanisme dalam tubuh yaitu penurunan
aktivitas sistim saraf simpatis, penurunan resistensi total perifer vaskular,
penurunan curah jantung, meningkatnya sensitivitas barorefleks dan menurunnya
volume plasma.50 Latihan berjalan kaki menurunkan tekanan darah harian baik
pada saat istirahat maupun saat aktivitas.51
25
Hipertensi
Berjalan kaki
(olahraga aerobik)
Denyut Volume
jantung Resistensi plasma
otot rangka
Curah jantung
Resistensi
pada jantung
Tekanan darah dan ogan lain
Vasodilatasi
pembuluh darah
Curah jantung
Asupan
Berolahraga Kontrol tekanan
garam
darah
Jalan kaki
hasil kuesioner
28
29
(𝑍𝛼 2𝑃𝑄 + 𝑍𝛽 𝑃1 𝑄1 + 𝑃2 𝑄2 )2
N=
(𝑃1 − 𝑃2 )2
Keterangan:
Zα : deviat baku alpha
Zβ : deviat baku beta
P2 : proporsi pada kelompok standar, tidak berisiko, tidak terpajan atau
kontrol
Q2 : 1-P2
Q1 : 1-P1
P1-P2 : selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna
P1 P2
P : proporsi total =
2
Q : 1-P
P1 : proporsi pada kelompok uji, berisiko, terpajan atau kasus,
Nilai Zα= 1,96 dengan kesalahan tipe 1 =5%, dan untuk power tes 80% (Zβ=
0,84), dengan effect size 20% dan P2 sebesar 0,5.16 P1-P2 ditetapkan sebesar
20%. Maka:
(1,96 2 × 0,6 × 0,4 + 0,84 0,7 × 0,3 + 0,5 × 0,5)2
N=
(0,2)2
N= 92,5
N= 93
31
𝑛
𝑛′ =
(1 − 𝑓)
Maka :
93
𝑛′ =
(1 − 0,1)
n’ = 102
Dengan demikian, jumlah sampel yang diteliti pada penelitian ini berjumlah 102
orang .
32
3.7.Alur Penelitian
Persiapan penelitian
Kriteria Eksklusi
Inform consent
Analisis penelitian
Kesimpulan
kebiasaan berolahraga jalan kaki dengan variabel dependen yaitu kontrol tekanan darah,
yang mana kedua variabel tersebut bersifat kategorik.52,54 Uji Chi-Square menggunakan
tabel 2x2 yang mana pada baris ditempatkan variabel independen dan pada kolom
ditempatkan variabel dependen. Melalui uji statistik Chi-Square akan diperoleh nilai p
(p value) dengan tingkat kemaknaan 0,005. Jika nilai p≤ 0,005 maka Ho ditolak dan Ha
diterima, dengan kata lain terdapat hubungan yang bermakna antara dua variabel yang
diuji. Sedangkan jika nilai p> 0,005 maka Ho diterima dan Ha ditolak, dengan kata lain
tidak terdapat hubungan antara dua variabel yang diuji.52
Terdapat syarat untuk mengetahui hubungan dari variabel dependen dan
independen menggunakan uji Chi-Square.SyaratChi-Square adalah jumlah sel yang
mempunyai nilai expected kurang dari 5, maksimal sebanyak 20% dari jumlah sel yang
ada. Jika tidak memenuhi syarat uji Chi-Square, alternatif lain yang dapat dilakukan
adalah menggunakan uji Fisher sebagai uji alternatif untuk tabel 2x2.54
BAB IV
Data penelitian ini diambil dari Bagian Rekam Medis kelompok senam jantung
sehat di Unit Pelayanan jantung terpadu RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dengan
melihat data pasien yang sudah didiagnosis hipertensi dan memenuhi kriteria. Jumlah
total sampel yang diambil yakni sebanyak 102 sampel dengan metode pengambilan
sampel consecutive sampling. Dilanjutkan dengan pengisian kuesioner dan pemeriksaan
tekanan darah.
Jenis kelamin
Pria 68 66.7
Wanita 34 33.3
Usia 59,73
Kebiasaan Berjalan Kaki
Iya 72 70.6
Tidak 30 29.4
TekananDarah
Terkontrol 63 61.8
Tidakterkontrol 39 38.2
Tabel 4.1KarakteristikDemografisSubjekPenelitian.
36
37
Berdasarkan tabel 4.1 dan grafik 4.2 dapat dilihat gambaran karakteristik
penelitian berdasarkan usia. Pada kelompok senam jantung sehat Unit Pelayanan
Jantung Terpadu RSUPN Cipto Mangunkusumo didapatkan pasien yang terdiagnosis
hipertensi primer terbanyak terdapat pada usia 60 tahun dengan jumlah10orang (9,8%)
usia pasien tertinggi yaitu berusia 84 tahun dan usia terendah yaitu 42 tahun dengan
rata rata usia responden hipertensi pada kelompok senam jantung sehat Unit Pelayanan
Jantung Terpadu RSUPN CiptoMangunkusumo adalah 59.73. Setelah dilakukan uji
normalitas terhadap usia responden, diperoleh nilai p = 0,200 . Karena nilai p > 0,05
maka diambil kesimpulan bahwa distribusi usia normal.54
Hal ini sesuai dengan pendapat Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, pada
buku Harrison’s Principles of Internal Medicine yang menyatakan bahwa semakin
tinggi usia seseorang semakin tinggi pula tekanan darahnya, hal ini disebabkan karena
semakin bertambahnya usia, pembuluh darah arteri mengalami kekurangan elastisitas
sehingga tekanan pada darah akan meningkat, hal ini dapat diibaratkan seperti pipa air
yang mengalami penyempitan tekanan pada air akan meningkat.28 Hal ini juga sejalan
dengan hasil dari penelitian yang dilakukan sebelumnya bahwa usia responden
hipertensi terbanyak adalah yang berusia diatas 50 tahun. Disebabkan karena semakin
bertambahnya usia, pembuluh darah arteri mengalami penurunan kelenturan atau
39
Pada penelitian ini subjek penelitian yang memiliki kebiasaan berjalan kaki
lebih banyak yaitu 72 orang dengan presentase 70.6% dan yang tidak memiliki
kebiasaan berjalan kaki 30 orang dengan presentase 29.4% sehingga diketahui pada
pasien hipertensi pada penelitian ini lebih banyak yang memiliki kebiasaan berolahraga
jalan kaki.
Pada penelitian ini dilakukan analisis univariat untuk melihat gambaran distribusi
frekuensi pada variabel independen dan variabel dependen yang diteliti. Adapun hasil
analisis univariat pada penelitian ini akan dijelaskan pada sub-bab berikut
Ya 72 70.6
Tidak 30 29.4
Terkontrol 63 61.8
TidakTerkontrol 39 38.2
Berdasarkan tabel 4.3 dan grafik 4.4 dapat dilihat gambaran karakteristik
penelitian berdasarkan kontrol tekanan darah. Pada kelompok senam jantung sehat
Unit Pelayanan Jantung Terpadu RSUPN Cipto Mangunkusumo didapatkan 63
responden yang tekanan darahnya terkontrol dengan presentase (61,8%), dan 39
responden tekanan darahnya tidak terkontrol dengan presentase (38,2%). Pemeriksaan
tekanan darah yang teratur pada pasien hipertensi sangat dibutuhkan untuk mengetahui
tekanan darahnya terkontrol atau tidak. Karena apabila tekanan darah pada pasien
hipertensi tidak terkontrol merupakan faktor resiko tinggi terjadinya komplikasi
kardiovaskular.3
43
disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan berolahraga jalan kaki dengan
kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi.
Oleh karena terdapat hubungan antara kebiasaan berolahraga jalan kaki dengan
kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi, peneliti mengukur estimasi resiko relatif
hubungan tersebut dengan menggunakan rasio prevalens (RP). Rasio prevalens (RP)
dapat dihitung dengan rumus RP= a/(a+b) : c/(c+d).52 Diketahui nilai rasio
prevalens(RP) pada penelitian ini adalah sebesar 0.4 dengan IK 95% (0,055-0,368)
dimana pada nilai RP<1 bukan merupakan faktor resiko tetapi merupakan faktor
protektif.52,54
Dari hasil penelitian ini, diketahui bahwa pada pasien hipertensi yang
melakukan kebiasaan berolahraga jalan kaki secara teratur selama minimal 3 kali
dalam seminggu dan berdurasi minimal 30 menit setiap latihan memiliki tekanan
darah yang terkontrol diabandingkan dengan yang tidak berjalan kaki.
Hasil dari penelitian ini yang menunjukan terdapat hubungan antara berolahraga
jalan kaki dengan tekanan darah pada hipertensi sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Martin et al menunjukkan terdapat penurunan tekanan darah pada pasien
hipertensi sebesar 3,2 mmHg tekanan diastolik dan 5,7 mmHg tekanan sistolik pada
penderita hipertensi dengan olahraga aerobik ringan.13 Penelitian Fernando dimeo dkk
juga menyatakan terdapat hubungan berolahraga secara teratur dengan hipertensi dan
dapat menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 6±12 mmHg dan diastolik sebesar
3±7 mmHg pada penderita hipertensi yang resisten.14 Augustine J. Sohn dkk
menyatakan bahwa terdapa hubungan berolahraga terutama jalan kaki dengan tekanan
darah pada hipertensi, terdapat penurunan tekanan darah sistolik sebesar 9,0 % dan
diastolik sebesar 7,42% pada pasien hipertensi yang mendapatkan intervensi berjalan
kaki selama 30 menit setiap harinya.16
perubahan yang terjadi pada tubuh. Hal tersebut dapat berupa perubahan pada frekuensi
jantung, isi sekuncup, dan curah jantung.50
Saat melakukan aktivitas fisik yang bersifat aerobik seperti berjalan kaki,
tekanan darah akan naik cukup banyak. Seperti pada saat melakukan olahraga aerobik
yang bersifat keras, tekanan darah sistolik akan naik mejadi 150-200 mmH dari tekanan
darah sistolik ketika istirahat sebesar 110-120 mmHg. sebaliknya, segera setelah latihan
aerobik selesai, tekanan darah akan turun sampai di bawah normal dan berlangsung
selama 30-120 menit.38 Jika aktivitas fisik yang bersifat aerobik ini dilakukan secara
berulang, penurunan tekanan darah akan berlangsung lebih lama. Itulah sebabnya
berolahraga secara terarur akan dapat menurunkan tekanan darah. Jenis olahraga yang
efektif menurunkan tekanan darah adalah olahraga aerobik dengan intensitas sedang
dengan frekuensi 3-5 kali perminggu dengan durasi latihan minimal 30 menit sekali
latihan.49
Tekanan darah yang terkontrol pada hipertensi ini terjadi lantaran adanya
penurunan tekanan darah karena pembuluh darah mengalami pelebaran dan terjadi
relaksasi pembuluh darah. Sehingga terjadi penurunan tekanan darah seperti halnya
melebarnya pipa air yang akan menurunkan tekanan pada aliran air. Dalam hal ini
olahraga aerobik yang bersifat kontinyu dapat mengurangi tahanan perifer pembuluh
darah. Mekanisme penurunan tekanan darah juga diakibatkan oleh aktivitas memompa
jantung yang berkurang.49 Otot jantung individu yang berolahraga secara rutin lebih
kuat dibandingkan dengan individu yang jarang berolahraga. Pada individu yang rutin
berolahraga jantungnya berkontraksi lebih sedikit untuk memompakan darah dengan
volume yang sama.39 Karena olahraga dapat menyebabkan penurunan denyut jantung,
maka olahraga secara kontinyu akan menurunkan cardiac output, yang pada akhirnya
akan menyebabkan terjadinya penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.49
Peningkatan efisiensi kerja jantung dicerminkan dengan penurunan tekanan darah
sistolik, sedangkan penurunan tahanan perifer dicerminkan dengan penurunan tekanan
diastolik.23
46
PENUTUP
5.1 Simpulan
a) Pada penelitian ini diketahui bahwa dari total 102 responden, jumlah terbanyak
terdapat pada usia 60 tahun dengan jumlah 10 orang (9,8%) dan usia tertinggi
yaitu 84 tahun serta usia terendah 42 tahun.Jumlah pasien laki-laki adalah
sebanyak 68 orang (66,7%) sedangkan perempuan (sebanyak 34 orang atau
33,3%). Jumlah responden yang Berolahraga Jalan Kaki terdapat 72 orang
dengan persentase (70,6%), dan 30 orang tidak Berolahraga Jalan Kaki dengan
presentase (29,4%).
b) Dari total 102 responden, sebanyak 63 orang memiliki kontrol tekanan darah
dengan presentase (61,8%), dan 39 orang tekanan darahnya tidak terkontrol
dengan presentase (38,2%).
c) Berdasarkan hasil dari penelitian hubungan antara kebiasaan berolahraga jalan
kaki dengan kontrol tekanan darah, disimpulkan bahwa terdapat hubungan
antara kebiasaan berolahraga jalan kaki dengan kontrol tekanan darah pada
pasien hipertensi. nilai (p = 0.001, PR = 0,4, IK = 0.055-0.368 )
47
48
5.2 Saran
Aktivitas fisik yang bersifat aerobik seperti berjalan kaki pada pasien hipertensi
sangat penting dilakukan, hal ini merupakan salah satu upaya untuk membantu
menurunkan tekanan darah pada hipertensi dan akhirnya didapatkan tekanan darah yang
terkontrol selain melakukan tatalaksana secara medikamentosa. Dan juga sebagai
pencegahan terjadinya komplikasi kardiovaskular lebih lanjut dari hipertensi .
c). Peneliti
49
50
12. Aram V. Chobanian et al. Seventh report of the Joint National Committee
(JNC 7) on prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood
pressure. Hypertension. 2003;42:1206–1252.
54. M. Sopiyudin Dahlan. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, 4th ed. Jakarta:
Salemba Medika;2009
55. Anjum et al. Hypertension after kidney transplantation.USA;2004
56. Stacey E. Jolly et al. Uric Acid, Hypertension, and CKD among Alaska
Eskimos-the Genetics of Coronary Artery Disease in Alaska Natives
(GOCADAN) study;2012
LAMPIRAN 1
54
55
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 3
PERSETUJUAN
Saat ini saya Larisa Sabrina Rahadiyanti sebagai peneliti di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sedang melakukan penelitian mengenai “Hubungan
kebiasaan berolahraga jalan kaki dengan kontrol tekanan darah pada pasien Hipertensi.”
Sesuai dengan tata cara yang telah ditetapkan di Universitas kami, maka anda
akan menjalani penelitian ini dengan pengisian kuesioner dan pemeriksaan fisik. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara
kebiasaan berolahraga jalan kaki dengan tekanan darah pada pasienhipertensi .
Setelah mengikuti penelitian ini, data anda akan tetap dirahasiakan, dan akan
disimpan oleh peneliti dengan sebaik mungkin.
Peneliti,
Telp. 085692121535
57
(Lanjutan)
SURAT PERSETUJUAN
( INFORMED CONSENT )
Nama :
Usia :
Alamat :
Nomer telp/Hp :
Menyatakan bahwa saya telah mengerti sepenuhnya atas penjelasan yang telah
diberikan oleh Larisa Sabrina Rahadiyanti dan bersedia menjalani penelitian mengenai
“Hubungan Kebiasaan Berolahraga Jalan Kaki dengan Kontrol Tekanan Darah pada
pasien Hipertensi”.
Jakarta, 2013
Peserta Penelitian
( )
58
LAMPIRAN 4
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI
Hubungan Kebiasaan Berolahraga Jalan Kaki dengan Kontrol Tekanan Darah pada
pasien Hipertensi
1. Nama :
2. Jenis kelamin :
a. Laki-laki
b. Perempuan
3. Umur :
4. Alamat :
5. Pekerjaan :
6. Pendidikan terakhir :
7. Berat badan (kg) :
8. Tinggi badan (cm) :
9. Lingkar pinggang (cm) :
10. Sejak kapan mengalami hipertensi (darah tinggi) ?
11. Apakah ada riwayat hipertensi (darah tinggi) di keluarga ?
a. Ya
b. Tidak
59
12. Jika iya, siapa anggota keluarga yang mengalami hipertensi (darah tinggi)?
13. Apakah anda pernah mengalami kencing manis ?
a. Ya
b. Tidak
14. Jika iya sejak kapan anda mengalami kencing manis ?
15. Apakah anda mengalami kolesterol tinggi ?
a. Ya
b. Tidak
16. Jika iya sejak kapan anda mengalami kolesterol tinggi ?
17. Apakah anda merokok ?
a. Ya
b. Tidak
18. Sejak kapan anda merokok ?
19. Berapa batang dalam sehari ?
20. Apakah anda sering melakukan olahraga ?
a. Ya
b. Tidak
21. Jika iya, berapa kali seminggu ?
22. Jenis olahraga apa yang dilakukan ?
23. Apakah anda sering mengkonsumsi sayur-buah ?
a. Ya
b. Tidak
24. Berapa porsi dalam sehari ?
25. Apakah anda sering mengkonsumsi makanan yang asin ?
a. Ya
b. Tidak
26. Berapa porsi dalam sehari ?
27. Apakah anda sering mengkonsumsi makanan yang manis ?
a. Ya
b. Tidak
28. Berapa porsi dalam sehari ?
60
(Lanjutan)
6 Saya merasa
kesulitan-kesulitan
semakin menumpuk
sehingga saya tidak
mmpu untuk
mengatasinya
62
LAMPIRAN 5
KUESIONER PENELITIAN
(Lanjutan)
LAMPIRAN 6
VALIDASI KUESIONER
65
66
N %
Total 30 100.0
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.791 12
jenis kelamin
Statistics
usia
N Valid 102
Missing 0
Mean 59.7255
Median 60.0000
Minimum 42.00
Maximum 84.00
Usia
Cases
Descriptives
Median 60.0000
Variance 81.607
Minimum 42.00
Maximum 84.00
Range 42.00
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Jalankaki
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Terkontrol
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cases
terkontrol
jalankaki ti Count 9 21 30
ya Count 54 18 72
Chi-Square Tests
b
Continuity Correction 16.303 1 .000
b
N of Valid Cases 102
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,47.
Risk Estimate
PERSONAL DATA
Agama : Islam
Email : larisa@hotmail.co.id
RIWAYAT PENDIDIKAN