Anda di halaman 1dari 38

Edisi Ketiga.

Oktober 2012

Buku Panduan CSL


Blok 13. TROPICAL AND INFECTIOUS DISEASE

Fakultas Kedokteran Univeritas Lampung


Jln. Prof. Soemantri Bojonegoro No. 1
Bandar Lampung-Indonesia

© 10-2012 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung


Blok 13. Tropical and Infectious Disease
Edisi III : 2012

Cetakan Ketiga, Oktober 2012

Buku Panduan CSL


Blok 13. Topical and infectious disease
Edisi Ketiga

72 hlm ; 16.5 x 21.5 cm

ISSN :

Diterbitkan pertama kali oleh :

Unit CSL - Tim Pengembangan KBK - Fakultas Kedokteran Universitas


Lampung

Dicetak di Bandar Lampung

Desain muka oleh : dr. Dewi Nur fiana


KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT, sampai saat ini kita
masih diberikan nikmat kesehatan, dan kesempatan untuk berkarya sehingga buku panduan
CSL ini dapat terselesaikan dengan baik.Buku Panduan CSL Blok 13. Tropical and Infectious
Disease dan akan dipergunakan sebagai panduan bagi mahasiswa maupun instruktur dalam
proses pembelajaran Clinical Skill Laboratory (CSL) pada Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung khususnya semester 5 tahun ajaran
2011-2012.
Penyusunan buku ini terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu
penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah memberikan konsultasi materi, masukan dan saran guna penyempurnaan buku ini,
rekan-rekan sejawat yang telah memberikan dukungan moriil dan materiil hingga buku ini
dapat diselesaikan dengan baik.
Dengan segala kekurangan dan keterbatasan yang ada, semoga buku ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Bandar Lampung, Oktober 2012

3
Blok 13. Tropical and Infectious Disease

Tim Penyusun:

dr. Azelia Nusadewiarti, MPH


dr. Betta Kurniawan
M. Kes, dr. Intanri Kurniati
dr. Oktadoni Saputra

Editor :

dr. Dewi Nur Fiana


Daftar Isi

Halaman Judul ........................................................................................................ 1


Tim Penyusun .......................................................................................................... 2
Kata Pengantar ........................................................................................................ 3
Daftar Isi .................................................................................................................. 4
Lesson Plan ............................................................................................................. 4
Regulasi CSL .......................................................................................................... 5
Daftar Keterampilan ................................................................................................. 6
CSL 1. Edukasi pasien ............................................................................................. 7
CSL 2. Finger prick dan pembuatan preparat apusan darah tepi............................ 15
CSL 3. Pemeriksaan Feces (Stool Examination) pada Intestinal Helminthes ........ 31

5
Blok 13. Tropical and Infectious Disease

LESSON PLAN CSL SESI 1


No Kegiatan Alokasi Waktu
1 Perkenalan instruktur dan absensi mahasiswa/i 5 menit
2 Pre Test 10 menit
3 Overview materi 5 menit
4 Demonstrasi 10 menit
5 Mahasiswa/i berlatih 60 menit
6 Feed back dan penutup 10 menit

LESSON PLAN CSL SESI 2


No Kegiatan Alokasi Waktu
1 Perkenalan instruktur dan absensi mahasiswa/i 5 menit
2 Persiapan dan pengaturan latihan 5 menit
3 Penilaian terhadap mahasiswa yang berlatih 80 menit
4 Feed back dan penutup 10 menit

LEVEL OF COMPETENCE

Level Kompetensi 1 Mengetahui dan menjelaskan


Level Kompetensi 2 Pernah melihat / didemonstrasikan
Pernah melakukan atau pernah menerapkan di bawah
Level Kompetensi 3
supervisi
Level Kompetensi 4 Mampu melakukan secara mandiri
REGULASI CSL

 Kegiatan CSL setiap topik terbagi atas 2 sesi.


 Pada kegiatan CSL terdapat 2 buku, yakni Buku Panduan CSL dan Buku
Kegiatan CSL yang wajib dibawa setiap sesi.
 Keikut sertaan 100%
 Harap hadir tepat waktu
 Jika terlambat ≤ 15 menit dapat mengikuti CSL dengan pre test susulan
di ruang administrasi CSL dan nilai pre test dikurangi 10 poin
 Jika terlambat >15 menit tidak diperkenankan mengikuti CSL
 Pada Sesi 1 akan dilakukan Pre test secara serentak dan dikumpulkan
pada instruktur penanggung jawab pre test yang bertugas
 Pelaksanaan pre test dilakukan serentak di ruang CSL dengan instruktur
masing-masing atau dikumpulkan di ruang tertentu untuk jenis
keterampilan tertentu seperti keterampilan Laboratorium
 Saat pretest mahasiswa tidak diperkenankan melakukan kecurangan
seperti mencontek atau bekerjasama dengan temannya dan akan
langsung ditarik lembar jawabannya dan jawaban di anulir.
 Pada akhir sesi 1 akan diumumkan mahasiswa/i yang mendapat nilai pre
test <70 dan penugasannya yang wajib dikumpulkan sebelum CSL sesi 2
pada instruktur penanggung jawab pre test
 Jika tugas tidak dikumpulkan tepat waktu dan jika mendapat nilai tugas
< 60 maka akan mendapatkan tugas ke-2
 Jika tugas 1 dan 2 tidak dikumpulkan dan atau nilai tugas ke-2 < 60 maka
CSL yang bersangkutan dianggap tidak hadir
 Pada Sesi 2 mahasiswa melakukan keterampilan klinik dengan dinilai
oleh rekannya dibawah pengawasan instruktur
 Penilaian dilakukan pada buku kegiatan mahasiswa dan ditanda tangani
oleh instruktur saat pelaksanaan skills lab berlangsung sebagai bukti
otentik latihan serta tidak boleh disobek
 Nilai pada ceklist latihan terdapat nilai 0,1 dan 2. Jika poin tersebut tidak
dikerjakan maka diberi nilai 0, jika dilakukan tetapi masih dengan
kekurangan (tidak sempurna) maka diberi nilai1 dan jika dilakukan
dengan sempurna maka diberi nilai 2.
 Nilai latihan diperinci sebagai berikut :

7
Blok 13. Tropical and Infectious Disease

< 70% : Belum terampil

70% – 85% : Terampil

> 85% : Sangat terampil

Dimana nilai latihan harus ≥ 70%. Apabila <70% maka mahasiswa yang
bersangkutan diwajibkan untuk mengikuti Belajar Mandiri sebelum OSCE

 Mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan CSL baik sesi 1 atau ke-2
dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan (forced majeur) harus
mengajukan surat permohonan kepada Pimpinan Program Studi untuk
dapat diadakan CSL susulan sebelum Ujian OSCE diadakan.
 Mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan CSL tanpa alasan yang jelas/
tidak dapat dipertanggungjawabkan tidak dapat mengikuti Ujian OSCE
 Mahasiswa yang tidak lengkap kegiatan latihannya tidak dapat
mengikuti Ujian OSCE
 Pada halaman terakhir Buku Kegiatan CSL terdapat Lembar Rekapitulasi
Nilai CSL yang harus diparaf setiap selesai latihan oleh instruktur yang
bertugas.
 Pada akhir blok, rekapitulasi nilai tersebut akan diperiksa dan diberikan
rekomendasi layak/tidaknya mengikuti OSCE oleh PJ CSL blok yang
bersangkutan.
 Mahasiswa/i yang tidak menghadiri CSL (salah satu atau kedua kegiatan)
maka harus mendapatkan rekomendasi dari ketua program studi
kedokteran unila untuk mengikuti CSL susulan dengan menanggung
biaya pelaksanaan CSL tersebut (seperti biaya BHP dan pemeliharaan
alat)
 Hal-hal yang belum diatur dalam regulasi ini akan ditetapkan kemudian
DAFTAR MATERI CLINICAL SKILLS LAB (CSL) BLOK 13. TROPICAL AND INFECTIOUS
DISEASE

Jenis keterampilan csl


No Judul csl Pemeriksaan
Anamnesis Prosedural Laboratorium
fisik

1 Edukasi pasien √ - - -

Finger Prick dan


Pembuatan
2 Preparat Apusan - - - √
Darah Tepi

Pemeriksaan Feces
(Stool Examination)
3 pada Intestinal - - - √
Helminthes

9
Blok 13. Tropical and Infectious Disease

EDUKASI PASIEN
dr. Azelia Nusadewiarti, MPH

A. TEMA :
Edukasi pasien, rencana menginformasikan kepada pasien tentang
informasi secara umum tentang penyakit, pemeriksaan penunjang, tindakan dan
terapi, rehabilitasi.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa mampu menginformasikan kepada pasien informasi secara umum
tentang penyakit, rencana pemeriksaan penunjang, tindakan dan terapi, rehabilitasi
dengan baik dan benar.

2. Tujuan Instruksional Khusus


• Mahasiswa mengucapkan salam pembuka di awal dan penutup di akhir
• Mahasiswa mampu mengawali dan mengakhiri edukasi pasien
• Mahasiswa mampu menginformasikan kondisi saat ini dan berbagai
kemungkinan diagnosis
• Mahasiswa mampu menyampaikan berbagai tindakan medis yang dilakukan
untuk menegakkan diagnosis, termasuk manfaat resiko serta kemungkinan
efek samping/komplikasi.
• Mahasiswa mampu menyampaikan hasil dan interpretasi tindakan medis
yang telah dilakukan untuk menegakan diagnosis
• Mahasiswa mampu menyampaikan diagnosis.
• Mahasiswa mampu menyampaikan pilihan tindakan medis untuk tujuan terapi
termasuk kelebihan dan kekurangan dari masing-masing cara.
• Mahasiswa mampu menyampaikan prognosis.
• Mahasiswa mampu menyampaikan dukungan/support yang tersedia.
• Mahasiswa mampu menyampaikan rehabilitasi
• Mahasiswa mampu menyampaikan pendidikan kesehatan

C. ALAT DAN BAHAN


- Pasien simulasi
- Meja dan kursi periksa
- Kelengkapan periksa (lembar rekam medis, lembar laboratorium, dll yg
diperlukan)
- Media edukasi (jika diperlukan)
- Hand scrub
D. SKENARIO
Mahasiswa, laki-laki, usia 20 tahun mendadak demam tinggi selama 3 hari, disertai
dengan nyeri kepala, mual, mialgia, nafsu makan berkurang, dan badan terasa lemas. Pada
hari keempat saat bangun tidur pada lengannya terlihat bintik kemerahan. Penderita tidak
batuk pilek. Sudah minum obat parasetamol, tetapi demam tetap tinggi, sehingga dia
memeriksakan diri ke pada saudara dokter keluarga di KDK Avicenna.
Hasil pemeriksaan tanda vital T 110/90 mmHg N 120x/mnt tes pembendungan (RL)
ternyata hasilnya positif. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan jumlah leukosit
3.500/mm3, hematokrit 42% serta jumlah trombosit 50.000/mm3. Pemeriksaan serologi IgG
dan IgM anti dengue positif. Seminggu yang lalu tetangga penderita umur 3 tahun ada yang
meninggal karena demam berdarah.

E. DASAR TEORI
Penatalaksanaan Penyakit dengan pendekatan keluarga (5 level prevention)
← Periode Prepatogenesis → ← Periode Patogenesis →
Interaksi antara ; intrinsik faktor, Masa Masa Penyakit Masa Lanjut
penyebab penyakit & faktor ekstrinsik penyakit Terkendali
dini
↑ ↑ ↑ ↑ ↑
Peningkatan Perlindungan Deteksi Pengobatan/ Pemulihan/
Kesehatan Khusus Dini Tindakan Rehabilitasi

Preventif Primer Preventif Sekunder Preventif Tertier

Peningkatan Kesehatan (Health Promotion)


• Dilakukan pada orang yang sehat/netral
• Edukasi, nutrisi, olahraga, rumah sehat, konseling, genetik, MCU, perhatian pada
perkembangan kepribadian

Perlindungan Khusus (Specific Protection)


• Dilakukan pada orang yang berisiko
• Imunisasi, personal higiene, sanitasi, perlindungan kerja, perlindungan kecelakaan,
penggunaan bahan gizi tertentu, perlindungan terhadap karsinogenik, menghindari
alergen

Deteksi Dini (Early Diagnosis & Prompt Treatment)


• Penemuan kasus (perorangan / kelompok)
• Survei skrining
• Pemeriksaan selektif dengan tujuan pencegahan penyakit berlanjut, pencegahan
menjalarnya penyakit menular, dan pencegahan komplikasi

11
Blok 13. Tropical and Infectious Disease

• Pengobatan awal
Pengobatan dan Tndakan (Disability Limitation)
• Pengobatan lanjut dan lengkap
• Penyediaan fasilitas untuk membatasi atau memperpendek masa ketidak mampuan
(perawatan RS dan perawatan di rumah)
• Konsultasi dan rujukan
• Pelayanan spesialis
• Mencegah kematian

Pemulihan (Rehabilitation)
• Penyediaan fasilitas pelatihan di RS dan masyarakat agar kemampuan yang tersisa
dapat dimanfaatkan secara maksimum
• Edukasi masyarakat dan industri agar menerima mereka yang telah direhabilitasi
• Sedapat mungkin diusahakan supaya semua dapat bekerja  Kualitas hidup yang
baik dan bermanfaat

Edukasi pasien pada pasien tergantung kasusnya pada tingkat/level pencegahan


yang ditemukan

F. PROSEDUR EDUKASI PASIEN


Dalam menyampaikan informasi setelah dilakukan anamnesis secara lengkap,
dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik yang teliti serta pemeriksaan penunjang yang relevan
sehingga didapat diagnosis yang tepat, maka kita akan melakukan edukasi pasieneducation
yaitu merencanakan edukasi tentang materi informasi yang akan disampaikan, siapa yang
akan diberi informasi, berapa banyak atau sejauh mana, kapan menyampaikan informasi,
dimana tempat menyampaikan informasi dan bagaimana cara penyampaian informasi.

1. Materi Informasi apa yang disampaikan


• Kondisi saat ini dan berbagai kemungkinan diagnosis.
• Berbagai tindakan medis yang akan dilakukan untuk menentukan diagnosis,
termasuk manfaat, risiko, serta kemungkinan efek samping/komplikasi.
• Hasil dan interpretasi dari tindakan medis yang telah dilakukan untuk
menegakkan diagnosis.
• Diagnosis
• Pilihan tindakan medis untuk tujuan terapi (kekurangan dan kelebihan
masingmasing cara).
• Prognosis.
• Dukungan (support) yang tersedia.

2. Siapa yang diberi informasi


• Pasien, apabila dia menghendaki dan kondisinya memungkinkan.
• Keluarganya atau orang lain yang ditunjuk oleh pasien.
• Keluarganya atau pihak lain yang menjadi wali/pengampu dan bertanggung
jawab atas pasien kalau kondisi pasien tidak memungkinkan untuk berkomunikasi
sendiri secara langsung

3. Berapa banyak atau sejauh mana


• Untuk pasien: sebanyak yang pasien kehendaki, yang dokter merasa perlu untuk
disampaikan,dengan memerhatikan kesiapan mental pasien.
• Untuk keluarga: sebanyak yang pasien/keluarga kehendaki dan sebanyak yang
dokter perlukan agar dapat menentukan tindakan selanjutnya.

4. Kapan menyampaikan informasi


• Segera, jika kondisi dan situasinya memungkinkan Efektif Dokter-Pasien

5. Di mana menyampaikannya
• Di ruang praktik dokter.
• Di bangsal, ruangan tempat pasien dirawat.
• Di ruang diskusi.
• Di tempat lain yang pantas, atas persetujuan bersama, pasien/keluarga dan
dokter.

6. Bagaimana menyampaikannya
• Informasi penting sebaiknya dikomunikasikan secara langsung, tidak melalui
telpon, juga tidak diberikan dalam bentuk tulisan yang dikirim melalui pos,
faksimile, sms, internet.
• Persiapan meliputi:
 materi yang akan disampaikan (bila diagnosis, tindakan medis, prognosis
sudah disepakati oleh tim);
 ruangan yang nyaman, memperhatikan privasi, tidak terganggu orang lalu
lalang, suara gaduh dari tv/radio, telepon;
 waktu yang cukup;
 mengetahui orang yang akan hadir (sebaiknya pasien ditemani oleh
keluarga/orang yang ditunjuk; bila hanya keluarga yang hadir sebaiknya
lebih dari satu orang).
 Jajaki sejauh mana pengertian pasien/keluarga tentang hal yang akan
dibicarakan.
 Tanyakan kepada pasien/keluarga, sejauh mana informasi yang diinginkan
dan amati kesiapan pasien/keluarga menerima informasi yang akan
diberikan.

13
Blok 13. Tropical and Infectious Disease

Langkah-langkah Menyampaikan Informasi dalam rencana edukasi


Ada empat langkah yang terangkum dalam satu kata untuk melakukan
komunikasi,yaitu SAJI (Poernomo, Ieda SS, Program Family Health Nutrition, Depkes RI,
1999) :
 S = Salam
 A = Ajak Bicara
 J = Jelaskan
 I = Ingatkan
Secara rinci penjelasan mengenai SAJI adalah sebagai berikut.
 Salam:
Beri salam, sapa dia, tunjukkan bahwa Anda bersedia meluangkan waktu
untuk berbicara dengannya.

 Ajak Bicara:
Usahakan berkomunikasi secara dua arah. Jangan bicara sendiri. Dorong
agar pasien mau dan dapat mengemukakan pikiran dan perasaannya. Tunjukkan
bahwa dokter menghargai pendapatnya, dapat memahami kecemasannya, serta
mengerti perasaannya. Dokter dapat menggunakan pertanyaan terbuka maupun
tertutup dalam usaha menggali informasi.

 Jelaskan:
Beri penjelasan mengenai hal-hal yang menjadi perhatiannya, yang ingin
diketahuinya, dan yang akan dijalani/dihadapinya agar ia tidak terjebak oleh
pikirannya sendiri. Luruskan persepsi yang keliru. Berikan penjelasan mengenai
penyakit, tindak medis dan terapi, pemeriksaan penunjang yang relevan,
rehabilitasi atau apapun secara jelas dan detil.

 Ingatkan:
Percakapan yang dokter lakukan bersama pasien mungkin memasukkan
berbagai materi secara luas, yang tidak mudah diingatnya kembali. Di bagian akhir
percakapan, ingatkan dia untuk hal-hal yang penting dan koreksi untuk persepsi
yang keliru. Selalu melakukan klarifikasi apakah pasien telah mengerti benar,
maupun klarifikasi terhadap hal-hal yang masih belum jelas bagi kedua belah pihak
serta mengulang kembali akan pesan-pesan kesehatan yang penting
G. DAFTAR PUSTAKA
1. Azwar Azrul, Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga. Yayasan Penerbit IDI,
Jakata;1996
2. Gan, Goh Lee, at all, A primer On Family Medicine Practice, Singapore
International Foundation, Singapore, 2004
3. Konsil Kedokteran Indonesia. Komunikasi Efektif Dokter-Pasien. Jakarta: KKI.
2006
4. Mc Whinney, A Text Book of family Medicine, Oxford University, New York;
1989
5. Poernomo, Ieda SS. Pengertian KIE dan Konseling. Jakarta: Makalah
Perinasia. 2004

H. CEKLIST UJIAN
Topik: Edukasi pasien

Skor
No Aspek yang dinilai
1 2 3 4 5
INTERPERSONAL
1 Membina sambung rasa (Senyum, Salam, Sapa dan
Ajak Bicara)
CONTENT
2 Jelaskan/menyampaikan informasi dengan baik;
{Keadaan pasien saat ini, Rencana tindakan medis
yang akan dilakukan, Pilihan tindakan medis serta
second opinion, Prognosis dari penyakit,
Dukungan(support) yang tersedia serta rehabilitasi}
3 Ingatkan informasi-informasi yang penting serta
resume dari penjelasan
4 Memberikan informasi tepat sasaran, waktu, tempat
serta cakupan dan dapat diterima pasien dengan baik
5 Memegang kendali selama komunikasi dan menutup
komunikasi pada waktu yang tepat
PROFESSIONALISM
6 Melakukan dengan penuh percaya diri, empathy dan
kesalahan minimal
7 Melakukan semua informasi sesuai dengan
konteksnya (clinical reasoning)
TOTAL

15
Blok 13. Tropical and Infectious Disease

CEK LIST LATIHAN


TOPIK : Edukasi Pasien

No Aspek yang dinilai


Feedback Reasoning
INTERPERSONAL
1 Membina sambung rasa (senyum, Salam, sapa
serta tunjukkan bahwa kesediaan meluangkan
waktu untuk berbicara dengannya, kesejajaran)
2 Ajak Bicara (Membuka pembicaraan dengan baik
(open-ended) menanyakan kondisi, komunikasi
secara dua arah, memahami kecemasannya,
mengerti perasaannya)
CONTENT
3 Jelaskan/menyampaikan informasi dengan baik
 Keadaan pasien saat ini
3a  Rencana tindakan medis yang akan
dilakukan untuk menegakkan diagnosis,
termasuk manfaat resiko serta
kemungkinan efek samping/komplikasi.
3b  Pilihan tindakan medis serta second
opinion untuk tujuan terapi (kekurangan
dan kelebihan masing-masing cara)
3c  Prognosis dari penyakit
3d  Dukungan(support) yang tersedia serta
rehabilitasi
4 Ingatkan informasi-informasi yang penting serta
resume dari penjelasan
5 Memberikan informasi tepat sasaran  pastikan
pasien/ anggota keluarga pasien yang diberikan
informasi adalah orang yang memang
ditunjuk/dipercaya atau bertanggung jawab
terhadap pasien
6 Memberikan informasi tepat waktu, tempat 
situasi kondisi memungkinkan, ruangan yang
nyaman untuk memberikan informasi
7 Memberikan informasi dengan cakupan/jangkauan
yang sesuai (memang diperlukan pasien, dengan
bahasa pasien) dan dapat diterima pasien dengan
baik
8 Memegang kendali selama komunikasi dan
menutup komunikasi pada waktu yang tepat

PROFESSIONALISM
9 Melakukan dengan penuh percaya diri
10 Melakukan dengan kesediaan membantu &
empathy
11 Melakukan semua informasi sesuai dengan
konteksnya (clinical reasoning)
12 Melakukan dengan kesalahan minimal
TOTAL

Keterangan :
 0 = Tidak dilakukan
 1 = Dilakukan belum sempurna
 2 = Dilakukan dengan sempurna

Keterangan: Global judgment observation (over all


performance):
0= Penampilan buruk (Lingkari salah satu untuk penampilan secara
1 = Kurang dari harapan keseluruhan dari kandidat!!)
2 = Sesuai harapan a) Lulus excellent (lebih 90%)
3 = Melebihi harapan b) Lulus baik (70 % sampai 90%)
c) Lulus cukup (lebih 66% sampai 70%)
d) Border line – kesan lulus , nilai kurang 66%,
atau nilai di atas 66%, kesan tidak lulus (re
check, perlu catatan)
e) Tidak lulus – dibawah 66%

17
Blok 13. Tropical and Infectious Disease

Finger Prick dan Pembuatan Preparat Apusan Darah Tepi


dr. Betta Kurniawan, M. Kes, dr. Intanri Kurniati, dr. Oktadoni Saputra

A. TEMA:
Pembuatan sediaan apus darah tepi dan darah tebal untuk mengidentifikasi
malaria

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
 Mampu melakukan pembuatan sediaan apus darah tepi dan darah tebal
 Mampu mengidentifikasi spesies-spesies Plasmodium sp

C. ALAT DAN BAHAN


Bahan :
1. Darah kapiler tanpa antikoagulan/
2. Darah vena dengan antikoagulan EDTA 1 mg/cc darah
3. Zat pewarna giemsa
4. Methanol absolute cairan fiksasi

Alat:
1. Kaca obyek
2. Kaca penghapus
3. Rak mewarnai
4. Pipet
5. Gelas ukur/tabung reaksi
6. Mikroskop ( lensa okuler 10 X, lensa obyektif 40 X )
7. Preparat awetan dari stadium-stadium Plasmodium vivax, Plasmodium
falciparum dan Plasmodium malariae
8. Lain-lain; buku gambar, alat tulis dan pensil warna.

D. SKENARIO
Anda seorang dokter PTT puskesmas rawat inap di pedalaman Papua. Saat
sedang bertugas, anda kedatangan pasien yang diantar oleh keluarganya dalam keadaan
koma. Dari anamnesis didapatkan riwayat demam intermitten sejak 5 hari yang disertai
dengan menggigil kemudian berkeringat.
Dari pemeriksaan didapatkan Keadaan Umum tampak sakit berat, GCS : E 1V1M1.
Vital sign TD = 120/80 mmHg, N=112x/menit, RR=24x/menit, Temp = 38,4 oC. Pemeriksaan
fisik didapatkan konjugtiva anemis, serta hepato-splenomegali. Setelah stabilisasi, anda
memutuskan untuk melakukan pemeriksaan apusan darah tepi untuk pasien.
Instruksi : Lakukan Pembuatan Apusan Darah Tepi (Tebal dan Tipis untuk
pemeriksaan Malaria)
E. DASAR TEORI
Siklus Hidup Plasmodium sp
Siklus hidup dapat dibagi dalam 2 fase :
1. Fase ekstrinsik (pembiakan seksual (sporogoni)) dengan hospes definitif nyamuk
Anopheles sp. betina (bertindak sebagai vektor)
o Ketika nyamuk mengisap darah penderita penyakit malaria, semua stadium
perkembangan parasit yang ada di dalam darah akan terisap masuk ke dalam
lambung nyamuk.
o Hanya bentuk gametosit (makrogametosit bakal kelamin betina dan mikrogametosit,
bakal kelamin jantan) yang dapat bertahan dan melanjutkan siklusnya.
o Selanjutnya gametosit menjadi gamet (makro dan mikrogamet).
o Mikrogametosit mengalami pembelahan inti menjadi inti multiple yang matang
dengan exflagellasi (proses dimana dalam 10-12 menit menjadi mikrogamet, keluar
dari eritrosit dan motil)
o Makrogametosit berkembang menjadi makrogamet, dimana intinya bergeser
kepermukaan yang merupakan tempat masuknya mikrogamet ke dalam makrogamet
pada waktu fertilisasi. Makrogamet yang telah mengalami fertilisasi disebut zygote.
Kurang lebih 20 menit setelah fertilisasi terbentuk semacam pseudopodi dan terjadi
perubahan bentuk menjadi lebih langsing. Bentuk motil ini disebut ookinete yang
akan bergerak dan menembus dinding usus untuk menempel pada permukaan luar
dinding usus tersebut. Ookinete membentuk dinding tipis dan tumbuh menjadi
ookista yang berukuran  50 m. Terjadi pematangan ookista dengan pembelahan
inti dan transformasi sitoplasma membentuk beribu-ribu sporozoit yang berada di
dalam ookista. Ookista matang dalam 4-15 hari (tergantung suhu) setelah nyamuk
mengisap gametosit.
o Ookista matang akan pecah, sporozoit (berukuran 10-14 m) berhamburan ke
dalam rongga tubuh nyamuk, diantaranya ada yang sampai ke kelenjar liur nyamuk.
Nyamuk infektif yaitu nyamuk yang sudah siap mengeluarkan sporozoit bersama air
liurnya

2. Fase intrinsik, hospes perantara manusia, terjadi pembiakan aseksual (skizogoni)


o Manusia terinfeksi apabila melalui gigitan nyamuk yang terdapat sporozoit di
dalamnya. Sporozoit akan masuk ke dalam peredaran darah dan dengan cepat  1
jam semuanya telah meninggalkan aliran darah ke sel hati, dan dimulailah stadium
dalam sel hati. (disebut skizogoni eksoeritrositer primer (EE schizogony) kadang-
kadang disebut skizogoni pre-eritrositik)
o Pada stadium skizogoni eksoeritrositer primer, sporozoit menjadi bundar atau oval,
disebut skizon eksoeritrositik yang berukuran 24-60 m dimana intinya cepat
membelah, belum ditemukan pigmen yang kemudian akan membentuk merozoit

19
Blok 13. Tropical and Infectious Disease

eksoeritrositer. Skizogoni eksoeritrositer primer akan berakhir apabila merozoit


masuk ke dalam ertrosit.
o Untuk Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale, terdapat stadium istirahat atau
eksoeritrositik skizozoit (disebut juga hypnozoit) dimana satu, dua generasi atau
lebih dari merozoit EE muncul setelah eritosit diinvasi. Hypnozoit dan skizon tetap
ditemukan sampai lebih 105 hari. EE schizogony yang terlambat tidak terjadi pada
Plasmodium falciparum dan juga mungkin pada Plasmodium malariae.
o Invasi pada eritrosit, dimulai dengan masuknya merozoit EE ke dalam eritrosit atau
retikulosit. Dalam eritrosit, merozoit membentuk vakuola, berbentuk cincin, kadang-
kadang ameboid dan berinti tunggal, disebut trofozoit sampai inti mulai membelah.
Makanannya haemoglobin yang tidak akan dimetabolisir sempurna sehingga akan
tersisa globin dan Fe porphirin hematin. Pigmen malaria merupakan ikatan hematin
(ferrihemic acid) dengan protein.
o Trofozoit tumbuh sampai intinya membelah dengan cara mitosis, vakuola berisi,
ameboid motiliti akan terhenti, dan akan berubah menjadi skizon matang.
o Skizon matang ini menjalani skizogoni eritrositer, pecah menjadi merozoit eritrositer.
Eritrosit pecah, merozoit masuk ke dalam aliran darah. Banyak diantaranya hancur
oleh kekebalan hospes, tetapi yang lainnya menginvasi eritrosit dan mulai menjalani
siklus skizogoni eritrositer baru.
o Setelah 2 atau 3 generasi erityrositik, penomena gametositogenik dimulai. Beberapa
merozoit intraseluler tidak membentuk skizon akan tetapi berkembang menjadi bakal
kelamin betina makrogametosit atau bakal kelamin jantan mikrogametosit.

 Beberapa cara manusia terinfeksi Plasmodium sp., yaitu:


 Terutama melalui gigitan nyamuk Anopheles betina infektif.
 Transfusi darah, jarum suntik.
 Pengobatan termal untuk penyakit lues, nefrotik sindrom.
 Intrauterin.
Gambar berikut menunjukkan siklus hidup Plasmodium sp.

Gambar 8. Siklus hidup Plasmodium sp


(Sumber:

Habitat dan Hospes


21
Blok 13. Tropical and Infectious Disease

o Habitat : Darah.
o Hospes definitif : Nyamuk Anopheles sp. betina.
o Hospes perantara : Manusia
Morfologi :
Plasmodium vivax
I. Sediaan darah tipis dengan pulasan Giemsa.
Eritrosit membesar dan pucat. Tampak titik Schüffner yang besarnya teratur dan
menyebar rata dalam eritrosit.
1. Trofozoit muda (bentuk cincin)
 Protoplasma merupakan cincin biru, intinya merah.
 Cincin muda 1/3 eritrosit.
2. Trofozoit tua
 Plasma tidak teratur (amuboid). Tampak vakuol-vakuol dengan
tumbuhnya parasit, inti menjadi besar dan tidak tentu bentuknya. Pigmen
kuning tengguli, makin lama makin bertambah.
3. Skizon muda
 Plasma menjadi padat, tidak ada vakuol. Inti membelah, plasma menjadi
tidak padat, pigmen tersebar.
4. Skizon matang
 Mengisi penuh eritrosit. Plasma dan inti sudah terbagi, tampak merozoit
(12 - 14).
5. Gametosit
a. Makrogametosit
 Bentuk lonjong atau bulat, mengisi hampir seluruh eritrosit; plasma
biru inti kecil, padat, biasanya letaknya eksentris; pigmen tersebar.
a. Mikrogametosit
 Bentuk bulat, lebih kecil dari makrogametosit, plasma lebih pucat;
inti besar, pucat; pigmen tersebar.
 Infeksi multipel: lebih dari satu parasit dalam eritrosit, mungkin
terjadi pada infeksi berat.

II. Sediaan darah tebal dengan pulasan Giemsa.


Dasar sediaan: stroma eritrosit yang sudah dilisis berwarna lembayung muda dan
diantara-nya tampak sisa leukosit dengan inti yang berwarna biru lembayung tua. Pada
umumnya terdapat semua bentuk sehingga tampak gambaran yang tidak uniform. Di
sekitar parasit (kecuali trofozoit muda) tampak zone merah sisa titik-titik Schüffner.
Parasit lebih besar daripada inti limfosit.

Plasmodium falciparum
I. Sediaan darah tipis dengan pulasan Giemsa.
Eritrosit tidak membesar; warnanya sering lebih tua; titik Maurer tampak paling jelas
pada trofozoit yang agak lanjut; besar dan jumlahnya tidak teratur.

1. Trofozoit muda (bentuk cincin)


 Protoplasma merupakan cincin halus, kadang-kadang sebagai cincin
permata atau seperti sayap burung terbang di pinggir eritrosit (bentuk
accole); inti merah, kadang-kadang ada 2 inti pada satu cincin.
2. Trofozoit tua
 Plasma mengelilingi vakuol, menjadi padat; inti 1 atau 2, bulat atau
memanjang; pigmen mulai tampak.
 Biasanya stadium trofozoit tidak tampak dalam darah perifer.
3. Skizon matang
 Tidak mengisi seluruh eritrosit ( 2/3 eritrosit). Plasma dan inti sudah
terbagi, tempak merozoit (8 - 24). Pigmen sudah menggumpal sebelum
Skizon matang.
4. Gametosit
 Mempunyai bentuk khas menyerupai pisang.
a. Makrogametosit
 Bentuk pisang lebih langsing; plasma biru, inti kecil, padat,
letaknya di tengah; pigmen di sekitar inti.
b. Mikrogametosit
 Bentuk pisang lebih gemuk; plasma merah muda; inti
besar, pucat; pigmen tersebar.

II. Sediaan darah tebal dengan pulasan Giemsa.


 Biasanya terdapat trofozoit muda saja atau trofozoit dan gametosit.
 Gambaran uniform, seperti bintang-bintang di langit, terutama pada infeksi
berat. Tidak tampak zone merah di sekitar parasit. Parasit lebih kecil dari
pada inti limfosit.

Plasmodium malariae
I. Dalam sediaan darah tipis dengan pulasan Giemsa.
Eritrosit tidak membesar, tidak tampak titik-titik dalam eritrosit.
1. Trofozoit muda (bentuk cincin)
 Protoplasma merupakan cincin biru, inti merah. Cincin lebih besar
daripada cincin Plasmodium falciparum.
2. Trofozoit tua
 Plasma sering tampak melintang pada eritrosit, kecil atau lebar (bentuk
pita), kadang-kadang tampak vakuol; inti memanjang sepanjang pita;

23
Blok 13. Tropical and Infectious Disease

pigmen kasar mulai tampak. Pada trofozoit yang lebih tua plasma
menjadi padat membulat, sering dengan vakuol. Parasit tampak lebih tua
warnanya karena pigmen banyak dan plasma padat.

3. Skizon
 Mengisi seluruh eritrosit. Pada Skizon matang pigmen kasar berkumpul di
tengah dan dikelilingi oleh merozoit yang letaknya teratur menyerupai
bunga serunai.
 Jumlah merozoit 6 - 12.
4. Gametosit
a. Makrogametosit
 Bentuk lonjong atau bulat; plasma biru; inti kecil, padat pigmen
kasar, tersebar.
b. Mikrogametosit
 Bentuk bulat, plasma merah muda; inti besar, pucat, tidak padat,
pigmen kasar, tersebar.

II. Sediaan darah tebal dengan pulasan Giemsa.


 Jumlah parasit pada umumnya sedikit. Tampak berbagai bentuk gambaran
tidak uniform. Parasit tampak lebih tua warnanya, padat.
 Tidak ada zone merah di sekitar parasit.
Gambar 9. Morfologi dari stadium-stadium plasmodium sp
(Sumber :

25
Blok 13. Tropical and Infectious Disease

F. PROSEDUR
SEDIAAN APUS DARAH TEPI
A. Bahan darah kapiler
1. Bersihkan ujung jari pasien dengan kapas alkohol, biarkan kering. Tusuk
dengan blood Lancet tetesan darah pertama hapus dgn kapas kering
tetes darah diteteskan di atas gelas obyek (1 cm dari ujung kaca)

Gambar 10. Prosedur Pembuatan Apusan Darah Tepi


(Sumber :

B. Bahan darah vena+antikoagulan EDTA


1. Teteskan 1 tetes darah pada Gelas obyek (1 cm dari ujung kaca gelas
obyek)

Gambar 11. Cara meneteskan darah vena pada objek gelas


2. Letakkan kaca penghapus dengan sudut 30-45 terhadap kaca obyek,di depan tetesan
darah

Gambar 12. Cara meletakkan kaca pendorong pada Apusan Darah Tepi

3. Dorong kaca penghapus ke belakang menyentuh tetesan darah,sehingga tetesan darah


melebar mengikuti kaca penghapus

Gambar 13. Cara menempelkan kaca pendorong pada Apusan Darah Tepi

4. Dengan gerakan mantap tarik kaca penghapus kearah depan Hapusan darah (3-4 cm)
atau Panjang = ½ - ⅔ kaca obyek dan apusan tidak boleh sampai tepi kaca obyek

27
Blok 13. Tropical and Infectious Disease

Gambar 14. Cara mendorong kaca pendorong pada Apusan Darah Tepi

5. Selanjutnya dilakukan pewarnaan dengan Giemsa

Gambar 15. Cara Pewarnaan Giemsa pada pembuatan Apusan Darah Tepi

PRINSIP PEWARNAAN DENGAN GIEMSA:


Romanowsky
Penggunaan 2 zat warnayang berbeda, yaitu Azur B (trimetiltionin) yang bersifat basa dan
Eosin Y (Tetrabromfluresein) yang bersifat asam Azur B akan mewarnai komponen sel yang
bersifat asam, sedangkan Eosin Y akan mewarnai komponen sel yang bersifat basa.Ikatan
Eosin Y pada Azur B yang beragregasi MEMBERIKAN EFEK WARNA UNGU: Romanowsky
GIEMSA
Ciri-ciri sediaan hapus yang baik :
• Tidak melebar sampai tepi kaca obyek, panjangnya = ½ - ⅔ panjang kaca obyek
• Mempunyai bagian yang cukup tipis untuk diperiksa
• Rata, tidak berlubang-lubang dan tidak bergaris-garis
• Mempunyai penyebaran lekosit yang baik, tidak bertumpuk pada bagian pinggir
atau ujung-ujung sediaan

Gambar 16. Contoh sediaan apusan darah tepi yang baik

PEMBUATAN SEDIAN DARAH TEBAL

 Pengambilan darah sama dengan pembuatan apus darah


 (1-2) tetes darah teteskan pada sebuah gelas obyek
 Tetes darah lebarkan, membentuk lingkaran dengan diameter 1 - 1,5 cm
 Biarkan kering, jaga jangan kena debu atau serangga
 Selanjutnya dilakukan pewarnaan dengan giemsa

Gambar 17. Cara pembuatan sediaan apusan darah tebal

29
Blok 13. Tropical and Infectious Disease

Gambar 18. Cara Pewarnaan Giemsa (tanpa fiksasi) pada pembuatan Apusan Darah
Tebal
G. CEK LIST UJIAN
Topik : Finger Prick dan Pembuatan Apusan Darah untuk Pemeriksaan
Malaria
Skor
No Aspek yang dinilai
1 2 3 4 5
INTERPERSONAL
1 Membina sambung rasa (Interaksi dokter-pasien)
dengan baik
2 Informed Consent
CONTENT
3 Persiapan alat dan bahan
4 Melakukan pengambilan darah kapiler dengan metode
finger prick secara benar
5 Membuat Apusan Darah Tepi (Tipis) dengan baik dan
benar
6 Membuat Apusan Darah Tebal dengan baik dan benar
7 Melakukan pengecatan Giemsa dengan benar
8 Melakukan pemeriksaan sediaan Apusan dengan
menggunakan mikroskop secara benar
PROFESIONALISME
9 Mampu menginterpretasikan hasil pemeriksaan apusan
darah
10 Melakukan pemeriksaan dengan percaya diri dan
minimal error
T O T A L

31
Blok 13. Tropical and Infectious Disease

CEK LIST LATIHAN


Skor
No Aspek yang dinilai
0 1 2
INTERPERSONAL
1 Membina sambung rasa (senyum, Salam, sapa serta tunjukkan
bahwa kesediaan meluangkan waktu untuk berbicara
dengannya, kesejajaran)
2 Informed Consent
CONTENT
Finger Prick
3 Persiapan alat dan bahan
4 Pilih dan identifikasi ujung jari yang akan dilakukan tusukan,
pegang pada bagian proksimal tempat tusukan
5 Bersihkan ujung jari pasien dengan kapas alcohol (sekali usap)
 tunggu hingga kering
6 Tusuk dengan blood lancet (manual/pakai applicator) secara
cepat
7 Hapus tetesan darah pertama dengan kapas atau tissue kering
8 Teteskan darah berikutnya (untuk darah kapiler) atau darah vena
yang sudah ditambah antikoagulan (untuk darah vena) digelas
objek ±1 cm dari ujung kaca
Apusan Darah Tepi (Tipis)
9 Letakkan kaca penghapus dengan sudut 30-45 terhadap kaca
obyek,di depan tetesan darah
10 Dorong kaca penghapus ke belakang menyentuh tetesan darah,
sehingga tetesan darah melebar mengikuti kaca penghapus
11 Dengan gerakan mantap tarik kaca penghapus kearah depan
Hapusan darah (3-4 cm) atau Panjang = ½ - ⅔ kaca obyek dan
apusan tidak boleh sampai tepi kaca obyek
Apusan Darah Tebal
12 Pengambilan darah sama dengan pembuatan apus darah
13 Teteskan 1-2 tetes darah pada sebuah gelas obyek
14 Lebarkan tetesan darah membentuk lingkaran dengan diameter
1-1,5 cm
15 Keringkan dan jaga jangan kena debu atau serangga
16 Lakukan pewarnaan Giemsa
Pewarnaan Giemsa
17 Fiksasi sediaan apusan dengan methyl alcohol 3-5 menit (pada
apusan darah tebal, fiksasi ini tidak dilakukan)
18 Warnai sediaan apusan dengan standar Giemsa selama 45
menit (simulasi)
19 Cuci dengan air kran secara perlahan
20 Keringkan dan periksa sediaan apusan dibawah mikroskop
PROFESIONALISME
21 Mampu menginterpretasikan hasil pemeriksaan apusan darah
baik tebal maupun tipis (Clinical Reasoning)
22 Melakukan pemeriksaan dengan percaya diri dan memberi label
pada objek gelas pemeriksaan
23 Melakukan dengan tepat waktu dan minimal error
T O T A L

Keterangan :
 0 = Tidak dilakukan
 1 = Dilakukan belum sempurna
 2 = Dilakukan dengan sempurna

33
Blok 13. Tropical and Infectious Disease

Pemeriksaan Feces (Stool Examination) pada Intestinal Helminthes


dr. Betta Kurniawan, M. Kes, dr. Oktadoni Saputra

A. TEMA
Pemeriksaan Feces (Stool Examination) pada Intestinal Helminthes dengan metode
Langsung (Direct Slide)

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa mampu menjelaskan jenis-jenis pemeriksaan feces pada intestinal
helminthes
2. Mahasiswa mampu melakukan teknik pemeriksaan feces secara langsung
(direct slide)
3. Mahasiswa mampu mengintepretasikan hasil pemeriksaan, mengidentifikasi
intestinal helminthes ataupun adanya telur cacing secara kualitatif

C. ALAT DAN BAHAN


 Larutan NaCl 0,9% atau larutan Eosin 2%
 Tinja / Feses.
 Objek glass
 Cover glass
 Lidi
 Mikroskop

D. SKENARIO
Anda adalah seorang dokter puskesmas kedatangan pasien Bp. Karto, seorang
petani, umur 65 tahun yang dating bersama istrinya dengan keluhan sering merasa lemas,
mengantuk dan sering berdebar-debar sejak 6 bulan terakhir.
Dari pemeriksaan didapatkan; Keadaan umum lemah, Compos Mentis, kesan gizi
kurang. Tekanan darah 100/60 mmHg, Nadi 108x/menit, RR = 20x/menit serta suhu =
36,8oC. Pemeriksaan fisik didapatkan konjugtiva anemis, terdapat murmur pansistolik pada
pemeriksaan thorak serta pemeriksaan abdomen dalam batas normal. Ekstrimitas didapatkan
clubbing finger serta anemis pada kuku jari-jari tangan.
Dua hari yang lalu, pasien diantar anaknya berobat ke kota serta dilakukan
pemeriksaan darah dikatakan menderita anemia gravis (Lab : Hb=5 mg/dL)
Anda memikirkan kemungkinan insensible blood loss akibat intestinal helminthes
kemudian melakukan pemeriksaan feces secara langsung kepada pasien.

E. DASAR TEORI
Untuk mengetahui spesies-spesies cacing intestinal dilakukan pemeriksaan feses yang
terdiri dari :
 Pemeriksaan Kualitatif
 Pemeriksaan secara natif (direct slide)
 Pemeriksaan dengan metoda apung (flotation methode)
 Modifikasi metoda merthiolat iodine formaldehyde (mif)
 Metoda selotip (cellotape methode)
 Metoda konsentrasi
 Teknik sediaan tebal (cellophane covered thick smear technic/teknik kato)
 Metoda sedimentasi formol ether (ritchie)
 Pemeriksaan Kuantitatif
 Metoda stoll
 Modifikasi stoll menurut nazir
 Metoda kato katz

Pemeriksaan secara natif (direct slide)


Merupakan teknik yang mudah dan sering dipergunakan untuk pemeriksaan secara
cepat dan baik pada infeksi berat karena protozoa, helminth, bakteri dan jamur, tetapi untuk
infeksi ringan terkadang sulit ditemukan.
Digunakan larutan NaCl physiologis (0,9 %) atau eosin 2 %. Eosin 2 % dimaksudkan
untuk lebih jelas membedakan spesimen dengan kotoran di sekitarnya.

F. PROSEDUR
1. Teteskan 1-2 tetes NaCl 0,9 % atau eosin 2 % pada gelas objek
2. Ambil tinja sedikit dengan lidi dan ditaruh pada larutan tersebut.
3. Dengan menggunakan lidi tadi, kita ratakan/larutkan secara sentrifugal , kemudian
ditutup dengan gelas penutup (cover glass).
4. Pemeriksaan dilakukan di bawah mikroskop dengan pembesaran 40x
5. Jika diperlukan dapat dilakukan pembesaran 100x dengan sebelumnya
menambahkan minyak imersi pada gelas objek.

35
Blok 13. Tropical and Infectious Disease

Gambar 19. Prosedur Pemeriksaan Feces Metode Langsung (Direct Slide)


G. CEK LIST UJIAN
Topik Pemeriksaan Feces pada Intestinal Helminthes dengan Metode Langsung (Direct
Slide)
Skor
No Aspek yang dinilai
1 2 3 4 5
INTERPERSONAL
1 Membina sambung rasa (Interaksi dokter-pasien)
dengan baik
2 Informed Consent
CONTENT
3 Persiapan alat dan bahan
4 Persiapan Pemeriksa
5 Meneteskan 1-2 tetes NaCl 0,9 % kemudian mengambil
tinja dengan lidi secara benar
6 Meratakan /larutkan secara sentrifugal serta menutup
sediaan dengan gelas penutup (cover glass)
7 Melakukan pemeriksaan di bawah mikroskop dengan
benar
8 Memperhatikan aspek kebersihan dan kontaminasi
pemeriksa dan hasil pemeriksaan
PROFESIONALISME
9 Mampu menginterpretasikan hasil pemeriksaan
10 Melakukan pemeriksaan dengan percaya diri dan
minimal error
T O T A L

37
Blok 13. Tropical and Infectious Disease

CEK LIST LATIHAN

Topik : Pemeriksaan Feces pada Intestinal Helminthes dengan Metode Langsung


(Direct Slide)

Skor
No Aspek yang dinilai
0 1 2
INTERPERSONAL
1 Membina sambung rasa (Interaksi dokter-pasien) dengan baik
2 Informed Consent (Menjelaskan perlunya pemeriksaan penunjang
untuk penegakan diagnosis, menjelaskan prosedur, meminta
persetujuan serta memberikan pot (wadah) tempat sampel feces
yang akan diambil
CONTENT
3 Persiapan alat dan bahan
4 Mencuci tangan secara WHO
5 Memakai jas lab, handschoen dan masker secara benar
6 Teteskan 1-2 tetes NaCl 0,9 % atau eosin 2 % pada gelas objek
7 Ambil tinja sedikit dengan lidi dan ditaruh pada larutan tersebut.
8 Dengan menggunakan lidi tadi, kita ratakan/larutkan secara
sentrifugal ,
9 Menutup sediaan dengan gelas penutup (cover glass).
10 Melakukan pemeriksaan di bawah mikroskop dengan pembesaran
40x
11 Menambahkan minyak imersi pada gelas objek kemudian
melakukan pemeriksaan dengan pembesaran 100x
12 Membuang sampah medis, non medis, tajam pada tempatnya
13 Melepas Handschoen dengan benar
14 Mencuci tangan secara WHO
PROFESIONALISME
15 Mampu menginterpretasikan hasil pemeriksaan (Mengidentifikasi
cacing ataupun telur cacing /Intestinal Helminths secara kualitatif)
16 Melakukan pemeriksaan dengan percaya diri dan minimal error
T O T A L

Keterangan :
 0 = Tidak dilakukan
 1 = Dilakukan belum sempurna
 2 = Dilakukan dengan sempurna

Anda mungkin juga menyukai