Oktober 2012
ISSN :
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT, sampai saat ini kita
masih diberikan nikmat kesehatan, dan kesempatan untuk berkarya sehingga buku panduan
CSL ini dapat terselesaikan dengan baik.Buku Panduan CSL Blok 13. Tropical and Infectious
Disease dan akan dipergunakan sebagai panduan bagi mahasiswa maupun instruktur dalam
proses pembelajaran Clinical Skill Laboratory (CSL) pada Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung khususnya semester 5 tahun ajaran
2011-2012.
Penyusunan buku ini terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu
penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah memberikan konsultasi materi, masukan dan saran guna penyempurnaan buku ini,
rekan-rekan sejawat yang telah memberikan dukungan moriil dan materiil hingga buku ini
dapat diselesaikan dengan baik.
Dengan segala kekurangan dan keterbatasan yang ada, semoga buku ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, Amin.
3
Blok 13. Tropical and Infectious Disease
Tim Penyusun:
Editor :
5
Blok 13. Tropical and Infectious Disease
LEVEL OF COMPETENCE
7
Blok 13. Tropical and Infectious Disease
Dimana nilai latihan harus ≥ 70%. Apabila <70% maka mahasiswa yang
bersangkutan diwajibkan untuk mengikuti Belajar Mandiri sebelum OSCE
Mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan CSL baik sesi 1 atau ke-2
dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan (forced majeur) harus
mengajukan surat permohonan kepada Pimpinan Program Studi untuk
dapat diadakan CSL susulan sebelum Ujian OSCE diadakan.
Mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan CSL tanpa alasan yang jelas/
tidak dapat dipertanggungjawabkan tidak dapat mengikuti Ujian OSCE
Mahasiswa yang tidak lengkap kegiatan latihannya tidak dapat
mengikuti Ujian OSCE
Pada halaman terakhir Buku Kegiatan CSL terdapat Lembar Rekapitulasi
Nilai CSL yang harus diparaf setiap selesai latihan oleh instruktur yang
bertugas.
Pada akhir blok, rekapitulasi nilai tersebut akan diperiksa dan diberikan
rekomendasi layak/tidaknya mengikuti OSCE oleh PJ CSL blok yang
bersangkutan.
Mahasiswa/i yang tidak menghadiri CSL (salah satu atau kedua kegiatan)
maka harus mendapatkan rekomendasi dari ketua program studi
kedokteran unila untuk mengikuti CSL susulan dengan menanggung
biaya pelaksanaan CSL tersebut (seperti biaya BHP dan pemeliharaan
alat)
Hal-hal yang belum diatur dalam regulasi ini akan ditetapkan kemudian
DAFTAR MATERI CLINICAL SKILLS LAB (CSL) BLOK 13. TROPICAL AND INFECTIOUS
DISEASE
1 Edukasi pasien √ - - -
Pemeriksaan Feces
(Stool Examination)
3 pada Intestinal - - - √
Helminthes
9
Blok 13. Tropical and Infectious Disease
EDUKASI PASIEN
dr. Azelia Nusadewiarti, MPH
A. TEMA :
Edukasi pasien, rencana menginformasikan kepada pasien tentang
informasi secara umum tentang penyakit, pemeriksaan penunjang, tindakan dan
terapi, rehabilitasi.
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa mampu menginformasikan kepada pasien informasi secara umum
tentang penyakit, rencana pemeriksaan penunjang, tindakan dan terapi, rehabilitasi
dengan baik dan benar.
E. DASAR TEORI
Penatalaksanaan Penyakit dengan pendekatan keluarga (5 level prevention)
← Periode Prepatogenesis → ← Periode Patogenesis →
Interaksi antara ; intrinsik faktor, Masa Masa Penyakit Masa Lanjut
penyebab penyakit & faktor ekstrinsik penyakit Terkendali
dini
↑ ↑ ↑ ↑ ↑
Peningkatan Perlindungan Deteksi Pengobatan/ Pemulihan/
Kesehatan Khusus Dini Tindakan Rehabilitasi
11
Blok 13. Tropical and Infectious Disease
• Pengobatan awal
Pengobatan dan Tndakan (Disability Limitation)
• Pengobatan lanjut dan lengkap
• Penyediaan fasilitas untuk membatasi atau memperpendek masa ketidak mampuan
(perawatan RS dan perawatan di rumah)
• Konsultasi dan rujukan
• Pelayanan spesialis
• Mencegah kematian
Pemulihan (Rehabilitation)
• Penyediaan fasilitas pelatihan di RS dan masyarakat agar kemampuan yang tersisa
dapat dimanfaatkan secara maksimum
• Edukasi masyarakat dan industri agar menerima mereka yang telah direhabilitasi
• Sedapat mungkin diusahakan supaya semua dapat bekerja Kualitas hidup yang
baik dan bermanfaat
5. Di mana menyampaikannya
• Di ruang praktik dokter.
• Di bangsal, ruangan tempat pasien dirawat.
• Di ruang diskusi.
• Di tempat lain yang pantas, atas persetujuan bersama, pasien/keluarga dan
dokter.
6. Bagaimana menyampaikannya
• Informasi penting sebaiknya dikomunikasikan secara langsung, tidak melalui
telpon, juga tidak diberikan dalam bentuk tulisan yang dikirim melalui pos,
faksimile, sms, internet.
• Persiapan meliputi:
materi yang akan disampaikan (bila diagnosis, tindakan medis, prognosis
sudah disepakati oleh tim);
ruangan yang nyaman, memperhatikan privasi, tidak terganggu orang lalu
lalang, suara gaduh dari tv/radio, telepon;
waktu yang cukup;
mengetahui orang yang akan hadir (sebaiknya pasien ditemani oleh
keluarga/orang yang ditunjuk; bila hanya keluarga yang hadir sebaiknya
lebih dari satu orang).
Jajaki sejauh mana pengertian pasien/keluarga tentang hal yang akan
dibicarakan.
Tanyakan kepada pasien/keluarga, sejauh mana informasi yang diinginkan
dan amati kesiapan pasien/keluarga menerima informasi yang akan
diberikan.
13
Blok 13. Tropical and Infectious Disease
Ajak Bicara:
Usahakan berkomunikasi secara dua arah. Jangan bicara sendiri. Dorong
agar pasien mau dan dapat mengemukakan pikiran dan perasaannya. Tunjukkan
bahwa dokter menghargai pendapatnya, dapat memahami kecemasannya, serta
mengerti perasaannya. Dokter dapat menggunakan pertanyaan terbuka maupun
tertutup dalam usaha menggali informasi.
Jelaskan:
Beri penjelasan mengenai hal-hal yang menjadi perhatiannya, yang ingin
diketahuinya, dan yang akan dijalani/dihadapinya agar ia tidak terjebak oleh
pikirannya sendiri. Luruskan persepsi yang keliru. Berikan penjelasan mengenai
penyakit, tindak medis dan terapi, pemeriksaan penunjang yang relevan,
rehabilitasi atau apapun secara jelas dan detil.
Ingatkan:
Percakapan yang dokter lakukan bersama pasien mungkin memasukkan
berbagai materi secara luas, yang tidak mudah diingatnya kembali. Di bagian akhir
percakapan, ingatkan dia untuk hal-hal yang penting dan koreksi untuk persepsi
yang keliru. Selalu melakukan klarifikasi apakah pasien telah mengerti benar,
maupun klarifikasi terhadap hal-hal yang masih belum jelas bagi kedua belah pihak
serta mengulang kembali akan pesan-pesan kesehatan yang penting
G. DAFTAR PUSTAKA
1. Azwar Azrul, Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga. Yayasan Penerbit IDI,
Jakata;1996
2. Gan, Goh Lee, at all, A primer On Family Medicine Practice, Singapore
International Foundation, Singapore, 2004
3. Konsil Kedokteran Indonesia. Komunikasi Efektif Dokter-Pasien. Jakarta: KKI.
2006
4. Mc Whinney, A Text Book of family Medicine, Oxford University, New York;
1989
5. Poernomo, Ieda SS. Pengertian KIE dan Konseling. Jakarta: Makalah
Perinasia. 2004
H. CEKLIST UJIAN
Topik: Edukasi pasien
Skor
No Aspek yang dinilai
1 2 3 4 5
INTERPERSONAL
1 Membina sambung rasa (Senyum, Salam, Sapa dan
Ajak Bicara)
CONTENT
2 Jelaskan/menyampaikan informasi dengan baik;
{Keadaan pasien saat ini, Rencana tindakan medis
yang akan dilakukan, Pilihan tindakan medis serta
second opinion, Prognosis dari penyakit,
Dukungan(support) yang tersedia serta rehabilitasi}
3 Ingatkan informasi-informasi yang penting serta
resume dari penjelasan
4 Memberikan informasi tepat sasaran, waktu, tempat
serta cakupan dan dapat diterima pasien dengan baik
5 Memegang kendali selama komunikasi dan menutup
komunikasi pada waktu yang tepat
PROFESSIONALISM
6 Melakukan dengan penuh percaya diri, empathy dan
kesalahan minimal
7 Melakukan semua informasi sesuai dengan
konteksnya (clinical reasoning)
TOTAL
15
Blok 13. Tropical and Infectious Disease
PROFESSIONALISM
9 Melakukan dengan penuh percaya diri
10 Melakukan dengan kesediaan membantu &
empathy
11 Melakukan semua informasi sesuai dengan
konteksnya (clinical reasoning)
12 Melakukan dengan kesalahan minimal
TOTAL
Keterangan :
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan belum sempurna
2 = Dilakukan dengan sempurna
17
Blok 13. Tropical and Infectious Disease
A. TEMA:
Pembuatan sediaan apus darah tepi dan darah tebal untuk mengidentifikasi
malaria
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mampu melakukan pembuatan sediaan apus darah tepi dan darah tebal
Mampu mengidentifikasi spesies-spesies Plasmodium sp
Alat:
1. Kaca obyek
2. Kaca penghapus
3. Rak mewarnai
4. Pipet
5. Gelas ukur/tabung reaksi
6. Mikroskop ( lensa okuler 10 X, lensa obyektif 40 X )
7. Preparat awetan dari stadium-stadium Plasmodium vivax, Plasmodium
falciparum dan Plasmodium malariae
8. Lain-lain; buku gambar, alat tulis dan pensil warna.
D. SKENARIO
Anda seorang dokter PTT puskesmas rawat inap di pedalaman Papua. Saat
sedang bertugas, anda kedatangan pasien yang diantar oleh keluarganya dalam keadaan
koma. Dari anamnesis didapatkan riwayat demam intermitten sejak 5 hari yang disertai
dengan menggigil kemudian berkeringat.
Dari pemeriksaan didapatkan Keadaan Umum tampak sakit berat, GCS : E 1V1M1.
Vital sign TD = 120/80 mmHg, N=112x/menit, RR=24x/menit, Temp = 38,4 oC. Pemeriksaan
fisik didapatkan konjugtiva anemis, serta hepato-splenomegali. Setelah stabilisasi, anda
memutuskan untuk melakukan pemeriksaan apusan darah tepi untuk pasien.
Instruksi : Lakukan Pembuatan Apusan Darah Tepi (Tebal dan Tipis untuk
pemeriksaan Malaria)
E. DASAR TEORI
Siklus Hidup Plasmodium sp
Siklus hidup dapat dibagi dalam 2 fase :
1. Fase ekstrinsik (pembiakan seksual (sporogoni)) dengan hospes definitif nyamuk
Anopheles sp. betina (bertindak sebagai vektor)
o Ketika nyamuk mengisap darah penderita penyakit malaria, semua stadium
perkembangan parasit yang ada di dalam darah akan terisap masuk ke dalam
lambung nyamuk.
o Hanya bentuk gametosit (makrogametosit bakal kelamin betina dan mikrogametosit,
bakal kelamin jantan) yang dapat bertahan dan melanjutkan siklusnya.
o Selanjutnya gametosit menjadi gamet (makro dan mikrogamet).
o Mikrogametosit mengalami pembelahan inti menjadi inti multiple yang matang
dengan exflagellasi (proses dimana dalam 10-12 menit menjadi mikrogamet, keluar
dari eritrosit dan motil)
o Makrogametosit berkembang menjadi makrogamet, dimana intinya bergeser
kepermukaan yang merupakan tempat masuknya mikrogamet ke dalam makrogamet
pada waktu fertilisasi. Makrogamet yang telah mengalami fertilisasi disebut zygote.
Kurang lebih 20 menit setelah fertilisasi terbentuk semacam pseudopodi dan terjadi
perubahan bentuk menjadi lebih langsing. Bentuk motil ini disebut ookinete yang
akan bergerak dan menembus dinding usus untuk menempel pada permukaan luar
dinding usus tersebut. Ookinete membentuk dinding tipis dan tumbuh menjadi
ookista yang berukuran 50 m. Terjadi pematangan ookista dengan pembelahan
inti dan transformasi sitoplasma membentuk beribu-ribu sporozoit yang berada di
dalam ookista. Ookista matang dalam 4-15 hari (tergantung suhu) setelah nyamuk
mengisap gametosit.
o Ookista matang akan pecah, sporozoit (berukuran 10-14 m) berhamburan ke
dalam rongga tubuh nyamuk, diantaranya ada yang sampai ke kelenjar liur nyamuk.
Nyamuk infektif yaitu nyamuk yang sudah siap mengeluarkan sporozoit bersama air
liurnya
19
Blok 13. Tropical and Infectious Disease
o Habitat : Darah.
o Hospes definitif : Nyamuk Anopheles sp. betina.
o Hospes perantara : Manusia
Morfologi :
Plasmodium vivax
I. Sediaan darah tipis dengan pulasan Giemsa.
Eritrosit membesar dan pucat. Tampak titik Schüffner yang besarnya teratur dan
menyebar rata dalam eritrosit.
1. Trofozoit muda (bentuk cincin)
Protoplasma merupakan cincin biru, intinya merah.
Cincin muda 1/3 eritrosit.
2. Trofozoit tua
Plasma tidak teratur (amuboid). Tampak vakuol-vakuol dengan
tumbuhnya parasit, inti menjadi besar dan tidak tentu bentuknya. Pigmen
kuning tengguli, makin lama makin bertambah.
3. Skizon muda
Plasma menjadi padat, tidak ada vakuol. Inti membelah, plasma menjadi
tidak padat, pigmen tersebar.
4. Skizon matang
Mengisi penuh eritrosit. Plasma dan inti sudah terbagi, tampak merozoit
(12 - 14).
5. Gametosit
a. Makrogametosit
Bentuk lonjong atau bulat, mengisi hampir seluruh eritrosit; plasma
biru inti kecil, padat, biasanya letaknya eksentris; pigmen tersebar.
a. Mikrogametosit
Bentuk bulat, lebih kecil dari makrogametosit, plasma lebih pucat;
inti besar, pucat; pigmen tersebar.
Infeksi multipel: lebih dari satu parasit dalam eritrosit, mungkin
terjadi pada infeksi berat.
Plasmodium falciparum
I. Sediaan darah tipis dengan pulasan Giemsa.
Eritrosit tidak membesar; warnanya sering lebih tua; titik Maurer tampak paling jelas
pada trofozoit yang agak lanjut; besar dan jumlahnya tidak teratur.
Plasmodium malariae
I. Dalam sediaan darah tipis dengan pulasan Giemsa.
Eritrosit tidak membesar, tidak tampak titik-titik dalam eritrosit.
1. Trofozoit muda (bentuk cincin)
Protoplasma merupakan cincin biru, inti merah. Cincin lebih besar
daripada cincin Plasmodium falciparum.
2. Trofozoit tua
Plasma sering tampak melintang pada eritrosit, kecil atau lebar (bentuk
pita), kadang-kadang tampak vakuol; inti memanjang sepanjang pita;
23
Blok 13. Tropical and Infectious Disease
pigmen kasar mulai tampak. Pada trofozoit yang lebih tua plasma
menjadi padat membulat, sering dengan vakuol. Parasit tampak lebih tua
warnanya karena pigmen banyak dan plasma padat.
3. Skizon
Mengisi seluruh eritrosit. Pada Skizon matang pigmen kasar berkumpul di
tengah dan dikelilingi oleh merozoit yang letaknya teratur menyerupai
bunga serunai.
Jumlah merozoit 6 - 12.
4. Gametosit
a. Makrogametosit
Bentuk lonjong atau bulat; plasma biru; inti kecil, padat pigmen
kasar, tersebar.
b. Mikrogametosit
Bentuk bulat, plasma merah muda; inti besar, pucat, tidak padat,
pigmen kasar, tersebar.
25
Blok 13. Tropical and Infectious Disease
F. PROSEDUR
SEDIAAN APUS DARAH TEPI
A. Bahan darah kapiler
1. Bersihkan ujung jari pasien dengan kapas alkohol, biarkan kering. Tusuk
dengan blood Lancet tetesan darah pertama hapus dgn kapas kering
tetes darah diteteskan di atas gelas obyek (1 cm dari ujung kaca)
Gambar 12. Cara meletakkan kaca pendorong pada Apusan Darah Tepi
Gambar 13. Cara menempelkan kaca pendorong pada Apusan Darah Tepi
4. Dengan gerakan mantap tarik kaca penghapus kearah depan Hapusan darah (3-4 cm)
atau Panjang = ½ - ⅔ kaca obyek dan apusan tidak boleh sampai tepi kaca obyek
27
Blok 13. Tropical and Infectious Disease
Gambar 14. Cara mendorong kaca pendorong pada Apusan Darah Tepi
Gambar 15. Cara Pewarnaan Giemsa pada pembuatan Apusan Darah Tepi
29
Blok 13. Tropical and Infectious Disease
Gambar 18. Cara Pewarnaan Giemsa (tanpa fiksasi) pada pembuatan Apusan Darah
Tebal
G. CEK LIST UJIAN
Topik : Finger Prick dan Pembuatan Apusan Darah untuk Pemeriksaan
Malaria
Skor
No Aspek yang dinilai
1 2 3 4 5
INTERPERSONAL
1 Membina sambung rasa (Interaksi dokter-pasien)
dengan baik
2 Informed Consent
CONTENT
3 Persiapan alat dan bahan
4 Melakukan pengambilan darah kapiler dengan metode
finger prick secara benar
5 Membuat Apusan Darah Tepi (Tipis) dengan baik dan
benar
6 Membuat Apusan Darah Tebal dengan baik dan benar
7 Melakukan pengecatan Giemsa dengan benar
8 Melakukan pemeriksaan sediaan Apusan dengan
menggunakan mikroskop secara benar
PROFESIONALISME
9 Mampu menginterpretasikan hasil pemeriksaan apusan
darah
10 Melakukan pemeriksaan dengan percaya diri dan
minimal error
T O T A L
31
Blok 13. Tropical and Infectious Disease
Keterangan :
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan belum sempurna
2 = Dilakukan dengan sempurna
33
Blok 13. Tropical and Infectious Disease
A. TEMA
Pemeriksaan Feces (Stool Examination) pada Intestinal Helminthes dengan metode
Langsung (Direct Slide)
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa mampu menjelaskan jenis-jenis pemeriksaan feces pada intestinal
helminthes
2. Mahasiswa mampu melakukan teknik pemeriksaan feces secara langsung
(direct slide)
3. Mahasiswa mampu mengintepretasikan hasil pemeriksaan, mengidentifikasi
intestinal helminthes ataupun adanya telur cacing secara kualitatif
D. SKENARIO
Anda adalah seorang dokter puskesmas kedatangan pasien Bp. Karto, seorang
petani, umur 65 tahun yang dating bersama istrinya dengan keluhan sering merasa lemas,
mengantuk dan sering berdebar-debar sejak 6 bulan terakhir.
Dari pemeriksaan didapatkan; Keadaan umum lemah, Compos Mentis, kesan gizi
kurang. Tekanan darah 100/60 mmHg, Nadi 108x/menit, RR = 20x/menit serta suhu =
36,8oC. Pemeriksaan fisik didapatkan konjugtiva anemis, terdapat murmur pansistolik pada
pemeriksaan thorak serta pemeriksaan abdomen dalam batas normal. Ekstrimitas didapatkan
clubbing finger serta anemis pada kuku jari-jari tangan.
Dua hari yang lalu, pasien diantar anaknya berobat ke kota serta dilakukan
pemeriksaan darah dikatakan menderita anemia gravis (Lab : Hb=5 mg/dL)
Anda memikirkan kemungkinan insensible blood loss akibat intestinal helminthes
kemudian melakukan pemeriksaan feces secara langsung kepada pasien.
E. DASAR TEORI
Untuk mengetahui spesies-spesies cacing intestinal dilakukan pemeriksaan feses yang
terdiri dari :
Pemeriksaan Kualitatif
Pemeriksaan secara natif (direct slide)
Pemeriksaan dengan metoda apung (flotation methode)
Modifikasi metoda merthiolat iodine formaldehyde (mif)
Metoda selotip (cellotape methode)
Metoda konsentrasi
Teknik sediaan tebal (cellophane covered thick smear technic/teknik kato)
Metoda sedimentasi formol ether (ritchie)
Pemeriksaan Kuantitatif
Metoda stoll
Modifikasi stoll menurut nazir
Metoda kato katz
F. PROSEDUR
1. Teteskan 1-2 tetes NaCl 0,9 % atau eosin 2 % pada gelas objek
2. Ambil tinja sedikit dengan lidi dan ditaruh pada larutan tersebut.
3. Dengan menggunakan lidi tadi, kita ratakan/larutkan secara sentrifugal , kemudian
ditutup dengan gelas penutup (cover glass).
4. Pemeriksaan dilakukan di bawah mikroskop dengan pembesaran 40x
5. Jika diperlukan dapat dilakukan pembesaran 100x dengan sebelumnya
menambahkan minyak imersi pada gelas objek.
35
Blok 13. Tropical and Infectious Disease
37
Blok 13. Tropical and Infectious Disease
Skor
No Aspek yang dinilai
0 1 2
INTERPERSONAL
1 Membina sambung rasa (Interaksi dokter-pasien) dengan baik
2 Informed Consent (Menjelaskan perlunya pemeriksaan penunjang
untuk penegakan diagnosis, menjelaskan prosedur, meminta
persetujuan serta memberikan pot (wadah) tempat sampel feces
yang akan diambil
CONTENT
3 Persiapan alat dan bahan
4 Mencuci tangan secara WHO
5 Memakai jas lab, handschoen dan masker secara benar
6 Teteskan 1-2 tetes NaCl 0,9 % atau eosin 2 % pada gelas objek
7 Ambil tinja sedikit dengan lidi dan ditaruh pada larutan tersebut.
8 Dengan menggunakan lidi tadi, kita ratakan/larutkan secara
sentrifugal ,
9 Menutup sediaan dengan gelas penutup (cover glass).
10 Melakukan pemeriksaan di bawah mikroskop dengan pembesaran
40x
11 Menambahkan minyak imersi pada gelas objek kemudian
melakukan pemeriksaan dengan pembesaran 100x
12 Membuang sampah medis, non medis, tajam pada tempatnya
13 Melepas Handschoen dengan benar
14 Mencuci tangan secara WHO
PROFESIONALISME
15 Mampu menginterpretasikan hasil pemeriksaan (Mengidentifikasi
cacing ataupun telur cacing /Intestinal Helminths secara kualitatif)
16 Melakukan pemeriksaan dengan percaya diri dan minimal error
T O T A L
Keterangan :
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan belum sempurna
2 = Dilakukan dengan sempurna