TAHUN 2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)
A. LATAR BELAKANG
Human Immunodeficiency Virus (HIV) dapat ditularkan melalui berbagai
cara. Di Indonesia, hingga akhir Juni 2011 dilaporkan 26,483 kasus AIDS.
Sebanyak 54,8% penularan HIV terjadi melalui hubungan seks tidak aman dan
sebanyak 36,2% melalui penggunaan Napza suntik. HIV juga dapat ditularkan
dari ibu yang terinfeksi kepada anaknya. Istilah lain yang sering digunakan adalah
“Mother to Child HIV Transmission (MTCT)”. Infeksi HIV pada ibu hamil dapat
mengancam kehidupan ibu serta ibu dapat menularkan virus kepada bayinya.
Lebih dari 90% kasus anak terinfeksi HIV, ditularkan melalui proses penularan
dari ibu ke anak atau Mother-To Child HIV Transmission (MTCT). Tahun 2012,
sekitar 260.000 anak diseluruh dunia terinfeksi HIV (CDC, 2013 dalam Isni
2016). Data dari Kemenkes RI tahun 2012 menunjukkan dari 43.264 ibu hamil
yang menjalani tes HIV, sebanyak 1.329 (3,04%) positif terinfeksi HIV (KPAN,
2013 dalam Isni 2016). Data lain hasil Pemodelan Matematika Epidemi HIV
tahun 2012 juga menunjukkan bahwa prevalensi infeksi HIV pada ibu hamil
diperkirakan akan meningkat dari 13.189 orang (0,38%) pada tahun 2012 menjadi
16.191 orang (0,49%) pada tahun 2016.
Kita dapat melakukan pencegahan penularan infeksi HIV dari ibu ke anak
dengan melakukan intervensi pencegahan penularan yang dalam pelaksanaanya
meliputi kegiatan 4 Prong PMTCT. Dengan menawarkan tes HIV pada semua ibu
hamil, akan banyak kasus HIV yang ditemukan sehingga Pencegahan Penularan
HIV dari Ibu ke Anak dapat berjalan optimal.
Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak merupakan sebuah upaya
yang penting dengan alasan sebagai berikut :
1. Sebagian besar (90.3%) perempuan HIV positif berada dalam usia reproduksi
aktif.
2. Lebih dari 90% kasus anak yang terinfeksi HIV, ditularkan melalui proses
penularan dari ibu ke anak.
3. Anak HIV positif sering mengalami gangguan tumbuh kembang bahkan
sampai menyebabkan kematian.
4. Anak HIV positif lebih sering mengalami penyakit infeksi
5. Setiap anak memiliki hak untuk hidup sehat, panjang umur dan
mengembangkan potensi diri terbaiknya.
B. TUJUAN
1. Tujuan instruksional umum
Diharapkan setelah menerima penyuluhan yang dilakukan di ruang
tunggu Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSUD Kabupaten Klungkung
memahami tentang Pencegahan dan Penularan HIV dari Ibu ke Anak
2. Tujuan Pembelajaran Khusus
Diharapkan setelah mendapatkan penyuluhan, peserta penyuluhan dapat
a. Menjelaskan pengertian dari HIV/AIDS
b. Menjelaskan faktor resiko penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak
c. Menjelaskan waktu dan resiko penularan HIV dari ibu ke anak
d. Menjelaskan strategi pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak
e. Menjelaskan tentang tes HIV
f. Menjelaskan tentang persalinan aman pada ibu HIV
g. Menjelaskan tentang terapi pada ibu dan anak yang mengalami HIV/
AIDS
C. SASARAN PENYULUHAN
Keluarga Klien di ruang tunggu Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSUD
Kabupaten Klungkung
D. MATERI
Terlampir
E. METODE
Metode yang digunakan adalah metode ceramah dan diskusi/ tanya jawab.
F. MEDIA
Media yang digunakan berupa leaflet dan LCD, Laptop
G. STRATEGI PEMBELAJARAN
H. PENGORGANISASIAN
1. Moderator : Ni Nyoman Sri Padmawati
2. Penyaji : Ayu Denis Aryaniti
: Ni Made Dwi Putri Mulyani
3. Observer : Putu Ayu Mirah Kumala Dewi
: Kadek Liana Dewi
4. Fasilitator : A.A Istri Laksmi Mahadewi P
: I Gst Ayu Diah Trisnadewi
5. Dokumentasi : Ni Kadek Ayu Wita Dewi
6. Notulen : A.A Made Candra Yanti
A. Pengertian PMTCT
PMTCT (Prevention Mother to Child Transmission of HIV)
merupakan program yang direncakanan dan dijalankan pemerintah untuk
mencegah terjadinya penularan HIV/AIDS dari ibu ke bayinya. Program
PMTCT mencegah penularan HIV/AIDS pada perempuan usia produktif
dengan kehamilan HIV positif. Program PMTCT dilaksanakan pada
perempuan usia produktif dengan melibatkan remaja dalam menyebarkan
informasi tentang HIV/AIDS, selain itu juga meningkatkan kesadaran
perempuan tentang bagaimana cara menghindari penularan virus HIV dan
IMS ( Infeksi Menular Seksual) dan menjelaskan manfaat konseling dan tes
HIV secara sukarela kepada kelompok yang berisiko, kader dan tenaga
kesehatan. (WHO, 2009 dan Kemenkes 2015)
Kebijakan program PMTCT mulai dilaksanakan pada tahun 2005
dibeberapa daerah di Indonesia. Target yang harus dicapai adalah 100% ibu
yang memeriksakan kandungannya menerima informasi mengenai Safe
Motherhood, cara berhubungan seks yang aman, pencegahan dan penanganan
Infeksi Menular Seksual (IMS), program PMTCT, konseling pasca tes dan
pelayanan lanjutan ( Kemenkes, 2015)
E. Tes HIV
Jika Anda merasa memiliki risiko terinfeksi virus HIV, satu-
satunya cara untuk mengetahuinya adalah dengan melakukan tes HIV yang
disertai konseling. Segeralah mengunjungi fasilitas kesehatan terdekat
(klinik VCT) untuk tes HIV. Dengan tes ini akan diketahui hasil diagnosis
HIV pada tubuh Anda.tes HIV dan konseling ini disebut sebagai VCT
(Voluntary Counseling and Testing) atau KTS (Konseling dan Tes HIV
Sukarela). Tes ini bersifat sukarela dan rahasia. Sebelum melakukan tes,
konseling diberikan terlebih dahulu. Konseling bertujuan untuk
mengetahui tingkat risiko infeksi dan juga pola hidup keseharian. Setelah
tahap ini, dibahaslah cara menghadapi hasil tes HIV jika terbukti positif.
Tes HIV biasanya berupa tes darah untuk memastikan adanya
antibodi terhadap HIV di dalam sampel darah. Antibodi adalah protein
yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh untuk menyerang kuman
atau bakteri tertentu. Tes HIV mungkin akan diulang satu hingga tiga
bulan setelah seseorang melakukan aktivitas yang dicurigai bisa
membuatnya tertular virus HIV.
Ada beberapa tempat untuk melakukan tes HIV. Anda bisa
menanyakan pada rumah sakit atau klinik kesehatan terdekat. Di
Indonesia, terdapat beberapa yayasan dan organisasi yang fokus untuk
urusan HIV/AIDS, di antaranya:
1. Komunitas AIDS Indonesia
2. ODHA Indonesia
3. Himpunan Abiasa
4. Yayasan Spiritia
5. Yayasan Orbit
6. Yayasan AIDS Indonesia
Sedangkan lembaga pemerintah yang dibentuk khusus untuk menangani
HIV/AIDS adalah Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN). Jika
hasilnya positif, anda akan dirujuk menuju klinik atau rumah sakit.
Beberapa tes darah lainnya mungkin akan diperlukan. Tes ini untuk
memperlihatkan dampak dari HIV kepada sistem kekebalan anda, anda
juga bisa membicarakan tentang pilihan penanganan yang bisa dilakukan.
Tes HIV bisa dilakukan kepada semua orang tanpa memandang
tingkat epidemi daerahnya seperti:
1. Semua ibu hamil, terutama ibu hamil yang mempunyai faktor risiko.
2. Bayi yang baru lahir dari ibu HIV positif, sebagai perawatan
lanjutan pada bayi tersebut.
3. Anak yang dibawa ke layanan kesehatan dengan menunjukan tanda
tumbuh kembang yang kurang optimal atau kurang gizi yang tidak
memberikan respon pada terapi gizi yang memadai.
4. Semua Klien dewasa atau anak yang berkunjung ke layanan
kesehatan dengan tanda dan gejala atau kondisi medis yang
mengindikasikan infeksi HIV atau koinfeksi HIV (TB, IMS,
Heptitis, dll.)
F. Persalinan Aman
Pemilihan persalinan yang aman diputuskan oleh ibu setelah
mendapatkan konseling berdasarkan penilaian dari tenaga kesehatan.
Pilihan persalinan meliputi persalinan pervaginam maupun per
abdominam (seksio sesarea).
Dengan demikian, untuk memberikan layanan persalinan yang
optimal kepada ibu hamil HIV positif direkomendasikan kondisi-kondisi
berikut ini:
1. Pelaksanaan persalinan, baik secara seksio sesarea maupun normal,
harus memperhatikan kondisi fisik ibu berdasarkan penilaian dari
tenaga kesehatan.
2. Ibu hamil HIV positif perlu mendapatkan konseling sehubungan
dengan keputusannya untuk menjalani persalinan pervaginam maupun
perabdominam (seksio sesarea).
3. Pelaksanaan persalinan, baik secara persalinan pervaginam maupun
seksio sesarea, harus memperhatikan indikasi obstetri si ibu.
4. Tindakan menolong persalinan ibu hamil HIV positif, baik secara
persalinan pervaginam maupun seksio sesarea harus memperhatikan
kewaspadaan standar yang berlaku untuk semua persalinan.
Resiko penularan dari ibu ke anak pada persalinan pervaginam
sebesar 10%-20% sedangkan resiko penularan pada persalinan
perabdominal/ SC sebesar 2% - 4%. Syarat pada persalinan pervaginam
yaitu Pemberian ARV ≥ 6 bulan Atau VL <1000 kopi/mm3 (jika tersedia
fasilitas pemeriksaan VL) sedangkan pada persalinan perabdominal/ SC
yaitu Pemberian ARV < 6 bulan Atau VL >1000 kopi/mm3 atau ada
indikasi obstetric.
G. Terapi
Pemberian Anti Retro Viral (ARV) pada ibu hamil HIV positif
selain dapat mengurangi risiko penularan HIV dari ibu ke anak, adalah
untuk mengoptimalkan kondisi kesehatan ibu dengan cara menurunkan
kadar HIV serendah mungkin.
Pilihan terapi yang direkomendasikan untuk ibu hamil HIV positif
adalah terapi menggunakan tiga obat kombinasi (2 NRTI + 1 NNRTI).
Seminimal mungkin hindarkan tripel nuke (3 NRTI). Regimen yang
direkomendasikan adalah sebagai berikut :
1. Pada ibu
a. AZT + 3TC + NVP
Dapat diberikan sejak trimester 1 atau umur kehamilan <14
minggu, ibu tidak anemia dan/atau CD4 < 250 sel/mm3 (karena
efek hepatotoksik NVP pada perempuan biasa timbul jika CD4
<250 sel/mm3)
b. AZT + 3TC + EVP*
Dapat diberikan pada trimester 2 atau umur kehamilan ≥ 14
minggu dan ibu tidak anemia
c. TDF + 3TC + NVP
Dapat diberikan jika ibu anemia, dapat diberikan sejak trimester 1
d. TDF + 3TC + EVP*
Dapat diberikan jika ibu anemia, diberikan mulai trimester 2
2. Pada anak
AZT 4mg/KgBB
Dapat diberikan 2X/hari, mulai hari ke-1 hingga 6 minggu