Faktor penyebab perilaku kekerasan menurut Yosep dan Sutini (2014) adalah
a. Faktor Presdisposisi
Faktor presdisposisi adalah faktor – faktor yang mendukung
terjadinya masalah perilaku kekerasan adalah faktor psikologis, faktor sosial
budaya, faktor biologis.
1) Faktor Psikologis
Psychoanalythical Theory, teori ini mendukung bahwa perilaku
merupakan akibat dari instinctual drives. Freud berpendapat bahwa
perilaku manusia di pengaruhi oleh dua instinc :
a) Insting hidup yang di ekspresikan dengan seksualitas
b) Insting kematian yang di ekspresiakn dengan agresivitas
2) Faktor Sosial Budaya
Sosial learning theori, teori yang di kembangkan oleh Bandura
mengemukakan bahwa agresif tidak berbeda dengan respon – respon
yang lain. Agresif dapat di pelajari melalui observasi atau imitasi, dan
semakin sering mendapatkan penguatan maka semakin besar
kemungkinan untuk terjadi. Seseorang akan berespon terhadap
keterbangkiatan emosionalnya secara agresif sesuai dengan respon yang
di pelajari.
3) Faktor biologis
Ada beberapa penelitian membuktikan bahwa dorongan agresif
mempunyai dasar biologis. Penelitian neuorabiology mendapatkan
bahwa adanya pemberian stimulus elektrik ringan pada hypotalamus (
yang berada di tengah limbic) binatang ternyata menimbulkan perilaku
agrsif.
a) Faktor Presipitasi
Secara umum, seseorang akan berespon dengan marah apabila
merasa dirinya terancam. Ancaman tersebut dapat berupa injury
secara psikis, atau lebih dikenal dengan adanya ancaman terhadap
konsep diri seseorang. Ketika seseorang terancam, mungkin dia tidak
menyadari sama sekali pa yang membuat dia marah, oleh karena itu
baik perawat maupun klien harus bersama- sama mengidentifikasi
masalah.
Sedangkan menurut Deden (2013), faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya masalah perilaku kekerasan adalah :
b) Faktor Biologis
1. Instinctual Drive Theory (Teori Dorongan Naluri)
Teori ini mengatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh
suatu dorongan kebutuhan yang sangat luas.
2. Psychomatic Theory (Teori Psikosomatik)
Pengalaman marah adalah akibat respon psikologi terhadap
stimulus ekster nal, internal maupun lingkungan. Dalam hal ini
sistem limbik berperan sebagai pusat untuk mengekspresikan
maupun menghambat rasa marah.
c) Faktor Psikologis
1. Frustation Agresion Theory (Teori agresif frustasi )
Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi apabila keinginan
individu untuk mencapai sesuatu gagal atau menghambat.
Keadaan tersebut dapat mendorong individu berperilaku agresif
karena perasaan frustasi akan berkurang melalui perilaku
kekerasan.
2. Behavior Theory (Teori Perilaku)
Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat di capai apabila
tersedia fasilitas atau stimulasi yang mendukung.
3. Eksistensial Theory (Teori Eksistensi)
Bertingkah laku adalah kebutuhan dasar manusia, apabila
kebutuhan tersebut tidak dapat terpenuhi melalui perilaku
konstruktif, maka individu akan memenuhi nya melalui perlaku
destruktif.
d) Faktor sosikultural
(1) Sosial Environment Theory (Teori lingkungan Sosial)
Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam
mengekspresikan marah, norma budaya dapat mendukung
individu.
(2) Social Learning Theory (Teori Belajar Sosial)
Perilaku kekerasan dapat di pelajari secara langsung maupun
melalui proses sosialisasi .
Menurut Shive dalam Direja (2011), hal-hal yang dapat
menimbulkan perilaku kekerasan atau penganiayaan adalah :
a. Kesulitan kondisi ekonomi
b. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu
c. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan
ketidakmampuan dalam menempatkan diri sebagai orang
dewasa.
d. Pelaku mungkin mempunyai riwayat antisosial seperti
penyalahgunaan obat dan alkhohol serta tidak mampu
mengontrol emosi pada saat menghadapi rasa frustasi.
3. Klasifikasi Perilaku Kekerasan
a. Penganiayaan fisik
Penganiayaan ini dapat berkisar dari mendorong dan mendesak samapai
pemukulan berat dan mencekik, yang menyebabkan ekstremitas dan tulang iga
patah, perdarahan internal maupun eksternal, kerusakan otak, dan bahkan
pembunuhan.
b. Penganiayaan seksual
Penganiayaan ini meliputi serangan fisik selama hubungan seksual, misalnya
mengigit puting, menjambak rambut, menampar dan memukul, serta
memerkosa.
c. Penganiayaan psikologis atau emosional
Penganiayaan ini antara lain mengejek, meremehkan, berteriak dan memekik,
merusak barang, dan mengancam, serta bentuk penganiayaan yang lebih tidak
kentara, misalnya menolak berbicara dengan korban atau berpura-pura tidak
melihat korban.
d. Penganiayaan ekonomi
1) Mencuri harta atau uang korban
2) Menghalangi akses korban atau keuangan pribadinya
3) Penggunaan uang atau harta milik korban secara tidak tepat
Prabowo, Eko (2014). Buku Ajar Keperawatan jiwa Edisi 1 . Yogyakarta . Nuka
Medika.
Dermawan D & Rusdi. 2013. Keperawatan jiwa (konsep dan kerangka kerja asuhan
keperawatan jiwa).Yogyakarta: Gosyen publishing.
Afnuhazi, R. (2015). Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan Jiwa (Marni).
Yogyakarta: Gosyem Publishing.
Erwina, I. (2012). Aplikasi Model Adaptasi Roy pada Klien Resiko Perilaku
Kekerasan dengan Penerapan Asertiveness Training di RS Dr. H. Marzoeki
Mahdi Bogor. NURS JURNAL KEPERAWATAN, 8(1), 66.
Keliat, B. A., et.al (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHM Basic
Cours. Jakarta: EGC.
Volavka, J & Citrome, L. 2011. Pathways to Aggression in Schizophrenia Affect
Results of Treatment. Oxford Journal.
Sheila. L & Videbeck. 2011. Psychiatric Mental Health Nursing Fifth Edition.
Lippincott Williams & Wilkins.