Anda di halaman 1dari 9

1.

Pengertian Perilaku Kekerasan

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan


tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun
orang lain (Afnuhazi, 2015). Menurut Erwina (2012) perilaku kekerasan adalah
merupakan bentuk kekerasan dan pemaksaan secara fisik maupun verbal
ditunjukkan kepada diri sendiri maupun orang lain. Perilaku kekerasan adalah salah
satu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun
psikologi (Keliat et al., 2011). Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk ekspresi
kemarahan yang tidak sesuai dimana seseorang melakukan tindakan-tindakan yang
dapat membahayakan atau mencederai diri sendiri, orang lain, bahkan merusak
lingkungan ( Prabowo, 2014). Perilaku kekerasan dilakukan karena
ketidakmampuan dalam melakukan koping terhadap stres, ketidakpahaman
terhadap situasi sosial, tidak mampu untuk mengidentifikasi stimulus yang
dihadapi, dan tidak mampu mengontrol dorongan untuk melakukan perilaku
kekerasan (Volavka & Citrome, 2011).

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku kekerasan


adalah suatu keadaan dimana seorang yang melakukan suatu tindakan kekerasan
secara fisik maupun verbal yang dapat membahayakan diri sendiri maupun orang
lain. Respon perilaku yang diperlihatkan oleh klien berbeda-beda tergantung
bagaiman keadaan klien, dari respons adaptif sampai respons maladaptif. Respons
adaptif adalah respon normal klien yang masih terkontrol terhadap masalah,
sedangkan respons maladaptif adalah respon klien yang berlebihan atau tidak
normal terhadap masalah.
Gambar 1. Rentan Respons

Respons Adaptif Respon Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan

Asertif Frustasi Pasif Agresif


Mampu Gagal mencapai tujuan Tidak dapat Perasaan marah
mengungkapkan marah kepuasan saat marah mengungkapkan permusuhan yang kuat,
tanpa menyalahkan dan tidak dapat perasaan tidak berdaya hilang control, disertai
orang lain dan menemukan alternative dan menyerah amukan dan merusak
memberikan kelegaan lingkungan
Sumber : Yosep (2010)

2. Etiologi Perilaku Kekerasan

Faktor penyebab perilaku kekerasan menurut Yosep dan Sutini (2014) adalah
a. Faktor Presdisposisi
Faktor presdisposisi adalah faktor – faktor yang mendukung
terjadinya masalah perilaku kekerasan adalah faktor psikologis, faktor sosial
budaya, faktor biologis.
1) Faktor Psikologis
Psychoanalythical Theory, teori ini mendukung bahwa perilaku
merupakan akibat dari instinctual drives. Freud berpendapat bahwa
perilaku manusia di pengaruhi oleh dua instinc :
a) Insting hidup yang di ekspresikan dengan seksualitas
b) Insting kematian yang di ekspresiakn dengan agresivitas
2) Faktor Sosial Budaya
Sosial learning theori, teori yang di kembangkan oleh Bandura
mengemukakan bahwa agresif tidak berbeda dengan respon – respon
yang lain. Agresif dapat di pelajari melalui observasi atau imitasi, dan
semakin sering mendapatkan penguatan maka semakin besar
kemungkinan untuk terjadi. Seseorang akan berespon terhadap
keterbangkiatan emosionalnya secara agresif sesuai dengan respon yang
di pelajari.
3) Faktor biologis
Ada beberapa penelitian membuktikan bahwa dorongan agresif
mempunyai dasar biologis. Penelitian neuorabiology mendapatkan
bahwa adanya pemberian stimulus elektrik ringan pada hypotalamus (
yang berada di tengah limbic) binatang ternyata menimbulkan perilaku
agrsif.
a) Faktor Presipitasi
Secara umum, seseorang akan berespon dengan marah apabila
merasa dirinya terancam. Ancaman tersebut dapat berupa injury
secara psikis, atau lebih dikenal dengan adanya ancaman terhadap
konsep diri seseorang. Ketika seseorang terancam, mungkin dia tidak
menyadari sama sekali pa yang membuat dia marah, oleh karena itu
baik perawat maupun klien harus bersama- sama mengidentifikasi
masalah.
Sedangkan menurut Deden (2013), faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya masalah perilaku kekerasan adalah :
b) Faktor Biologis
1. Instinctual Drive Theory (Teori Dorongan Naluri)
Teori ini mengatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh
suatu dorongan kebutuhan yang sangat luas.
2. Psychomatic Theory (Teori Psikosomatik)
Pengalaman marah adalah akibat respon psikologi terhadap
stimulus ekster nal, internal maupun lingkungan. Dalam hal ini
sistem limbik berperan sebagai pusat untuk mengekspresikan
maupun menghambat rasa marah.
c) Faktor Psikologis
1. Frustation Agresion Theory (Teori agresif frustasi )
Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi apabila keinginan
individu untuk mencapai sesuatu gagal atau menghambat.
Keadaan tersebut dapat mendorong individu berperilaku agresif
karena perasaan frustasi akan berkurang melalui perilaku
kekerasan.
2. Behavior Theory (Teori Perilaku)
Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat di capai apabila
tersedia fasilitas atau stimulasi yang mendukung.
3. Eksistensial Theory (Teori Eksistensi)
Bertingkah laku adalah kebutuhan dasar manusia, apabila
kebutuhan tersebut tidak dapat terpenuhi melalui perilaku
konstruktif, maka individu akan memenuhi nya melalui perlaku
destruktif.
d) Faktor sosikultural
(1) Sosial Environment Theory (Teori lingkungan Sosial)
Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam
mengekspresikan marah, norma budaya dapat mendukung
individu.
(2) Social Learning Theory (Teori Belajar Sosial)
Perilaku kekerasan dapat di pelajari secara langsung maupun
melalui proses sosialisasi .
Menurut Shive dalam Direja (2011), hal-hal yang dapat
menimbulkan perilaku kekerasan atau penganiayaan adalah :
a. Kesulitan kondisi ekonomi
b. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu
c. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan
ketidakmampuan dalam menempatkan diri sebagai orang
dewasa.
d. Pelaku mungkin mempunyai riwayat antisosial seperti
penyalahgunaan obat dan alkhohol serta tidak mampu
mengontrol emosi pada saat menghadapi rasa frustasi.
3. Klasifikasi Perilaku Kekerasan

Menurut Videbeck, Sheila L (2008 : 209) perilaku kekerasan dapat dibedakan


menjadi empat yaitu:

a. Penganiayaan fisik
Penganiayaan ini dapat berkisar dari mendorong dan mendesak samapai
pemukulan berat dan mencekik, yang menyebabkan ekstremitas dan tulang iga
patah, perdarahan internal maupun eksternal, kerusakan otak, dan bahkan
pembunuhan.
b. Penganiayaan seksual
Penganiayaan ini meliputi serangan fisik selama hubungan seksual, misalnya
mengigit puting, menjambak rambut, menampar dan memukul, serta
memerkosa.
c. Penganiayaan psikologis atau emosional
Penganiayaan ini antara lain mengejek, meremehkan, berteriak dan memekik,
merusak barang, dan mengancam, serta bentuk penganiayaan yang lebih tidak
kentara, misalnya menolak berbicara dengan korban atau berpura-pura tidak
melihat korban.
d. Penganiayaan ekonomi
1) Mencuri harta atau uang korban
2) Menghalangi akses korban atau keuangan pribadinya
3) Penggunaan uang atau harta milik korban secara tidak tepat

4. Penatalaksanaan Perilaku Kekerasan


a. Terapi Medis
Menurut Videbeck (2011) Psikofarmaka adalah terapi menggunakan obat
dengan tujuan untuk mengurangi atau menghilangkan gejala gangguan jiwa,
jenis obat psikofarmaka adalah :
1) Clorpromazine (CPZ, Largactile)
Indikasi untuk mensupresi gejala-gejala psikosa: agitasi, ansietas,
ketegangan, kebingungan, insomnia, halusinasi, waham, dan gejala-gejala
lain yang biasanya terdapat pada penderita skizofrenia, mania depresif,
gangguan personalitas, psikosa involution, psikosa masa kecil.
2) Haloperidol (Haldol, Serenace)
Indikasinya yaitu manifestasi dari gangguan psikotik, sindroma gilles de la
toureette pada anak-anak dan dewasa maupun pada gangguan perilaku berat
pada anak-anak. Dosis oral untuk dewasa 1-6 mg sehari yang terbagi 6-15
mg untuk keadaan berat. Kontraindikasinya depresi sistem saraf pusat atau
keadaan koma, penyakit parkinson, hipersensitif terhadap haloperidol. Efek
samping nya sering mengantuk, kaku, tremor lesu, letih, gelisah. 12
3) Antikolinergik
Indikasi dan kontraindikasi obat antikolinergik adalah obat yang
mempengaruhi fungsi persarafan. Di dalam tubuh manusia terdiri dari
beribu-ribu sel saraf. Sel saraf satu dengan yang lainnya berkomunikasi
melalui zat yang disebut sebagai neurotransmitter. Terdapat berbagai jenis
neurotransmitter tergantung pada jenis sel sarafnya. Salah satu
neurotransmitter utama di tubuh kita adalah asetilkolin.
4) ECT (Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang grandmal secara
artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang
satu atau dua temples. Therapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia
yang tidak mempan denga terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi
kejang listrik 4-5 joule/detik.
b. Tindakan Keperawatan
Menurut Videbeck (2011) Penatalaksanaan pada pasien dengan perilaku
kekerasan meliputi:
1) Terapi Modalitas
a) Terapi lingkungan
Begitu pentingnya bagi perawat untuk mempertimbangkan lingkungan
bagi semua pasienketika mencoba mengurangi atau menghilangkan
agresif. Aktivitas atau kelompok yang direncanakan seperti permainan
kartu, menonton dan mendiskusikan sebuah film, atau diskusi informal
memberikan pasienkesempatan untuk membicarakan peristiwa atau isu
ketika pasientenang. Aktivitas juga melibatkan pasiendalam proses
terapeutik dan meminimalkan kebosanan. 13 Penjadwalan interaksi
satu-satu dengan pasienmenunjukkan perhatian perawat yang tulus
terhadap pasiendan kesiapan untuk mendengarkan masalah pikiran
serta perasaan klien. Mengetahui apa yang diharapkan dapat
meningkatkan rasa aman pasien.
b) Terapi Kelompok
Pada terapi kelompok, pasien berpartisipasi dalam sesi bersama dalam
kelompok individu. Para anggota kelompok bertujuan sama dan
diharapkan memberi kontribusi kepada kelompok untuk membantu
yang lain dan juga mendapat bantuan dari yang lain. Peraturan
kelompok ditetapkan dan harus dipatuhi oleh semua anggota kelompok.
Dengan menjadi anggota kelompok, pasiendapat mempelajari cara baru
memandang masalah atau cara koping atau menyelesaikan masalah dan
juga membantunya mempelajari keterampilan interpersonal yang
penting.
c) Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah bentuk terapi kelompok yang mengikutsertakan
pasiendan anggota keluarganya. Tujuannya ialah memahami bagaimana
dinamika keluarga memengaruhi psikopatologi klien, memobilisasi
kekuatan dan sumber fungsional keluarga, merestrukturisasi gaya
perilaku keluarga yang maladaptive, dan menguatkan perilaku
penyelesaian masalah keluarga.
d) Terapi Individual
Psikoterapi individu adalah metode yang menimbulkan perubahan pada
individu dengan cara mengkaji perasaan, sikap, cara pikir, dan
perilakunya. Dimana terapi ini mempunyai hubungan personal antara
pasien dan ahli terapi. Tujuan dari terapi individu yaitu memahami diri
dan perilaku mereka sendiri, membuat 14 hubungan personal,
memperbaiki hubungan interpersonal, atau berusaha lepas dari sakit hati
atau ketidak bahagiaan.
Hubungan antara pasien dan ahli terapi terbina melalui tahap yang
sama dengan tahap hubungan perawat-pasien yaitu introduksi, kerja, dan
terminasi. Upaya pengendalian biaya yang ditetapkan oleh organisasi
pemeliharaan kesehatan dan lembaga asuransi lain mendorong upaya
mempercepat pasien ke fase kerja sehingga memperoleh manfaat maksimal
yang mungkin dari terapi.
DAFTAR PUSTAKA

Prabowo, Eko (2014). Buku Ajar Keperawatan jiwa Edisi 1 . Yogyakarta . Nuka
Medika.

Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Dermawan D & Rusdi. 2013. Keperawatan jiwa (konsep dan kerangka kerja asuhan
keperawatan jiwa).Yogyakarta: Gosyen publishing.
Afnuhazi, R. (2015). Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan Jiwa (Marni).
Yogyakarta: Gosyem Publishing.
Erwina, I. (2012). Aplikasi Model Adaptasi Roy pada Klien Resiko Perilaku
Kekerasan dengan Penerapan Asertiveness Training di RS Dr. H. Marzoeki
Mahdi Bogor. NURS JURNAL KEPERAWATAN, 8(1), 66.
Keliat, B. A., et.al (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHM Basic
Cours. Jakarta: EGC.
Volavka, J & Citrome, L. 2011. Pathways to Aggression in Schizophrenia Affect
Results of Treatment. Oxford Journal.
Sheila. L & Videbeck. 2011. Psychiatric Mental Health Nursing Fifth Edition.
Lippincott Williams & Wilkins.

Anda mungkin juga menyukai