Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

PERITONITIS

A. KONSEP TEORITIS
1. Pengertian
a. Peritonitis adalah inflamasi peritoneum, lapisan membrane serosa rongga
abdomen dan meliputi visera yang merupakan penyulit berbahaya yang
dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronik / kumpulan tanda dan gejala,
diantaranya nyeri tekan dan nyeri lepas pada palpasi, defans muscular dan tanda –
tanda umum inflamasi.( Santosa, Budi. 2005)
b. Peritonitis adalah peradangan peritoneum, suatu lapisan endothelial tipis yang
kaya akan vaskularisasi dan aliran limpa. ( Soeparman,dkk)
c. Peritonitis adalah suatu peradangan dari peritoneum, pada membrane serosa, pada
bagian rongga perut ( Andra)
d. Peritonitis adalah peradangan yang biasanya disebabkan oleh infeksi pada selaput
rongga perut (peritoneum) lapisan membrane serosa rongga abdomen dan
dinding perut bagian dalam.
2. Etiologi
a. Infeksi bakteri
 Kuman yang paling sering ialah bakteri Coli, streptokokus alpha dan beta
hemolitik, stapilokokus aureus, enterokokus dan yang paling berbahaya adalah
clostridium wechii.
 Mikroorganisme berasal dari penyakit saluran gastrointestinal
 Appendiksitis yang meradang dan perforasi
 Tukak peptik (lambung / dudenum)
 Tukak thypoid
 Tukak pada tumor
b. Secara langsung dari luar.
 Operasi yang tidak steril

NURHADISA, S.KEP PROFESI NERS STIKES WN PALU 1


 Terkontaminasi talcum venetum, lycopodium, sulfonamida, terjadi peritonitis
yang disertai pembentukan jaringan granulomatosa sebagai respon
terhadap benda asing, disebut juga peritonitis granulomatosa
 Trauma pada kecelakaan peritonitis lokal seperti rupturs limpa, ruptur hati
 Melalui tuba fallopius seperti cacing enterobius vermikularis.
c. Secara hematogen sebagai komplikasi beberapa penyakit akut seperti radang
saluran pernapasan bagian atas, otitis media, mastoiditis, glomerulonepritis.
Penyebab utama adalah streptokokus atau pnemokokus.
3. Manifestasi Klinik
Gejala peritonitis tergantung pada jenis dan penyebaran infeksinya. Biasanya
penderita muntah, demam tinggi dan merasakan nyeri tumpul diperutnya. Bisa
terbentuk satu atau beberapa abses. Infeksi dapat meninggalkan jaringan parut
dalam bentuk pita jaringan (perlengketan, adhesi) yang akhirnya bisa menyumbat
usus. Bila peritonitis tidak diobati dengan seksama, komplikasi bisa berkembang
dengan cepat. Gerakan peristaltik usus akan menghilang dan cairan tertahan di usus
halus dan usus besar. Cairan juga akan merembes dari peredaran darah ke dalam
rongga peritoneum. Terjadi dehidrasi berat dan darah kehilangan elektrolit.
Selanjutnya bisa terjadi komplikasi utama, seperti kegagalan paru-paru, ginjal atau
hati dan bekuan darah yang menyebar.
Tanda-tanda peritonitis relatif sama dengan infeksi berat yaitu demam
tinggi atau pasien yang sepsis bisa menjadi hipotermia, takikardi, dehidrasi hingga
menjadi hipotensi. Nyeri abdomen yang hebat biasanya memiliki punctum maximum
ditempat tertentu sebagai sumber infeksi. Dinding perut akan terasa tegang karena
mekanisme antisipasi penderita secara tidak sadar untuk menghindari palpasinya yang
menyakinkan atau tegang karena iritasi peritoneum. Pemeriksaan-pemeriksaan klinis
ini biaas jadi positif palsu pada penderita dalam keadaan imunosupresi (misalnya
diabetes berat, penggunaan steroid, pasca transplantasi, atau HIV), penderita
dengan penurunan kesadaran (misalnya trauma cranial, ensefalopati toksik, syok
sepsis, atau penggunaan analgesic), penderita dengan paraplegia dan penderita
geriatric.

NURHADISA, S.KEP PROFESI NERS STIKES WN PALU 2


4. Patofisiologi
Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya
eksudat fibrinosa, yang menempel menjadi satu dengan permukaan sekitarnya
sehingga membatasi infeksi. Bila bahan-bahan infeksi tersebar luas pada
pemukaan peritoneum atau bila infeksi menyebar, dapat timbul peritonitis umum,
aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik; usus kemudian menjadi
atoni dan meregang. Cairan dan elektrolit hilang ke dalam lumen usus,
mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi, dan oliguri. Peritonitis
menyebabkan penurunan aktivitas fibrinolitik intraabdomen (meningkatkan
aktivitas inhibitor aktivator plasminogen) dan sekuestrasi fibrin dengan adanya
pembentukan jejaring pengikat. Produksi eksudat fibrin merupakan mekanisme
terpenting dari sistem pertahanan tubuh, dengan cara ini akan terikat bakteri dalam
jumlah yang sangat banyak di antara matriks fibrin. Pembentukan abses pada
peritonitis pada prinsipnya merupakan mekanisme tubuh yang melibatkan substansi
pembentuk abses dan kuman-kuman itu sendiri untuk menciptakan kondisi abdomen
yang steril. Pada keadaan jumlah kuman yang sangat banyak, tubuh sudah tidak
mampu mengeliminasi kuman dan berusaha mengendalikan penyebaran kuman
dengan membentuk kompartemen-kompartemen yang kita kenal sebagai abses.
Masuknya bakteri dalam jumlah besar ini bisa berasal dari berbagai sumber. Yang
paling sering ialah kontaminasi bakteri transien akibat penyakit viseral atau
intervensi bedah yang merusak keadaan abdomen. Selain jumlah bakteri transien
yang terlalu banyak di dalam rongga abdomen, peritonitis terjadi juga memang
karena virulensi kuman yang tinggi hingga mengganggu proses fagositosis dan
pembunuhan bakteri dengan neutrofil. Keadaan makin buruk jika infeksinya dibarengi
dengan pertumbuhan bakteri lain atau jamur, misalnya pada peritonitis akibat
koinfeksi Bacteroides fragilis dan bakterigram negatif, terutama E. coli. Isolasi
peritoneum pada pasien peritonitis menunjukkan jumlah Candida albicans yang
relatif tinggi, sehingga dengan menggunakan skor APACHE II (acute physiology
and cronic health evaluation) diperoleh mortalitas tinggi, 52%, akibat kandidosis
tersebut. Saat ini peritonitis juga diteliti lebih lanjut karena melibatkan mediasi respon

NURHADISA, S.KEP PROFESI NERS STIKES WN PALU 3


imun tubuh hingga mengaktifkan systemic inflammatory response syndrome
(SIRS) dan multiple organ failure (MOF)
5. Komplikasi
a. Penumpukan cairan mengakibatkan penurunan tekanan vena sentral yang
menyebabkan gangguan elektrolit bahkan hipovolemik, syok dan gagal ginjal.
b. Abses peritoneal
c. Cairan dapat mendorong diafragma sehingga menyebabkan kesulitan bernafas.
d. Sepsis
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Test laboratorium
 Leukositosis
 Hemoglobin dan hematokrit mungkin rendah bila terjadi kehilangan darah
 Alkaliosis respiratori dan asidosis metabolik mungkin ada.
 Protein / albumin serum mungkin menurun karena penumpukan cairan di intra
abdomen
 Amilase serum biasanay meningkat
 Elektrolit serum : hypokalemia mungkin ada
b. X. Ray
1) Foto polos abdomen 3 posisi (anterior, posterior, lateral), didapatkan :
 Illeus merupakan penemuan yang tak khas pada peritonitis.
 Usus halus dan usus besar dilatasi.
 Udara bebas dalam rongga abdomen terlihat pada kasus perforasi.
2) Foto dada : dapat menyatakan peninggian diafragma
3) Parasintesis : contoh cairan peritoneal dapat mengandung darah, pus /
eksudat, emilase, empedu dan kreatinum
4) CT abdomen dapat menunjukkan pembentukan abses.
7. Penatalaksanaan
a. Bila peritonitis meluas dan pembedahan dikontraindikasikan karena syok dan
kegagalan sirkulasi, maka cairan oral dihindari dan diberikan cairan vena untuk
mengganti elektrolit dan kehilangan protein. Biasanya selang usus dimasukkan
melalui hidung ke dalam usus untuk mengurangi tekanan dalam usus.
NURHADISA, S.KEP PROFESI NERS STIKES WN PALU 4
b. Bila infeksi mulai reda dan kondisi pasien membaik, drainase bedah dan perbaikan
dapat diupayakan.
c. Pembedahan mungkin dilakukan untuk mencegah peritonitis, seperti apendiktomi.
Bila perforasi tidak dicegah, intervensi pembedahan mayor adalah insisi dan
drainase terhadap abses.

Prinsip umum dalam menangani infeksi intra abdominal ada 4, Antara lain :

a. Kontrol infeksi yang terjadi


b. Membersihkan bakteri dan racun
c. Memperbiki fungsi organ
d. Mengontrol proses inflamasi

Eksplorasi laparatomi segera dilakukan pada pasien dengan akut peritonitis meliputi ;

a. Pre Operasi
1) Resusitasi cairan
2) Oksigenasi
3) NGT, DC
4) Antibiotika
5) Pengendalian suhu tubuh
b. Durante Operasi
1) Kontrol sumber infeksi
2) Pencucian rongga abdomen
3) Debridement radikal
4) Iritasi kontinyu
5) Ettapen lavase / stage abdominal repair
c. Pasca Operasi
1) Balance cairan
2) Perhitungan nutrisi
3) Monitor vital sign
4) Pemeriksaan laboratorium
5) Antibiotika

NURHADISA, S.KEP PROFESI NERS STIKES WN PALU 5


8. Pathway Keperawatan

NURHADISA, S.KEP PROFESI NERS STIKES WN PALU 6


B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Biodata
Nama, umur, alamat, agama, pendidikan, dll.
b. Riwayat kesehatan
 Kaji keluhan utama
 Keluhan waktu di data : Terdapat pasien muntah-muntah, demam, sakit kepala,
nyeri ulu hati, makan-minum kurang, turgor kulit jelek, keadaan umum lemah.
 Riwayat kesehatan yang lalu : Pernah menderita moviting atau tidak
 Riwayat kesehatan keluarga : Apakah anggota keluarga pernah menderita
penyakit seperti pasien
c. Pemeriksaan fisik
 Tanda vital : kenaikan TD, nadi, suhu dan respirasi
 Inspeksi :
 Kepala : Keadaan rambut, mata, muka, hidung, mulut, telinga dan leher
 Abdomen: biasanya terjadi pembesaran limfa,
 Genetalia : Tidak ada perubahan
 Palpasi abdomen : Teraba pembesaran limfa , perut kembung, nyeri
 Auskultasi : peristaltic usus menurun
 Perkusi abdomen : hipersonor
d. Pengkajian primer
1) Airway
Menilai apakah jalan nafas pasien bebas. Adakah sumbatan jalan nafas berupa
secret, lidah jatuh atau benda asing
2) Breathing
Kaji pernafasan klien, berupa pola nafas, ritme, kedalaman, dan nilai
berapa frekuensi pernafasan klien per menitnya.
3) Circulation
Nilai sirkulasi dan peredaran darah, kaji pengisian kapiler, kaji
keseimbangan cairan dan elektrolit klien, lebih lanjut kaji output dan intake
klien.
NURHADISA, S.KEP PROFESI NERS STIKES WN PALU 7
4) Disability
Menilai kesadaran dengan cepat dan akurat. Hanya respon terhadap nyeri atau
sama sekali tidak sadar. Tidak di anjurkan menggunakan GCS, adapun cara
yang cukup jelas dan cepat adalah :
A: Awakening
V: Respon Bicara
P: Respon Nyeri
U: Tidak Ada Nyeri
5) Exposure
Lepaskan pakaian yang dikenakan dan penutup tubuh agar dapat diketahui
kelainan yang muncul, pada abdomen akan tampak distensi sebagai akibat
perubahan sirkulasi, penumpukan cairan dan udara yang tertahan dilumen.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang muncul pada pasien dengan kasus peritonitis berdasarkan
rumusan diagnosa keperawatan menurut NANDA (2016) antara lain:
a. Pre Operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan iritasi kimia peritoneum perifer
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual, muntah / peningkatan kebutuhan metabolic
3) Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan pada peritoneum
4) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kegagalan dalam mekanisme
pengaturan, kehilangan cairan sekunder akibat mual muntah
5) Disfungsi motilitas gastrointestinal penurunan peristaltik
6) Ketakutan berhubungan dengan ancaman kematian / perubahan status
kesehatan
7) Resiko ketidakefektifan perfusi gastrointestinal
b. Post Operasi
1) Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik (tindakan pembedahan)
2) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik
3) Resiko kekurangan volume cairan
4) Resiko infeksi

NURHADISA, S.KEP PROFESI NERS STIKES WN PALU 8


3. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1. Nyeri NOC : NIC:
Defenisi : pengalaman  Pain Level, Pain Management
sensori dan emosional yang  Pain control,  Lakukan pengkajian nyeri secara
tidak menyenangkan yang  Comfort level komprehensif termasuk lokasi,
muncul akibat kerusakan Kriteria Hasil: karakteristik, durasi, frekuensi,
jaringan yang aktual atau
 Mampu mengontrol nyeri (tahu kualitas dan faktor presipitasi
potensial atau digambarkan
penyebab nyeri, mampu menggunakan  Observasi reaksi nonverbal dari
dalam hal kerusakan
sedemikian rupa ( tehnik nonfarmakologi untuk ketidaknyamanan
internatioanal Assotiation mengurangi nyeri, mencari bantuan)  Gunakan teknik komunikasi terapeutik
for study of pain) : awitan  Melaporkan bahwa nyeri berkurang untuk mengetahui pengalaman nyeri
yang tiba-tiba atau lambat dengan menggunakan manajemen pasien
dari intesnsitas ringan nyeri  Kaji kultur yang mempengaruhi
hingga berat dengan akhir  Mampu mengenali nyeri (skala, respon nyeri
yang dapat antisipasi atau intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)  Evaluasi pengalaman nyeri masa
diprediksi dan  Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri lampau
berlangsung< 6 bulan berkurang  Evaluasi bersama pasien dan tim
Batasan karakteristik :
 Tanda vital dalam rentang normal kesehatan lain tentang ketidakefektifan
 Perubahan selera
kontrol nyeri masa lampau
makan
 Perubahan tekanan  Bantu pasien dan keluarga untuk
darah mencari dan menemukan dukungan
 Perubahan frekuensi  Kontrol lingkungan yang dapat
jantung mempengaruhi nyeri seperti suhu
 Perubahan frekuensi ruangan, pencahayaan dan kebisingan
pernafasan  Kurangi faktor presipitasi nyeri
 Laporan isyarat  Pilih dan lakukan penanganan nyeri
 Diaforesis (farmakologi, non farmakologi dan
 Perilaku distraksi inter personal)
 Mengekspresikan  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
perilaku
menentukan intervensi
 Masker wajah

NURHADISA, S.KEP PROFESI NERS STIKES WN PALU 9


 Sikap melindungi area  Ajarkan tentang teknik non
nyeri farmakologi
 Fokus menyempit  Berikan analgetik untuk mengurangi
 Indikasi nyeri yang nyeri
dapat diamati  Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
 Perubahan posisi
 Tingkatkan istirahat
untuk menghindari
nyeri  Kolaborasikan dengan dokter jika ada
 Sikap tubuh keluhan dan tindakan nyeri tidak
melindungi berhasil
 Dilatasi pupil  Monitor penerimaan pasien tentang
 Melaporkan nyeri manajemen nyeri
secara verbal
 Gangguan tidur
Faktor berhubungan :
Agen cedera (mis; biologis,
fisik, zat kimia, psikologi

2. Ketidakseimbangan NOC: NIC:


nutrisi kurang dari  Nutritional Status : food and Fluid Nutrition Management
kebutuhan tubuh Intake  Kaji adanya alergi makanan
Definisi : Intake nutrisi  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
tidak cukup untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
Kriteria Hasil:
keperluan metabolisme yang dibutuhkan pasien.
 Adanya peningkatan berat badan sesuai  Anjurkan pasien untuk meningkatkan
tubuh. dengan tujuan intake Fe
Batasan karakteristik :  Berat badan ideal sesuai dengan tinggi  Anjurkan pasien untuk meningkatkan
 Berat badan 20 %
badan protein dan vitamin C
atau lebih di bawah  Mampu mengidentifikasi kebutuhan  Berikan substansi gula
ideal nutrisi  Yakinkan diet yang dimakan
 Dilaporkan adanya  Tidak ada tanda tanda malnutrisi mengandung tinggi serat untuk
intake makanan yang  Tidak terjadi penurunan berat badan mencegah konstipasi
kurang dari RDA yang berarti

NURHADISA, S.KEP PROFESI NERS STIKES WN PALU 10


(Recomended Daily  Berikan makanan yang terpilih ( sudah
Allowance) dikonsultasikan dengan ahli gizi)
 Membran mukosa  Ajarkan pasien bagaimana membuat
dan konjungtiva pucat catatan makanan harian.
 Kelemahan otot yang  Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
digunakan untuk kalori
menelan/mengunyah  Berikan informasi tentang kebutuhan
 Luka, inflamasi pada nutrisi
rongga mulut  Kaji kemampuan pasien untuk
 Mudah merasa mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
kenyang, sesaat Nutrition Monitoring
setelah mengunyah  BB pasien dalam batas normal
makanan  Monitor adanya penurunan berat
 Dilaporkan atau fakta badan
adanya kekurangan  Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang
makanan biasa dilakukan
 Dilaporkan adanya  Monitor interaksi anak atau orangtua
perubahan sensasi selama makan
rasa  Monitor lingkungan selama makan
 Perasaan  Jadwalkan pengobatan dan tindakan
ketidakmampuan tidak selama jam makan
untuk mengunyah  Monitor kulit kering dan perubahan
makanan pigmentasi
 Miskonsepsi  Monitor turgor kulit
 Kehilangan BB  Monitor kekeringan, rambut kusam,
dengan makanan dan mudah patah
cukup  Monitor mual dan muntah
 Keengganan untuk  Monitor kadar albumin, total protein,
makan Hb, dan kadar Ht
 Kram pada abdomen  Monitor makanan kesukaan
 Tonus otot jelek  Monitor pertumbuhan dan
perkembangan

NURHADISA, S.KEP PROFESI NERS STIKES WN PALU 11


 Nyeri abdominal  Monitor pucat, kemerahan, dan
dengan atau tanpa kekeringan jaringan konjungtiva
patologi  Monitor kalori dan intake nuntrisi
 Kurang berminat  Catat adanya edema, hiperemik,
terhadap makanan hipertonik papila lidah dan cavitas
 Pembuluh darah oral.
kapiler mulai rapuh  Catat jika lidah berwarna magenta,
 Diare dan atau scarlet
steatorrhea
 Kehilangan rambut
yang cukup banyak
(rontok)
 Suara usus hiperaktif
 Kurangnya informasi,
misinformasi
Faktor-faktor yang
berhubungan:
Ketidakmampuan
pemasukan atau
mencerna makanan atau
mengabsorpsi zat-zat gizi
berhubungan dengan
faktor biologis,
psikologis atau ekonomi.
3. Hipertermia NOC : NIC :
Definisi : suhu tubuh Thermoregulation Fever treatment
naik diatas rentang Kriteria Hasil :  Monitor suhu sesering mungkin
normal  Suhu tubuh dalam rentang normal  Monitor IWL
Batasan Karakteristik:  Nadi dan RR dalam rentang normal  Monitor warna dan suhu kulit
 kenaikan suhu tubuh  Tidak ada perubahan warna kulit dan  Monitor tekanan darah, nadi dan RR
diatas rentang normal tidak ada pusing, merasa nyaman  Monitor penurunan tingkat kesadaran
 serangan atau  Monitor WBC, Hb, dan Hct
konvulsi (kejang)  Monitor intake dan output

NURHADISA, S.KEP PROFESI NERS STIKES WN PALU 12


 kulit kemerahan  Berikan anti pireti
 pertambahan RR  Berikan pengobatan untuk mengatasi
 Takikardi penyebab demam
 saat disentuh tangan  Selimuti pasien
terasa hangat  Lakukan tapid sponge
 Berikan cairan intravena
Faktor faktor yang  Kompres pasien pada lipat paha dan
berhubungan : aksila
 penyakit/ trauma  Tingkatkan sirkulasi udara
 peningkatan  Berikan pengobatan untuk mencegah
metabolisme terjadinya menggigil
 aktivitas yang Temperature regulation
berlebih  Monitor suhu minimal tiap 2 jam
 pengaruh  Rencanakan monitoring suhu secara
medikasi/anastesi kontinyu
 ketidakmampuan  Monitor TD, nadi, dan RR
/penurunan  Monitor warna dan suhu kulit
kemampuan untuk  Monitor tanda-tanda hipertermi dan
berkeringat hipotermi
 terpapar dilingkungan  Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
panas  Selimuti pasien untuk mencegah
 dehidrasi hilangnya kehangatan tubuh
pakaian yang tidak tepat  Ajarkan pada pasien cara mencegah
keletihan akibat panas
 Diskusikan tentang pentingnya
pengaturan suhu dan kemungkinan efek
negatif dari kedinginan
 Beritahukan tentang indikasi terjadinya
keletihan dan penanganan emergency
yang diperlukan
 Ajarkan indikasi dari hipotermi dan
penanganan yang diperlukan
 Berikan anti piretik jika perlu

NURHADISA, S.KEP PROFESI NERS STIKES WN PALU 13


Vital sign Monitoring
 Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 Catat adanya fluktuasi tekanan darah
 Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
 Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan abnormal
 Monitor suhu, warna, dan kelembaban
kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad (tekanan
nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign
4. Kekurangan volume NOC Fluid management
cairan  Fluid balance  Timbang popok/pembalut jika diperlukan
Defenisi : penurunan  Hydration  Pertahankan catatan intake dan output
cairan intravaskuler,  Nutritional status: food and fluit intake yang akurat
intenstitial, dan/ Kriteria hasil:  Monitor status hidrasi (kelembapan
intravaskular, ini mengacu  Mempertahankan urin output sesuai dengn membran mukosa, nadi adekuat, tekanan
pada dehidrasi, kehilangan usia, dan BB,BJ, urine normal, HT normal darah, ortostastik) jika diperlukan
cairan saat tanpa ada  Tekanan darah, nadi, suhu dalam batas normal  Monitor vital sign
perubahan pada natrium  Tidak ada tanda-tanda dehidrasi elastisitas  Monitor masukan makanan/ ciaran dan
Batasan karakteristik: turgor kulit baik, membran mukosa lembab, hitung intake kalori harian
 Perubahan status tidak ada rasa haus yang berlebihan.  Kolaborasi pemberian cairan IV
mental  Monitor status nutrisi

NURHADISA, S.KEP PROFESI NERS STIKES WN PALU 14


 Penurunan tekanan  Berikan cairan IV pada suhu ruangan
darah  Dorong masukan oral
 Penurunan tekanan  Berikan pengantian nasogastriktik sesuai
nadi output
 Penurunan volume  Dorong keluarga untuk membantu pasien
nadi makan
 Penurunan turgor kulit  Tawarkan snack
 Penurunan turgor lidah  Kolaborasi dengan dokter
 Penurunan haluaran  Atur kemungkinan transfusi
urin Hypovolemia management
 Penurunan pengisian  Monitor status cairan termasuk intake dan
vena output cairan
 Membran mukosa  Pelihara IV line
kering  Monitor tingkat Hb dan Ht
 Kulit kering  Monitor tanda vital
 Peningkatana  Monitor responpasien terhadap
hematocrit penambahan cairan
 Peningkatan suhu  Monitor berat badan
tubuh  Dorong pasien untuk menambah intake
 Peningkatan frekuensi oral
nadi  Pemberian cairan IV monitor adanya tanda
 Peningkatan dan gejala kelebihan volume cairan
konsentrasi urin  Monitor adanya tanda gagal ginjal
 Penurunan berat badan
 Tiba-tiba (kecuali pada
ruang ketiga)
 Haus
 Kelemahan
Faktor yang
berhubungan
Kehilangan cairan aktif
Kegagalan mekanisme
regulasi

NURHADISA, S.KEP PROFESI NERS STIKES WN PALU 15


5. Resiko infeksi NOC NIC
Defenisis : mengalami  Imune status Infection control
peningkatan terserang  Knowledge: infection control  Bersihkan lingkungan setelah dipakai
organisme patogenik  Risk control pasien lain
Faktor-faktor resiko: Kriteria hasil :  Pertahankan teknik isolasi
 Penyakit kronis : DM,  Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi  Batasi pengunjung bila perlu
obesitas  Mendeskripsikan proses penularan  Instruksikan pada pengunjung untuk
 Pengetahuan yang penyakit, faktor yang mempengaruhi, mencuci tangan sangat berkunjung dan
tidak cukup untuk penularan serta penatalaksanaannya stelah berkunjung menemui pasien
menghindari  Menunjukkan kemampuan untuk  Gunakan sabun antimikroba untuk cuci
pemanjangan patogen mencegah timbuknya infeksi tangan
 Pertahanan tubuh  Jumlah leokosit dalam batas normal  Cusi tangan setiap sebelum dan sesudah
primer yang tidak  Menunjukkan prilaku hidup sehat melakukan tindakan keperawatan
adekuat  Gunakan baju, saruga tangan sebagai
 Gangguan pelindung
peristalsis  Pertahankan lingkungan aseptikselama
 Kerusakan pemasangan alat
integritas kulit  Ganti letak dan IV perifer dengan line
 Perubahan sekresi central dan dressing sesuai dengan
pH petunjuk umum
 Penururnan kera  Gunakan kateter intermiten untuk
siliaris menurunkan infeksi kandung kencing
 Pecah ketuban dini  Tingkatkan intake nutrisi
 Pecah ketuban  Beriakan terapi antibiotik bila perlu
lama infection
 Merokok  Monitor tand adan gejala sistemik dan
 Status cairan lokasi
tubuh  Monitor hitung granulosit, WBC
 Trauma jaringan  Monitor kerentangan terhadap infeksi
 Ketidakadekuatan  Batasi pengunjung
pertahanan sekunder  Pertahankan teknik isolasi
 Penurunan  Berikan perawatan kulit pada daerah
hemoglobin epidema
 Imunosupresi  Inspeksi kulit dan membran mukosa
 Vaksinasi tidak terhadap kemerahan, pesan dan
adekuat drainase

NURHADISA, S.KEP PROFESI NERS STIKES WN PALU 16


 Pemajangan terhadap  Inspeksi kondisi luka
patogen lingkungan  Dorong masukan nutrisi yang cukup
meningkat  Dorong istirahat
 Prosedur invasif  Instruksikan pasien untuk minum
 Malnutrisi antibiotik sesuai rasa
 Ajarkan pasien dan keluarga tentang
tanda dan gejala infeksi
 Ajarkan cara menghindari infeksi
 Laporkan kecurigaan infeksi
 Laporkan kultur posisitif.

NURHADISA, S.KEP PROFESI NERS STIKES WN PALU 17


DAFTAR PUSTAKA

Amin H, hardhi K. 2016. NANDA NIC-NOC Edisi Revisi jilid 2. Jokjakarta. Mediaction.
Dr. W. Herdin S. 2012. Ilmu Penyakit dalam. Jakarta. Rineka Cipta.
Gunawan S. Nafrialdi R. Elysabeth. 2013. Farmakologi dan Terapi. Jakarta. Departemen
Farmakologi dan Terapeutik FKUI.
Morton, Gallo, Hudak, 2012. Keperawatan Kritis volume 1 & 2 edisi 8. EGC, Jakarta
Mutakin Arif, Kumala Sari, 2011. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah. Salemba Medika. Jakarta

NURHADISA, S.KEP PROFESI NERS STIKES WN PALU 18

Anda mungkin juga menyukai