PENDAHULUAN
pembelajaran. Hal inilah yang menyebabkan siswa menjadi statis, tidak mau
mencoba dan hanya mendapatkan konsep dan penjelasan guru. Padahal dalam
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat
menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri Sendiri dan alam
memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri
Hasil tes pra penelitian untuk mengetahui kemampuan dasar siswa dalam
memperoleh hasil bahwa kelas yang memiliki kemampuan terendah adalah kelas
1
VIII A. Pada pelaksanaan tes pra penelitian di kelas VIII A, hasil yang diperoleh
adalah dari 34 siswa 20 anak mendapat nilai kurang dari 75 dan hanya 14 siswa
yang mendapatkan nilai lebih dari 75. Dengan demikian, berdasarkan nilai yang
diperoleh siswa, pembelajaran IPA dikatakan kurang berhasil karena hanya 44%
siswa yang tuntas. Dalam BNSP (2006) ketuntasan belajar ideal untuk setiap
Dari kenyataan itu dapat diduga penyebab mengapa prestasi belajar siswa
rendah pada Setiap ulangan IPA , antara lain: Siswa kurang memahami konsep
pembelajaran yang dilaksanakan masih berpusat pada guru, siswa tidak diarahkan
lapangan. Pada Tema Rangka, Otot dan Pesawat Sederhana, siswa kurang mampu
mengaitkan hubungan antara rangka, otot dan Pesawat dalam system gerak
manusia. Berdasarkan realita di atas, salah satu model pembelajaran IPA yang
yang pasif menjadi aktif dan kreatif serta mengubah pembelajaran yang semula
2
1.2 Identifikasi Masalah
1. Hasil belajar IPA padaSub Tema Rangka, Otot dan Pesawat Sederhana
3. Hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa kelas VIII A
meningkatkan hasil belajar IPA, pada Tema Rangka, Otot dan Pesawat
3
1.5 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada Tema
Rangka, Otot dan Pesawat Sederhana bagi siswa kelas VIII A SMP
Negeri 1 Pangkah?
a. Siswa
b. Guru
Menambah pengetahuan kepada guru agar dapat memilih model yang tepat sesuai
c. Sekolah
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
diketahui bahwa pada siklus 1 sebagian besar kegiatan telah dilaksanakan oleh
pada pembelajaran bentuk daun dan fungsinya dengan metode discovery learning
bahwa sebagian besar hasil belajar siswa dalam pembelajaran bentuk daun dan
5
fungsinya dengan metode discovery learning pada siswa kelas IV pada
siklus I hanya mampu mencapai 65,55% dari aktivitas positif dan terjadi
discovery learning pada pembelajaran bentuk daun dan fungsinya pada siswa
efektif dan tepat hal ini ditunjukan dari rata-rata nilai evaluasi belajar siswa pada
siklus I adalah sebesar 78,72 dan terjadi peningkatan setelah adanya perbaikan
Iin Kartika sari ( 2014 ) dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Metode
Discovery Learning terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Siswa Pada
Pokok Bahasan Kubus dan Balok (Studi Eksperimen di Kelas VIII MTs Kiarapayung
belajar siswa terhadap hasil belajar sebesar 17,3%. Pengaruh langsung penggunaan
metode discovery learning terhadap hasil belajar siswa sebesar 27,6%. Dan pengaruh
tidak langsung penggunaan metode discovery learning terhadap hasil belajar siswa
sebesar 29,6%. Serta terdapat pengaruh di luar hasil belajar siswa dinyatakan oleh
variable residu ε sebesar 24,2%. Dengan analisis PCA, kelima komponen terbesar
komponen terbesar dapat menjelaskan motivasi setelah belajar sebesar 76,702% dan
kelima komponen terbesar dapat menjelaskan hasil belajar siswa sebesar 91,821%.
6
Hasil penelitian yang dilakukan Asmadi. ( 2012 ). Yang berjudul
Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMK PGRI Pagaralam
SMK PGRI Pagaralam. Hasil belajar siswa kelas X.4 yang menggunakan metode
Sedangkan hasil belajar siswa kelas X.2 yang tanpa menggunakan metode
B. Kajian Teori
3. Tempat menempelnya otot yang merupakan alat gerak aktif yang dapat
menggerakkan tulang.
tulang.
7
2. Struktur Tulang Manusia
Sistem rangka manusia tersusun atas ±206 tulang dengan ukuran dan
5. Pengertian Sendi
Sendi adalah tempat bertemunya dua tulang atau lebih. Dengan adanya
Terdapat enam macam sendi yang ada pada tubuh manusia. Keenam
putar, sendi tak dapat digerakkan, sendi pelana serta sendi geser.
gerak aktif. Jaringan ini dapat berkontraksi menjadi lebih pendek. Proses
8
Perbedaan Kondisi Otot pada saat Kontraksi serta Relaksasi
• Otot Rangka adalah otot yang paling banyak di dalam tubuh. Jika
melintang, sehingga otot ini juga disebut dengan otot lurik.Otot rangka
tebal, berserabut, dan liat yang melekatkan otot pada tulang. Otot
rangka tergolong otot sadar. Otot rangka cenderung cepat berkontraksi dan
cepat lelah.
Otot polos terdapat pada dinding lambung usus halus, rahim, kantung
dengan lambat. Otot ini berbentuk gelendong serta memiliki sebuah inti
otot tidak sadar. Otot jantung mempunyai garis-garis seperti otot rangka.
Sebaliknya, otot jantung mirip otot polos karena tergolong otot tidak sadar.
Otot jantung berkontraksi sekitar 70 kali per menit sepanjang hari selama
9
7. Kelainan pada Sistem Gerak Manusia
berikut.
a. Riketsia
terganggu.
b. Osteoporosis
atau jatuh dari tempat yang tinggi. Ada dua jenis fraktura, yaitu
jika tulang patah tetapi bagian ujung yang patah tidah menembus
kulit. Fraktura terbuka terjadi jika ujung tulang yang patah keluar
menembus kulit.
d. Artritis
10
Kifosis merupakan kelainan dengan melengkungnya tulang belakang
pekerjaan manusia.
a. Katrol
Ada tiga jenis katrol yaitu, katrol tetap tunggal, katrol bebas tunggal,
tunggalsama dengan 2.
b. Roda berporos
c. Bidang miring
KM = = =l/h
11
d. Pengungkit
KM = Fb / Fk = lk / lb
Keterangan:
KM : keuntungan mekanis
Fb : gaya beban
Fk : gaya kuasa
lk : lengan kuasa
lb : lengan beban
Ada banyak sekali contoh pesawat sederhana yang ada di sekitar siswa.
12
9. Prinsip Kerja Pesawat Sederhana pada Otot dan Rangka Manusia
Pada saat manusia melakukan suatu aktivitas, maka otot, tulang dan
berkaitan dengan pola pembelajaran, yaitu: (1) berpusat pada peserta didik; (2)
didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi
13
serta diperoleh melalui internet); (4) pembelajaran bersifat aktif-mencari (peserta
sains); (5) belajar kelompok (berbasis tim); (6) pembelajaran berbasis multimedia;
pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik; (8) pola
ajar agar peserta didik tahu tentang ‘’mengapa’’. Ranah keterampilan menggamit
transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang
ajar agar peserta didik tahu tentang ‘apa’. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan
keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills)
dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak
(hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensii sikap
suatu proses penyelidikan secara sistematik yang terdiri dari bagian-bagian yang
14
dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk
jejaring untuk semua mata pelajaran. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi
tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan
secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus
dinyatakan bahwa metode discovery adalah proses mental dimana siswa mampu
Sebelum siswa sadar akan pengertian, guru tidak menjelaskan dengan kata-kata.
15
siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang secara tradisional biasa
berangkat dari suatu pandangan bahwa peserta didik sebagai subyek di samping
melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan
ada.
2. Menggeneralisasi pengetahuan.
16
Beberapa kelebihan metode belajar discovery yaitu: (1) pengetahuan
bertahan lama dan mudah diingat; (2) hasil belajar discovery mempunyai efek
transfer yang lebih baik dari pada hasil lainnya; (3) secara menyeluruh belajar
siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain.
berikut:
dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa, andaikata siswa itu
dilibatkan terus dalam penemuan terpimpin. Kekuatan diri dari proses penemuan
datang dari usaha untuk menemukan; jadi seseorang belajar bagaimana belajar itu.
2. Pengetahuan yang diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya dan
kadang kegagalan.
4. Metode ini memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai
ia lebih merasa terlibat dan bermotivasi sendiri untuk belajar, paling sedikit pada
17
6. Metode ini dapat membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya
7. Strategi ini berpusat pada anak, misalnya memberi kesempatan pada mereka
dan guru berpartisipasi sebagai sesama dalam mengecek ide. Guru menjadi teman
sebelumnya.
1. Langkah Persiapan
sebagai berikut:
contoh-contoh generalisasi)
18
Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari
simbolik
2. Pelaksanaan
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan
timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai
Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar
yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan
19
c. Data collection (Pengumpulan Data).
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini
objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan
sebagainya.
dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi,
bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat
kepercayaan tertentu
e. Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan
benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif,
Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika
20
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep,
kehidupannya.
kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian
terbimbing, yang salah satu ciri utamanya adalah guru dapat membimbing siswa
dimana dia perlu. Dalam metode ini siswa dihadapkan pada situasi dimana dia bebas
intuisi dan mencoba-coba. Guru bertindak sebagai penunjuk jalan untuk membantu
siswa menemukan ide, konsep dan ketrampilan yang sudah mereka pelajari
sebelumnya. Penggunaan pertanyaan yang tepat akan sangat membantu siswa. Model
matematika kaitannya dengan pembelajaran aktif akan lebih tepat kalau kita sebut
dipandu oleh guru ini pertama dikenalkan oleh Plato dalam dialog antara Socrates dan
seorang anak, maka sering juga disebut metode Socratic (cooney davis:1975,136).
21
Metode ini melibatkan suatu dialog/interaksi antara siswa dan guru dimana
siswa mencari kesimpulan yang diinginkan melalui suatu urutan pertanyaan yang
diatur oleh guru. Salah satu buku yang pertama menggunakan teknik penemuan
Instruction, diterbitkan pada tahun 1821, yang isinya menekankan penggunaan suatu
C. Kerangka Berpikir
salah satu sumber belajar . Peran guru sebagai sumber belajar sangat penting
dimana guru harus lebih mengusai materi pelajaran / bahan ajar . Tidak hanya itu
guru harus lebih banyak bahan referensi, hal ini untuk menjaga agar guru
memiliki pemahaman yang jauh lebih baik tentang materi yang akan diajarkan.
Salah satu Model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar pada mata
pelajaran IPA adalah melalui Model Guide Discovery Learning . Alasan dipilih
Model Guide Discovery Learning karena Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang
22
itu, banyak factor yang menentukan keberhasilan belajar siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
Secara sederhana, kerangka pikir dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:
Guru : Siswa :
KONDISI
AWAL Proses pembelajaran Hasil belajar rendah
belum menggunakan
model Guide
Discovery Learning
SIKLUS I
SIKLUS II
Penerapan model
pembealajaran Guide
Discovery Learning,
tiap kelompok terdiri 3
siswa
Diduga melalui model
Guide Discovery
Learning dapat
meningkatkan hasil
KONDISI AKHIR belajar IPA untuk Tema
Rangka, Otot dan
AKHIR Pesawat Sederhana
pada siswa kelas VIIi A
SMP N 1 Pangkah, tahun
pelajaran 2014/2015
semester 1.
23
Dari bagan tesebut di atas dapat dijelaskan bahwa kondisi awal siswa kelas VIII
A SMP N 1 Pangkah pada tes pra penelitian tema Rangka, Otot dan Pesawat
Guide Discovery Learning, pada siklus I sudah meningkat tetapi belum maksimal
menjadi 3 anak, sedangkan pada siklus 1 tiap kelompok terdiri dari 4 anak.
D. Hipotesis Tindakan
meningkatkan hasil belajar IPA untuk Sub Tema Rangka, Otot dan Pesawat
2014/2015 Semester 1.
24
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian
sekolah tersebut.
2. Waktu Peneltian
Bulan
No Kegiatan
Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
1 Perencanaan
2 Pelaksanaan
3 Analisis data
Penyusunan
4
laporan
5 Seminar
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Pangkah,
siswa 34 siswa yang terdiri dari 14 putra dan 20 putri . Kelas VIII A dipilih
25
sebagai subjek penelitian karena peneliti mengajar di kelas tersebut .
C. Objek Penelitian
Learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada Sub Tema Rangka, Otot
1. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari : (1) Data kuantitatif bentuknya
tes diperoleh melalui nilai ulangan siswa, (2) Data kualitatif bentuknya non test
yang diperoleh melalui pengamatan aktivitas siswa, hasil observasi dan tanggapan
2. Instrumen Penelitian
(RPP), laporan kegiatan siswa siklus I, laporan kegiatan siswa siklus I, lembar
26
E. Validasi Data dan Analisis Data
1. Validasi Data
Validasi data diperoleh untuk memperoleh data hasil penelitian yang akurat.
Dalam penelitian ini menggunakan dua sumber data yaitu data kuantitatif
bentuknya tes ulangan sharian siswa dan data kualitatif bentuknya non tes yang
diperoleh dari pengamatan. Validasi butir soal ulangan harian dalam penelitian ini
berupa penyusunan kisi-kisi butir soal sebelum instrumen atau butir soal tes
tersebut disusun. Dengan butir soal yang disusun mengacu pada kisi-kisi butir soal
2. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data kuantitatif dan data
F. Indikator Kinerja
Indikator kinerja dalam penelitian ini diharapkan pada akhir siklus II terjadi
peningkatan yaitu:
nilai ulangan harian Sub Tema Rangka, Otot dan Pesawat Sederhana sama atau
belajar baik.
27
G. Prosedur Penelitian
1. Perencanaan (Planning)
c. Membual LKS
2. Pelaksanaan (Acting)
3. Pengamatan (Observing)
eksperimen
4. Refleksi (Reflecting)
dengan siklus I.
28
Langkah – langkah Siklus II
1. Perencanaan (Planning)
c. Membual LKS
2. Pelaksanaan (Acting)
3. Pengamatan (Observing)
eksperimen
4. Refleksi (Reflecting)
29
BAB IV
Rangka, Otot dan Pesawat Sederhana semester 1 kelas VIII A SMP N 1 Pangkah
Kabupaten Tegal sangat rendah. Adapun hasil belajar pada pengamatan awal
No Indikator Hasil
1 Nilai Terendah 30
2 Nilai Tertinggi 83
3 Jumlah Nilai 2327
4 Nilai Rata - Rata 68.4
5 Banyaknya siswa dengan nilai > 75 14
6 Prosentase siswa dengan nilai > 75 44 %
7 Banyaknya siswa dengan nilai < 75 20
8 Prosentase siswa dengan nilai < 75 56 %
Pada tabel 1 menunjukkan ada 14 siswa yang mendapat nilai di atas 75, dan
IPA Tema Rangka, Otot dan Pesawat Sederhana siswa kelas VIII A SMP N 1
mempelajari IPA Tema Rangka, Otot dan Pesawat Sederhana. Berdasarkan hasil
30
observasi pada waktu guru mengajar, menunjukkan bahwa pembelajaran yang
antara guru maupun siswa, situasi kelas yang kondusif, siswa terlibat aktif dalam
B. Deskripsi Siklus I
dilakukan sebanyak dua siklus, karena pada siklus kedua data yang
1. Perencanaan Tindakan
31
penelitian untuk keterampilan guru dan aktivitas siswa, 4) Menyiapkan
format evaluasi pre tes dan post tes, 5) Mempersiapkan sumber belajar
2. Pelaksanaan Tindakan
Siklus I dilaksanakan tiga kali pertemuan yaitu pada hari Senin tanggal
6 Oktober 2014 , Sabtu 11 Oktober 2014 dan Evaluasi tanggal 13 Oktober 2014
Pembelajaran IPA kelas VIII semester I Tema Rangka, Otot dan Pesawat
membagi siswa dalam beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4 siswa, 2)
Guru menyajikan Tema Rangka, Otot dan Pesawat Sederhana sub tema Rangka
3) Guru memberi lembar kerja kelompok yang akan dipelajari siswa yaitu
pertanyaan atau kuis dan siswa menjawab pertanyaan kuis dengan tidak
Siswa mengerjakan lembar kerja siswa secara kelompok., 8) Salah satu ssiwa
32
3. Hasil Observasi
a. Keterampilan Guru
observasi, dan dilakukan analisis siklus ke I diperoleh data seperti pada tabel 2.
dibawah ini :
Skor
No Indikator Pengamatan Kategori
Penilaian
1 Kegiatan Pra Pembelajaran:
Menginformasikan Tujuan Pembelajaran dengan 2 Cukup
menggunakan Mode Guidel Discovery Learning 2 cukup
Menjelaskan materi dan kerja kelompok yang akan
dilakukan
2 Kegiatan Awal
Pengorganisasian siswa dalam kelompok 3 Baik
Memberi bimbingan kelompok bekerja dan belajar 3 baik
3 Kegiatan Inti
Memberi rangsangan berfikir pada kelompok 2 cukup
Memberi motivasi pada kelompok yang berpendapat 3 baik
4 Kegiatan Penutup
Memberikan penilaian baik individu maupun 3 Baik
kelompok
Memberikan Penghargaan kelompok 2 cukup
Jumlah 20
Rata – Rata 2,5
Kategori Baik
33
berupa LK untuk didiskusikan secara kelompok, memberikan kuis individual,
mencatat skor kemajuan siswa serta pemberian penghargaan kepada tim. Peneliti
siswa cenderung ramai, karena jumlah anggota tiap kelompok yang banyak,
sedangkan dalam satu kelas hanya tersedia dua Model Rangka tubuh manusia .
berlangsung.
diatas dapat dilihat bahwa dalam siklus ini, guru kolaborator mengamati
keterampilan guru dan memberikan nilai aktivitas guru dengan nilai 2,5 (Baik)
belum siap untuk mengikuti pelajaran. Mereka masih sibuk bergurau dengan
Walaupun ada kelompok yang kurang memperhatikan. Pada saat belajar tim,
34
situasi dan suasana kelas, siswa sangat bersemangat dalam menjalaninya
yang telah dijelaskan anggota timnya tadi, hal ini disebabkan karena
komunikasi yang kurang lancar antar anggota satu tim. Kerjasama siswa dalam
antar anggota tim. Masih ada saja siswa yang bekerja secara individu dan
bersikap masa bodoh dengan teman satu timnya. Ada juga yang merasa malu
untuk bekerja tim dengan temannya. Peneliti mencoba untuk menegur siswa
siswa dalam pembelajaran baik individu maupun dalam tim sudah aktif
walaupun ada beberapa siswa yang pasif dan malu. Kelancaran komunikasi
dengan guru maupun siswa sudah mulai nampak walaupun ada beberapa siswa
yang belum lancar untuk berkomunikasi dengan teman satu tim maupun dengan
guru.
Model Guide Discovery Learning pada bagian akhir dalam siklus ini, siswa
diberikan tes formatif yang berupa soal-soal yang harus dijawab secara individu
35
dan hasilnya dikoreksi untuk mengetahui perubahan hasil belajar pada siswa
No Indikator Hasil
1 Nilai Terendah 50
2 Nilai Tertinggi 90
3 Jumlah Nilai 2440
4 Nilai Rata - Rata 76,3
5 Banyaknya siswa dengan nilai > 75 26
6 Prosentase siswa dengan nilai > 75 76,4 %
7 Banyaknya siswa dengan nilai < 75 8
8 Prosentase siswa dengan nilai < 75 23,52%
hasil belajar siswa di banding kegiatan awal, namun belum maksimal dikarenakan
masih adanya siswa yang belum tuntas sebanyak 9 siswa. Dari hasil
4. Refleksi
siklus I dinilai belum berhasil. Jalannya pelaksanaan siklus I ini mulai dari
36
Keterampilan guru maupun aktivitas siswa sedikit demi sedikit
mengalami peningkatan. Hal ini terbukti dari hasil observasi terhadap kegiatan
siswa oleh guru dan kegiatan guru oleh observer yang menunjukkan
kecenderungan meningkat.
dapat dilihat dari siswa yang biasanya diam atau pasif, sekarang berani bertanya.
1. Perencanaan Tindakan
perbaikan ini didasarkan pada hasil analisis dan refleksi yang terjadi pada
37
2 Menyiapkan media pembelajaran yang akan di gunakan dalam
6 Membuat lembar rangkuman tim dan lembar skor kemajuan individual siswa.
2. Pelaksanaan Tindakan
pada hari Rabu tanggal 15 Oktober 2014, Sabtu tanggal 18 Oktober 2014 dan
menit). Pembelajaran IPA Tema Rangka, Otot dan Pesawat Sederhana sub tema
2 Guru menyajikan Sendi – sendi yang bekerja dalam aktivitas sehari - hari.
3 Guru memberi lembar kerja kelompok yang akan dipelajari siswa yang
38
6 Siswa mengerjakan lembar kerja siswa secara kelompok.
3. Hasil Observasi
baik. Dalam kegiatan awal, peneliti berusaha untuk menarik perhatian siswa
kepada siswa untuk mereka pecahkan bersama. Peneliti juga tidak lupa
sehingga siswa tidak akan kebingungan dengan apa yang akan mereka pelajari.
sesuai dengan Model Guide Discovery Learning pada setiap pembelajaran yaitu
penghargaan dan hadiah kepada tim yang telah berhasil. Penghargaan dan
39
hadiah ini sebagai motivasi pada siswa untuk selalu menjadi yang terbaik
bagi siswa yang belum memahami materi serta memberikan refleksi terhadap
menerapkan Mode Guidel Discovery Learning sangat baik. Pada siklus ini
Discovery Learning telah diakhiri. Hal ini dapat ditunjukkan dari tabel 4 berikut :
Skor
No Indikator Pengamatan Penilai Kategori
an
1 Kegiatan Pra Pembelajaran:
Menginformasikan Tujuan Pembelajaran dengan 4 Sangat baik
menggunakan Mode Guidel Discovery Learning 4 Sangat baik
Menjelaskan materi dan kerja kelompok yang akan
dilakukan
2 Kegiatan Awal
Pengorganisasian siswa dalam kelompok 3 Baik
Memberi bimbingan kelompok bekerja dan belajar 3 baik
3 Kegiatan Inti
Memberi rangsangan berfikir pada kelompok 4 Sangat baik
Memberi motivasi pada kelompok yang berpendapat 3 baik
4 Kegiatan Penutup
Memberikan penilaian baik individu maupun kelompok 3 Baik
Memberikan Penghargaan kelompok 4 Sangat baik
Jumlah 28
Rata – Rata 3,5
Kategori Sangat
Baik
40
b. Hasil observasi aktivitas siswa
belajar tim yang dilakukan oleh siswa dapat dikategorikan sangat baik, mereka
sudah dapat bekerjasama antar anggota tim. Sudah tidak ada siswa yang bekerja
secara individu dan bersikap masa bodoh dengan teman satu timnya. Mereka juga
individual dengan tenang, tidak ada siswa yang bekerjasama ataupun bertukar
Dalam siklus II, motivasi siswa lebih baik lagi. Mereka mempunyai
materi, keaktifan siswa meningkat serta komunikasi antar anggota satu tim pun
41
sudah lancar. Hasil kemampuan penguasaan materi pembelajaran pada
tindakan siklus II yang dilihat dari hasil tes ini terlihat adanya peningkatan dari
pada yang terlihat pada siklus I. Keberhasilan dicapai dengan adanya interaksi
yang baik antara guru, peneliti dan pengamat. Dari hasil tersebut dapat dilihat
No Indikator Hasil
1 Nilai Terendah 60
2 Nilai Tertinggi 100
3 Jumlah Nilai 2760
4 Nilai Rata - Rata 81.2
5 Banyaknya siswa dengan nilai > 75 31
6 Prosentase siswa dengan nilai > 75 91,17%
7 Banyaknya siswa dengan nilai < 75 3
8 Prosentase siswa dengan nilai < 75 8.8 %
4. Refleksi
II dinilai sudah baik dan berhasil. Jalannya pelaksanaan siklus II ini mulai
dari perencanaan sampai pemberian tindakan dan evaluasi akhir telah lancar
dan lebih baik dari siklus I . Hal ini disebabkan karena adanya
42
perbaikan perbaikan berdasarkan kekurangan ataupun kelemahan pada siklus
mengalami peningkatan. Hal ini terbukti dari hasil observasi terhadap kegiatan
siswa oleh guru dan kegiatan guru oleh observer yang menunjukkan
semakin baik pula. Hal ini dapat dilihat dari siswa yang biasanya diam atau pasif,
D. Pembahasan
1. Pembahasan Siklus I
informasi yang berikan guru. Berdasarkan hal ini guru jangan terlalu cepat
memberikan penjelasan siswa dan membagi kelompok, guru terlalu cepat dan
43
pembelajaran yang akan disampaikan oleh guru, Sehingga siswa masih
Sederhanari.
44
Guru sudah memberikan penilaian dengan baik baik penilaian aktivitas
oleh guru dengan membuat daftar skor. Peningkatan setiap individu yang
kurang memperhatikan penjelasan guru atau teman. Hal ini disebabkan karena
Learning.
3. Bertanya
Siswa sudah ada yang berani bertanya pada guru dan siswa mau bertanya pada
mempresentasikan hasil kerja kelompok dengan baik. Meskipun ada siswa masih
45
belum berani untuk mempresentasikan hasil persentasinya.
5. Berpendapat
pendapatnya. Hal ini dikarenakan siswa belum dapat menggunakan bahasa yang
mendapatkan.
mencapai 76,3 dan siswa yang mendapatkan ketuntasan belajar sebanyak 76,47 %
yang sudah termasuk dalam kategori baik ( B ) . nilai KKM IPA 3 ( 75).
2. Pembahasan Siklus II
pembelajaran sudah jelas dan tidak terlalu cepat. Sehingga siswa dapat
46
heterogen berdasarkan prestasi akademik, agama, jenis kelamin. Siswa yang
ramai masih ada namun dalam jumlah sedikit. Guru sudah dapat mengelola kelas
rendah. Bilamana mungkin anggota kelompok berasal dari ras, suku dan jenis
baik.
atau kelompok dalam kategori baik . Penilaian yang diberikan sudah sesuai
penghargaan kelompok dalam kategori sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari
47
kelompok.
sudah aktif memberikan balikan dan aktifitas bermainpun sudah tidak dilakukan
3. Bertanya
Siswa yang awalnya malu-malu, pada siklus ini sebagaian besar siswa sudah
aktif bertanya, mereka bertanya karena merasa ingin tahu lebih jauh tentang
materi yang akan dipelajari dan ingin menambah pengetahuan. Hasil ini sesuai
48
4. Mempresentasikan Hasil Kerja Kelompok
mempresentasikan hasil dari kelompoknya baik, tanpa rasa malu dan takut lagi.
5. Berpendapat
pada diskusi kelompoknya, hal ini jauh lebih baik dari pada siklus sebelumnya.
mencapai 81,2 dan siswa yang mendapatkan ketuntasan belajar sebanyak 91,17
% yang sudah termasuk dalam kategori baik sekali ( B+) . Setelah peneliti
pembelajaran berhasil. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dari siklus I dan II
Tabel 7 Rangkuman Hasil Belajar Siswa Pada Kondisi Awal ,Siklus I, Siklus II.
49
Berdasarkan pertimbangan yang ditentukan ketuntasan belajar siswa di
model Guide discovery Learning , siswa dapat lebih aktif, kreatif dan inofatif
perencanaan.
sebagai fasilitator, mediator dan evaluator, hal ini bukan guru berperan
aktif, tetapi siswa yang lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran. Dari
hasil yang diperoleh tes yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa nilai
rata- rata siklus I 76,3 dengan ketuntasan belajar 76,4 % pada siklus II
memperoleh nilai rata-rata 81,2 dengan ketuntasan belajar 91,17 % hal ini
Guide Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan hal
ini siswa lebih terlibat langsung dalam pembelajaran sehingga hasil belajar
semakin meningkat.
50
BAB V
A. Kesimpulan
siklus I rata-rata kelas memperoleh 76,3 kategori baik , namun baru 76,4%
siswa mendapatkan nilai 75. Hasil ini masih belum memenuhi indikator
51
B. Saran
pendekatan tersebut bisa lebih maksimal. Guru segera merefleksi diri tentang
kegiatan pembelajaran.
pelajaran IPA saja, tetapi bisa digunakan pada mata pelajaran yang lain.
52
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar Nasional Pendidikan ( BNSP ). 2006. Standar Isi dan Standar
Kompetensi Kelulusan Tingkat Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah
Tsanawiyah . Jakarta.
http:/www.panduanptk.com/2014/06/model pembelajaran-penemuan-
discovery.html.
53