Anda di halaman 1dari 6

Nama : Chayatama Ramadhan Boiman

NPM : 1406533333

Tugas Sistem Transportasi

Travelling Behaviour

1. Apa saja faktor bagi pelaku bertransportasi?


 Kenyamanan
Contohnya adalah ketika pelaku perjalanan dalam memilih jenis moda
transportasi untuk berpindah ke tempat tujuannya, banyak yang cenderung
memilih kendaraan pribadi. Penyebab pelaku perjalanan lebih memilih
menggunakan kendaraan pribadi dibandingkan dengan transportasi umum
adalah fasilitas transportasi umum yang kurang memenuhi keinginan dari
pelaku perjalanan (Rangkuti & Sugiri, 2014), belum memenuhinya factor
layanan kenyamanan, seperti waktu tempuh dan jadwal operasional, dan
kemudahan akses dalam pencapaiannya (Novianti, 2013)
 Keamananan
 Kecepatan
 Fleksibilitas

2. Jelaskan tentang apa yang dimaksud dengan perilaku bertransportasi?

Perilaku bertransportasi merupakan cara atau budaya dari pelaku transportasi


dalam bertransportasi atau dalam aktivitas berpindah tempat dari satu tempat ke
tempat lainnya.

3. Perbedaan antara moda darat, laut, dan kereta?

Berdasarkan penjelasan yang di dapat dari dokumen Bappenas, moda


transportasi darat mencakup moda angkutan jalan raya, moda angkutan kereta
api, serta moda angkutan sungai, danau, dan penyeberangan. Moda a ngkutan jalan
raya sebagai penghubung antardaerah, antarkota, dan angkutan di dalam kota,
berfungsi mendistribusikan barang dan jasa dari pusat-pusat pertumbuhan dan
pusat produksi ke daerah pemasarannya. Sejalan dengan itu, moda angkutan
kereta api sebagai penghubung antarkota dan antardaerah berfungsi sebagai moda
transportasi masal untuk penumpang, dan barang dalam jumlah besar. Angkutan
sungai, danau, dan penyeberangan berperan dalam melengkapi jenis moda
angkutan jalan raya dan kereta api sehingga dapat membentuk jaringan multimoda
yang saling mendukung, di samping untuk menghubungkan daerah terbelakang yang
belum terjangkau moda transportasi lain.

Moda transportasi laut berfungsi untuk melayani mobilitas orang, barang,


dan jasa yang menghubungkan kegiatan ekonomi antarpulau dan hubungan
internasional, sedangkan transportasi udara berfungsi untuk melayani angkutan
cepat antarpulau dan antarnegara untuk orang, barang, dan jasa serta
menghubungkan daerah-daerah terisolasi, daerah terpencil, dan daerah perbatasan
yang belum dihubungkan oleh moda transportasi lainnya.

4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Tol Laut?


Tol laut merupakan suatu konsep mengenai sistem pengangkutan logistik
bebas hambatan melalui transportasi laut dengan cara menghubungkan pelabuhan-
pelabuhan besar yang ada di Indonesia dengan tujuan untuk menciptakan kelancaran
dan efektifitas distribusi logistik ke berbagai lokasi sehingga terciptanya biaya
transportasi yang lebih murah, pemerataan harga, serta penurunan harga logistik
atau barang-barang yang didistribusi terutama bahan-bahan pokok. (Berdasarkan
penjelasan Presiden Jokowi di Youtube)

5. Bagaimana relevansi Tol Laut di Indonesia apakah sudah sesuai? Jelaskan!

Berdasarkan hasil riset dari Tim Riset CNBC Indonesia yang mengujinya
dengan harga komoditas pangan serta berdasarkan data dari Pusat Informasi Harga
Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, pada tahun 2016 harga rata-rata nasional untuk
komoditas beras ada di posisi Rp 11.258/kg. Sementara pada tahun 2018, harga
beras rata-rata nasional sebesar Rp 11.796. Untuk komoditas beras, disparitas harga
memang relatif kecil. Perbedaan harga paling besar hanya sebesar Rp 2.018/kg,
yaitu antara harga di Jakarta dengan rata-rata nasional tahun 2018.

Sumber: PIHPS Nasional, diolah

Selain itu juga tidak terdapat perbedaan nilai disparitas antara tahun 2016
dan tahun 2018. Mengenai daging ayam, di tahun 2016 harga rata-rata nasional
daging ayam sebesar Rp 32.817/kg. Pada tahun yang sama, harga di Kupang, Nusa
Tenggara Timur (NTT) mencapai Rp Rp 37.350/kg. Sementara di Papua sebesar Rp
37.425/kg. Artinya untuk daging ayam, ada perbedaan harga sebesar Rp 4.500-an
antara Kupang dan Papua terhadap rata-rata nasional. Lebih mahal. Pada tahun
2018, perbedaan harga ini meningkat. Harga daging ayam nasional saat itu sebesar
Rp 35.096/kg. Sementara di Kupang dan Papua masing-masing sebesar Rp
47.921/kg dan Rp 41.158/kg. .
Sumber: PIHPS Nasional, diolah

Bila dihitung, harga di Kupang lebih mahal Rp 12.825/kg dibanding rata-rata


nasional. Sedangkan di Papua lebih mahal Rp 6.063/kg. Bahkan harga daging ayam
di Maluku malah menjadi lebih mahal Rp 8.404/kg dibanding rata-rata nasional
pada tahun 2018. Sebelumnya pada tahun 2016, perbedaan harganya hanya sebesar
Rp 2.892/kg. Sementara itu harga cabai rawit juga bernasib serupa. Namun ada
pergerakan dua arah di harga cabai rawit. Untuk kasus Jakarta, harga cabai rawit
pada tahun 2016 lebih mahal Rp 5.925/kg dibanding dengan rata-rata nasional.

Sumber: PIHPS Nasional, diolah

Namun berbeda dengan di Maluku dan Papua. Sebab, harga cabai rawit di
Papua pada tahun 2016 hanya sebesar Rp 52.192/kg yang artinya lebih tinggi Rp
11.392/kg dibanding rata-rata nasional. Perbedaan tersebut naik di tahun 2018
menjadi Rp 12.950/kg. Adapun di Maluku, perbedaan harga cabai rawit dengan rata-
rata nasional sebesar Rp 1.283/kg di tahun 2016 dan membengkak menjadi Rp
6.483/kg di tahun 2018. .

Maka berdasarkan data-data diatas, Tol Laut masih belum sesuai dan belum
mencapai tujuannya, sehingga perlu ditinjau ulang dan diperbaiki kembali agar
dapat tercapainya tujuan dari Tol Laut itu sendiri.. Setidaknya untuk urusan harga
pangan. Sebab, masih terjadi perbedaan harga yang cukup tinggi antar daerah,
terutama di Indonesia bagian Timur seperti Maluku dan Papua.

Referensi

 https://www.cnbcindonesia.com/news/20190823154917-4-94250/sudah-ada-tol-
laut-disparitas-harga-pangan-kok-masih-tinggi diakses pada 19 Novemver 2019
pukul 16.11

 https://www.bappenas.go.id diakses pada 19 November 2019 pukul 20.54
 https://economy.okezone.com/read/2017/02/19/320/1622601/ini-konsep-sebenarnya-tol-
laut-presiden-jokowi diakses pada 19 November 2019 pukul 11.02

Anda mungkin juga menyukai