Anda di halaman 1dari 27

DEPARTEMEN REFERAT

ILMU KANDUNGAN & KEBIDANAN OKTOBER 2019


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

KARSINOMA SERVIKS

DISUSUN OLEH :
Fitri Febrianti Mustamin
C014 172 ???

RESIDEN PEMBIMBING :
dr. ?

SUPERVISOR PEMBIMBING :
dr. Umar Malinta, Sp.OG (K)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN ILMU KANDUNGAN DAN KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019

1
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertandatangan di bawah ini, menyatakan bahwa :


Nama : Fitri Febrianti Mustamin
NIM : C014 172 ???
Judul :
“KARSINOMA SERVIKS”

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik


pada Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin.

Makassar, Oktober 2019

Supervisor Pembimbing Residen Pembimbing

……………………………… ………………………….

dr. ?, Sp.OG (K) dr. ?

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang


tumbuh di dalam leher rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang
menempel pada puncak vagina. Kanker serviks biasanya menyerang wanita
berusia 35-55 tahun. 90% dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang
melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir
pada saluran servikal yang menuju ke dalam rahim. Karsinoma serviks
biasanya timbul pada zona transisional yang terletak antara epitel sel skuamosa
dan epitel sel kolumnar [1].
Hingga saat ini kanker serviks merupakan penyebab kematian
terbanyak akibat penyakit kanker di negara berkembang. Sesungguhnya
penyakit ini dapat dicegah bila program skrining sitologi dan pelayanan
kesehatan diperbaiki. Diperkirakan setiap tahun dijumpai sekitar 500.000
penderita baru di seluruh dunia dan umumnya terjadi di negara berkembang
[1].
Penyakit ini berawal dari infeksi virus yang merangsang perubahan
perilaku sel epitel serviks. Pada saat ini sedang dilakukan penelitian vaksinasi
sebagai upaya pencegahan dan terapi utama penyakit ini di masa mendatang
[1].
Risiko terinfeksi virus HPV dan beberapa kondisi lain seperti perilaku
seksual, kontrasepsi, atau merokok akan mempromosi terjadinya kanker
serviks. Mekanisme timbulnya kanker serviks ini merupakan suatu proses yang
kompleks dan sangat variasi hingga sulit untuk dipahami.
Secara global, kanker serviks terus menjadi salah satu kanker yang
paling banyak terjadi pada perempuan, menjadi kanker keempat yang paling
banyak setelah kanker payudara, kolorektal, dan kanker paru-paru. Pada 2012,
diperkirakan ada sekitar 527.600 kasus baru kanker serviks dengan 265.700
kematian setiap tahunnya. Di negara-negara berpenghasilan rendah dan

3
menengah (LMICs), itu lebih umum, menjadi kanker paling umum kedua
dalam kejadian di antara perempuan dan yang ketiga paling umum dalam hal
kematian. Mayoritas kasus dan kematian baru (masing-masing sekitar 85% dan
90%) terjadi di daerah dengan sumber daya rendah atau di antara orang-orang
dari bagian masyarakat yang secara sosial ekonomi lemah [1]
Hal terpenting menghadapi penderita kanker serviks adalah
menegakkan diagnosis sedini mungkin dan memberikan terapi yang efektif
sekaligus prediksi prognosisnya. Hingga saat ini pilihan terapi masih terbatas
pada operasi, radiasi dan kemoterapi, atau kombinasi dari beberapa modalitas
terapi ini. Namun, tentu saja terapi ini masih berupa “simptomatis” karena
masih belum menyentuh dasar penyebab kanker yaitu adanya perubahan
perilaku sel. Terapi yang lebih mendasar atau imunoterapi masih dalam tahap
penelitian [2,5]
Saat ini pilihan terapi sangat tergantung pada luasnya penyebaran
penyakit secara anatomis dan senantiasa berubah seiring dengan kemajuan
teknologi kedokteran. Penentuan pilihan terapi dan prediksi prognosisnya atau
untuk membandingkan tingkat keberhasilan terapi baru harus berdasarkan pada
perluasan penyakit. Secara universal disetujui penentuan luasnya penyebaran
penyakit melalui sistem stadium [5]

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kanker Serviks

Kanker leher rahim (serviks) atau karsinoma serviks uterus


merupakan proses perubahan dari suatu epithelium yang normal sampai
menjadi Ca invasive yang memberikan gejala dan merupakan proses yang
perlahan-lahan dan mengambil waktu bertahun-tahun [4]
Serviks atau leher rahim/mulut rahim merupakan bagian ujung bawah
rahim yang menonjol ke liang sanggama (vagina). Kanker serviks berkembang
secara bertahap, tetapi progresif. Proses terjadinya kanker ini dimulai dengan
sel yang mengalami mutasi lalu berkembang menjadi sel displastik sehingga
terjadi kelainan epitel yang disebut displasia. Dimulai dari displasia ringan,
displasia sedang, displasia berat, dan akhirnya menjadi karsinoma in-situ
(KIS), kemudian berkembang lagi menjadi karsinoma invasif. Tingkat displasia
dan KIS dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker. Dari displasia menjadi
karsinoma in-situ diperlukan waktu 1-7 tahun, sedangkan karsinoma in-situ
menjadi karsinoma invasif berkisar 3-20 tahun [4]
Kanker ini 99,7% disebabkan oleh human papilloma virus (HPV)
onkogenik, yang menyerang leher rahim. Berawal terjadi pada leher rahim,
apabila telah memasuki tahap lanjut, kanker ini bisa menyebar ke organ-organ
lain di seluruh tubuh penderita [4]

B. Klasifikasi Kanker Serviks [1]

Ada beberapa klasifikasi tapi yang paling banyak penganutnya adalah


yang dibuat oleh IFGO (International Federation of Ginekologi and Obstetrics)
2018 yaitu sebagai berikut :
Stage 0 : Casrsinoma insitu = Ca intraepithelial = Ca preinvasif.
Stage 1 : Ca terbatas pada cerviks.
Stage 1 a : Disertai invasi daro stoma (preclinical-Ca) yang hanya
diketahui secara histology.

5
Stage 1 b : Semua kasus-kasus lainnya dari stage 1.
Stage 2 : Sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai ke panggul,
telah mengenai dinding vagina tapi tidak melebihi 2/3 bagian
proximal.
Stage 3 : Sudah sampai dinding panggung dan sepertiga bagian bawah
vagina
Stage 4 : Sudah mengenai organ-organ yang lain

C. Gejala Klinis Kanker Serviks

Tidak khas pada stadium dini. Sering hanya sebagai fluos dengan
sedikit darah, pendarahan pastkoital atau perdarahan pervagina yang disangka
sebagai perpanjangan waktu haid. Pada stadium lanjut baru terlihat tanda-tanda
yang lebih khas, baik berupa perdarahan yang hebat (terutama dalam bentuk
eksofitik), fluor albus yang berbau dan rasa sakit yang sangat hebat [4]

Pada fase prakanker, sering tidak ada gejala atau tanda-tanda yang
khas. Namun, kadang bisa ditemukan gejala-gejala sebagai berikut [4]:

1. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari
vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis
jaringan
2. Perdarahan setelah sanggama (post coital bleeding) yang kemudian
berlanjut menjadi perdarahan yang abnormal
3. Timbulnya perdarahan setelah masa menopause.
4. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau
dan dapat bercampur dengan darah.
5. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
6. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang
panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan
terjadi hidronefrosis. Selain itu, bisa juga timbul nyeri di tempat-tempat
lainnya.

6
7. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi,
edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian
bawah (rectum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau
timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh.

D. Faktor Penyebab dan Faktor Resiko Kanker Serviks

1. Faktor Penyebab

HPV (Human Papiloma Virus) merupakan penyebab terbanyak.


Sebagai tambahan perokok sigaret telah ditemukan sebagai penyebab juga.
Wanita perokok mengandung konsentrat nikotin dan kotinin didalam serviks
mereka yang merusak sel. Laki-laki perokok juga terdapat konsetrat bahan
ini pada sekret genitalnya, dan dapat memenuhi servik selama intercourse.
Defisiensi beberapa nutrisional dapat juga menyebabkan servikal
displasia.National Cancer Institute merekomendasikan bahwa wanita
sebaiknya mengkonsumsi lima kali buah-buahan segar dan sayuran setiap
hari. Jika anda tidak dapat melakukan ini, pertimbangkan konsumsi
multivitamin dengan antioksidan seperti vitamin E atau beta karoten setiap
hari [1,2,3,4]

2. Faktor Resiko

a. Pola hubungan seksual


Studi epidemiologi mengungkapkan bahwa resiko terjangkit
kanker serviks meningkat seiring meningkatnya jumlah
pasangan.aktifitas seksual yang dimulai pada usia dini, yaitu kurang dari
20 tahun,juga dapat dijadkan sebagai faktr resko terjadinya kanke servks.
Hal ini diuga ada hubungannya dengan belum matannya derah
transformas pada sia tesebut bila serin terekspos. Frekuensi hubungna
seksual juga berpengaruh pada lebi tingginya resiko pada usia tersebut,
yeyapitidak pada kelompok usia lebih tua [3]

7
b. Paritas
Kanker serviks sering dijumpai pada wanita yan sering
melahirkan. Semakin sering melahirkan,maka semain besar resiko
terjamgkit kanker serviks. Pemelitian di Amerika Latin menunjukkan
hubungan antara resiko dengan multiparitas setelah dikontrol dengan
infeksi HPV [3]

c. Merokok
Beberapa peneitian menunukan hubungan yang kuat antara
merokok dengan kanker serviks, bahkan setelah dikontrol dengan
variabel konfounding sepert pola hubungna seksual. Penemuan lain
mempekhatkan ditemkanna nikotin paa cairan serviks wanita perokok
bahan ini bersifata sebaai kokassnoen dan bersama-sma dengan kasinoge
yan elah ada selanjutnya mendoron pertumbuhan ke arah kanker [3]

d. Kontrasepsi oral
Penelitian secara perspektif yang dilakukan oleh Vessey dkk
tahun 1983 (Schiffman,1996) mendapatkan bahwa peningkatan insiden
kanker serviks dipengaruhi oleh lama pemakaian kontrasepsi oral.
Penelitian tersebut juga mendapatkan bahwa semua kejadian kanker
serviks invasive terdapat pada pengguna kontrasepsi oral. Penelitian lain
mendapatkan bahwa insiden kanker setelah 10 tahun pemakaian 4 kali
lebih tinggi daripada bukan pengguna kontrasepsi oral. Namun penelitian
serupa yang dilakukan oleh peritz dkk menyimpulkan bahwa aktifitas
seksual merupakan confounding yang erat kaitannya dengan hal tersebut
[3].
WHO mereview berbagai peneltian yang menghubungkan
penggunaan kontrasepsi oral dengan risko terjadinya kanker serviks,
menyimpulkan bahwa sulit untuk menginterpretasikan hubungan tersebut
mengingat bahwa lama penggunaan kontraseps oral berinteraksi dengan
factor lain khususnya pola kebiasaan seksual dalam mempengaruhi

8
resiko kanker serviks. Selain itu, adanya kemungkinan bahwa wanita
yang menggunakan kontrasepsi oral lain lebih sering melakukan
pemeriksaan smera serviks,sehingga displasia dan karsinoma in situ
nampak lebih frekuen pada kelompok tersebut. Diperlukan kehati-hatian
dalam menginterpretasikan asosiasi antara lama penggunaan kontrasepsi
oral dengan resiko kanker serviks karena adanya bias dan faktor
confounding [3].

e. Defisiensi gizi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa defisiensi zat gizi
tertentu seperti betakaroten dan vitamin A serta asam folat, berhubungna
dengan peningkatan resiko terhadap displasia ringan dan sedang.. Namun
sampasaat ini tdak ada indikasi bahwa perbaikan defisensi gizi tersebut
akan enurunkan resiko [3].

f. Sosial ekonomi
Studi secara deskrptif maupun analitik menunjukkan hubungan
yang kuat antara kejadian kanker serviks dengan tingkat social ekonomi
yang rendah. Hal ini juga diperkuat oleh penelitian yang menunjukkan
bahwa infeksi HPV lebih prevalen pada wanita dengan tingkat pendidkan
dan pendapatan rendah. Faktor defisiensi nutrisi, multilaritas dan
kebersihan genitalia juga dduga berhubungan dengan masalah tersebut
[3].

g. Pasangan seksual
Peranan pasangan seksual dari penderita kanker serviks mulai
menjadi bahan yang menarik untuk diteliti. Penggunaan kondom yang
frekuen ternyata memberi resiko yang rendah terhadap terjadinya kanker
serviks. Rendahnya kebersihan genetalia yang dikaitkan dengan
sirkumsisi juga menjadi pembahasan panjang terhadap kejadian kanker

9
serviks. Jumlah pasangan ganda selain istri juga merupakan factor resiko
yang lain [3]

E. Epidemiologi Kanker Serviks

1. Distribusi Menurut Umur

Proses terjadinya kanker leher rahim dimulai dari sel yang


mengalami mutasi lalu berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi
kelainan epitel yang disebut displasia. Dimulai dari displasia ringan, sedang,
displasia berat dan akhirnya menjadi Karsinoma In-Situ (KIS), kemudian
berkembang menjadi karsinoma invasif. Tingkat displasia dan karsinoma in-
situ dikenal juga sebagai tingkatan pra-kanker. Klasifikasi terbaru
menggunakan nama Neoplasma Intraepitel Serviks (NIS). NIS 1 untuk
displasia ringan, NIS 2 untuk displasia sedang dan NIS 3 untuk displasia
berat dan karsinoma in-situ [5]
Menurut Snyder (1976), NIS umumnya ditemukan pada usia muda
setelah hubungan seks pertama terjadi. Selang waktu antara hubungan seks
pertama dengan ditemukan NIS adalah 2-33 tahun. Untuk jarak hubungan
seks pertama dengan NIS 1 selang waktu rata-rata adalah 12,2 tahun, NIS 1
dengan NIS 2 rata-rata13,9 tahun dan NIS 2 samppai NIS 3 rata-rata 11,7
tahun. Sedanhkan menurut Cuppleson LW dan Brown B (1975)
menyebutkan bahwa NIS akan berkembang sesuai dengan pertambahan
usia, sehingga NIS pada usia lebih dari 50 tahun sudah sedikit dan kanker
infiltratif meningkat 2 kali [6]
Dari laporan FIGO (Internasional Federation Of Gynecology and
Obstetrics) tahun 1988, kelompok umur 30-39 tahun dan kelompok umur
60-69 tahun terlihat sama banyaknya. Secara umum, stadium IA lebih sering
ditemukan pada kelompok umur 30-39 tahun, sedangkan untuk stadium IB
dan II sering ditemukan pada kelompok umur 40-49 tahun, stadium III dan
IV sering ditemukan pada kelompok umur 60-69 tahun [1]

10
Inseden kanker leher larim (Age Standarized Cancer Incidence
Rate / ASR) penduduk Kota Semarang, tercatat pada tahun 1980-1981
menunjukkan ASR 27,9 dan data tahun 1985-1989 ASR 24,4.
Dibandingakan dengan berbagai daerah diluar negeri angka ini sedikit
berbeda, seperti di Thailand (Chiang Mai) dilaporkan ASR tahun 1983-1987
adalah 33,2 dan di Korea Selatan 13,2 tahun 1982-1983. India menunjukkan
angka lebih tinggi yaitu 41,7 tahun 1982.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSCM Jakarta tahun
1997-1998 ditmukan bahwa stadium IB-IIB sering terdapat pada kelompok
umur 35-44 tahun, sedangkan stadium IIIB sering didapatkan pada
kelompok umur 45-54 tahun. Penelitian yang dilakukan oleh Litaay, dkk
dibeberapa Rumah Sakit di Ujung Pandang (1994-1999) ditemukan bahwa
penderita kanker rahim yang terbanyak berada pada kelompok umur 46-50
tahun yaitu 17,4%.

2. Distribusi Menurut Tempat

Frekwensi kanker rahim terbanyak dijumpai pada negara-negara


berkembang seperti Indonesia, India, Bangladesh, Thailand, Vietnam dan
Filipina. Di Amerika Latin dan Afrika Selatan frekwensi kanker rahim juga
merupakan penyakit keganasan terbanyak dari semua penyakit keganasan
yang ada lainnya.
Penelitian yang dilakukan oleh American Cancer Society (2000)
membuktikan bahwa kanker rahim lebih sering terjadi pada kelompok
wanita minoritas seperti imigran Vietnam, Afrika dan wanita India. Hal ini
berkaitan dengan anggapan mereka bahwa wanita yang tidak melakukan
gonta-ganti pasangan (promikuitas) tidak perlu melakukan Pap smear.
Menurut perkiraan Departemen Kesehatan tahun 1988-1994
insidens kanker leher rahim mencapai 100/100.000 penduduk pertahun,
sedangkan proporsi kanker leher rahim dari semua jenis kanker dibeberapa
bagian patologi anatomi pada tahun 2000, seperti Surabaya ditemukan

11
sebesar 24,3%, Yogyakarta 25,7%, Bandung sebesar 25,1%, Surakarta
sebesar 28,2% dan Medan sebesar 16,9%.

F. Patologi Kanker Serviks

Karsinoma serviks timbul dibatasi antara epitel yang melapisi

ektoserviks (portio) dan endoserviks kanalis serviks yang disebut skuamo

kolumnar junction (SCJ). Pada wanita muda SCJ terletak diluar OUE, sedang

pada wanita diatas 35 tahun, didalam kanalis serviks [6]

Tumor dapat tumbuh :

1. Eksofitik. Mulai dari SCJ kearah lumen vagina sebagai massa proliferatif

yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis [6]

2 Endofitik. Mulai dari SCJ tumbuh kedalam stroma serviks dan cenderung
infitratif membentuk ulkus [6]

3. Ulseratif. Mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan pelvis
dengan melibatkan fornices vagina untuk menjadi ulkus yang luas. Serviks
normal secara alami mengalami metaplasi/erosi akibat saling desak kedua
jenis epitel yang melapisinya. Dengan masuknya mutagen, portio yang
erosif (metaplasia skuamos) yang semula faali berubah menjadi patologik
(diplatik-diskariotik) melalui tingkatan NIS-I, II, III dan KIS untuk
akhirnya menjadi karsinoma invasive. Sekali menjadi mikroinvasive, proses
keganasan akan berjalan terus [6]

12
Gambar 1. Lokasi Kanker Leher Rahim

Gambar 2. Progresivitas Kanker Serviks

13
Gambar 3. Perbandingan Gambaran Serviks yang Normal dan Abnormal

G. Penyebaran Kanker Serviks

Pada umumnya secara limfogen melalui pembuluh getah bening

menuju 3 arah : a) ke arah fornices dan dinding vagina, b) ke arah korpus

uterus, dan c) ke arah parametrium dan dalam tingkatan yang lanjut

menginfiltrasi septum rektovaginal dan kandung kemih [6]

Melalui pembuluh getah bening dalam parametrium kanan dan kiri sel

tumor dapat menyebar ke kelenjar iliak luar dan kelenjar iliak dalam

(hipogastrika). Penyebaran melalui pembuluh darah (bloodborne metastasis)

tidak lazim. Karsinoma serviks umumnya terbatas pada daerah panggul saja.

Tergantung dari kondisi immunologik tubuh penderita KIS akan berkembang

menjadi mikro invasif dengan menembus membrana basalis dengan kedalaman

invasi <1mm dan sel tumor masih belum terlihat dalam pembuluh limfa atau

darah. Jika sel tumor sudah terdapat >1mm dari membrana basalis, atau <1mm

14
tetapi sudah tampak dalam pembuluh limfa atau darah, maka prosesnya sudah

invasif. Tumor mungkin sudah menginfiltrasi stroma serviks, akan tetapi secara

klinis belum tampak sebagai karsinoma. Tumor yang demikian disebut sebagai

ganas praklinik (tingkat IB-occult). Sesudah tumor menjadi invasif, penyebaran

secara limfogen melalui kelenjar limfa regional dan secara perkontinuitatum

(menjalar) menuju fornices vagina, korpus uterus, rektum, dan kandung kemih,

yang pada tingkat akhir (terminal stage) dapat menimbulkan fistula rektum atau

kandung kemih. Penyebaran limfogen ke parametrium akan menuju kelenjar

limfa regional melalui ligamentum latum, kelenjar-kelenjar iliak, obturator,

hipogastrika, prasakral, praaorta, dan seterusnya secara teoritis dapat lanjut

melalui trunkus limfatikus di kanan dan vena subklavia di kiri mencapai paru-

paru, hati , ginjal, tulang dan otak [6]

Biasanya penderita sudah meninggal lebih dahulu disebabkan karena

perdarahan-perdarahan yang eksesif dan gagal ginjal menahun akibat uremia

oleh karena obstruksi ureter di tempat ureter masuk ke dalam kandung kencing.

Penyebaran karsinoma serviks terjadi melalui 3 jalan yaitu

perkontinuitatum ke dalam vagina, septum rektovaginal dan dasar kandung

kemih. Penyebaran secara limfogen terjadi terutama paraservikal dalam

parametrium dan stasiun-stasiun kelenjar di pelvis minor, baru kemudian

mengenai kelenjar para aortae terkena dan baru terjadi penyebaran hematogen

(hepar, tulang) [6]

Secara limfogen melalui pembuluh getah bening menuju 3 arah:

1. fornices dan dinding vagina

15
2. korpus uteri

3. parametrium dan dalam tingkatan lebih lanjut menginfiltrasi septum

rektovagina dan kandung kemih.

Penyebaran limfogen ke parametrium akan menuju kelenjar kelenjar


limfe regional melalui ligamentum latum, kelenjar iliaka, obturator,
hipogastrika, parasakral, paraaorta, dan seterusnya ke trunkus limfatik di kanan
dan vena subklvia di kiri mencapai paru, hati, ginjal, tulang serta otak [6]

H. Diagnosis Kanker Serviks


Diagnosis kanker serviks tidaklah sulit apalagi tingkatannya sudah
lanjut. Yang menjadi masalah adalah bagaimana melakukan skrining untuk
mencegah kanker serviks, dilakukan dengan deteksi, eradikasi, dan
pengamatan terhadap lesi prakanker serviks. Kemampuan untuk mendeteksi
dini kanker serviks disertai dengan kemampuan dalam penatalaksanaan yang
tepat akan dapat menurunkan angka kematian akibat kanker serviks [5]
1. Keputihan. Keputihan merupakan gejala yang paling sering ditemukan,
berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan.
2. Pendarahan kontak merupakan 75-80% gejala karsinoma serviks.
Perdarahan timbul akibat terbukanya pembuluh darah, yang makin lama
makin sering terjadi diluar senggama.
3. Rasa nyeri, terjadi akibat infiltrasi sel tumor ke serabut saraf.
4. Gejala lainnya adalah gejala-gejala yang timbul akibat metastase jauh [5]

Tiga komponen utama yang saling mendukung dalam menegakkan


diagnosa kanker serviks adalah [5]:

1. Sitologi.
Bila dilakukan dengan baik ketelitian melebihi 90%. Tes Pap sangat
bermanfaat untuk mendeteksi lesi secara dini. Sediaan sitologi harus
mengandung komponen ektoserviks dan endoserviks.

16
Gambar 4. Pemeriksaan Pap Smear

17
Gambar 5. Pemeriksaan Pap Smear untuk Deteksi Dini Kanker Leher Rahim

2. Kolposkopi.
Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan kolposkop, yaitu
suatu alat seperti mikroskop bertenaga rendah dengan sumber cahaya di
dalamnya. Pemeriksaan kolposkopi merupakan pemeriksaan standar bila
ditemukan pap smear yang abnormal. Pemeriksaan dengan kolposkopi,
merupakan pemeriksaan dengan pembesaran, melihat kelainan epitel
serviks, pembuluh darah setelah pemberian asam asetat. Pemeriksaan
kolposkopi tidak hanya terbatas pada serviks, tetapi pemeriksaan meliputi
vulva dan vagina. Tujuan pemeriksaan kolposkopi bukan untuk membuat
diagnosa histologik, tetapi untuk menentukan kapan dan dimana biopsi
harus dilakukan [5].

18
Gambar 6. Colposcopy Untuk Mengambil Jaringan yang Abnormal

3. Biopsi
Biopsi dilakukan di daerah abnormal di bagian yang telah dilakukan
kolposkopi. Jika kanalis servikalis sulit dinilai, sampel diambil secara
konisasi [5].

19
Gambar 7. Biopsi Kerucut pada Serviks (Leher Rahim)

I. Pengobatan untuk Kanker Serviks

Pemilihan pengobatan untuk kanker serviks tergantung kepada lokasi


dan ukuran tumor, stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita dan
rencana penderita untuk hamil lagi.

1. Pembedahan

Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks


paling luar), seluruh kanker seringkali dapat diangkat dengan bantuan pisau
bedah ataupun melalui LEEP. Dengan pengobatan tersebut, penderita masih
bisa memiliki anak. Karena kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan untuk
menjalani pemeriksaan ulang dan Pap smear setiap 3 bulan selama 1 tahun
pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan. Jika penderita tidak memiliki
rencana untuk hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani histerektomi. Pada
kanker invasif, dilakukan histerektomi dan pengangkatan struktur di
sekitarnya (prosedur ini disebut histerektomi radikal) serta kelenjar getah
bening. Pada wanita muda, ovarium (indung telur) yang normal dan masih
berfungsi tidak diangkat [2,5].

20
2. Terapi penyinaran [2,5]
Terapi penyinaran (radioterapi) efektif untuk mengobati kanker
invasif yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi
digunakan sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan
menghentikan pertumbuhannya. Ada 2 macam radioterapi, yaitu :
 Radiasi eksternal : sinar berasar dari sebuah mesin besar
Penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit, penyinaran biasanya
dilakukan sebanyak 5 hari/minggu selama 5-6 minggu.
 Radiasi internal : zat radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul
dimasukkan langsung ke dalam serviks.
Kapsul ini dibiarkan selama 1-3 hari dan selama itu penderita dirawat di
rumah sakit. Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali selama 1-2
minggu.

Efek samping dari terapi penyinaran adalah :

 Iritasi rektum dan vagina


 Kerusakan kandung kemih dan rektum
 Ovarium berhenti berfungsi

3. Kemoterapi [1,5]
Jika kanker telah menyebar ke luar panggul, kadang dianjurkan
untuk menjalani kemoterapi. Pada kemoterapi digunakan obat-obatan untuk
membunuh sel-sel kanker. Obat anti-kanker bisa diberikan melalui suntikan
intravena atau melalui mulut. Kemoterapi diberikan dalam suatu siklus,
artinya suatu periode pengobatan diselingi dengan periode pemulihan, lalu
dilakukan pengobatan, diselingi denga pemulihan, begitu seterusnya.

4. Terapi biologis
Pada terapi biologis digunakan zat-zat untuk memperbaiki sistem
kekebalan tubuh dalam melawan penyakit. Terapi biologis dilakukan pada

21
kanker yang telah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Yang paling sering
digunakan adalah interferon, yang bisa dikombinasikan dengan kemoterapi
[5]

J. Pencegahan dan Penanganan Kanker Serviks [2]

Pengendalian kinder serviks dengan pencegahan dapat dibagi menjadi


tiga bagian, yaitu pencegahan prmer, pencegahan sekunder, dan pencegahan
tersier Strategi kesehatan masyarakat dalam mencegah kematian karena kanker
serviks antara lain adalah dengan pencegahan primer dan pencegaan sekunder
[2].

1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer merupakan kegiatan uang dapat dilakukan oleh


setiap orang untuk menghindari diri dari faktor-faktor yang dapat
menyebabkan timbulnya kanker serviks. Hal ini dapat dilakukan dengan
cara menekankan perilaku hdup sehat untuk mengurangi atau menghindari
faktor resiko seperti kawin muda, pasangan seksual ganda dan lain-lain.
Selain itu juga pencegahan primer dapat dilakukan dengan imuisasi HPV
pada kelompok masyarakat [2]

2. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder kanker serviks dilakukan dengan deteksi dini


dan skrining kanker serviks yang bertujuan untuk menemukan kasus-kasus
kanker serviks secara dibni sehingga kemungkinan penyembuhan dapat
ditingkatkan. Perkembangan kanker serviks memerlukan waktu yang lama.
Dari prainvasif ke invasive memerlukan waktu sekitar 10 tahun atau lebih.
Pemeriksaan sitologi merupakan metode sederhana dan sensitive untuk
mwndeteksi karsinoa pra invasive. Bila diobati dengan baik, karsinoma pra
invasive mempunyai tingkat penyembuhan mendekati 100%. Diagnosa
kasus pada fase invasive hanya memiliki tingkat ketahanan sekitar 35%.
Program skrining dengan pemeriksaan sitologi dikenal dengan Pap mear test

22
dan telah dilakukan di Negara-negara maju. Pencegahan dengan pap smear
terbukimampu menurunkan tingkat kematian akibat kanker serviks 50-60%
dalamkurun waktu 20 tahun [2]

Selain itu, terdapat juga tiga tingkatan pencegahan dan penanganan


kanker serviks, yaitu :
1. Pencegahan Tingkat Pertama
a. Promosi Kesehatan Masyarakat misalnya :
1) Kampanye kesadaran masyarakat
2) Program pendidikan kesehatan masyarakat
3) Promosi kesehatan
b. Pencegahan khusus, misalnya :
1) Interfensi sumber keterpaparan
2) Kemopreventif [2]

2. Pencegahan Tingkat Kedua


a. Diagnosis dini, misalnya screening
b. Pengobatan, misalnya :
1) Kemoterapi
2) Bedah [2]

3. Pencegahan Tingkat Ketiga


Rehabilitasi, misalnya perawatan rumah sedangkan penanganan
kanker umumnya ialah secara pendekatan multidiscipline. Hasil pengobatan
radioterapi dan operasi radikal kurang lebih sama, meskipun sebenarnya
sukar untuk dibandingkan karena umumnya yang dioperasi penderita yang
masih muda dan umumnya baik [2]

Meski kanker serviks menakutkan, namun kita semua bisa


mencegahnya. Anda dapat melakukan banyak tindakan pencegahan sebelum
terinfeksi HPV dan akhirnya menderita kanker serviks. Beberapa cara praktis
yang dapat Anda lakukan dalam kehidupan sehari-hari antara lain [2]:

23
1. Miliki pola makan sehat, yang kaya dengan sayuran, buah dan sereal untuk
merangsang sistem kekebalan tubuh. Misalnya mengkonsumsi berbagai
karotena, vitamin A, C, dan E, dan asam folat dapat mengurangi risiko
terkena kanker leher rahim.
2. Hindari merokok. Banyak bukti menunjukkan penggunaan tembakau dapat
meningkatkan risiko terkena kanker serviks.
3. Hindari seks sebelum menikah atau di usia sangat muda atau belasan tahun.
4. Hindari berhubungan seks selama masa haid terbukti efektif untuk
mencegah dan menghambat terbentuknya dan berkembangnya kanker
serviks.
5. Hindari berhubungan seks dengan banyak partner.
6. Secara rutin menjalani tes Pap smear secara teratur. Saat ini tes Pap smear
bahkan sudah bisa dilakukan di tingkat Puskesmas dengan harga terjangkau.
7. Alternatif tes Pap smear yaitu tes IVA dengan biaya yang lebih murah dari
Pap smear. Tujuannya untuk deteksi dini terhadap infeksi HPV.
8. Pemberian vaksin atau vaksinasi HPV untuk mencegah terinfeksi HPV.
9. Melakukan pembersihan organ intim atau dikenal dengan istilah vagina
toilet. Ini dapat dilakukan sendiri atau dapat juga dengan bantuan dokter
ahli. Tujuannya untuk membersihkan organ intim wanita dari kotoran dan
penyakit.

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kanker serviks uterus adalah keganasan yang paling sering ditemukan


dikalangan wanita. Penyakit ini merupakan proses perubahan dari suatu
epithelium yang normal sampai menjadi Ca invasive yang memberikan
gejala dan merupakan proses yang perlahan-lahan dan mengambil waktu
bertahun-tahun. Ada beberapa klasifikasi tapi yang paling banyak
penganutnya adalah yang dibuat oleh IFGO (International Federation of
Ginekoloi and Obstetrics), yaitu Stage 0, 1, 1 a , 1 b, 2, 3 , dan 4. Gejala
klinis kanker serviks pada stadium lanjut baru terlihat tanda-tanda yang
lebih khas, baik berupa perdarahan yang hebat (terutama dalam bentuk
eksofitik), fluor albus yang berbau dan rasa sakit yang sangat hebat.
2. HPV (Human Papiloma Virus) merupakan penyebab terbanyak kanker
serviks. Sebagai tambahan perokok sigaret telah ditemukan sebagai
penyebab juga. Adapun faktor resikonya, yaitu : Pola hubungan seksual,
Paritas, Merokok, Kontrasepsi oral, Defisiensi gizi, Sosial ekonomi, dan
Pasangan seksual.
3. Dari laporan FIGO (Internasional Federation Of Gynecology and
Obstetrics) tahun 1988, kelompok umur 30-39 tahun dan kelompok umur
60-69 tahun terlihat sama banyaknya. Secara umum, stadium IA lebih
sering ditemukan pada kelompok umur 30-39 tahun, sedangkan untuk
stadium IB dan II sering ditemukan pada kelompok umur 40-49 tahun,
stadium III dan IV sering ditemukan pada kelompok umur 60-69 tahun.
Frekwensi kanker rahim terbanyak dijumpai pada negara-negara
berkembang seperti Indonesia, India, Bangladesh, Thailand, Vietnam dan
Filipina. Di Amerika Latin dan Afrika Selatan frekwensi kanker rahim
juga merupakan penyakit keganasan terbanyak dari semua penyakit
keganasan yang ada lainnya.

25
4. Karsinoma serviks timbul dibatasi antara epitel yang melapisi ektoserviks
(portio) dan endoserviks kanalis serviks yang disebut skuamo kolumnar
junction (SCJ). Pada wanita muda SCJ terletak diluar OUE, sedang pada
wanita diatas 35 tahun, di dalam kanalis serviks. Penyebaran kanker
serviks pada umumnya secara limfogen melalui pembuluh getah bening
menuju 3 arah : a) ke arah fornices dan dinding vagina, b) ke arah korpus
uterus, dan c) ke arah parametrium dan dalam tingkatan yang lanjut
menginfiltrasi septum rektovaginal dan kandung kemih. Diagnosis kanker
serviks tidaklah sulit apalagi tingkatannya sudah lanjut. Yang menjadi
masalah adalah bagaimana melakukan skrining untuk mencegah kanker
serviks, dilakukan dengan deteksi, eradikasi, dan pengamatan terhadap lesi
prakanker serviks.
5. Pengobatan kanker serviks yang dapat dilakukan, yiatu : Pembedahan,
Terapi penyinaran, Kemoterapi, dan Terapi biologis. Sedangkan beberapa
cara praktis yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari untuk
mencegah kanker serviks, yaitu : miliki pola makan sehat, yang kaya
dengan sayuran, buah dan sereal untuk merangsang sistem kekebalan
tubuh, hindari merokok, hindari seks sebelum menikah atau di usia sangat
muda atau belasan tahun, pemberian vaksin atau vaksinasi HPV untuk
mencegah terinfeksi HPV, melakukan pembersihan organ intim atau
dikenal dengan istilah vagina toilet, hindari berhubungan seks dengan
banyak partner, secara rutin menjalani tes Pap smear secara teratur, dan
sebagainya.

B. Saran

Berhati-hatilah dengan penyakit kanker serviks, lebih baik mencegah


dari pada mengobati.Ternyata tidak mudah menjadi seorang wanita, tapi bukan
berarti sulit untuk menjalaninya. Penyakit bisa kita hindari asal kita selalu
berusaha hidup sehat dan teratur.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Bhatla, N., Aoki, D., Sharma, D. N., & Sankaranarayanan, R. (2018).


Cancer of the cervix uteri. International Journal of Gynecology &
Obstetrics, 143, 22–36. doi:10.1002/ijgo.12611

2. WHO guidance note: comprehensive cervical cancer prevention and


control: a healthier future for girls and women. WHO 2013

3. Cervical Cancer Causes, Risk Factors, and Prevention. American Cancer


Society. 2019. (cancer.org | 1.800.227.2345)

4. Cervical Cancer. CDC Publication #99-9123, Revised January 2019

5. Johnson, C. A., James, D., Marzan, A., & Armaos, M. (2019). Cervical
Cancer: An Overview of Pathophysiology and Management. Seminars in
Oncology Nursing. doi:10.1016/j.soncn.2019.02.003

27

Anda mungkin juga menyukai