1 Mahasiswa/i
Uji Deteksi Pembentukan Biofilm dari Enterococcus faecalis Hasil Isolat Klinik Kateter Urin
Menggunakan Congo Red Agar dengan Tube Method
Tube Method
Enterococci merupakan salah satu dari flora normal intestinal manusia. Namun, mikroba ini juga
penyebab penting agen nosokomial yang menginfeksi berbagai situs tubuh, menyebabkan bakteremia,
infeksi saluran kemih infeksi intra-abdominal, dan endokarditis. Dari 17 spesies Enterococcus,
Enterococcus faecalis dan Enterococcus faecium merupakan spesies Enterococci yang paling umum dan
bertanggung jawab 80-95% dari infeksi enterococcal pada manusia.(1,2) Enterococci mempunyai
kemampuan resisten intriksik dan didapat terhadap antibiotik, yang menjadikannya bakteri patogen
nosokomial yang penting.(1) Mereka berada di urutan ketiga dari patogen perawatan isolasi yang paling
sering, dan mampu menyebabkan berbagai infeksi seperti endocarditis, sepsis, luka operasi, dan infeksi
traktus urinarius.(3)
Dalam dua puluh tahun terakhir, ditemukan 6-14% pasien rawat inap mendapatkan infeksi
nosokomial yang umumnya terkait dengan perangkat medis invasif, seperti pipa endotrakeal, alat pacu
jantung, kontak lensa, kateter dialisis peritoneal, implan ortopedi, kateter urin, dan lain-lain. Diantara
infeksi pada perangkat medis, infeksi pada kateter terutama ditemukan karena meningkatnya pemakaian
pada terapi ataupun diagnosis.(2,4) Patogenesis pada enterococci terasosiasi dengan kemampuan untuk
mengekspresikan protein pada permukaan yang memungkinkan kolonisasi dan pembentukan biofilm pada
host manusia itu sendiri.(5)
Menurut National Institute of Health, biofilm sangat penting dalam dunia kesehatan karena
bertanggung jawab 80% dari infeksi pada tubuh, dengan urologi menjadi sorotan dimana biofilm dapat
menjadi masalah yang serius. Bakteri pada kateter urin dan membentuk biofilm berkemungkinan
menempel pada uretra ataupun kandung kemih ketika kateter dimasukkan. Menempelnya bakteri dapat
melalui eksudat yang menyelubungi kateter, ataupun berjalan intraluminal dari dalam tabung ataupun
kantung penampung.(2) Terdapat dua studi yang mengatakan bahwa mayoritas bakteri yang menghasilkan
biofilm adalah hasil isolat dari tips kateter urin.(6,7) Perlekatan mikroba pada substrat tertentu, diikuti
dengan kolonisasi dan pembentukan biofilm dapat mempunyai efek negatif pada banyak area, terutama
pada alat-alat industri dan medis. Kemampuan enterococci untuk memproduksi biofilm mempunyai dua
fungsi, yaitu untuk proteksi organisme bakteri dari pertahanan tubuh dan memulai pertukaran material
genetik dengan bakteri patogen lain.(1)
Hasil produksi biofilm enterococci juga bervariasi pada bermacam negara, seperti di United
Kingdom (UK), diantara 109 enterococcal hasil isolasi aliran darah, semua hasil isolasi E. faecalis dan
setengah hasil isolasi E. faecium menghasilkan biofilm.(2) Studi lain di polandia menyimpulkan, 59%
Masalah:
1. Bakteri Enterococcus faecalis merupakan penyebab tersering dari pembentukan biofilm
2. Belum ada pemeriksaan deteksi biofilm yang cepat dan mudah
Hipotesis:
1. Uji Congo Red Agar dapat digunakan untuk mendeteksi biofilm dari bakteri Enterococcus faecalis
Tujuan Umum:
1. Ingin mengetahui metode CRA apakah dapat digunakan untuk deteksi biofilm dari Enterococcus
faecalis
Tujuan Khusus:
1. Mengetahui prevalensi biofilm dari bakteri Enterococcus faecalis hasil isolasi kateter urin
2. Membandingkan Tube method dengan CRA dalam mendeteksi biofilm
Manfaat Penelitian :
1. Mendapatkan metode deteksi biofilm yang cepat dan mudah
2. Manfaat akademika
11.3.1.2. Perlekatan ireversibel ke permukaan. Pada tahap ini, sel-sel planktonik yang
melekat memperbanyak diri dan membentuk satu lapisan tipis (monolayer) biofilm. Tetapi,
pembelahan pada tahap ini akan berhenti selama beberapa saat dan terjadi banyak sekali
perubahan pada sel planktonik, yang akan menjadi sel dengan fenotip biofilm. Nantinya,
sel biofilm berbeda secara metabolik dan fisiologik dari sel planktoniknya.
10
11
12
11.3.3.4. Pili
Ekspresi dari pili pada permukaan bakterial dapat memfalisitasi perlekatan, dimana sangat
penting pada pembentukan biofilm. Pada bakteri gram-positif, pembetukan pili adalah
proses yang sangat kompleks yang melibatkan gabungan dari pilin subunit menjadi pilus
polymer, yang nantinya akan melekat pada dinding sel.
11.3.3.5. Polisakarida
E. faecalis polisakarida antigen lokus(epa) sudah diteliti bahwa telah terlibat dalam sintesis
dari polisakarida yang berhubungan dengan dinding sel dimana telah berkontribusi
terhadap pembentukan biofilm, di antara sifat virulensi lainnya. Disini dijelaskan,
perubahan kandungan polisakarida epa dapat menurunkan tingkat pembentukan biofilm.
11.3.4.3. Hidrodinamik
Semakin cepat aliran cairan yang terjadi maka semakin mempercepat perlekatan sel
pada permukaan karena sel-sel akan berturbulensi dan berputar. Semakin kuat kekuatan
yang ditempatkan pada biofilm selama pengembangan, semakin melekat koloni awal, dan
faktor-faktor ini kemudian membatasi ukuran dan konstitusi biofilm. Akibatnya, biofilm
akan berbeda antara infeksi terkait kateter yang menjalani aliran urin intermiten, infeksi
prostesis ortopedi tanpa kekuatan cairan yang kuat dan dengan yang ada di mulut yang
terus dipadatkan dengan cara mengunyah.(4,18)
14
16
11.6. Deteksi Biofilm dengan Tube Method dan Congo Red Agar
Deteksi biofilm dengan tube method dicetuskan oleh Christensen pada tahun 1982
menggunakan bakteri Staphylococcus epidermidis.(32) Kemudian, pada tahun 1989 ditemukan
metode baru untuk mendeteksi biofilm pada bakteri S. epidermidis menggunakan Congo Red
Agar(CRA) oleh Freeman.(33) Pada metode yang digunakan Christensen tidak selalu berhasil
dalam mendeteksi bakteri penghasil biofilm yang lemah, dan variasi dari media dapat berefek
kepada hasilnya. Sedangkan metode Freeman, menggunakan medium brain heart infusion broth
dengan suplementasi sukrosa 5% dan pewarnaan Congo red hasilnya memuaskan dalam
mendeteksi biofilm.(33) Gunardi menyebutkan, biofilm terdiri dari matrik (85% dari volume) dan
Uji Deteksi Biofilm :
kumpulan sel-sel bakteri (15% dari volume), dimana Extracelullar Polymeric Substances(EPS)
CRA
Tube Methode
sebagai material matrik yang utama. EPS bervariasi secara fisik dan kimia, tapi terutama terdiri
dari polisakarida.(18) Untuk pewarnaan pada biofilm, metode Christensen menggunakan
pewarnaan biru alcian, karena dapat mengacu kepada karakter dari polisakarida. Pada Freeman,
pewarnaan Congo red dipilih karena dapat mendeteksi keberadaan dari polisakarida pada bakteri
Bakteri E.
gram negative ini.(32,33)
Kateter Bakteri faecalis
Urin Isolasi E. pembentuk
faecalis biofilm
1.7. Kerangka Teori
18
12 Metodologi Penelitian Uraikan dengan jelas tetapi ringkas strategi umum dari penelitian yang diusulkan
serta pendekatan khusus dan metode yang akan digunakan. Apabila diperlukan fasilitas di institusi lain, tunjukan
bahwa lembaga yang bersangkutan telah dihubungi dan memberikan persetujuan. Jangan melebihi 3 halaman spasi
tunggal (12 pts Font)
19
2 Persiapan alat
dan bahan
penelitian
3 Penelitian
4 Penulisan
No Kegiatan Bulan(Tahun 2017)
Juli Agust Sep Okt
1 Studi Pustaka
2 Persiapan alat
dan bahan
penelitian
3 Penelitian
4 Penulisan
Tabel 1. Waktu
pelaksanaan penelitian
20
12.4 Sampling (menyebutkan teknik sampling dan menghitung besar sampel dengan rumus yang sesuai)
Total sampling : Tiga belas isolat bakteri Enterococcus faecalis yang terkumpul dari hasil kultur kateter
urin periode Agustus - November 2016 di rumah sakit swasta di Tangerang
21
12.8.2. Enteroccous faecalis : Bakteri yang tidak membentuk spora, fakultatif anaerob, kokus gram
positif dan tidak menghasilkan reaksi katalase dengan hidrogen peroksida. Bakteri ini berbentuk
ovoid dengan diameter 0,5 sampai 1 μm dan terdiri dari rantai pendek, berpasangan atau bahkan
tunggal, dan mempunyai kemampuan untuk membentuk biofilm.
13 Jadwal Penelitian Cantumkan lama penelitian dan rincian jadwal secara skematis.
22
14 Persyaratan Etik Bagian dibawah ini harus diisi apabila penelitian yang diusulkan berkaitan dengan
eksperimentasi pada manusia dan hewan. Metode yang digunakan harus memenuhi ketentuan etik penelitian pada
manusia dan hewan (Human and Animal Ethics). Persyaratan ini dianut oleh semua jurnal ilmiah berbobot.
23
25
26
27