Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN NY.

D
DENGAN PNEUMOTHORAX
DI RUANG CEMPAKA ATAS

Disusun oleh :
ERIN ELY LANA JULFA
CKR0160015

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


KUNINGAN
2017 – 2018
A. Konsep Dasar Penyakit

I. PENGERTIAN PNEUMOTHORAX
Pneumotorax adalah adanya udara dalam rongga pleura. Pneumothorax dapat
terjadi secara spontan atau karena trauma (British Thoracic Society 2003).
Pneumothorax ialah di dapatkannya udara didalam kavum pleura (Hendra
Arif, 2000).
Pneumotoraks adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga
pleura. Pada keadaan normal rongga pleura tidak berisi udara, sehingga paru-
paru dapat leluasa mengembang terhadap rongga dada.
Pneumotoraks didefinisikan sebagai adanya udara atau gas dalam rongga
pleura, yaitu, di ruang potensial antara pleura viseral dan parietal paru.
Hasilnya adalah kolapsnya paru-paru pada sisi yang terkena. Udara bisa
masuk ruang intrapleural melalui hubungan dari dinding dada (yaitu trauma)
atau melalui parenkim paru-paru di pleura visceral.

II. ETIOLOGI PNEUMOTHORAX


- Segala bentuk trauma dada
- Infeksi saluran nafas
- Penyakit inflamasi paru akut dan kronis (penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK), TB Paru, Fibrosis paru, Bronkhitis kronis, Emfisema, Kanker
paru).
III. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY PNEUMOTHORAX
PATOFISIOLOGI
Alveoli disangga oleh kapiler yang mempunyai dinding lemah dan mudah
robek, apabila alveoli tersebut melebar dan tekanan didalam alveoli
meningkat maka udara masuk dengan mudah menuju kejaringan
peribronkovaskuler gerakan nafas yang kuat, infeksi dan obstruksi
endrobronkial merupakan beberapa faktor presipitasi yang memudahkan
terjadinya robekan selanjutnya udara yang terbebas dari alveoli dapat
mengoyak jaringan fibrotik peribronkovaskuler robekan pleura kearah yang
berlawanan dengan tilus akan menimbulkan pneumothoraks, sedangkan
robekan yang mengarah ke tilus dapat menimbulkan pneumomediastinum
dari mediastinum udara mencari jalan menuju ke atas, ke arah leher. Diantara
organ – organ medistinum terdapat jairngan ikat yang longgar sehingga
mudah ditembus oleh udara . Dari leher udar menyebar merata di bawah kulit
leher dan dada yang akhirnya menimbulkan emfisema sub kutis yang dapat
meluas ke arah perut hingga mencapai skretum.

PATHWAY
Trauma dada

Robekan pleura

Terbukanya dinding dada

Aliran udara ke rongga pleura meningkat

Tekanan di rongga pleura lebih tinggi dari pada di atmosfer

Terjadi kollaps paru

Kompensasi untuk memenuhi oksigen ke seluruh tubuh berkurang

Jantung bekerja lebih cepat

Tachikardi

Napas menjadi pendek dan cepat
IV. KLASIFIKASI PNEUMOTHORAX
1) Pneumotoraks spontan primer
Terjadi tanpa ada riwayat penyakit paru yang mendasari sebelumnya.
2) Pneumotoraks spontan sekunder
Terjadi kerena penyakit paru ang mendasarinya (tuberculosis paru, PPOK,
asma bronchial, pneumonia, tumor paru).
3) Pneumothoraks Traumatik
Terjadi akibat cedera traumatik pada dada. Traumanya bisa bersifat
menembus (luka tusuk, peluru) atau tumpul (benturan pada kecelakaan
kendaraan bermotor)
Pneumotoraks juga bisa merupakan komplikasi dari tindakan medis
tertentu (misalnya torakosentesis).
4) Pneumotoraks karena tekanan
Terjadi jika paru-paru mendapatkan tekanan berlebihan sehingga paru-
paru mengalami kollaps. Tekanan yang berlebihan juga bisa menghalangi
pemompaan darah oleh jantung secara efektif sehingga terjadi syok.
5) Tension pneumothoraks
Terjadi karena mekanisme check valve yaitu pada saat inspirasi udara
masuk kedalam rongga pleura, tetapi pada saat ekspirasi udara dari rongga
pleura tidak dapat keluar.

V. MANIFESTASI KLINIS
1. Sesak napas
2. Dada terasa sempit
3. Gelisah, cemas, stress, tegang
4. Keringat dingin
5. Sianosis
6. Tampak sisi yang terserang menonjol dan tertinggal dalam pernapasan
7. Perkusi hipersonor
8. Pola napas melemah pada bagian yang terkena
9. Saat diperkusi terdengar hiperosa
10. Nyeri pleura
11. Hipotensi, Tachikardi
12.
VI. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN MEDIS
Penatalaksanaan pneumothoraks tergantung dari jenis pneumothoraks antara
lain dengan melakukan :
1. Tindakan Observasi
Dengan mengukur tekanan intra pleura menghisap udara dan
mengembangkan paru. Tindakan ini terutama ditunjukan pada
pneumothoraks tertutup atau terbuka.
2. Tindakan dekompresi
sedangkan untuk pneumothoraks ventil tindakan utama yang harus
dilakukan adalah dekompresi tehadap tekanan intra pleura yang tinggi
tersebut yaitu dengan membuat hubungan udara ke luar.
Membuat hubungan rongga pleura dengan dunia luar dengan cara :
a. Menusukan jarum melalui dinding dada terus masuk ke rongga
pleura dengan demikian tekanan udara yang positif dirongga pleura
akan berubah menjadi negatif kerena udara yang positif di rongga
pleura akan berubah menjadi negatif karena udara yang keluar melalui
jarum tersebut.
b. Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontra ventil.
- Dapat memakai infus set khususnya niddle
- Jarum abbocath
- Pipa WSD ( Water Sealed Drainage )
Pipa khusus ( thoraks kateter ) steril, dimasukan kerongga pleura
dengan perantara thoakar atau dengan bantuan klem penjepit (
pean ). Pemasukan pipa plastik( thoraks kateter ) dapat juga
dilakukan melalui celah yang telah dibuat dengan insisi kulit dari
sela iga ke 4 pada baris aksila tengah atau pada garis aksila
belakang. Selain itu dapat pula melalui sela iga ke 2 dari garis
klavikula tengah. Selanjutnya ujung sela plastik didada dan pipa
kaca WSD dihubungkan melalui pipa plastik lainya, posisi ujung
pipa kaca yang berada dibotol sebaiknya berada 2 cm dibawah
permukaan air supaya gelembung udara dapat dengan mudah
keluar melalui tekanan tersebut.
- Penghisapan terus – menerus ( continous suction )
Penghisapan dilakukan terus – menerus apabila tekanan intra pleura
tetap positif, penghisapan ini dilakukan dengan memberi tekanan
negatif sebesar 10 – 20 cm H2O dengan tujuan agar paru cepat
mengembang dan segera terjadi perlekatan antara pleura viseralis dan
pleura parentalis. Apabila paru telah mengembang maksimal dan
tekanan intrapleura sudah negative lagi, drain dapat dicabut, sebelum
dicabut drain ditutup dengan cara dijepit atau ditekuk selama 24 jam.
Apabila paru tetap mengembang penuh, maka drain dicabut.
3. Tindakan bedah
- Dengan pembukaan dinding thoraks melalui operasi, dan dicari
lubang yang menyebabkan pneumothoraks dan dijahit.
- Pada pembedahan, apabila dijumpai adanya penebalan pleura yang
menyebabkan paru tidak dapat mengembang, maka dilakukan
pengelupasan atau dekortisasi.
- Dilakukan reseksi bila ada bagian paru yang mengalami robekan
atau ada fistel dari paru yang rusak, sehingga paru tersebut tidak
berfungsi dan tidak dapat dipertahankan kembali.
- Pilihan terakhir dilakukan pleurodesis dan perlekatan antara kedua
pleura ditempat fistel.
Pengobatan tambahan :
Apabila terdapat proses lain diparu, maka pengobatan tambahan ditujukan
terhadap penyebabnya ;
- Terhadap proses tuberkolosis paru, diberi obat anti tuberkolosis.
- Untuk mencegah obstipasi dan memperlancar defekasi, penderita diberi
laksan ringan, dengan tujuan supaya saat defekasi, penderita tidak dapat
perlu mengejan terlalu keras.
- Istirahat total
- Penderita dilarang melakukan kerja keras ( mengangkat barang berat ),
batuk, bersin terlalu keras, mengejan.

VII. KOMPLIKASI
- Tension pneumothorax
- Pneumothorax bilateral
- Empiema

VIII. DIAGNOSA BANDING


Pneumothorax dapat memberi gejala seperti infark miokard, emboli paru, dan
pneumonia. Pada pasien muda, tinggi, pria dan perokok jika setelah di foto
diketahui ada pneumothorax, umumnya diadnosis kita menjurus ke
pneumothorax spontan primer. Pneumothorax spontan sekunder kadang-
kadang sulit di bedakan dengan pneumothorax yang terlokalisasi dari suatu
bleb emfisematus paru.
B. PENGKAJIAN
I. Wawancara
1. Identitas :
a) Nama
b) Umur
c) Jenis Kelamin
d) Alamat
e) Agama
f) Pendidikan
g) Pekerjaan
h) Tanggal Masuk RS
i) No. Medrek
j) Diagnosa medis
2. Keluhan Utama :
Keluhan utama yang biasa dirasa oleh pasien pneumothorax ialah nyeri dada.
3. Riwayat kesehatan
a) Riwayat penyakit saat ini
Keluhan sesak napas sering kali datang mendadak dan semakin lama
semakin berat. Nyeri dada dirasakan pada sisi yang sakit, rasa berat,
tertekan, dan terasa lebih nyeri pada gerakan pernapasan. Melakukan
pengkajian apakah ada riwayat trauma yang mengenai rongga dada
seperti peluru yang menembus dada dan paru, ledakan yang
menyebabkan tekanan dalam paru meningkat, kecelakaan lalu lintas
biasanya menyebabkan trauma tumpul didada atau tusukan benda tajam
langsung menembus pleura.
b) Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan apakah klien pernah menderita penyakit seperti TB
paru dimana sering terjadi pada pneumothoraks spontan.
c) Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit-penyakit yang mungkin menyebabkan pneumothoraks seperti
kanker paru, asma, TB paru, dan lain-lain.
d) Psikosial
Pengkajian psikososial meliputi perasaan klien terhadap penyakitnya.
Kaji apakah pasien mengalami cemas, takut, gelisah, stress, dan
lainnya.

II. Pemeriksaan fisik


a). keadaan umum : kesadaran pasien (compos mentis, apatis, sopor,
koma, dan lain-lain) tergantung keadaan pasien.
b). keadaan penyakit : akut, kronik, ringan, sedang, berat.
c). Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi
maupun bentuk.

Pemeriksaan pasien meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.


Pemeriksaan yang dilakukan berupa:
a. Pada Inspeksi: akan terlihat terjadinya pencembungan pada sisi yang
sakit (hiper ekspansi dinding dada)pada waktu respirasi, bagian yang sakit
gerakannya tertinggal, trakea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat ,
deviasi trakhea, ruang interkostal melebar.
b. Pada Palpasi: Pada sisi yang sakit ruang antar iga dapat normal atau
melebar, iktus jantung terdorong ke sisi toraks yang sehat, fremitus suara
melemah atau menghilang pada sisi yang sakit. Jika ada Tension
pneumothorax maka akan teraba adanya detensi dari vena jugularis di
sekitar leher.
c. Perkusi: Suara ketuk pada sisi sakit, hipersonor sampai timpani dan
tidak menggetar, batas jantung terdorong ke arah toraks yang sehat apabila
tekanan intrapleura tinggi, pada tingkat yang berat terdapat gangguan
respirasi/sianosis dan gangguan vaskuler/syok.
d. Auskultasi : Pada bagian yang sakit suara napas melemah sampai
menghilang, suara vokal melemah dan tidak menggetar serta bronkofoni
negative.
Selain pemeriksaan diatas kita juga melakukan pemeriksaan persistem
yaitu sebagai berikut:
a. Sistem Pernafasan
· Sesak napas
· Nyeri
· Batuk-batuk
· Terdapat retraksi klavikula/dada
· Pengambangan paru tidak simetris
· Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain
· Pada asukultasi suara nafas menurun, bising napas yang
berkurang/menghilang
· Pekak dengan batas seperti garis miring/tidak jelas
· Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat
· Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat
b. Sistem Kardiovaskuler
· Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk
· Takikardi, lemah
· Pucat, Hb turun /normal.
· Hipotensi
c. Sistem Persarafan
· Tidak ada kelainan
d. Sistem Perkemihan
· Tidak ada kelainan
e. Sistem Pencernaan
· Tidak ada kelainan
f. Sistem Muskuloskeletal dan Integumen
· Kemampuan sendi terbatas
· Ada luka bekas tusukan benda tajam
· Terdapat kelemahan
· Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi sub kutan
g. Sistem Endokrin
· Terjadi peningkatan metabolisme
· Kelemahan

III. Pemeriksaan Diagnostik/ Penunjang


a. Laborotarium
1) GDA : variable tergantung dari derajat paru yang dipengaruhi,
gangguan mekanik pernapasan dan kemampuan mengkompensasi.
PaCO2 kadang-kadang meningkat. PaO2 mungkin normal atau
menurun; saturasi oksigen biasanya menurun. Analisa gas darah arteri
memberikan gambaran hipoksemia.
2) Hb : menurun, menunjukan kehilangan darah.
b. Diagnostik
1) Pemeriksaan Computed Tomography (CT-Scan) diperlukan
apabila pemeriksaan foto dada diagnosis belum dapat ditegakkan.
Pemeriksaan ini lebih spesifik untuk membedakan antara emfisema
bullosa dengan pneumotoraks, batas antara udara dengan cairan intra
dan ekstrapulmonal serta untuk membedakan antara pneumotoraks
spontan dengan pneumotoraks sekunder.
2) Pemeriksaan endoskopi (torakoskopi) merupakan pemeriksaan
invasive, tetapi memilki sensivitas yang ebih besar dibandingkan
pemeriksaan CT-Scan.
3) Pemeriksaan foto dada tampak garis pleura viseralis, lurus atau
cembung terhadap dinding dada dan terpisah dari garis pleura parietalis.
Celah antara kedua garis pleura tersebut tampak lusens karena berisi
kumpulan udara dan tidak didapatkan corakan vascular pada daerah
tersebut.. Sinar x dada : menyatakan akumulasi udara/cairan pada area
pleural; dapat menunjukan penyimpangan struktur mediastinal.
IV. Analisa Data
NO. DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS : data yang diperoleh dari Penyebab atau asal Masalah Keperawatan
pasien maupun keluarga muasal dari masalah yang muncul pada pasien
DO : data yang diperoleh dari keperawatan yang
hasil pengamatan dan muncul
pemeriksaan perawat.

C. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


 Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan menurunnya
ekspansi paru sekunder terhadap peningkatan tekanan dalam
rongga pleura
 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya
akumulasi sekret jalan nafas
 Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan adanya
penurunan kemampuan ekspansi paru dan kerusakan membrane
alveolar kapiler
 Gangguan mobilitas fisik berhubngan dengan ketidaknyamanan
sekunder akibat pemasangan WSD
 Nyeri akut berhubungan dengan adanya nyeri di bagian dada

D. Rencana Asuhan Keperawatan

No Masalah Tujuan Intervensi Rasional Evaluasi


. Keperawatan
1. Ketidakefektifan NOC 1. posisikan 1.untuk -mendemonstrasi
pola nafas  respiratory pasien untuk mempermudah kan batuk efektif
berhubungan status: memaksimalka pasien dalam dan suara nafas
dengan ventilation n ventilasi bernafas efektif yang bersih, tidak
menurunnya  respiratory 2. lakukan fisio 2.untuk ada sianosis dan
ekspansi paru status: airway terapi dada bila meningkatkan dipsneu (mampu
sekunder patency perlu efisiensi pola mengeluarkan
terhadap  vital sign status 3.lakukan pernafasan dan sputu, mampu
peningkatan Kriteria Hasil: batuk efektif membersihkan bernafas dengan
tekanan dalam  mendemonstrasi atau jalan nafas mudah, tidak ada
rongga pleura kan batuk pemasangan 3.untuk pursed lips).
efektif dan suction membersihkan -Menunjukkan
suara nafas 4.Auskultasi saluran nafas dari jalan nafas yang
yang bersih, suara nafas, secret/lendir yang paten (klien tidak
tidak ada catat adanya menghalangi jalan merasa tercekik,
sianosis dan suara nafas nafas irama nafas,
dipsneu tambahan 4. untuk frekuensi
(mampu 5.pemberian mengetahui suara pernafasan dalam
mengeluarkan oksigen nafas apakah rentang normal,
sputu, mampu 6. monitor normal atau tidak tidak ada suara
bernafas dengan respirasi dan 5.untuk nafas abnormal).
mudah, tidak status oksigen pemenuhan -Tanda-tanda vital
ada pursed lips). kebutuhan dalam rentang
 Menunjukkan oksigenasi pasien normal
jalan nafas yang yang mengalami
paten (klien masalah
tidak merasa pernafasan serta
tercekik, irama berguna utuk
nafas, frekuensi meminimalkan
pernafasan upaya pernafasan
dalam rentang 6.untuk
normal, tidak mengetahui
ada suara nafas perkembangan
abnormal). hasil pernafasan
 Tanda-tanda pasien
vital dalam
rentang normal

2. Ketidakefektifan NOC 1. ajarkan 1. untuk -mendemonstrasi


bersihan jalan  respiratory metode batuk membersihkan kan batuk efektif
nafas status: efektif dan saluran nafas dari dan suara nafas
berhubungan ventilation pemasangan secret/lendir yang yang bersih, tidak
dengan adanya  respiratory suction menghalangi jalan ada sianosis dan
akumulasi sekret status: 2.auskultasi nafas dipsneu (mampu
jalan nafas airway suara nafas 2. untuk mengeluarkan
patency sebelum dan membandingkan sputu, mampu
Kriteria Hasil: sesudah suara nafas pada bernafas dengan
 mendemon suctioning saat sebelum mudah, tidak ada
strasikan 3.minta klien dengan sesudah di pursed lips).
batuk nafas dalam lakukan -Menunjukkan
efektif dan sebelum suctioning jalan nafas yang
suara nafas suctioning 3. untuk paten (klien tidak
yang dilakukan mengurangi merasa tercekik,
bersih, 4.berikan cemas dan irama nafas,
tidak ada oksigen menurunkan frekuensi
sianosis 5.anjurkan intensitas nyeri pernafasan dalam
dan pasien istirahat 4.untuk rentang normal,
dipsneu setelah kateter pemenuhan tidak ada suara
(mampu suction di kebutuhan nafas abnormal).
mengeluar keluarkan oksigenasi pasien -Mampu
kan sputu, yang mengalami mengidentifikasik
mampu masalah an dan mencegah
bernafas pernafasan serta factor yang dapat
dengan berguna utuk menghambat jalan
mudah, meminimalkan nafas
tidak ada upaya pernafasan
pursed 5. untuk
lips). membantu proses
 Menunjuk penyembuhan
kan jalan
nafas yang
paten
(klien
tidak
merasa
tercekik,
irama
nafas,
frekuensi
pernafasan
dalam
rentang
normal,
tidak ada
suara nafas
abnormal).
 Mampu
mengident
ifikasikan
dan
mencegah
factor
yang dapat
menghamb
at jalan
nafas
3. Gangguan NOC 1. monitor 1. untuk -Mendemontrasi
pertukaran gas  Respiratory tanda-tanda mengetahui kan peningkatan
yang status: gas vital perkembangan ventilasi dan
berhubungan exchange 2. auskultasi hasil TTV oksigenasi yang
dengan adanya  Respiratory suara nafas, 2. untuk adekuat
penurunan status: catat adanya mengetahui suara -Memelihara
kemampuan ventilation suara nafas nafas apakah kebersihan paru-
ekspansi paru  Vital sign tambahan normal atau tidak paru dan bebas
dan kerusakan status 3. anjurkan 3. untuk dari tanda-tanda
membran Kriteria Hasil metode batuk membersihkan distress
alveolar kapiler  Mendemonst efektif atau saluran nafas dari pernafasan
rasikan pemasangan secret/lendir yang -Mendemontrasi
peningkatan suction menghalangi jalan kan batuk efektif
ventilasi dan 4.pemasangan nafas dan suara nafas
oksigenasi oksigen 4. untuk yang bersih, tidak
yang adekuat 5. monitor pemenuhan ada syanosis dan
 Memelihara respirasi dan kebutuhan dypsneu (mampu
kebersihan status oksigen oksigenasi pasien mengeluarkan
paru-paru yang mengalami sputum, mampu
dan bebas masalah bernafas dengan
dari tanda- pernafasan serta mudah, tidak ada
tanda distress berguna utuk pursed lips)
pernafasan meminimalkan -Tanda –tanda
 Mendemonst upaya pernafasan vital dalam
rasikan batuk 5.untuk rentang normal
efektif dan mengetahui
suara nafas perkembangan
yang bersih, hasil pernafasan
tidak ada pasien
syanosis dan
dypsneu
(mampu
mengeluarka
n sputum,
mampu
bernafas
dengan
mudah, tidak
ada pursed
lips)

 Tanda –tanda
vital dalam
rentang
normal
4. Gangguan NOC 1. konsultasi 1. untuk - Klien
mobilitas fisik  Join dengan terapi membahas cara meningkatkan
berhubungan moveme fisik tentang kerja terapi fisik dalam aktivitas
dengan nt: active rencana dalam menangani fisik
ketidaknyamana  Mobility ambulasi nyeri yang di - Mengerti tujuan
n sekunder level sesuai dengan derita pasien dari peningkatan
akibat  Self care: kebutuhan 2. untuk mobilitas
pemasangan ADLs 2. ajarkan memenuhi -
WSD  Transfer pasien untuk kebutuhan Memverbalisasika
performa tekhnik aktivitas n perasaan dalam
nce ambulasi 3. untuk meningkatkan
Kriteria Hasil 3. dampingi meningkatkan kekuatan dan
 Klien dan bantu kebutuhan kemampuan
meningk paisen saat aktivitas pasien berpindah
atkan mobilisasi dan 4. melatih dan - Bantu untuk
dalam bantu penuhi membiasakan mobilisasi
aktivitas kebutuhan pasien untuk
fisik ADLs merubah posisi
 Mengerti 4. ajarkan agar tidak terjadi
tujuan pasien luka baring
dari bagaimana cara 5. untuk
peningka merubah posisi mempermudah
tan dan berikan pasien dalam
mobilitas bantuan jika di melakukan
perlukan aktivitas
 Memver
balisasik
5.berikan alat
an
bantu jika pasen
perasaan memerlukan
dalam
meningk
atkan
kekuatan
dan
kemamp
uan
berpinda
h
 Bantu
untuk
mobilisas
i
5. Nyeri akut NOC 1. lakukan 2. untuk - Mampu
berhubungan  Pain level pengkajian mengetahui mengontrol nyeri,
dengan adanya  Pain control nyeri secara lokasi, (tahu penyebab
nyeri di bagiaan  Comfort komprehensif karakteristik, nyeri, mampu
dada level termasuk durasi, frekuensi, menggunakan
Kriteria Hasil lokasi, dan kualitas nyeri tehnik non
 Mampu karakteristik, yang di rasakan farmakologi untuk
mengontrol durasi, pasien menguragi nyeri,
nyeri, (tahu frekuensi, 2. untuk mencari bantuan)
penyebab kualitas, dan mengetahui - Mampu
nyeri, factor pengalaman nyeri mengenali nyeri
mampu presipitasi yang pernah (skala, intensitas,
menggunaka 2. gunakan dirasakan pasien frekuensi dan
n tehnik non tekhnik 3. untuk tanda nyeri)
farmakologi komunikasi mengurangi rasa - Menyatakan rasa
untuk terapeutik nyeri akibat factor nyaman setelah
menguragi untuk lingkungan nyeri berkurang
nyeri, mengetahui 4.untuk
mencari pengalaman mengontrol dan
bantuan) nyeri pasien mengurangi nyeri
 Mampu 3.control 5. untuk
mengenali lingkungan meningkatkan
nyeri (skala, yang dapat relaksasi
intensitas, mempengaruhi
frekuensi dan nyeri seperti
tanda nyeri) suhu,
 Menyatakan pencahayaan,
rasa nyaman kebisingan
setelah nyeri 4. pilih dan
berkurang lakukan
penanganan
nyeri
(farmakologi,
non
farmakologi
dan
interpersonal
5.berikan
tindakan untuk
meningkatkan
rasa nyaman
Daftar Pustaka

Huda,nurarif amin dan hardhi kusuma.2015. Aplikasi asuhan keperawatan


berdasarkan diagnosa medis dan nanda nic-noc.jogjakarta:mediaction jogja.

Erma,rosy.2015.http://googleweblight.com/?lite_url=http://rosyerma94.blogspot.c
om/2015/01/laporanpendahuluanpneumothoraks.html?m%3D1&ei=D1uYPLfH&l
c=idID&s=1&m=811&host=www.google.co.id&ts=1516667825&sig=AOyes_Q
g4YZilZcNUaxCUqoJ4js4y5uMaw.rosyerma94.blogspot.co.id

Nizami,fahrin.2016.http://fahrinnizami.blogspot.co.id/2016/03/laporan-
pendahuluan-asuhan-keperawatan_21.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai