Anda di halaman 1dari 10

http://journal2.um.ac.id/index.

php/jtmp JURNAL TEKNIK MESIN DAN PEMBELAJARAN


ISSN. 2623-1271/EISSN. 977 262312704 Volume 2, Nomor 1, Juni 2019
Halaman: 84 – 93

Analisis Variasi Penambahan Unsur Karbon Arang Kayu


Terhadap Kualitas Dan Kekerasan Pada Pengecoran Logam Al-
Si Dengan Metode Lost Foam Casting
Imam Arif Priyanto 1, Putut Murdanto2, Didik Nurhadi3
1,2,3Program Studi S1 Pendidikan Teknik Mesin Jurusan Teknik Mesin
1,2,3Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang
1,2,3Jalan Semarang No. 5, Malang 65145

e-mail: imamarifpriyanto1997@gmail.com

Abstrak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis cacat makro, cacat mikro dan kekerasan hasil pengecoran Al-Si
(remelting) dengan penambahan arang kayu jati dan tanpa penambahan arang kayu jati menggunakan metode lost foam
casting. Penelitian ini menggunakan metode ekperimen dengan jenis pendekatan kuantitatif dengan desain pre-experimental
design model One-Group Pretest-Posttest Design. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Hasil
penelitian yang didapatkan bahwa cacat makro paling banyak pada spesimen variasi arang kayu jati 0,35% dengan jumlah
cacat lubang jarum ±29 cacat dan cacat struktur butir terbuka dengan jumlah cacat ±14. Pada uji struktur mikro dari kesemua
spesimen memiliki cacat porositas mikro. Pada uji kekerasan menunjukan bahwa seiring dengan penambahan arang kayu jati
nilai kekerasan meningkat, yaitu pada spesimen 0,50% arang kayu jati dengan nilai kekerasan sebesar 58,5 HV. Jadi jika ingin
meningkatkan kekerasan produk pengecoran berbahan Al-Si remelting maka dapat menggunakan arang kayu jati sebagai
alternatif. Disarankan juga jika menggunakan metode lost foam casting maka cara untuk mengurangi cacat porositas akibat
dari gas hasil pembakaran foam dapat menggunakan jenis pasir dengan permeabilitas yang tinggi.

Kata kunci: kualitas hasil pengecoran, cacat makro, struktur mikro, kekerasan, lost foam casting.

Abstract.The purpose of this research was to analyze macro defects, micro defects and hardness of Al-Si casting (remelting)
with the addition of teak charcoal and without the addition of teak charcoal using the lost foam casting method. This research
used the experimental method with a type of quantitative approach with a pre-experimental design with model One-Group
Pretest-Posttest Design. The data analysis technique used is descriptive analysis. The research showed that the most macro
defects in the specimens of teak wood charcoal variation of 0.35% with a number of pinhole defects ± 29 defect and defects of
open grain structures with a number of defects ± 14. In the microstructure test all specimens have micro porosity defects. The
hardness test shows that along with the addition of teak charcoal the hardness value increases, that is in the 0.50% teak
charcoal specimen with a hardness value of 58.5 HV. So if you want to increase the hardness of casting products made from
Al-Si remelting, you can use teak wood as an alternative. It is also recommended that if you use the lost foam casting method
then the way to reduce porosity defects due to combustion gases from the foam can use a type of sand with high permeability.

Keywords: quality of casting, macro defects, microstructure, hardness, lost foam casting.

Pengecoran logam adalah proses pengolahan bahan logam yang dicairkan dalam tungku, dituangkan ke dalam cetakan,
kemudian dibiarkan dingin dan membeku dalam cetakan, lalu cetakan dibongkar untuk diambil hasilnya. Terdapat beberapa
metode pengecoran yang dapat digunakan salah satunya adalah lost foam casting. Keuntungan menggunakan metode lost foam
casting adalah biaya proses yang relatif murah. Kelemahan dari lost foam casting adalah cacat pororsitas yang dihasilkan lebih
tinggi dibandingkan dengan pengecoran metode lain. Semakin banyak cacat yang terjadi maka kualitas dan sifat mekanik benda
cor akan menurun. Selain cacat penggunaan bahan baku juga berpengaruh pada kualitas dan sifat mekanik benda cor. Pada
praktikum pengecoran disekolah bahan baku yang digunakan adalah logam yang dilebur kembali (remelting). Semakin banyak
remelting yang dilakukan maka sifat mekaniknya akan menurun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui cacat
makro, cacat mikro dan kekerasan pada Al-Si (remelting) yang dicampur dengan arang kayu jati.

METODE
Penelitian ini menggunakan metode ekperimen dengan jenis pendekatan kuantitatif. Desain penelitian experimental yang
digunakan adalah pre-experimental design model One-Group Pretest-Posttest Design. Dimana suatu kelompok akan
diobservasi dan dibandingkan hasilnya antara sebelum diberi perlakuan dan sesudah diberi perlakuan. Terdapat tiga variabel
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.
Variabel bebas (penambahan arang kayu jati sebesar 0%, 0,35%, 0,45%, dan 0,50%), variabel terikat (cacat makro, cacat
mikro dan kekerasan). Variabel kontrol yang digunakan ( metode yang digunakan adalah lost foam casting dengan cetakan

84 Article received 20/05/2019; Approved 01/12/06/2019


85 JURNAL TEKNIK MESIN DAN PEMBELAJARAN, Volume 2, Nomor 1, Juni 2019, Halaman: 84– 93
3.
basah lalu dikeringkan, pola yang digunakan adalah styrofoam berbentuk kubus dengan dimensi 51x51x21, logam yang
4.
digunakan untuk pengecoran adalah logam paduan Al-Si dari limbah piston bekas).
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dimana data yang dianalisis adalah hasil pengujian cacat
makro dan cacat mikro, dan uji kekerasan. Instrumen pengumpulan data menggunakan lembar observasi yang akan digunakan
untuk mencatat hasil pengujian-pengujian yang dilakukan (uji foto makro, uji foto mikro dan uji kekerasan).

HASIL
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini merupakan data hasil pengujian foto makro, foto mikro dan kekerasan dari Al-
Si remelting arang kayu jati sebesar 0,35%, 0,45%, 0,50% dan tanpa penambahan arang kayu jati (0%). Data yang diperoleh
dari pengujian spesimen adalah uji foto makro digunakan untuk mengetahui cacat rupa pada hasil pengecoran. Uji foto mikro
digunakan untuk mengetahui cacat struktur mikro. Uji kekerasan digunakan untuk mengetahui kekerasan hasil pengecoran.
Komposisi Unsur Arang Kayu
Pengujian unsur yang terkandung pada arang kayu jati menggunakan jenis pengujian SEM-EDX, adapun hasil pengujian dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1 Komposis Unsur Arang Kayu


Element Wt% At%

1 CK 84,21 88,47
OK 13,58 10,71
SiK 00,85 00,38
KK 01,36 00,44
Bagian Element Wt% At%
2 CK 84,11 88,52
OK 13,34 10,54
SiK 00,94 00,42
KK 01,61 00,52
Bagian Element Wt% At%
3 CK 84,35 88,60
OK 13,36 10,53
SiK 00,95 00,43
KK 01,35 00,43
Sumber: Laboratorium Mineral dan Material Universitas Negeri Malang (2019)
Hasil Uji Fotot Makro
1. Pemerikasaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik benda hasil pengecoran menunjukan dari kesemua spesimen terdapat cacat lubang jarum, cacat
sirip, cacat penyusutan dan cacat rongga udara. Untuk spesimen 0,45% terdapat cacat inklusi pasir.

Pinhole Fin Shrinkage


Air cavity
Gambar 1 Variasi Penambahan Arang Kayu 0%
86 Imam Arif Priyanto, Putut Murdanto, Didik Nurhadi- Analisis Variasi Penambahan Unsur Karbon Arang Kayu …..

Shrinkage Fin Pinhole Air Cavity


Gambar 2 Variasi Penambahan Arang Kayu 0,35%

Pinhole Inklusi Shrinkage Fin


Air Cavity
Pasir Gambar 3 Variasi Penambahan Arang Kayu 0,45%

Shrinkage Pinhole Air Cavity


Fin
Gambar 4 Variasi Penambahan Arang Kayu 0,50%

Berdasarkan pemeriksaan cacat coran pada setiap spesimen terdapat beberapa cacat yaitu cacat penyusutan, sirip, lubang
jarum dan rongga udara yang dapat diidentifikasi berdasarkan ciri-cirinya. Cacat penyusutan memiliki ciri hasil pengecoran
87 JURNAL TEKNIK MESIN DAN PEMBELAJARAN, Volume 2, Nomor 1, Juni 2019, Halaman: 84– 93
5.
6. yang ukurannya tidak sesuai dengan pola. Cacat sirip memiliki ciri terdapat semacam tambahan logam kecil seperti sirip
pada sisi logam coran. Cacat lubang jarum ditandai dengan adanya lubang-lubang kecil seperti tusukan jarum pada
permukaan hasi pengecoran. Cacat rongga udara akan terihat jika ada lubang-lubang besar pada permukaan hasil coran.
cacat inklusi pasir bisa diketahui dengan adanya butir-butir pasir yang ikut membeku pada permukaan logam hasil
pengecoran.

2. Foto Makro
Pengujian menggunakan foto makro bertujuan untuk melihat cacat cor yang ada di permukaan benda, khususnya cacat
lubang jarum dan struktur butir terbuka. Analisis foto makro ini dilakukan dengan mengambil gambar dari spesimen
menggunakan kamera DSLR Canon EOS 1100D dengan perbesaran 55x, setelah itu akan dilihat penyebaran jumlah cacatnya.

Tabel 2 Analisis Cacat pada Pengujian Foto Makro


Spesimen Jumlah Cacat
Variasi Arang Jumlah Cacat
Struktur Butir
Kayu Bagian 1 Bagian 2 Bagian 3 Bagian 4 Lubang Jarum
Terbuka
Bagian 1 = 7 Bagian 1 = 6
Bagian 2 = 8 Bagian 2 = 4
Bagian 3 = 5 Bagian 3 = 3
Bagian 4 = 5 Bagian 4 = 0

Jumlah = 25 Jumlah = 13

0%

Bagian 1 = 10 Bagian 1 = 4
Bagian 2 = 6 Bagian 2 = 4
Bagian 3 = 5 Bagian 3 = 3
Bagian 4 = 8 Bagian 4 = 3

Jumlah = 29 Jumlah = 14

0,35%
88 Imam Arif Priyanto, Putut Murdanto, Didik Nurhadi- Analisis Variasi Penambahan Unsur Karbon Arang Kayu …..
Bagian 1 = 3 Bagian 1 = 2
Bagian 2 = 7 Bagian 2 = 2
Bagian 3 = 9 Bagian 3 = 3
Bagian 4 = 5 Bagian 4 = 3

Jumlah = 24 Jumlah = 10

0,45%

Bagian 1 = 5 Bagian 1 = 3
Bagian 2 = 7 Bagian 2 = 3
Bagian 3 = 4 Bagian 3 = 2
Bagian 4 = 6 Bagian 4 = 3

Jumlah = 22 Jumlah = 11

0,50%

Berdasarkan hasil pengujian foto makro yang ditunjukan pada tabel 2 dari semua spesimen memiliki cacat lubang jarum dan
cacat struktur butir terbuka. Dapat disimpulkan juga jumlah cacat lubang jarum terbanyak dimiliki oleh spesimen variasi arang
kayu 0,35% dengan jumlah cacat ±29, sedangkan untuk cacat struktur butir terbuka terbanyak dimiliki oleh spesimen variasi
arang kayu 0,35% dengan jumlah cacat ±14.
Hasil Uji Foto Struktur Mikro
Uji foto mikro digunakan untuk mengetahui struktur butir dari spesimen uji dan melihat cacat mikro yang terjadi.
Pengujian ini dilakukan menggunakan alat mikroskop optik dengan perbesaran 200x, pengambilan struktur mikro dilakukan
dilakukan pada permukaan benda hasil. Berdasarkan data pengujian foto mikro yang ditunjukan pada tabel 3 diketahui bahwa
dari kesemua spesimen rata-rata memiliki cacat porositas mikro.
89 JURNAL TEKNIK MESIN DAN PEMBELAJARAN, Volume 2, Nomor 1, Juni 2019, Halaman: 84– 93
7.
Tabel 3 Hasil Pengujian Foto Mikro
8. Variasi Arang Hasil Uji Foto Mikro
Kayu Tanpa Meenggunakan Etsa Menggunakan Etsa

0%

1 2 1 2 4

0,35%

1 3 2 4 1 2 3

0,45%

1 2
3 4 3 2 1
90 Imam Arif Priyanto, Putut Murdanto, Didik Nurhadi- Analisis Variasi Penambahan Unsur Karbon Arang Kayu …..

0,50%

3 2 1 2 3 1 4

Keterangan:
1. Butir Alumunium
2. Butir Si
3. Arang Kayu
4. Cacat Porositas

Sumber: Laboratorium Uji Logam Jurusan Teknik Mesin Universitas Merdeka Malang (2019)
Hasil Uji Kekerasan Al-Si
Pengujian kekerasan Al-Si yang dicampur dengan arang kayu pengujian ini digunakan untuk mengetahui berapa nilai
kekerasannya. Meotde pengujian kekerasan ini menggunakan mickrovikres dengan skala yang digunakan adalah HV (Hardness
Vickres) setiap variasi memiliki 3 spesimen, dimana setiap spesimennya diuji sebanyak 3 titik, adapun hasil pengujian bisa
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4 Hasil Pengujian Kekerasan Al-Si
Variasi Arang Spesimen Titik Pengujian Rata-Rata Rata-Rata
Kayu Per Per Variasi
1 2 3 Spesimen (HV)
(HV)
1 57,9 42,6 44,3 48,27
0% 2 45,3 54,1 45,2 48,2 50,19
3 54 55,4 52,9 54,1
1 47,1 48,9 48,1 48
0,35% 2 50,3 44,1 43 45,8 48,68
3 59,6 49,4 47,7 52,23
1 52,2 56 62,2 56.8
0,45% 2 56,6 58,1 55,7 56,8 56,9
3 56,6 54,7 60 57,1
1 55,3 57,1 58,9 57,1
0,50% 2 58,8 59,9 63,1 60,6 58,5
3 54,7 58,2 60,5 57,8
Sumber: Lab. Uji Kekerasan Logam Teknik Mesin Universitas Negeri Malang (2019)

Berdasarkan tabel 4 dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai kekerasan per variasi tertinggi terdapat pada variasi arang
kayu 0,50% dengan nilai kekerasan sebesar 58,5 HV. Sedangkan rata-rata nilai kekerasan per variasi terendah terdapat pada
variasi arang kayu 0,35% dengan nilai kekerasan sebesar 48,68 HV.
91 JURNAL TEKNIK MESIN DAN PEMBELAJARAN, Volume 2, Nomor 1, Juni 2019, Halaman: 84– 93
9.
10. 120

105

90
Kekerasan (HV) 75

60

45

30

15

0
0% 0,35% 0,45% 0,50%
Variasi Penambahan Arang Kayu
Spesimen 1 Spesimen 2 Spesimen 3

Selain dalam bentuk tabel hasil pengujian kekerasan ini disajikan dalam bentuk diagram batang agar kenaikan dan
penurunan nilai kekerasan setiap spesimen bisa terlihat jelas. Diketahui bahwa nilai kekerasan tertinggi dimiliki oleh spesimen 2
pada variasi arang kayu 0,50% dengan nilai kekerasan 60,6 HV, sedangkan untuk nilai kekerasan terendah dimiliki oleh
spesimen 2 pada variasi arang kayu 0,35% dengan nilai kekerasan 45,8 HV.

PEMBAHASAN
Cacat Makro Hasil Pengecoran Paduan Al-Si dengan Penambahan Arang Kayu
1. Pemeriksaan Fisik
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada gambar 1 sampai 4 berupa pemeriksaan fisik hasil pengecoran bahwa
cacat rongga udara merupakan cacat yang paling terlihat pada permukaan benda hasil cor. Cacat rongga udara terjadi karena
pengaruh penggunaan pola styrofoam dimana saat styrofoam menguap mengeluarkan banyak gas.
Pernyataan tersebut didukung oleh penelitan dan pendapat para ahli, menurut Sujana (2013:30) salah satu penyebab
terjadinya cacat rongga udara adalah pengeluaran gas yang tidak sempurna yang disebabkan oleh permeabilitas cetakan yang
kurang baik. Selain itu menurut Davis (1982) unsur hidrogen yang terkandung dalam uap gas berpengaruh besar pada cacat
alumunium. Kelemahan dari lost foam casting adalah cacat porositas dengan menggunakan pola foam lebih mudah terjadi
dibandingkan dengan metode pengecoran lain (Kim dan Lee dalam Sutiyoko, 2010).

2. Foto Makro
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada tabel 2 bahwa cacat paling banyak terdapat pada sepesimen dengan
variasi arang kayu jati 0,35% dengan jumlah cacat lubang jarum ±29 dan cacat struktur butir terbuka dengan jumlah cacat ±14.
Hal itu salah satunya disebabkan oleh unsur hidrogen dan oksigen yang ikut tercampur dengan logam cair akibat dari penguapan
styrofoam atau pasir cetak belum kering secara merata.
Menurut Sutiyoko (2010) gas dan residu hasil dekomposisi akibat terbakarnya foam oleh logam cair yang terperangkap
(tidak bisa keluar melalui pasir cetak) akan menghasilkan cacat porositas (lubang-lubang kecil). Akibatnya porositas pada
pengecoran lost foam lebih tinggi dari pengecoran metode lain.
92 Imam Arif Priyanto, Putut Murdanto, Didik Nurhadi- Analisis Variasi Penambahan Unsur Karbon Arang Kayu …..
Cacat Mikro Hasil Pengecoran Paduan Al-Si dengan Penambahan Arang Kayu
Berdasarkan hasil pengujian foto struktur mikro yang ditunjukan tabel 3 dari kesemua spesimen terdapat cacat porositas.
Cacat porositas dibedakan menjadi dau macam yaitu berdasarkan ukuran dan penyebabnya. Untuk cacat porositas yang dilihat
dari ukurannya dibedakan lagi menjadi dua jenis cacat porositas makro dan cacat porositas mikro, sedangkan cacat porositas
makro disebabkan oleh gas yang bercampur dengan logam cair sedangkan cacat porositas mikro disebabkan oleh penyusutan
(Ardiansyah:2016).
Cacat porositas ini akan berpengaruh besar teradap sifat mekanik dari bahan pengecoran salah satunya adalah nilai
kekerasannya hal ini didukung oleh penelitian dari Wibowo, dkk (2013) yang menyebutkan bahwa semakin tinggi cacat prositas
yang terjadi pada benda pengecoran maka nilai kekerasan semakin rendah. Gas hasil pembakaran foam yang mengandung H2O
juga bisa menyebabkan cacat posrsitas menurut Warsiaman (2006) unsur H2O yang terlarut pada logam cair berpengaruh besar
terhadap pembentukan cacat porositas.

Kekerasan Hasil Pengecoran Paduan Al-Si dengan Penambahan Arang Kayu


Berdasarkan penjelasan dari Tabel 4 nilai kekerasan spesimen hasil pengecoran Al-Si meningkat seiring dengan
penambahan arang kayu jati dimana dimana nilai kekerasan terendah adalah spesimen dengan variasi arang kayu jati 0,35% dan
nilai kekerasan yang tertinggi adalah variasi arang kayu jati 0,50% peningkatan nilai kekersan dapat dilihat pada diagram
dibawah ini.
70

56,9 58,5
60
50,19 48,68
50
HV

40

30

20

10

0
0% 0,35% 0,45% 0,50%
Variasi Arang Kayu
Peningkatan nilai kekerasan dari spesimen dengan variasi 0,35%, 0,45% dan 0,50% disebabkan oleh unsur karbon yang
terkandung dalam arang kayu jati itu sendiri, pada tabel 4 sudah dijelaskan bahawa kandungan unsur tertinggi pada arang kayu
jati adalah unsur karbon (C). Dapat disimpulkan bahwa semakin banyak unsur karbon yang bercampur dengan Al-Si maka
semakin tinggi pula nilai kekerasannya. Pernyataan ini didukung oleh penelitian Darsono (2006) yang menyatakan bahwa unsur
karbon yang terkandung dalam dry cell dapat meningkatkan kekerasan logam Al-Si.

KESIMPULAN
Pemeriksaan fisik hasil pengecoran dari semua spesimen terdapat cacat pengecoran berupa cacat sirip, cacat penyusutan,
cacat lubang jarum dan cacat rongga udara, dari kesemua cacat tersebut yang paling banyak adalah cacat rongga udara. Hasil uji
foto makro pada penelitian ini mengatakan variasi arang kayu jati 0,35% memiliki jumlah cacat yang paling banyak dengan
jumlah cacat lubang jarum ±29 dan cacat struktur butir dengan jumlah cacat ±14
Pada hasil uji struktur mikro terdapat cacat porositas ataupun cacat strukutr butir terbuka dari kesemua spesimen dan
terdapat perbedaan penyebaran struktur butir antara spesimen tanpa penambahan arang kayu jati dan penambahan arang kayu
jati yaitu sebelum ditambahkan arang kayu jati penyebaran struktur butir merata dan memiliki ukuran butir yang relatif besar
93 JURNAL TEKNIK MESIN DAN PEMBELAJARAN, Volume 2, Nomor 1, Juni 2019, Halaman: 84– 93
11.
sementara penyebaran struktur butir setelah dilakukan penambahan arang kayu jati penyebaran struktur butirnya merata,
12.
merapat dan memiliki ukuran butir yang relatif kecil.
Pada hasil pengujian kekerasan diperoleh data bahwa nilai kekerasan rata-rata tertinggi dimiliki oleh spesimen dengan
variasi arang kayu jati 0,50% dengan nilai kekerasan rata-rata 58,5 HVN. Sedangkan nilai kekerasan rata-rata terendah dimiliki
oleh spesimen dengan variasi arang kayu jati 0,35% dengan nilai kekerasan rata-rata 48,68 HVN.
DAFTAR RUJUKAN
Ardiansyah, R.A. 2016. Pengaruh Penggunaan Serbuk Dry Cell Sebagai Pengikat Terak Pada Pengecoran Logam Terhadap
Kualitas Hasil Coran. Jurnal Teknik Mesin, 24(2), 1-10.
Darsono dan Harjanto. Pengaruh Penambahan Serbuk Dry Cell Bekas Terhadap Porositas dan Kekerasan Hasil Remelting Al-
9%Si Berbasis Limbah Piston Bekas. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Davis, H.E. 1982. The Testing of Engineering Materials. Auckland: Mc Graw Hill Inc.
Sudjana, Hardi. 2013. Teknik Pengecoran Jilid 1. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
Sutiyoko. 2010. Metode Pengecoran Lost Foam Menjawab Tantangan Dunia Industri Pengecoran Logam. Kelaten. (2010), 21-
29.
Wibowo, A.D. Danar, S.W. dan Harjanto, Budi. 2013. Pengaruh Variasi Jenis Cetakan dan Penambahan Serbuk Dry Cell
Bekas Terhadap Porositas dan Kekerasan Hasil Remeltig Al-9%Si Berbasis Limbah Piston. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret.
Wirasmara, Agita. 2006. Pengaruh Penambahan Serbuk Baterai Bekas Pada Pengecoran Al dengan Cetakan Pasir. Universitas
Petra

Anda mungkin juga menyukai