Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH PEMBELAJARAN IPS TERPADU

PENDIDIKAN IPS DALAM KURIKULUM NASIONAL

DISUSUN OLEH :

NABILA ANGGRAINI
NIM. 3173131029
SUSI PANJAITAN
NIM. 3173131034
IKE LESTARINA DAMANIK
NIM. 3173331022

KELAS : C

DOSEN PENGAMPU : ROHANI, S.Pd, M.Si.

PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
dilimpahakannya segala nikmat dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah pada mata kuliah Pembelajaran IPS Terpadu ini yang berjudul ‘Pendidikan IPS
dalam Kurikulum Nasional’. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Rohani, S.Pd,
M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah tersebut yang telah membimbing penulis dalam
proses penyusunan makalah.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan dikemudian hari. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca dan penulis, serta kami selaku penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan
dalam penulisan makalah ini.

Medan, 25 Maret 2018

Tim Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG............................................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................... 1
C. TUJUAN DAN MANFAAT.................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................... 3

A. KURIKULUM 2013................................................................................................ 3
B. ILMU PENGETAHUAN SOSIAL........................................................................ 9
C. PENDEKATAN SAINTIFIK PADA KURIKULUM 2013................................. 11
D. MODEL-MODEL PEMBELAJARAN IPS DALAM KURIKULUM 2013...... 14

BAB III PENUTUP............................................................................................................. 19

A. KESIMPULAN........................................................................................................ 19
B. SARAN..................................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 21

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam UU No. 20 Tahun 2013 tentang sistem pendidikan nasional, di jelaskan


bahwa IPS merupakn bahan kajian yg wajib dimuat dalam kurikulum pendidikan dasar
dan menegah yang antra lain mencangkup ilmu geografi, sejarah, ekonomi dan sosiologi
yang dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan
analisis peserta didik terhadap kondisi sosial masyarakat. Peribahan pada struktur
pembelajaran IPS pada kurikulum 2013 membutuhka penyesuaian dan berbagai kendala
bagi guru mata pelajaran IPS. 2013 adalah terbatasnya waktu dan kurangnya sosiaisasi
dan pelatihan kurikulum 2013.

Perubahan dalam struktur pembelajaran IPS pada kurikulum 2013 juga menjadi
tantangan tersendiri bagi guru mata pelajaran IPS. Proses pada pembelajaran IPS pada
kurikulum 2013 menuntut adanya keterpaduan antara disiplin ilmu yaitu geografi,
sosiologi, ekonomi dan sejarah.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Apa itu Kurikulum 2013?


2. Bagaimana karakteristik Kurikulum 2013?
3. Bagaimana implementasi Pendidikan IPS terhadap Kurikulum 2013?

C. Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dan manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Sebagai salah satu pemenuhan tugas pada mata kuliah Pembelajaran IPS
Terpadu.
2. Untuk mengetahui bagaimana implementasi Pendidikan IPS dalam Kurikulum
2013.
3. Untuk menjadi salah satu sumber referensi bagi para pembaca.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2
A. Kurikulum

1. Pengertian Kurikulum

Kurikulum merupakan suatu rencana yang memberi pedoman atau


pegangan dalam proses kegiatan belajar-mengajar (Nana Syaodih, 2009: 5).
Pengertian tersebut juga sejalan dengan pendapat Nasution (2006: 5) yang
menyatakan bahwa kurikulum dipandang sebagai suatu rencana yang disusun
untuk melancarkan proses belajar-mengajar di bawah bimbingan dan tanggung
jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya. Menurut
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal
1 butir 19, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Kurikulum biasanya dibedakan antara kurikulum sebagai rencana dengan
kurikulum yang fungsional. Rencana tertulis merupakan dokumen kurikulum,
sedangkan kurikulum yang dioperasikan di dalam kelas merupakan kurikulum
fungsional (Nana Syaodih, 2009: 5).

2. Pengertian Kurikulum 2013

Menurut Mulyasa (2014, h. 6) kurikulum 2013 adalah kurikulum yang


menekankan pada pendidikan karakter, terutama pada tingkat dasar yang akan
menjadi fondasi pada tingkat berikutnya. melalui pengembangan kurikulum 2013
yang berbasis karakter dan berbasis kompetensi kita berharap bangsa ini menjadi
bangsa yang memiliki nilai jual yang bisa ditawarkan kepada bangsa lain didunia.

Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan


pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter, siswa dituntut untuk paham atas
materi, aktif dalam berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun disiplin
yang tinggi. Kurikulum ini menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
yang diterapkan sejak 2006 lalu. Dalam Kurikulum 2013 mata pelajaran wajib
diikuti oleh seluruh peserta didik di satu satuan pendidikan pada setiap satuan atau
jenjang pendidikan.

Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan pengembangan kurikulum


berbasis kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang

3
mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu
(Paduan kurikulum 2013). Latar belakang pengembangan kurikulum 2013 berasal
dari Undang-Undang No 20 Tahun 2003 yaitu kurikulum yang dapat
menghasilkan insan indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif melalui
penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi ( Mendikbud,
2013: 11).

3. Konsep Dasar Kurikulum 2013

Kemendikbud (2013) menyatakan bahwa kurikulum 2013 dikembangkan


berdasarkan ketentuan yuridis yang mewajibkan adanya pengembangan
kurikulum baru, landasan filosofis, dan landasan empirik. Landasan yuridis
merupakan ketentuan hukum yang dijadikan dasar untuk pengembangan
kurikulum dan yang mengharuskan adanya pengembangan kurikulum baru.
Landasan filosofis adalah landasan yang mengarahkan kurikulum kepada manusia
apa yang akan dihasilkan kurikulum. Landasan teoritik memberikan dasar-dasar
teoritik pengembangan kurikulum sebagai dokumen dan proses. Landasan empirik
memberikan arahan berdasarkan pelaksanaan kurikulum yang sedang berlaku di
lapangan. Keempat landasan tersebut diuraikan sebagai berikut.

a. Landasan yuridis kurikulum adalah Pancasila dan Undang-undang


Dasar 1945.
b. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
c. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
d. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi Lulusan dan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi. Lebih lanjut,
pengembangan Kurikulum 2013 diamanatkan oleh Rencana
Pendidikan Pendidikan Menengah Nasional (RJPMN).

Landasan yuridis pengembangan Kurikulum 2013 lainnya adalah seperti


Instruksi Presiden Republik Indonesia tahun 2010 tentang Pendidikan Karakter,
Pembelajaran Aktif dan Pendidikan Kewirausahaan (Kemendikbud, 2013).

4
Ditinjau secara filosofis, secara singkat kurikulum ditujukan untuk
membangun kehidupan masa kini dan masa akan datang bangsa, yang
dikembangkan dari warisan nilai, dan prestasi bangsa di masa lalu, serta
kemudian diwariskan serta dikembangkan untuk kehidupan masa depan. Ketiga
dimensi kehidupan bangsa masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang,
menjadi landasan filosofis pengembangan kurikulum. Pewarisan nilai dan prestasi
bangsa di masa lampau memberikan dasar bagi kehidupan bangsa dan individu
sebagai anggota masyarakat, modal yang digunakan dan dikembangkan untuk
membangun kualitas kehidupan bangsa dan individu yang diperlukan bagi
kehidupan masa kini, dan keberlanjutan kehidupan bangsa dan warga negara
dimasa mendatang. Dengan tiga dimensi kehidupan tersebut, kurikulum selalu
menempatkan peserta didik dalam lingkungan sosial budayanya, mengembangkan
kehidupan individu peserta didik sebagai warga negara yang tidak kehilangan
kepribadian dan kualitas untuk kehidupan masa kini yang lebih baik, dan
membangun kehidupan masa depan yang lebih baik lagi (Kemendikbud, 2013).

Secara empiris kurikulum 2013 dikembangkan di Indonesia disebabkan


oleh berbagai hal. Salah satu hal empiris adalah bahwa pada saat ini
perekonomian Indonesia terus tumbuh di tengah bayang-bayang resesi dunia.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 2005 sampai dengan 2008 berturut-turut
5,7%, 5,5%, 6,3%, dan 6,4%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2012
diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi negara-negara
ASEAN sebesar 6,5 – 6,9 %. Momentum pertumbuhan ekonomi ini harus terus
dijaga dan ditingkatkan. Generasi muda berjiwa wirausaha yang tangguh,
kreatif,ulet, jujur, dan mandiri, sangat diperlukan untuk memantapkan
pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa depan. Generasi seperti ini seharusnya
tidak muncul karena hasil seleksi alam, tetapi karena hasil gemblengan pada tiap
jenjang satuan pendidikan dengan kurikulum sebagai pengarahnya
(Kemendikbud, 2013).

Kondisi empiris lain berhubungan dengan hasil riset PISA (Program for
International Student Assessment), studi yang memfokuskan pada literasi bacaan,
matematika, dan IPA menunjukkan peringkat Indonesia baru bisa menduduki 10
besar terbawah dari 65 negara. Hasil Riset TIMSS (Trends in International
Mathematics and Science Study) menunjukkan siswa Indonesia berada pada

5
ranking amat rendah dalam kemampuan (1) memahami informasi yang komplekz,
(2) teori, analisis dan pemecahan masalah, (3) pemakaian alat, prosedur dan
pemecahan masalah dan (4) melakukan investigasi. Hasil-hasil ini menunjukkan
perlu ada perubahan orientasi kurikulum, dengan tidak membebani peserta didik
dengan konten namun pada aspek kemampuan esensial yang diperlukan semua
warga negara untuk berperan serta dalam membangun negaranya pada abad 21
(Kemendikbud, 2013).

Secara teoretis kurikulum 2013 dikembangkan atas dasar teori


“pendidikan berdasarkan standar” (standard- based education), dan teori
kurikulum berbasis kompetensi. Pendidikan berdasarkan standar adalah
pendidikan yang menetapkan standar nasional sebagai kualitas minimal warga
negara untuk suatu jenjang pendidikan. Standar bukan kurikulum dan kurikulum
dikembangkan agar peserta didik mampu mencapai kualitas standar nasional atau
di atasnya. Standar kualitas nasional dinyatakan sebagai Standar Kompetensi
Lulusan. Standar Kompetensi Lulusan mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Standar Kompetensi Lulusan dikembangkan menjadi Standar
Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan yaitu SKL SD/MI, SMP/MTS,
SMA/MA, SMK/MAK (Kemendikbud, 2013a).

4. Karakteristik Kurikulum 2013

Dalam kurikulum 2013 memiliki karakteristik diantaranya sebagai berikut.

a. Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam bentuk


Kompetensi Inti (KI) satuan pendidikan dan kelas, dirinci lebih lanjut
dalam Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran.
b. Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai
kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan
(kognitif dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk
suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran.
c. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari
peserta didik untuk suatu tema untuk SD/MI, dan untuk mata pelajaran
di kelas tertentu untuk SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK.
d. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dijenjang pendidikan
menengah diutamakan pada ranah sikap sedangkan pada jenjang

6
pendidikan menengah berimbang antara sikap dan kemampuan
intelektual (kemampuan kognitif tinggi).
e. Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris (organizing elements)
Kompetensi Dasar yaitu semua KD dan proses pembelajaran
dikembangkan untuk mencapai kompetensi dalam Kompetensi Inti.
f. Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip
akumulatif saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya
(enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi
horizontal dan vertikal) diikat oleh kompetensi inti.
g. Silabus dikembangkan sebagai rancangan belajar untuk satu tema
(SD). Dalam silabus tercantum seluruh KD untuk tema atau mata
pelajaran di kelas tersebut.
h. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dikembangkan dari setiap KD
yang untuk mata pelajaran dan kelas tersebut.

Kurikulum 2013 memiliki karakteristik khusus sebagai berikut.

a. Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual


dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan
intelektual dan psikomotorik.
b. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan
pengalaman belajar terencana tempat peserta didik menerapkan apa
yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan
masyarakat sebagai sumber belajar.
c. Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta
menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat.
d. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai
sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
e. Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang
dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran.
f. Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing
elements) kompetensi dasar, tempat semua kompetensi dasar dan
proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang
dinyatakan dalam kompetensi inti.
g. Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif,
saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar
matapelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan
vertikal) (Kemendikbud, 2013).

7
5. Proses Pembelajaran Kurikulum 2013

Proses pembelajaran Kurikulum 2013 terdiri atas pembelajaran intra-


kurikuler dan pembelajaran ekstra-kurikuler. Pembelajaran intra kurikuler adalah
proses pembelajaran yang berkenaan dengan mata pelajaran dalam struktur
kurikulum dan dilakukan di kelas, sekolah, dan masyarakat. Pembelajaran
didasarkan pada prinsip berikut :

a. Proses pembelajaran intra-kurikuler Proses pembelajaran di SD/MI


berdasarkan tema sedangkan di SMP/MTS, SMA/MA, dan
SMK/MAK berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang
dikembangkan guru.
b. Proses pembelajaran didasarkan atas prinsip pembelajaran siswa aktif
untuk menguasai Kompetensi Dasar dan Kompetensi Inti pada tingkat
yang memuaskan (excepted).

Pembelajaran ekstra-kurikuler adalah kegiatan yang dilakukan untuk


aktivitas yang dirancang sebagai kegiatan di luar kegiatan pembelajaran terjadwal
secara rutin setiap minggu. Kegiatan ekstrakurikuler terdiri atas kegiatan wajib
dan pilihan. Pramuka adalah kegiatan ekstra-kurikuler wajib. Kegiatan ekstra-
kurikuler adalah bagian yang tak terpisahkan dalam kurikulum. Kegiatan
ekstrakurikulum berfungsi untuk: mengembangkan minat peserta didik terhadap
kegiatan tertentu yang tidak dapat dilaksanakan melalui pembelajaran kelas biasa.
mengembangkan kemampuan yang terutama berfokus pada kepemimpinan,
hubungan sosial dan kemanusiaan, serta berbagai ketrampilan hidup. Kegiatan
ekstra-kurikuler dilakukan di lingkungan sekolah, masyarakat, dan alam.
Kegiatan ekstra-kurikuler wajib dinilai yang hasilnya digunakan sebagai unsur
pendukung kegiatan intra-kurikuler.

B. Ilmu Pengetahuan Sosial

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan kajian yang memusatkan pada


aktivitas kehidupan manusia. Fokus kajian IPS berupa berbagai aktivitas manusia

8
dalam berbagai dimensi kehidupan sosial sesuai dengan karakteristik manusia
sebagai makhluk sosial.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang
diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji
seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu
sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah,
Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk
dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta
warga dunia yang cinta damai. (Permendiknas No 22 tahun 2006).

Djahiri (Sapriya, dkk., 2006: 7), merumuskan bahwa IPS adalah ilmu
pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu
sosial dan ilmu lainnya kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik
untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan. Sapriya, dkk. (2006:
3), menjelaskan bahwa IPS adalah perpaduan dari konsep-konsep ilmu sosial seperti
sejarah, geografi, ekonomi dan lain sebagainya yang diperuntukkan bagi
pembelajaran pada tingkat persekolahan, IPS adalah pembelajaran ilmu sosial yang
disederhanakan untuk pembelajaran pada tingkat persekolahan.

2. Ruang Lingkup Pembelajaran IPS

Ruang lingkup mata pelajaran IPS menurut Permendiknas No 22 Tahun 2006


meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

a. Manusia, Tempat, dan Lingkungan


b. Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan
c. Sistem Sosial dan Budaya
d. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan.

3. Tujuan Pembelajaran IPS

Mata pelajaran IPS menurut Permendiknas No 22 Tahun 2006 bertujuan agar


peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat


dan lingkungannya.

9
b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan.
d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi
dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Sedangkan menurut Sapriya, dkk. (2007: 13), tujuan IPS adalah


mengembangkan siswa untuk menjadi warga negara yang memiliki pengetahuan,
sikap, dan keterampilan yang memadai untuk berperan serta dalam kehidupan
demokrasi dimana konten mata pelajarannya digali dan diseleksi berdasarkan sejarah
dan ilmu sosial, serta banyak hal termasuk humaniora dan sains. Berdasarkan
pendapat para ahli tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran IPS
adalah menjadikan siswa memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
memadai sebagai bekal kehidupan di masyarakat dan memiliki kemampuan dasar
untuk berpikir logis dan kritis.

C. Pendekatan Saintifik pada Kurikulum 2013

Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa


agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui
tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah),
merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, menumpulkan data
dengan berbagai teknik, menganlisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan
konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk
memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai
materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja,
kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi
pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam
mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi dan bukan hanya diberi tahu.
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam
pembelajaran yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah
(scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksudmeliputi mengamati,

10
menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran. Pendekatan
pembelajaran dapat dikatakan sebagai pendekatan ilmiah apabila memenuhi 7 (tujuh)
kriteria pembelajaran sebagai beirkut.
1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan
logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng
semata.
2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru siswa terbebas dari
prasangka yangserta merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang
menyimpang dari alurberpikir logis.
3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analitis, dan tepat
dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan
materi pembelajaran.
4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat
perbedaan, kesamaan, dan tautan sama laindari materi pembalajaran.
5. Mendorong dan menginspirasi siswa agar mampu memahami, menerapkan, dan
mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi
pembelajaran.
6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung
jawabkan. Ketujuh, tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan
jelas, namun menarik sistem penyajiannya.
Pendekatan ilmiah dalam pembelajaran meliputi antara lain sebagai berikut.
1. Mengamati
Dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah
seperti menentukan objek apa yang akan diobservasi, membuat pedoman
observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi, menentukan secara jelas
data apa yang perlu diobservasi baik primer maupun sekunder, menentukan/letak
objek yang akan diobservasi, menentukan secara jelas bagaimana observasi
akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar, menentukan
cara dan melakukanpencatatan atas hasil observasi seperti menggunakan buku
catatan-kamera-tape recorder-pedeo perekam dan alat tulis lainnya
2. Menanya
Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk
meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada
saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta

11
didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta
didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan
pembelajar yang baik. Kriteria pertanyaan yang baik adalah singkat dan jelas,
menginspirasi jawaban, memiliki fokus, bersifat probing atau divergen,
bersifat validatif atau penguatan, memberikan kesempatan peserta didik untuk
berpikir ulang, merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif dan
merangsang proses interaksi.
3. Menalar
Istilah menalar dalam kerangka proses pembelajaran dengan
pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan
bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu
dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif daripada guru.
Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta empiris
yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
Terdapat dua cara menalar, yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif.
a. Penalaran Induktif
Merupakan caramenalar dengan menarik simpulan dari
fenomena atau atribut khusus untuk hal-hal yang bersifat umum. Jadi,
menalar secara induktif adalah proses penarikan simpulan dari kasus-
kasus yang berisifat nyata secara individual atau spesifik
menjadi simpulan yang bersifat umum. Kegiatan menalar secara
induktif lebih banyak berpijak pada observasi inderawi atau
pengamatan empirik.
b. Penalaran Deduktif
Merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari pernyataan atau
fenomena yang bersifat umum menuju pada hal yang bersifat khusus.
Pola penalaran deduktif, dikenal dengan pola silogisme (kategorial,
hipotesis dan alternatif).
4. Mencoba.
Dimasudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar,
yaitu sikap, keterampilan dan pengetahuan. Akativitas pembelajaran yang
nyata antara lain: 1) menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut
tuntutan kurikulum, 2) mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia
dan harus disediakan, 3) mempelajari dasar teoretis yang relevan dan hasil

12
eksperimen sebelumnya, 4) melakukan dan mengamati percobaan, 5) mencatat
fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data, 6) menarik
simpulan atas hasil percobaan; dan 7) membuat laporan.
5. Mengkomunikasikan
Menyampaikan hasil pengamatan dan kesimpulan bedasarkan hasil
analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.

Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan


pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah
sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir
tingkat tinggi siswa.
2. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan sesuatu masalah
secara sistematik.
3. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu
merupakan suatu kebutuhan.
4. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
5. Untuk melatih siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide, khsusnya dalam
menulis artikel ilmiah.
6. Untuk mengembangkan karakter siswa.

D. Model-Model Pembelajaran IPS dalam Kurikulum 2013

Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal


sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran
merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran. Bruce Joyce dan Marsha Weil (dalam Dedi Supriawan dan A. Benyamin
Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1)
model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik;
dan (4) model modifikasi tingkah laku.

Berdasarkan Permendikbud Nomor 65 Tahun tentang Standar Proses, model


pembelajaran yang diutamakan dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah model
pembelajaran Inkuiri (Inquiry Based Learning), model pembelajaran Discovery
(Discovery Learning), model pembelajaran berbasis projek (Project Based Learning), dan
model pembelajaran berbasis permasalahan (Problem Based Learning).

13
Untuk menentukan model pembelajaran yang akan dilaksanakan dapat
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1. Kesesuaian model pembelajaran dengan kompetensi sikap pada KI-1 dan KI-2
serta kompetensi pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan KD-3 dan/atau
KD-4.

2. Kesesuaian model pembelajaran dengan karakteristik KD-1 (jika ada) dan


KD-2 yang dapat mengembangkan kompetensi sikap, dan kesesuaian materi
pembelajaran dengan tuntutan KD-3 dan KD-4 untuk memgembangkan
kompetensi pengetahuan dan keterampilan.

3. Penggunaan pendekatan saintifik yang mengembangkan pengalaman belajar


peserta didik melalui kegiatan mengamati (observing), menanya (questioning),
mencoba/mengumpulkan informasi (experimenting/ collecting information),
mengasosiasi/menalar (assosiating), dan mengomunikasikan (communicating).

Berikut adalah contoh kegiatan dalam model pembelajaran dikaitkan dengan


pendekatan saintifik (5M).

1. Model Inquiry Learning

Model pembelajaran Inkuiri biasanya lebih cocok digunakan pada


pembelajaran matematika, tetapi mata pelajaran lainpun dapat menggunakan
model tersebut asal sesuai dengan karakteristik KD atau materi pembelajarannya.
Langkah-langkah dalam model inkuiri terdiri atas:

a. Observasi/Mengamati berbagi fenomena alam. Kegiatan ini


memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik bagaimana
mengamati berbagai fakta atau fenomena dalam mata pelajaran
tertentu.

b. Mengajukan pertanyaan tentang fenomana yang dihadapi. Tahapan ini


melatih peserta didik untuk mengeksplorasi fenomena melalui
kegiatan menanya baik terhadap guru, teman, atau melalui sumber
yang lain.

14
c. Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban. Pada tahapan ini
peserta didik dapat mengasosiasi atau melakukan penalaran terhadap
kemungkinan jawaban dari pertanyaan yang diajukan.

d. Mengumpulkan data yang terakait dengan dugaan atau pertanyaan


yang diajukan, sehingga pada kegiatan tersebut peserta didik dapat
memprediksi dugaan atau yang paling tepat sebagai dasar untuk
merumuskan suatu kesimpulan.

e. Merumuskan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data yang telah


diolah atau dianalisis, sehingga peserta didik dapat mempresentasikan
atau menyajikan hasil temuannya.

2. Model Discovery Learning

Penggunaan Discovery Learning ingin merubah kondisi belajar yang pasif


menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran teacher oriented menjadi
student oriented. Merubah modus eksplository siswa hanya menerima informasi
secara keseluruhan dari guru ke modus discovery siswa, menemukan informasi
sendiri.

a. Stimulation (memberi stimulus). Pada kegiatan ini guru memberikan


stimulan, dapat berupa bacaan, atau gambar, atau situasi, sesuai
dengan materi pembelajaran/topik/tema yang akan dibahas, sehingga
peserta didik mendapat pengalaman belajar mengamati pengetahuan
konseptual melalui kegiatan membaca, mengamati situasi atau melihat
gambar.

b. Problem Statement (mengidentifikasi masalah). Dari tahapan tersebut,


peserta didik diharuskan menemukan permasalahan apa saja yang
dihadapi, sehingga pada kegiatan ini peserta didik diberikan
pengalaman untuk menanya, mencari informasi, dan merumuskan
masalah.

15
c. Data Collecting (mengumpulkan data). Pada tahapan ini peserta didik
diberikan pengalaman mencari dan mengumpulkan data/informasi
yang dapat digunakan untuk menemukan solusi pemecahan masalah
yang dihadapi. Kegiatan ini juga akan melatih ketelitian, akurasi, dan
kejujuran, serta membiasakan peserta didik untuk mencari atau
merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah, jika satu
alternatif mengalami kegagalan.

d. Data Processing (mengolah data). Kegiatan mengolah data akan


melatih peserta didik untuk mencoba dan mengeksplorasi kemampuan
pengetahuan konseptualnya untuk diaplikasikan pada kehidupan nyata,
sehingga kegiatan ini juga akan melatih keterampilan berfikir logis
dan aplikatif.

e. Verification (memferifikasi). Tahapan ini mengarahkan peserta didik


untuk mengecek kebenaran atau keabsahan hasil pengolahan data,
melalui berbagai kegiatan, antara lain bertanya kepada teman,
berdiskkusi, atau mencari sumber yang relevan baik dari buku atau
media, serta mengasosiasikannya sehingga menjadi suatu kesimpulan.

f. Generalization (menyimpulkan). Pada kegiatan ini peserta didik


digiring untuk menggeneralisasikan hasil simpulannya pada suatu
kejadian atau permasalahan yang serupa, sehingga kegiatan ini juga
dapat melatih pengetahuan metakognisi peserta didik.

3. Problem Based Learning

Model pembelajaran ini bertujuan merangsang peserta didik untuk belajar


melalui berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan
dengan pengetahuan yang telah atau akan dipelajarinya melalui langkah-langkah
pembelajaran sebagai berikut:

16
a. Mengorientasi peserta didik pada masalah. Tahap ini untuk
memfokuskan peserta didik mengamati masalah yang menjadi objek
pembelajaran.

b. Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran. Pengorganisasian


pembelajaran salah satu kegiatan agar peserta didik menyampaikan
berbagai pertanyaan (atau menanya) terhadap malasalah kajian.

c. Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok. Pada tahap ini


peserta didik melakukan percobaan (mencoba) untuk memperoleh data
dalam rangka menjawab atau menyelesaikan masalah yang dikaji.

d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Peserta didik


mengasosiasi data yang ditemukan dari percobaan dengan berbagai
data lain dari berbagai sumber.

e. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. Setelah peserta didik


mendapat jawaban terhadap masalah yang ada, selanjutnya dianalisis
dan dievaluasi.

4. Project Based Learning

Model pembelajaran ini bertujuan untuk pembelajaran yang memfokuskan


pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan
insvestigasi dan memahami pembelajaran melalui investigasi, membimbing
peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai
subjek (materi) dalam kurikulum, memberikan kesempatan kepada para peserta
didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang
bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif. Langkah
pembelajaran dalam project based learning adalah sebagai berikut:

a. Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek. Tahap ini sebagai


langkah awal agar peserta didik mengamati lebih dalam terhadap
pertanyaan yang muncul dari fenomena yang ada.

17
b. Mendesain perencanaan proyek. Sebagai langkah nyata menjawab
pertanyaan yang ada disusunlah suatu perencanaan proyek bisa melalui
percobaan.

c. Menyusun jadwal sebgai langkah nyata dari sebuah proyek.


Penjadwalan sangat penting agar proyek yang dikerjakan sesuai
dengan waktu yang tersedia dan sesuai dengan target.

d. Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek. Guru melakukan


monitoring terhadap pelaksanaan dan perkembangan proyek. Peserta
didik mengevaluasi proyek yang sedang dikerjakan.

e. Menguji hasil. Fakta dan data percobaan atau penelitian dihubungkan


dengan berbagai data lain dari berbagai sumber.

f. Mengevaluasi kegiatan/pengalaman. Tahap ini dilakukan untuk


mengevaluasi kegiatan sebagai acuan perbaikan untuk tugas proyek
pada mata pelajaran yang sama atau mata pelajaran lain.

BAB III

PENUTUP

18
A. Kesimpulan
 Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan
pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter, siswa dituntut untuk paham atas
materi, aktif dalam berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun
disiplin yang tinggi.
 Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan kajian yang memusatkan pada
aktivitas kehidupan manusia. Fokus kajian IPS berupa berbagai aktivitas
manusia dalam berbagai dimensi kehidupan sosial sesuai dengan
karakteristik manusia sebagai makhluk sosial.
 Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian
rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip
melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan
masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,
menumpulkan data dengan berbagai teknik, menganlisis data, menarik
kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang
“ditemukan”.
 Berdasarkan Permendikbud Nomor 65 Tahun tentang Standar Proses, model
pembelajaran yang diutamakan dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah
model pembelajaran Inkuiri (Inquiry Based Learning), model pembelajaran
Discovery (Discovery Learning), model pembelajaran berbasis projek (Project
Based Learning), dan model pembelajaran berbasis permasalahan (Problem
Based Learning).

B. Saran

Sebagai calon pendidik dimasa depan, hendaknya kita mengetahui bagaimana


pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dalam Kurikulum 2013 sebagai kurikulum
nasional yang berlaku pada saat ini. Sehingga dalam pelaksanaannya dikemudian
proses pembelajaran IPS Terpadu dapat mencapai tujuan yang diharapkan yaitu
membentuk siswa menjadi warga negara yang memiliki pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang memadai untuk berperan serta dalam kehidupan demokrasi.

19
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Hidayat, M.Si, dkk.(2018). Buku Aajar Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu.
Medan : Akasha Sakti.

20
https://www.academia.edu/4807142/PENDEKATAN_SCIENTIFIC_DALAM_KURIKULU
M_2013_ENDANG_KOMARA_Guru_Besar (diakses pada tanggal 24 Maret 2018)

https://bdkbandung.kemenag.go.id/jurnal/330-pembelajaran-ips-dalam-kurikulum-2013?
fb_comment_id=969919759708688_1504336442933681 (diakses pada tanggal 24 Maret
2018)

http://ejournal.upi.edu/index.php/eduhumaniora/article/view/4574 (diakses pada tanggal 24


Maret 2018)

https://kemdikbud.go.id/kemdikbud/dokumen/Paparan/Paparan%20Wamendik.pdf (diakses
pada tanggal 24 Maret 2018)

https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPP/article/download/7661/5343 (diakses pada


tanggal 24 Maret 2018)

21

Anda mungkin juga menyukai