Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Infeksi Menular Seksual


Infeksi menular seksual (IMS) disebut juga Penyakit Menular Seksual
(PMS) atau dalam bahasa Inggrisnya Sexually Transmitted Disease (STDs),
SexuallyTransmitted Infection (STI) or Venereal Disease (VD). IMS atau
Seksually Transmitted Disease adalah suatu gangguan atau penyakit yang
ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak hubungan seksual.
AIDS tidak bisa diobati dengan antibiotik. Infeksi menular seksual dapat
disebabkan oleh bakteri, jamur, protozoa atau ektoparasit. Penularannya
terutama melalui hubungan seksual dan biasanya menyerang alat kelamin
(Hardjeno, 2003).
Faktor yang menyebabkan terjadinya infeksi menular seksual
(IMS)yaitu dari satu orang menderita penyakit menular seksual ke orang yang
lain melalui kontak seksual (Hardjeno, 2003). Menurut the Centers for Disease
Control (CDC) terdapat lebih dari 15 juta kasus penyakit menular seksual
dilaporkan pertahun, kelompok umur yangmemiliki risiko paling tinggi untuk
tertular penyakit menular seksual, 3 juta kasus baru tiap tahun adalah
gonorrhoe.
Beberapa faktor yang sangat berhubungan dengan kejadian penyakit
menular seksual yaitu (Magnus, 2007):
1. Faktor Agent
Faktor agent yang menyebabkan terjadinya kejadian penyakit
menular seksual adalah kuman (bakteri, virus, penyakit dan lain- lain),
penyakit menular seksual yang ditularkan secara kontak seksual.
2. Faktor Host (Pejamu)
Faktor pejamu adalah manusia yang mempunyai kemungkinan
terpapar oleh agent. Faktor yang berkaitan dengan pejamu antara lain, umur
pertama kali berhubungan seks, jenis kelamin, status perkawinan, ras, tidak
menggunakan kondom ketika berhubungan seks beresiko, mempunyai
pasangan seks yang beresiko tinggi, mencari pengobatan sendiri.

5
6

B. Bahaya Infeksi Menular Seksual


IMS menjadi pembicaraan yang begitu penting setelah muncul kasus
penyakit AIDS yang menelan banyak korban meninggal dunia, dan sampai
sekarang pengobatan yang paling manjur masih belum ditemukan. Angka
kesakitan IMS di Indonesia pada Tahun 2007 adalah sebanyak 11.141 kasus
kejadian IMS. Angka kesakitan ini mengalami peningkatan bila dibandingakan
dengan hasil survei pada Tahun 2008 yaitu sebanyak 16.110 kasus kejadian
IMS, sedangkan pada Tahun 2009 sebanyak 19.973 kasus Kejadian IMS di
Indonesia Apalagi komplikasi dari IMS (termasuk AIDS) bisa dibilang banyak
dan akibatnya pun cukup fatal (Depkes RI, 2006).
Bahaya IMS munurut WHO (2009), yaitu pada wanita dapat menyerang
saluran indung telur, indung telur, rahim, kandung kencing, leher rahim, dapat
menyebabkan kemandulan, dapat menyebabkan keguguran, dapat
menyebabkan kanker leher rahim, vagina, saluran kencing, anus. Kasus pada
pria dapat menyerang kandung kencing, vas deferens, prostat, penis,
epididymis, testicle, saluran kencing, kantung zakar, seminal vesicle, anus,
dapat merusak penglihatan, otak dan hati, menyebabkan kita rentan terhadap
HIV/AIDS, ada yang tidak bisa disembuhkan dan menyebabkan kematian. IMS
menyerang sekitar alat kelamin tapi gejalanya dapat muncul dan menyerang
mata, mulut, saluran pencernaan, hati, otak, dan organ tubuh lainnya. Penyakit
ini sudah ada sejak zaman Mesir, dimana sebagai ilustrasi, pada tahun 1974
telah ditemukan sebanyak 850.000 kasus PMS/ tahun, dan diantaranya terdapat
1255 kasus Sifilis/ tahun (WHO, 2009).
Beberapa IMS yang sering ditemukan di Indonesia antara lain adalah
(Daili et al., 2011) :
1. Disebabkan oleh Bakteri : Gonorrhoe, Sifilis, Urethritis, Vaginosis Bakterial
2. Disebabkan Virus : AIDS, Herpes Genitalis, Hepatitis B, Kondiloma
Akuminata
3. Disebabkan oleh Jamur : Kandidiasis Vagina.
Gonore mencakup semua penyakit yang disebabkan oleh Neisseria
gonorrhoe. Neisseria gonorrhoeae adalah diplocoecus gram negatif, obligat
7

patogen manusia yang biasanya berdiam dalam uretra, serviks, faring atau
saluran anus wanita.Infeksi terutama mengenai epitel kolumner atau
transisionel saluran kemih dan kelamin. Gonorrhoe bersama IMS lain
memfasilitasi transmisi dari human immunodeficiency virus (HIV). Gambaran
klinis pada wanita dapat asimptomatik, kadang-kadang menimbulkan rasa
nyeri pada panggul bawah. Umumnya wanita datang berobat kalau sudah ada
komplikasi (Sparling, 2008).

C. Tinjauan Tentang Neisseria gonorrhoeae


Gonore adalah infeksi bakteri yang disebabkan oleh kuman Neisseria
gonorrhoeae (N. gonorrhoeae), suatu diplokokus gram negatif. Pada tahun
1879, N. gonorrhoeae ditemukan oleh Neisser dengan pulasan sediaan hapusan
dari eksudat uretra, vagina dan konjungtiva. Transmisi penyakit gonore terjadi
melalui inokulasi langsung dari sekresi mukosa yang terinfeksi pada satu
tempat ke tempat lainnya melalui kontak genital-genital, genital-anorektal, oro-
genital, atau dari ibu yang terinfeksi ke bayinya pada proses persalinan
(Sparling, 2008).
Gonokokus adalah diplokokus gram negatif, tidak bergerak dan tidak
berspora. Bentuk dari gonokokus menyerupai biji kopi dengan lebar 0,8 p dan
panjang 1,6 p yang secara karakteristik tumbuh berpasangan dan bagian yang
berdekatan adalah datar (rata), (Sparling, 2008). Bakteri Neisseria gonorrhoeae
terletak intraseluler yang biasanya terdapat dalam leukosit polimorfonuklear.
Gonococcus bersifat anaerob obligat, tidak tahan lama diudara bebas, cepat
mati pada keadaan kering, tidak tahan zat desinfektan, hidup optimal pada suhu
25,5°C dan pH 7,4. Untuk pertumbuhan optimal diperlukan kadar CO2 2-10%
(Sparling , 2008).
8

Gambar 2.1 bakteri Neisseria gonorrhoeae


Penentuan tipe gonokokus secara morfologi didasarkan pada dua hal,
yang pertama berdasarkan bentuk koloni yang terjadi bila gonokokus dibiakkan
pada media agar jernih, dan yang kedua berdasarkan opasitas koloni.
Berdasarkan bentuk koloni gonokokus dibagi menjadi empat tipe. Koloni
berbentuk kecil, cembung dan berkilau terdiri dari dua tipe yaitu tipe 1 dan tipe
2, koloni ini memiliki pili (piliated) dan ditandai dengan P+. Sedangkan koloni
berbentuk besar dan datar juga dibagi menjadi dua tipe yaitu tipe 3 dan tipe 4,
tidak memiliki pili (nonpiliated) dan ditandai dengan P-. Dalam penelitian in
vitro didapatkan koloni P+ bersifat virulen sedangkan koloni P- mengalami
penurunan kemampuan untuk menimbulkan infeksi. Beberapa koloni memiliki
kemampuan mengalami konversi dari P+ menjadi P- atau sebaliknya beberapa
koloni P- dapat mengalami konversi menjadi P+ (Daili et al., 2011).
Berdasarkan opasitasnya, koloni dibagi menjadi koloni yang opak (Op)
tampak lebih gelap dan bergranuler bila dibandingkan dengan koloni yang
transparan (Tr). Dasar biokimia perbedaan antara koloni Op dan Tr adalah
adanya variasi ekspresi famili protein membran luar yang disebut protein II (P
II), yang saat ini dikenal dengan istilah Opa. Koloni Op terdiri dari sel-sel yang
menunjukkan Opa sedangkan Tr mengandung sel-sel yang tidak mengandung
Opa (Daili et al., 2011)

D. Patogenitas Neisseria gonorrhoeae


Kemampuan N. gonorrhoeae untuk menginvansi host dan menentukan
patogenitasnya diperankan oleh beberapa protein antigenik yang terkandung
pada membran luar bakteri.
9

Patogenesis terjadinya infeksi oleh N. gonorrhoeae diawali dengan


perlekatan (adherence) bakteri pada sel-sel mukosa kolumnar atau kuboid, sel
epitel yang tidak mengalami kornifikasi melalui perantaraan pili dan Opa.
Selanjutnya terjadi interaksi antara bakteri dan neutrofil, dimana sebagian besar
bakteri (gonokokus tidak mengandung pili) akan mengalami fagositosis oleh
neutrofil sehingga berada di dalam sel (Neisseria intraseluler). Sedangkan
gonokokus yang mengandung pili mampu melekat lebih baik dan menghindar
dari fagositosis. Perlekatan pada neutrofil diperankan oleh protein Opa dan
porin bekerja menghambat maturasi fagosom dan fungsi neutrofil, menurunkan
ekspresi opsonin-dependent receptor CR3, serta mengubah myeloperoxiadase-
mediated oxidative killing (Hook dan Handsfield,2008)
Perlekatan bakteri secara selektif pada sel-sel yang mensekresikan
mukus tanpa silia akan mengalami invasi ke dalam sel, untuk mengadakan
multiplikasi dan pembelahan intraseluler. Saat berada di dalam sel epitel,
bakteri mampu bertahan dari antibodi, komplemen atau neutrofil. Invasi
diperankan oleh P1A, protein Opa, dan LOS pendek nonsialylated. Kerusakan
jaringan terjadi akibat enzim (fosfolipase, peptidase) yang dihasilkan oleh LOS
dan peptidoglikan (Sparling, 2008).
Selama infeksi Lipopolisakarida (LOS) dan peptidoglikan bakteri
dilepaskan melalui autolisis sel. Lipooligosakarida akan memicu produksi
Tumor Necrosis Factor (TNF) yang menyebabkan kerusakan sel. Kerusakan
sel mukosa yang progresif dan invasi submukosa akan disertai dengan respon
leukositik polimorfonuklear yang banyak, pembentukan mikroabses, dan
eksudasi material purulen ke dalam lumen organ yang terinfeksi. Pada keadaan
infeksi yang tidak terobati, leukosit polimorfonuklear secara gradual akan
digantikan oleh sel mononuclear (Daili et al., 2011).
Selain kerusakan jaringan secara lokal, dapat terjadi diseminasi
(bakterimia dengan atau tanpa disertai artritis septik). Diseminasi terjadi akibat
kemampuan bakteri bertahan dari antibodi dan komplemen pada serum
manusia (resistensi serum). Bakteri yang resisten terhadap serum manusia
merupakan bakteri dengan LOS panjang. Resistensi serum terjadi pula akibat
blokade akses antibodi pada LOS yang diperankan oleh Rmp dan Por (C4bp
10

dan faktor H yang berikatan pada loops dari Por) yang menghambat deposit
dan aktivasi komplemen (Hook dan Handsfield, 2008).

Gambar 2.2 Patogenesis gonore tanpa komplikasi

E. Gejala Klinis Infeksi Menular Seksual


Terkadang infeksi menular seksual tidak memberikan gejala, baik pria
maupun wanita. Beberapa infeksi menular seksual baru menunjukkan
gejalanya berminggu-minggu, berbulan-bulan, maupun bertahun-tahun setelah
terinfeksi. Mayoritas infeksi menular seksual tidak memberikan gejala
(asimtomatik) pada perempuan (60-70% dari infeksi gonore dan klamidia)
(Daili et al., 2011).
Pada perempuan, konsekuensi infeksi menular seksual sangat serius dan
kadang-kadangbersifat fatal (misalnya kanker serviks, kehamilan ektopik, dan
sepsis). Konsekuensi juga terjadi pada bayi yang dikandungnya, jika
perempuan tersebut terinfeksi pada saat hamil (bayi lahir mati, kebutaan)
(Anderoto, 2015).
Gejala infeksi menular seksual bisa berupa gatal dan adanya sekret di
sekitar alat kelamin, benjolan atau lecet disekitar alat kelamin, bengkak
disekitar alat kelamin, buang air kecil yang lebih sering dari biasanya, demam,
11

lemah, kulit menguning dan rasa nyeri disekujur tubuh, kehilangan berat
badan, diare, keringat malam, pada wanita bisa keluar darah diluar masa
menstruasi, rasa panas seperti terbakar atau sakit saat buang air kecil,
kemerahan disekitar alat kelamin, rasa sakit pada perut bagian bawah pada
wanita diluar masa menstruasi, dan adanya bercak darah setelah berhubungan
seksual (Daili et al., 2001).

F. Manifestasi klinis Gonorrhoe


Manifestasi klinis gonorrhoe merupakan suatu spektrum yang meliputi
infeksi asimptomatis, infeksi simptomatis lokal, infeksi komplikata lokal, dan
diseminasi sistemik.Pria yang terinfeksi gonokokal dapat mengalami infeksi
asimptomatis sebesar 10%, sedangkan pada wanita yang terinfeksi gonokokal,
50% adalah asimptomatis (Hook, 2008).
Uretritis asimptomatis pada pria merupakan reservoir transmisi
gonokokal yang terpenting.Manifestasi klinis gonokokal pada pria yang
tersering adalah uretritis anterior akut. Infeksi urogenital pada wanita yang
disebabkan oleh infeksi Neisseria gonorrhoeae paling sering terjadi pada
endoserviks, yang merupakan infeksi primer. Infeksi gonokokal pada vagina
jarangterjadi pada wanita masa reproduksi, karena terjadinya penebalan epitel
kolumnar pada vagina dan oleh karena kuatnya pertahanan biologiknya.
Sedangkan pada infeksi gonore pada anak-anak, wanita hamil dan pada wanita
sesudah menopause mudah untuk terkena infeksi gonokokal pada vagina.
Kolonisasi uretra terdapat pada 70-90% wanita yang terinfeksi, dan jarang
terjadi bila tidak terdapat infeksi endoserviks. Tetapi, setelah histerektomi,
tempat infeksi umumnya terdapat pada uretra. Infeksi pada kelenjar periuretra
(skene) atau duktus kelenjar Bartholin juga sering terjadi, tetapi kejadiannya
jarang bila tidak terdapat infeksi endoserviks atau uretra. Pada wanita yang
mengalami servisitis gonokokal juga dapat terjadi infeksi pada mukosa rektum,
dengan angka kejadian sebesar 35-50% (Komisi Nasional Perlindungan Anak,
2011).
Masa inkubasi pada pria bervariasi antara 1-14 hari atau lebih panjang,
tetapi mayoritas gejala pada pria muncul dalam waktu 2-5 hari. Gejala
12

predominan adalah duh tubuh uretra yang awalnya dapat bersifat mukoid atau
mukopurulen, kemudian dalam 24 jam setelah onset akan menjadi purulen dan
profus. Disuria umumnya muncul setelah tampak adanya duh tubuh. Masa
inkubasi gonore pada wanita lebih bervariasi dibandingkan pada laki-laki.
Gejala lokal umumnya muncul 10 hari setelah infeksi, dengan gejala utama
meliputi peningkatan eksudat dari vagina yang berasal dari endoserviks yang
bersifat purulen, tipis dan agak berbau. Beberapa pasien dengan servisitis
gonore kadang mempunyai gejala yang minimal. Gejala lainnya dapat berupa
disuria yaitu keluar sedikit duh tubuh dari uretra yang mungkin disebabkan
oleh uretritis yang menyertai servisitis. Dapat juga terjadi nyeri perut bagian
bawah atau dispareunia, nyeri ini dapat diakibatkan dari menjalarnya infeksi ke
endometrium, tuba falopi, ovarium dan peritoneum. Nyeri bisa terjadi bilateral,
unilateral, dan tepat pada garis tengah. Dapat disertai panas badan, mual dan
muntah.Nyeri pada perut bagian kanan atas dari perihepatitis (Fitz-Hugh-Curtis
syndrome) dapat terjadi melalui penyebaran bakteri ke atas melalui peritoneum.
(Hook dan Handsfield, 2008) Gejala lainnya dapat berupa perdarahan
uterus diantara masa menstruasi dan menorrhagia. Masing-masing gejala
tersebut dapat terjadi sendiri atau kombinasi dengan derajat minimal sampai
berat. Komplikasi lokal pada wanita dapat berupa penyakit radang panggul
(PRP) akut yang terdiri dari salfingitis dan kadang- kadang dapat terjadi
endometritis, abses tubo-ovarium, atau peritonitis pelvis, komplikasi ini terjadi
pada 10-20% pasien wanita dengan infeksi gonokokus akut. (Daili et al.,
2011).

G. Diagnosis Laboratorium Infeksi Gonorrhoe


Bahan pemeriksaan dapat berasal dari secret uretra, konjungtiva atau
serviks.
1. Sediaan Langsung (Pewarnaan Methylene Blue)
Pewarnaan Gram tidak diperlukan jika hanya menghendaki adanya
jasad renik atau bakteri saja. Dalam hal itu, pewarnaan yang cepat dan cepat
adalah memakai larutan Methylene Blue. Pewarnaan Methylene Blue
digunakan untuk mengetahui penyebab servictis atau urectristic dengan
13

mendeteksi kuman Diplokokus Intraseluler (Idrus, 2017).


2. Kultur
Kultur spesifik hapusan dari tempat infeksi merupakan kriteria
standar diagnosis dan juga dapat digunakan sebagai pedoman pengobatan
dengan memperoleh informasi mengenai kerentanan antibiotika terhadap
organisme tersebut. Kultur sangat berguna pada saat diagnostik tidak jelas
atau ketika terjadi kegagalan pengobatan.Neisseria gonorrhoeae adalah
organisme yang memerlukan kelembaban, CO2 yang tinggi, dan tumbuh
pada media yang diperkaya agar coklat yang berisi darah (Hook,
2008).Kultur endoserviks dengan menggunakan media selektif mempunyai
sensitivitas sebesar 80-90%.Media selektif untuk N. gonorrhoeae adalah
media Thayer Martin yang memiliki sensitivitas 80-95% (Davey Patric,
2005). Kultur Thayer Martin mengandung vankomisin untuk menekan
pertumbuhan kuman gram positif, kolimestat untuk menekan pertumbuhan
bakteri gram negatif, nistatin untuk menekan pertumbuhan jamur,
trimetroprim untuk menekan pertumbuhan kuman Proteus spp. Pada kultur
akan tampak koloni berwarna putih keabuan, mengkilat dan cembung.
Media lain adalah agar coklat Mcleod, tetapi media ini dapat ditumbuhi oleh
kuman lain selain gonococcus (Davey Patric, 2005).

H. Berisiko Terkena IMS


Setiap orang bisa tertular IMS. Orang yang paling berisiko terkena IMS
adalah orang yang suka berganti pasangan seksual dan orang yang walaupun
setia pada satu pasangan namun pasangan tersebut suka berganti-ganti
pasangan seksual (Anderato, 2015).
Kelompok risiko tinggi tergolong usia 20-34 tahun pada laki-laki, 16-24
tahun pada wanita, 20-24 tahun pada kedua jenis kelamin, Pekerja seksual
komersial atau wanita tuna susila, Pecandu narkotik dan Homoseksual.WPS
merupakan kelompok resiko tinggi terkena IMS dan berpengaruh penting
dalam persebaran IMS (Daili et al., 2011).
Pelacuran atau prostitusi merupakan salah satu bentuk penyakit
masyarakat yang harus diberhentikan penyebarannya, tanpa mengabaikan
14

usaha pencegahan dan perbaikan. Pelacuran berasal dari bahasa Latin pro-
stituere atau pro-stauree, yang berarti membiarkan dalam berbuat zina,
melakukan persundalan, percabulan atau sundal.Dikenal pula dengan istilah
WTS atau tuna susila (Kartono, 2005).
Pekerja seks komersial adalah suatu pekerjaan dimana
seorangperempuan menggunakan atau mengeksploitasi tubuhnya untuk
mendapatkan uang.Saat ini tingkat kemoralan bangsa Indonesia semakin
terpuruk, hal ini terbukti dengan tingginya jumlah pekerja seks komersial.
Akibatnya semakin banyak ditemukan penyakit menular seksual. Profesi
sebagai pekerja seks komersial denganpenyakit menular seksual merupakan
satu lingkaran setan. Biasanya penyakit menular seksual ini sebagian besar
diidap oleh wanita pekerja seks, dimana dalam ’’menjajakan’’ dirinya terhadap
pasangan kencan berganti-ganti tanpa menggunakan pengaman seperti kondom
(Kartono, 2005).
Statistik menunjukkan, bahwa kurang lebih 75% dari jumlah pelacur
adalah wanita-wanita muda dibawah umur 30 tahun. Mereka itu umumnya
memasuki dunia pelacuran pada usia yang muda, yaitu 13-24 tahun dan yang
paling banyak adalah usia 17-21 tahun. Tindak-tindak immoril seksual terang-
terangan tanpamalu, sangat kasar, dan sangat provokatif dalam
coitus/bersenggama, dan dilakukan dengan banyak pria (promiskuitas) pada
umumnya dilakukan oleh anak-anak gadis remaja penganut seks bebas (Daili et
al., 2011).

I. Cara Penularan IMS


IMS dapat terjadi saat melakukan hubungan seksual tanpa memakai
kondom dengan seseorang yang mengidap IMS terutama seks anal dan seks
oral, yang dapat mengakibatkan luka. Kebanyakan IMS didapat dari hubungan
seks yang tidak aman.Yang dimaksud dengan seks yang tidak aman, adalah
melakukan hubungan seksual lewat vagina tanpa kondom (penis di dalam
vagina), melakukan hubunganseksual lewat anus tanpa kondom (penis di dalam
anus), dan hubugan seksual lewat oral atau karaoke (penis di dalam mulut
15

tanpa kondom atau mulut menyentuh alat kelamin wanita) (Abrori dan Mahwar,
2017).
Penularan IMS juga dapat terjadi dengan cara lain, yaitu melalui
transfusi darah dengan darah yang sudah terinfeksi HIV, saling bertukar jarum
suntik pada pemakaian narkoba, tertusuk jarum suntik yang tidak steril secara
sengaja/ tidak sengaja, menindik telinga atau tato dengan jarum yang tidak
steril, penggunaan alat pisau cukur secara bersama-sama (khususnya jika
terluka dan menyisakan darah pada alat), dari ibu kepada bayi misalnya saat
hamil, saat melahirkan, dan saat menyusui(Abrori dan Mahwar, 2017).

Anda mungkin juga menyukai